Teori Manajemen 1). Pengertian Manajemen

2. Teori Manajemen 1). Pengertian Manajemen

Pelaksanaan suatu kegiatan dalam organisasi sosial, tentu memiliki sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Sasaran dan tujuan yang ditetapkan akan dapat dicapai, dengan menggunakan tenaga manusia, dan sumber lainnya. Untuk mencapai hal ini diperlukan pengelolaan (management), agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Para ahli seperti, Mannulang, R.Terry, Soewarno, dan John F.Mee, Saragih, memberikan pengertian manajemen sebagai berikut :

Manajemen itu adalah : (1) suatu proses, (2) sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas, (3) sebagai suatu seni (art) dan sebagai ilmu. (Mannulang, 2001: 2)

Selanjutnya George R.Terry, (1961) dalam bukunya Principles of Management ”menyatakan bahwa manajemen sebagai berikut :

Management is a distinct process consisting of planning, organizing, Actuating, and controlling, utiliting in each both science and art, and followed in order to accomplish predetermined objectives.

(Manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan atas : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu dan seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya). (Soewarno, 1980 : 20)

Menurut John F.Mee, Management is art of securing maximum result with minimum of effort so as to secure maximum prosperity and happeness for both employ and give the public the best possible service. (Manajemen adalah seni untuk mencapai hasil yang maksimal dengan usaha yang minimal demikian pula mencapai kesejatraan dan kebahagiaan maksimal baik bagi pimpinan maupun para pekerja serta memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada Masyarakat). (Saragih, 1982)

Dalam mencapai tujuan manajemen dipergunakan, man, money, matrial, machine, methode dan market. (Saragih, 1982)

Berdasarkan pengertian dari beberapa konsep dan teori manajemen tersebut, dapat dikatakan, bahwa di dalam ruang lingkup manajemen, sesungguhnya : ada tujuan yang ingin dicapai dari suatu aktivitas, ada proses memimpin, ada cara memanage, ada orang- orang, ada ilmu dan seni, ada sarana yang terdiri dari uang (money), bahan (matrial), alat (machine), dan metoda (methode), dan pasar (market), serta memberi pelayanan kepada masyarakat di dalam mencapai kesejatraan masyarakat.

2). Manajemen Dalam Perspektif Hindu

Manajemen dalam perspektif Hindu dikemukan Gorda, (1996) seperti dikutip Suaspanya (2005 : 36), menguraikan bahwa menajemen dalam perspetif Hindu dapat dikaji dari nilai-nilai yang terkandung dalam ayat-ayat suci Hindu.

Tujuan hidup manusia adalah mencapai kebahagiaan duniawi dan sorgawi atau moksa. Dalam mencapai hal ini diperlukan dasar pondasi yang kuat yaitu Dharma (Moral, Etika dan spiritual keagamaan ), tanpa itu kehidupan manusia penuh dengan kebrutalan.

Dalam mencapai tujuan tersebut , pada kehidupan masyarakat Bali tidak dapat dilepaskan dari nilai budayanya. Lebih jauh nilai budaya masyarakat Bali, mengandung makna nilai nilai budaya dan ajaran suci Tattwam Asi, Trikaya Parisuda,Yama Brata, Niyama Brata yang menjadi kesatuan dan melekat pada kehidupannya..

Manajemen Hindu berorientasi pada Prajaniti (Tuhan), Praja (Sumber Daya Manusia) dan Kamandhuk (Sumber daya alam), digunakan secara harmoni dalam memenuhi keinginan manusia seperti dharma (kebenaran), artha (kekayaan), dan kama (keinginan nafsu), untuk mencapai tujuan kehidupan sepiritual moksa (pembebasan). Untuk memproleh dan mencapai hal tersebut, agar sesuai dengan prinsip agama Hindu maka, kitab suci Hindu seperti Rig Weda, Bhagavad-gita, dan Sarasamuccaya menyatakan dalam sloka masing - masing.

Sloka Rig.Weda I.41.6 berbunyi :

Sa Ratnam Martyo Vasu Visvam Tokam Uta Tmana Accha Gacchaty Astrtah.

Yang artinya : Orang bajik tak akan pernah menaklukan.

Dengan mudah ia dapat memproleh harta benda dunia. Ia juga dihadiahi dengan keturunan seperti dirinya.

Selanjutnya dalam Bhagavad-Gita III.10 berbunyi : Saha-yajnah prajah srsta purovaca prajapatih anena prasavisyadhvam esa vo ‘stv ista-kama-dhuk

Yang maksudnya, pada awal ciptaan, penguasa semua mahluk mengirim generasi generasi manusia dan dewa, beserta korban-korban suci untuk visnu dan memberkahi mereka dengan bersabda : Berbahagialah engkau dengan yajna (korban suci) ini sebab pelaksanaannya akan menganugerahkan segala sesuatu yang dapat diinginkan untuk hidup secara bahagia dan mencapai pembebasan.

Sloka Sarassamuccaya 268, berbunyi : dharmaccarthacca kamacca tritayam jivite phalam, etat trayamavaptavyamadharmaparivarjitam.

Telu kta phalaning urip ngaranya, awaknya telu, dharma,artha, kama, nahan awaknya teluhaywe takaslatan

adharma. maksudnya : Tigalah yang merupakan pahala hidup ini, wujudnya yang

tiga itu, yaitu dharma, artha, kama, itulah perwujudan ketiga itu, jangalah yang tiga ini dicemari adharma.

Sarassamuscaya, 270 /271 berbunyi : yanna dharmaya narthaya na kamaya na cantaye vyartham tajjanminam janma maranayaiva kevalam.

sloka 271 : arthamstyajata patresubhajadhvam kamajan gunan,... Ikang wwang tan paniddhaken dharma , artha , kama ,

moksah, hemana hanahana aparthaka huripnya, ngaranikan mangkana , umingu cariranya panganening mrtyu ika . Matangnyang tinggalakena ikang artha ,dana kena ri sang patra.

yang maksudnya : Orang yang tidak berhasil melakukan dharma,artha dan kama dan moksah, sayang benar ia ada, tetapi tiada berguna hidupnya orang demikian dinamai orang yang hanya mementingkan memelihara wadagnya, yang kemudian dicaplok oleh maut. oleh karena itu tinggalkan artha itu, sedekahkan kepada sang patra (orang yang patut diberi sedekah). Dalam mencapai tujuan tersebut maka, nilai nilai kehidupan masyarakat Bali yang yang mengandung ajaran suci tersebut menjadi landasan dalam memanage setiap langkah pelaksanaan kehidupan tersebut.

3). Manajemen Klasik Dalam kamus bahasa Inggris, Classic/klasik berati sama dengan tua, atau kuno. Klasik indentik dengan tradisi atau tradition (bhs.Inggris), artinya adat istiadat. Traditional (bhs Inggris) sama menurut adat, turun temurun. (Wojowasito dan Poerwadarminta, 2007 : 25, 241). Manajemen klasik atau Manajemen tradisional sama dengan manajemen berdasarkan tradisi. adalah setiap proses kegiatan pengelolaan dilakukan menurut tradisi yang dilaksanakan secara turun menurun didalam mencapai tujuan disuatu tempat tertentu (wilayah).

Ciri-ciri manajemen tradisional seperti : 1) cara melakukan tidak rumit simpel, 2) menggunakan alat sederhana, 3) dan model Ciri-ciri manajemen tradisional seperti : 1) cara melakukan tidak rumit simpel, 2) menggunakan alat sederhana, 3) dan model

Mentaati ajaran karmapala (hasil perbuatan) dan ajaran karma yoga, yaitu bhakti pada Tuhan Yang Maha Kuasa (Ida Sanghyang Widhi) menjadi ciri khas manajemen tradisional dalam melakukan tugas kewajiban. Ini tersirat dalam Bhagavad-gita, sloka III.8 dan sloka III.9 dan sloka III.30 tentang kewajiban untuk bekerja dan berkarma.

Sloka Bhagavadgita , III.8 berbunyi : niyatam kuru karma tvam karma jyayo hy akarmanah sarira-yatrapi ca tena prasiddhyed akarmanah

Yang artinya sebagai berikut :

Lakukan tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan, sebab

melakukan hal demikian lebih baik daripada tidak

bekerja.Seseorang bahkan tidak dapat memelihara badan jasmaninya tanpa bekerja.

Bhagavad-gita, sloka III.9 berbunyi :

yajnarthat karmano ’ nyatra lako’ yam karma bandhanah tad-artham karma kaunteya mukta-sangah samacara

Yang artinya sebagai berikut :

Pekerjaan yang dilakukan sebagai korban suci untuk visnu harus dilakukan. Kalau tidak, pekerjaan mengakibatkan ikatan di dunia material ini. Karena itu, lakukanlah tugas kewajibanmu yang telah ditetapkan guna memuaskan Beliau, wahai putera kunti. Dengan cara demikian engkau akan selalu tetap bebas dari ikatan.

Berkaitan dengan hukum karmaphala seperti tersebut didalam Bhagavad-gita III.23 dan 24 sebagai :

Yadi hyaham na warteyam jatu karmany atandritah

Mama warimanuwartante Manusyah partha sarwasah

Bhagavadgita III.23

Utsideyur ime loka na Kuryam karma ced aham Sankarsya ca karta syam Upahanyam imah prajah

Bhagavadgita III.24

Dari sloka tersebut kurang lebih, memberikan makna dan arti, bahwa ” Sebab itu aku selalu bekerja tanpa henti- hentinya.Jika orang tidak akan mengikuti jalan-KU itu dalam segala bidang apapun juga dunia ini akan hancur, jika Aku tidak bekerja, Aku jadi pencipta kekacauan ini dan memusnahkan semua manusia.

Bekerja tanpa pamerih adalah sebagai wujud bhakti kepada Tuhan dan ciptanya seperti disebut dalam Bhagavadgita III.30

Mayi sarvani karmani sannyasyaddhyatma-cetase nirasir nirmamo bhutva yudhyasva vigata-jvarah

Artinya kurang lebih, (oh Arjuna), karena itu dengan menyerahkan segala pekerjaanmu kepada-KU, dengan pengetahuan sepenuhnya tentang-KU, bebas dari keinginan untuk keuntungan, tanpa tuntunan hak milik, dan bebas dari sifat malas, bertempurlah.

Dalam hal mencari artha, tersirat dalam weda smrti pada Manava dharmsastra IV.3 tentang mencari nafkah untuk kehidupan, tidak menyusahkan orang lain atau tidak tercela. Dalam Menava Dharmasastra IV.3 disebutkan : yatramatra prasiddhyartham svaih karmabhir agarhitaih aklesena sariyasya kurvita dhanasamcayam. Yang artinya : Untuk tujuan mendapatkan sekedar nafkah guna menunjang hidupnya, hendaknya ia mengumpulkan keperluannya dengan menjalankan usaha yang tidak tercela sesuai dengan swakarmanya tanpa membuat dirinya terlalu payah tidak menentu.