Manajemen Pertanggungjawaban Keuangan dan Posisi Dana
9. Manajemen Pertanggungjawaban Keuangan dan Posisi Dana
Secara organisasi setiap unit organisasi yang mendapat penugasan untuk melakukan suatu kegiatan yang dibiayai dengan dana yang disalurkan, memiliki kewajiban untuk mempertanggung jawabkan keuangan yang dikelola secara transparan dan akuntabel. Mekanisme pertanggungjawaban susuai dengan jenjang unit organisasi yang ada.
Pada karya agung Panca Balikrama sesuai dengan Keputusan Gubernur Bali Nomor 1400/01-D/HK/2008, tentang Pembentukan dan Susunan keanggotaan Panitia Pelaksana Upacara Karya Agung Panca Balikrama dan Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Besakih, tertanggal 6 Nopember 2008, dalam diktum keputusan ketetapan poin kedua dinyatakan sebagai berikut : Panitia sebagaimana dimaksud dalam diktum Kesatu mempunyai Tugas
1) Merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan upacara sampai dengan selesai
2) Mengkoordinasikan pelaksanaan upacara dengan pihak terkait, dan
3) Melaporkan hasil pelaksanaan upacara kepada Gubernur. Berdasarkan atas diktum Kedua c, maka panitia yang dibentuk berkewajiban melaporkan hasil pelaksanaan dan mempertanggung jawabkan dana yang dikelola.
Secara organisasi unit pelaksana dalam manajemen karya dipegang oleh Bendesa Adat Besakih sebagai ketua pelaksana, dibantu oleh dua Bendahara ( I,II) sebagai pengelola dana yang terkumpul dan diterima.
Sesuai dengan mekanisme pelaporan, prosedur laporan pertanggungjawaban dilakukan oleh Ketua pelaksana karya yaitu oleh Bendesa Adat Besakih kepada Kepala Biro Kesra Kantor Gubernur Bali denngan surat Nomor : 34/PAN/PBK/V/2009, prihal laporan Pertanggungjawaban Karya Agung Panca Balikrama dan Ida Bhatara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih tahun 2009.
Laporan secara langsung dibacakan dan disampaikan kepada Bapak Gubernur pada saat upacara penyineban di pura Penataran Agung Besakih pada hari Jumat 24 April 2009, Jam 15.00 Wita. Kemudian dari laporan tersebut, Kepala Biro Kesra Setda Provinsi Bali dengan Nota Dinas Nomor : 454.1/1617/B. Kesra tertanggal 8 Mei 2008, Prihal : laporan penggunaan dana dalam pelaksanaan karya Panca Balikrama dan Ida Bhatara Turun Kabeh di pura Besakih 2009, menyampaikan laporan kepada, Yth Bapak Gubernur melalui Bapak Asisten II dan Bapak Sekda, dengan tembusan disampaikan kepada yth
1. Bapak Gubernur sebagai laporan
2. Ketua DPRD Provinsi Bali sebagai laporan
3. Kepala Bappeda Provinsi Bali
4. Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi Bali
5. Kepala Biro Ekonomi dan Pembangunan Setda Provinsi Bali Bendesa Desa Pekraman Besakih sebagai Ketua pelaksana karya
yang bertanggungjawab atas keseluruhan pelaksanaan karya dan penggunaan dana menyampaikan laporan penerimaan (punia) dan pengeluaran dan saldo/sisa dana sebagai berikut :
A. Penerimaan (punia)
: Rp.2.732.171.400,00
B. Pengeluaran :
1. Bantuan/punia PerintahProv.Bali : Rp.1.683.300.000,00
2. Punia Kabupaten/kota, Krama Hindu : Rp. 600.509.900,00 ------------------------- Total Pengeluaran : Rp.2.283.809.900,00 ------------------------
C. Saldo/sisa dana : Rp. 448.361.500,00
Berdasarkan laporan tersebut, maka dari pelaksanaan karya, panitia dapat menghemat pengeluaran sebagai bentuk efisiensi sebesar Rp.448.361.500,00, dilain pihak karya boleh dikatakan sukses bisa berjalan sidaning don dan tujuan bisa tercapai sesuai laporan Kepala Biro Kesra Setda Provinsi Bali. Dengan demikian berdasarkan pendekatan konsep efisiensi dan efktivitas , menunjukan bahwa secara operasional Berdasarkan laporan tersebut, maka dari pelaksanaan karya, panitia dapat menghemat pengeluaran sebagai bentuk efisiensi sebesar Rp.448.361.500,00, dilain pihak karya boleh dikatakan sukses bisa berjalan sidaning don dan tujuan bisa tercapai sesuai laporan Kepala Biro Kesra Setda Provinsi Bali. Dengan demikian berdasarkan pendekatan konsep efisiensi dan efktivitas , menunjukan bahwa secara operasional
Jika dilihat dari konsep efisiensi yaitu rasio out dengan input, maka output yang dihasilkan tidak dapat diukur secara kuantitatif semata – mata, sifatnya abstrak dimana output adalah target karya yaitu karya dapat berjalan sesuai dengan dudonan (rangkaian ) karya. Maka dengan demikian , menjadi sebuah temuan penelitian bahwa konsep efisiensi pada pelaksanaan manajemen ritual (upacara), outputnya tidak dapat diukur dari output yang dihasilkan karen bersifat sangat abstrak. Sedangkan ditinjau dari tingkat efektivitas, pelaksanaan karya cukup efektif, hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pelaksanaan karya dapat pencapai tujuannya yaitu pelaksanaan karya berjalan lancar dimana aktivitas dan program berjalan sebagaimana mestinya.