Manajemen Sinergi Karya

1. Manajemen Sinergi Karya

Pelaksanaan upacara Panca yadnya masing masing memiliki tujuan, dan telah lama dilaksanakan ketika masyarakat mulai memeluk agama Hindu hingga sekarang. Manajemen pelaksanaannya dari dulu berjalan secara alami , melalui proses sederhana, manakala jenis upacaranya tergolong kecil. Tetapi ketika upacara mulai besar tentu pelaksanaanya manajemen berubah, dari sederhana menjadi lebih komplek, seperti adanya unsur unsur yang dapat memperlancar terjadinya proses manajemen itu sendiri , sehingga tujuan upacara tersebut dapat dicapai lebih efektif. Disisi lain, kegiatan semakin besar mengharuskan para ahli manajemen untuk ikut memajukan ilmu manajemen itu sendiri, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan. Mulanya pola manajemen sederhana, bersifat tradisional karena berorentasi pada tradisi-tradisi upacara yang dilakukan masyarakat , lambat laun berkembang sesuai perkembangan ilmu dan pengetahuan,mengarah pada model manajemen yang modern, sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga manajemen yang sifat tradisional cendrung ditinggalkan. Tetapi dilain pihak aktivitas keagamaan yang melaksanakan upacara , masih cendrung menggunakan cara cara yang sifatnya tradisional karena dirasakan masih relatif sesuai. Berdasarkan konsep tersebut, model manajemen bisa dilihat dari dua sisi yang berbeda, yaitu manajemen tradisional dan manajemen modern.

Karya Agung Panca Balikrama, memiliki model manajemen , adalah perpaduan antara manajemen tradisional, yang bercirikan polanya sederhana dan alami, dengan manajemen modern yang bercirikan efisiensi. Bertumpu pada hal tersebut diperkenalkan model manajemen Sinergi, yang diterapkan pada Panca Balikrama di Pura Besakih. Selanjutnya model “Manajemen Sinergi Karya” Panca Balikrama yang diterapkan di pura Besakih yang selanjutnya disingkat MANSEKAR, adalah merupakan model manajemen yang mensinergi model manajemen tradisional dan manajemen modern , dengan karakteristik, fungsi dan aspek serta Karya Agung Panca Balikrama, memiliki model manajemen , adalah perpaduan antara manajemen tradisional, yang bercirikan polanya sederhana dan alami, dengan manajemen modern yang bercirikan efisiensi. Bertumpu pada hal tersebut diperkenalkan model manajemen Sinergi, yang diterapkan pada Panca Balikrama di Pura Besakih. Selanjutnya model “Manajemen Sinergi Karya” Panca Balikrama yang diterapkan di pura Besakih yang selanjutnya disingkat MANSEKAR, adalah merupakan model manajemen yang mensinergi model manajemen tradisional dan manajemen modern , dengan karakteristik, fungsi dan aspek serta

1). Karakteristik manajemennya : 1). Tujuan yang ingin dicapai sangat abstrak, tidak terukur secara

kuantitatif, yang dirumuskan berdasarkan teks ajaran agama Hindu. 2). Fungsi manajemen seperti perencanaan, organisir , actuating dan Pengawasan , Komitmen, dan Komonikasi, diterapkan dalam berbagai aktivitas karya baik secara tertulis maupun tidak tertulis. 3). Organisasinya merupakan penggabungan dari struktur formal pemerintahan dan masyarakat, desa pekraman 4). Penggerakan anggota masyarakat tidak berdasarkan atas sistem

Komando , tetapi lebih banyak dengan sistem lembaga sosial masyarakat ”pemaksan”.

5). Pengawasan (controling) melalui kelihan tempekan. 6). Komunikasi dilakukan dominan informal dengan oral langsung. 7). Struktur organisasi sangat komplek, mencerminkan semua aspek

kegiatan karya. 8). Tugas diselesaikan secara bersama sama dengan sifat gotong royong, dominan melibatkan pemaksan (pengempon pura Besakih), bukan desa dinas dan adat.

9). Tugas melaksanakan aktivitas karya lebih bersifat sukarela iklas dan

tanpa pamrih, secara turun temurun yang bersifat ayah - ayahan. 10). Kepemimpinan dipegang oleh Sang Yajamana yang ditunjuk berdasarkan tradisi keagamaan,memiliki kemampuan manajerial baik sekala dan niskala

11). Dalam membiayai kegiatan, dana bersumber dari aggaran pemerintah dan dari punia masyarakat. 12). Menggunakan sistem anggaran unit maupun anggaran komperhensif. 13). Tidak menerapkan sangsi tertulis tetapi sangsi niskala berdasarkan

ketentuan raja purana

14). Sistem pengambilan pekerjaan bersifat masal 15). Keputusan tentang besarnya pembiayaan lebih banyak ditentukan

sang Angawa rat (Gubernur), sedangkan keputusan upakara dan upacara lebih banyak ditentukan oleh Sulinggih sebagai Sang

Yajamana berdasarkan sastra agama . 16). Sistem pertanggungjawaban keuangan dengan alur sistem , dari desa Pekraman kepada Gubernur, bukan kepada masyarakat/umat, sedangkan tanggungjawab keberhasilan karya dipasrahkan secara niskala.