Perlekatan Keramik-Logam

2.3.5.2.2 Surface Treatment Logam

Permukaan koping yang akan dilapis porselen harus diselesaikan dengan baik untuk mendapatkan ikatan yang kuat dan restorasi yang estetis. Ketidakteraturan permukaan dan partikel-partikel kecil bahan tanam kemungkinan melekat pada permukaan tuangan. Finishing dapat menghapus banyak residu dan juga menghasilkan goresan yang teratur dalam satu arah untuk mengurangi kemungkinan terjebaknya gas selama siklus pembakaran awal. Rongga yang terdapat pada tuangan harus dibuang, karena merupakan daerah pemusatan tegangan, yang dapat menimbulkan retak pada porselen. Daerah disekitar rongga sering sangat tipis, dan tuangan mungkin tidak memiliki ketahanan yang cukup terhadap gaya oklusal.

Permukaan intaglio tuangan diperiksa apakah terdapat gelembung, cacat ataupun sisa bahan tanam, yang jelas merupakan hambatan untuk terpasang, harus dibuang. Tuangan ditempatkan pada die dengan hati-hati tanpa memaksa. Daerah yang menghambat pemasangan harus diidentifikasi dan dibuang secara hati-hati dengan bur. Memaksa tuangan saat pemasangan, akan menghasilkan tuangan yang sesuai dengan die tetapi tidak pada gigi yang di preparasi. Mengidentifikasi daerah yang menghambat secara intra oral akan lebih sulit dan butuh banyak waktu daripada mengepaskan tuangan dengan cermat pada die di tempat pertama.

Seluruh permukaan tuangan harus halus, tidak kasar dan bergelombang. Terjebaknya udara di bawah porselen opak, berpotensial lebih besar pada permukaan kasar daripada permukaan halus, karena itu lebih sulit untuk mendapatkan kontak rapat antara partikel porselen pada permukaan logam yang kasar. Hal ini dapat terjadi

bila logam tidak dibasahi dengan sempurna oleh porselen ataupun bila porselen tidak dibakar dengan tepat. Walaupun begitu kekasaran antar permukaan keramik-logam, berperan penting dalam perlekatan keramik. Ikatan mekanis terjadi bila keramik mengalir kedalam permukaan logam yang kasar, sehingga dapat meningkatkan perlekatan. Kekasaran permukaan juga berhubungan dengan luas permukaan yang lebih besar dimana perlekatan kimia dapat dibentuk. Lapisan oksida yang terbentuk pada permukaan logam selama pengecoran harus dibuang dengan abrasi asam atau partikel udara dengan aluminum oxide (alumina) untuk perlekatan keramik-logam yang maksimal. Instruksi pembuatan aloi harus diikuti, karena perlekatan bergantung pada kontrol ketebalan lapisan oksida logam. Penelitian terdahulu menemukan bahwa tidak ada efek kekasaran permukaan pada ketahanan antar permukaan terhadap gaya geser. Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa kekasaran permukaan yang dikontrol, menghasilkan ketidakteraturan yang meningkatkan kekuatan lekat keramik-logam.

Sprue dibuang dengan carborundum disk, dan harus digunakan bur yang bersih dan tidak terkontaminasi untuk menyelesaikan daerah yang akan dilapis porselen. Alat yang telah digunakan sebelumnya pada logam akan mengkontaminasi daerah yang akan dilapis. Pengasahan permukaan untuk mengurangi ketebalan tuangan dilakukan dengan instrumen rotary. Instrumen yang paling sering digunakan untuk mengurangi ketebalan logam adalah bur batu abrasive dan bur carbide. Idealnya bur batu terbuat dari aluminous oxide, dan menyatu dengan partikel abrasive secara bersama-sama.

Setelah prosedur pengasahan selesai, logam tuang harus dibersihkan untuk menghasilkan permukaan yang dapat bereaksi baik dengan porselen. Tuangan ditempatkan dalam wadah dengan asam hidrofluorida 52 % dan dibersihkan secara ultrasonik selama 20 menit. Aloi juga dapat dibersihkan dengan menggunakan abrasif udara dengan partikel alumina (50 µm) dilanjutkan dengan pembersihan ultrasonik dalam air suling selama 10 menit. Sandblasting memiliki manfaat tambahan dengan menghilangkan oksida yang berlebih, sehingga menghasilkan permukaan yang bersih dan dapat membantu pembasahan keramik pada permukaan logam (Shillingburg dkk. 2012; Henriques 2012; Rosenstiel dkk. 2004).

2.3.5.2.3 Teknik Aplikasi

a. Jenis Porselen Jenis porselen, seperti Vita Omega, Vita VMK, Duceram, Shofu Vintage, dan lainnya. Jenis porselen yang berbeda menghasilkan kekuatan lekat yang berbeda. Neto AJF dkk. (2006) meneliti perbedaan kekuatan lekat yang dihasilkan oleh tiga jenis porselen yang berbeda (Vita VMK, Williams dan Duceram) dengan aloi Ni-Cr dan Co-Cr-Ti. Temperatur pembakaran porselen opak untuk Vita VMK dan Williams 980 ºC dan Duceram 990 ºC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa porselen Duceram memiliki kekuatan lekat paling tinggi, dibandingkan kombinasi keramik-logam lainnya.

b. Perbandingan Bubuk dengan Cairan Porselen Perbandingan antara bubuk keramik dengan cairannya harus sesuai dengan instruksi pabrik. Porselen gigi biasa tersedia dari pabrikan dalam bentuk bubuk, yang dicampur dengan air suling hingga konsistensinya kental membentuk pasta. Campuran ini kemudian digunakan untuk membuat restorasi sesuai bentuk yang diharapkan (Rosenstiel dkk. 2004).

c. Teknik Pelapisan Porselen Teknik pelapisan porselen secara konvensional dengan menggunakan sikat khusus telah digunakan selama beberapa dekade (O’Brien 2008). Pada teknik ini, setelah substrat aloi dibersihkan dan di oksidasi, porselen opak, dentin, enamel diaplikasikan dan dibakar. Teknik pelapisan konvensional dapat memberikan estetis yang maksimal karena memungkinkan penyesuaian saat keramik dibangun.

Teknik Press on Metal (PoM) dikembangkan oleh Ivoclar Vivadent, untuk memberikan metode yang lebih cepat dalam membuat restorasi keramik-logam, sehingga menghemat waktu dan biaya tanpa mengorbankan kualitasnya (Tysowsky dkk. 2007). Metode ini memungkinkan tekniker untuk lebih memperhatikan permukaan restorasi, fungsi, bentuk dan kualitas restorasi lebih mudah didapatkan. Teknik Press on Metal juga dapat mengurangi penyusutan pada keramik dibandingkan teknik konvensional. Khmaj (2012) membandingkan kekuatan lekat keramik-logam dengan teknik pelapisan konvensional dan Press on Metal. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan lekat keramik-logam pada teknik pelapisan Teknik Press on Metal (PoM) dikembangkan oleh Ivoclar Vivadent, untuk memberikan metode yang lebih cepat dalam membuat restorasi keramik-logam, sehingga menghemat waktu dan biaya tanpa mengorbankan kualitasnya (Tysowsky dkk. 2007). Metode ini memungkinkan tekniker untuk lebih memperhatikan permukaan restorasi, fungsi, bentuk dan kualitas restorasi lebih mudah didapatkan. Teknik Press on Metal juga dapat mengurangi penyusutan pada keramik dibandingkan teknik konvensional. Khmaj (2012) membandingkan kekuatan lekat keramik-logam dengan teknik pelapisan konvensional dan Press on Metal. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan lekat keramik-logam pada teknik pelapisan

d. Teknik Kondensasi Kondensasi keramik gigi diartikan sebagai suatu proses dimana keramik gigi dipadatkan sebelum pembakaran. Kondensasi adalah metode untuk memperkecil jarak antara partikel-partikel porselen dan menghilangkan sejumlah besar cairan dari pasta porselen. Pengurangan jarak antara partikel akan menghasilkan kepadatan yang maksimum. Massa yang padat dapat mengurangi penyusutan pembakaran, sehingga terjadinya distorsi dan retak juga dapat dicegah melalui rendahnya penyusutan setelah pembakaran. Tegangan permukaan cairan dianggap sebagai kekuatan pendorong utama dalam proses kondensasi porselen, dan porselen tidak boleh dibiarkan kering sampai kondensasi sempurna. Selama pembuangan cairan dari campuran porselen, partikel-partikel cenderung lebih padat dengan adanya tegangan permukaan. Pada proses kondensasi, cairan melewati celah antar partikel yang diameternya terus mengecil dan kedekatan partikel meningkatkan efektifitas kekuatan adhesi. Partikel akan mengalir bersama-sama dan cenderung menyatu lebih baik saat air dikeluarkan. Partikel porselen yang lebih kecil ditarik antara butir-butir yang lebih besar, sehingga meningkatkan kepadatan massa porselen. Keuntungan sepenuhnya dari proses kondensasi tidak bisa didapatkan, bila ukuran partikel terlalu besar atau bila partikel tidak cukup saling berdekatan. Selama kondensasi, mobilitas partikel-partikel bergantung pada viskositas massa. Viskositas yang tinggi akan menyebabkan udara mudah terjebak diantara lapisan partikel porselen.

Kondensasi porselen merupakan salah satu proses yang harus diperhatikan pada proses pembuatan gigi tiruan porselen di laboratorium, karena dapat mempengaruhi terjadinya retakan dan distorsi porselen dentin. Ada tiga teknik kondensasi porselen, yaitu:

1. Vibration Technique (Getaran) Metode ini sangat berguna untuk membuang kelebihan air pada saat pelapisan porselen. Vibration method dapat secara manual maupun dengan alat ultrasonik. Kondensasi secara ultrasonik menghasilkan struktur porselen yang lebih homogen, karena mempunyai kontrol yang lebih baik pada saat proses pelapisan setiap lapisan porselen. Getaran yang berlebihan juga harus dihindari karena dapat dengan mudah melepaskan lapisan porselen yang dibangun, detail permukaan juga akan hilang.

2. Spatulation Technique Metode ini dilakukan dengan menggunakan spatula kecil untuk mengaplikasikan dan menghaluskan porselen yang masih basah. Aksi penghalusan akan membawa air naik ke permukaan sehingga bisa dibuang.

3. Brush Technique Metode ini dilakukan dengan menggunakan penambahan bubuk porselen kering yang diletakkan dengan bantuan brush di sisi yang berlawanan dengan adonan porselen yang basah. Partikel yang basah akan terdorong dan saling melekat sewaktu air tertarik ke bubuk yang kering.

2.3.5.2.4 Proses Pembakaran Porselen

Pembakaran porselen diartikan sebagai proses pemanasan dan peleburan partikel-partikel bahan keramik gigi yang telah di kondensasi dalam tungku pembakaran pada temperatur yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan ikatan antar partikel dan difusi yang cukup guna menaikkan kepadatan struktur (Manappallil JJ 2003; Anusavice 2003; Cheung KC 1999). Selama pembakaran, partikel-partikel bubuk mengalir dan saling menyatu, membuat restorasi padat dan kuat (Gambar 2.20). Reaksi biokimia antara komponen-komponen bubuk porselen pada dasarnya berjalan dengan tuntas selama proses pembuatan semula, oleh karena itu tujuan pembakaran adalah untuk menyatukan partikel-partikel bubuk secara tepat, guna membentuk suatu restorasi. Beberapa reaksi kimia terjadi selama waktu pembakaran yang panjang atau pembakaran multipel. Reaksi yang paling penting adalah perubahan yang terlihat pada kandungan leucite dari porselen yang didesain untuk membuat restorasi keramik-logam. Leucite merupakan fase Kristal yang mempunyai pemuaian yang tinggi atau kontraksi tinggi, dimana volume matriks kacanya sangat mempengaruhi koefisien kontraksi termal dari porselen. Perubahan pada kandungan leucite dapat menyebabkan terbentuknya koefisien kontraksi termal yang tidak sama antara porselen dengan logam, sehingga menimbulkan tekanan selama pendinginan yang dapat menyebabkan terjadinya pembentukan retak pada porselen. Keadaan yang dapat dijumpai pada tahapan pembakaran porselen, yaitu: (Fraunhofer JA 2010).

a. Low Bisque Stage Tahap pertama dalam proses pembakaran disebut sebagai low bisque. Partikel-partikel mulai melunak dan saling menyatu hanya berupa titik kontak dan porositas sebenarnya tidak berubah. Karena porositas yang hampir tidak berubah, karakteristik kepadatan porselen adalah berpori, sangat lemah, rapuh, dan menunjukkan penyusutan yang sedikit.

b. Medium Bisque Stage Pada pemanasan lebih lanjut, terjadi kohesi yang lebih besar diantara partikel- partikel (partikel menyatu). Terjadi aliran cairan kental yang lebih lagi dan mengisi rongga udara dibawah pengaruh tegangan permukaan dan udara dikeluarkan dari celah-celah sebelum menutupi rongga. Setiap ruang-ruang menjadi semakin kecil. Porositas menurun pada tahap ini dan terdapat penyusutan yang nyata. Akhirnya, rongga-rongga ini menjadi berdiri sendiri dan berpori bulat.

c. High Bisque Stages Tahap high bisque didapatkan bila penyusutan pembakaran telah sempurna dan tidak terjadi penyusutan lebih lanjut. Porositas telah berkurang menjadi sedikit. Permukaan porselen menjadi halus dan cukup kuat untuk dikoreksi dengan grinding sebelum akhirnya dilakukan glazing.

d. Glazing Glazing adalah proses menghaluskan dan mengkilapkan permukaan restorasi dengan terjadinya aliran kaca pada permukaan keramik. Tujuan glazing adalah: meningkatkan estetis, hygiene, dan meningkatkan kekuatan. Glazing akan mencegah d. Glazing Glazing adalah proses menghaluskan dan mengkilapkan permukaan restorasi dengan terjadinya aliran kaca pada permukaan keramik. Tujuan glazing adalah: meningkatkan estetis, hygiene, dan meningkatkan kekuatan. Glazing akan mencegah

Gambar 2.2 2.20. Tujuan pembakaran adalah menghasilkan suatu

massa yang kontinu, bebas pori. Sumber: Darvell BW 2000, Dental materials

science, ed.6, hal. 477.

Seluruh program program pembakaran, yang disebut sebagai siklus siklus pembakaran, meliputi: pra pemanasan pemanasan (pre heating), pembakaran (sintering) dan dan pendinginan (cooling) (Powers JM dan JM dan Sakaguchi RL 2006; Manappallil JJ 2003; JJ 2003; Anusavice 2003; Darvell BW 2000 2003; Darvell BW 2000).

a. Pra pemanasan (Preheating Preheating) Massa porselen ya porselen yang sudah dikondensasi tidak boleh ditempatkan ditempatkan langsung kedalam tungku pembakaran bakaran yang panas, tetapi diletakkan di depan atau depan atau di bawah muffle dari tungku yang tungku yang sudah dipanaskan, sehingga memungkinkan memungkinkan sisa uap air dihilangkan. Penempatan Penempatan massa yang sudah dikondensasi langsung ke dalam langsung ke dalam tungku a. Pra pemanasan (Preheating Preheating) Massa porselen ya porselen yang sudah dikondensasi tidak boleh ditempatkan ditempatkan langsung kedalam tungku pembakaran bakaran yang panas, tetapi diletakkan di depan atau depan atau di bawah muffle dari tungku yang tungku yang sudah dipanaskan, sehingga memungkinkan memungkinkan sisa uap air dihilangkan. Penempatan Penempatan massa yang sudah dikondensasi langsung ke dalam langsung ke dalam tungku

b. Pembakaran / Sintering Restorasi porselen dapat dibakar dengan kontrol temperatur secara otomatis atau dengan temperatur yang dikontrol oleh operator. Pada metode pertama, temperatur tungku dinaikkan dengan laju konstan hingga tercapai temperatur tertentu. Pada metode kedua, temperatur dinaikkan dengan laju yang ditentukan hingga tercapai tingkat tertentu, setelah itu temperatur dipertahankan hingga reaksi yang diharapkan terjadi sempurna. Porselen merupakan penghantar panas yang buruk, karena itu pemanasan yang terlalu cepat mengakibatkan penyatuan yang berlebihan pada lapisan luar sebelum bagian dalam dibakar dengan sempurna. Saat temperatur meningkat, partikel porselen menyatu oleh sintering. Sintering merupakan proses yang bertanggung jawab dalam menyatukan porselen untuk membentuk massa yang kontinu. Proses sintering dapat dikendalikan dengan waktu dan temperatur yang tepat. Pada temperatur pembakaran awal, lubang kosong akan diisi oleh udara tungku dan sewaktu sintering dari partikel dimulai, partikel-partikel porselen saling berikatan pada titik kontaknya. Semakin tinggi temperatur sintering, kaca perlahan-lahan mengalir untuk mengisi ruang udara. Meskipun demikian, udara tetap dapat terjebak dalam bentuk pori-pori karena massa terlalu kental untuk memungkinkan keluarnya semua udara.

c. Pendinginan Pendinginan restorasi porselen dari temperatur pembakaran ke temperatur kamar harus dikontrol dengan baik. Proses pendinginan yang terlalu cepat dapat menyebabkan porselen retak atau dapat memicu tekanan yang melemahkan porselen. Proses pendinginan yang terlalu lambat maupun pembakaran ganda dapat memicu pembentukan leucite tambahan dan meningkatkan koefisien ekspansi termal keramik, dan dapat juga menyebabkan retak permukaan. Proses pendinginan terjadi saat pembukaan tungku pembakaran porselen, dilakukan secara perlahan, merata, dan dikontrol oleh komputer.

Temperatur sintering

Laju pemanasan

Temperatur awal

Tahap pra

Tahap pemanasan

Kembali ke

Gambar 2.21. Skema pembakaran Sumber: Cheung KC 1999,’ Effect of sintering time and temperature on dental porcelain porosity’, Master thesis, The University of Hongkong, hal.86.

Terdapat beberapa faktor dari pembakaran porselen yang dapat mempengaruhi kekuatan lekat keramik-logam, yaitu: waktu, temperatur, pengulangan pembakaran dan tekanan atmosfer.

2.3.5.2.4.1 Waktu

Cheung dan Darvel 2002, menyatakan bahwa waktu dan temperatur merupakan faktor penting dalam pembakaran bahan keramik. Memperpanjang waktu pembakaran umumnya akan memicu peningkatan kepadatan keramik, dimana hal ini terjadi karena terdapat tingkat penyusutan massa padat yang tinggi.

Selain perubahan kimia, kelebihan waktu pembakaran juga akan mengakibatkan penurunan temperatur, dimana dapat terjadi distorsi karena adanya pelengkungan. Jelas, hal ini perlu dihindari bila bentuk restorasi harus dipertahankan. Namun, terdapat kompromis antara ketahanan terhadap deformasi dan proses pembakaran. Beberapa penyesuaian dapat dilakukan pabrikan dengan menyesuaikan

komposisi untuk memberikan jumlah total ion alkali logam, K 2 O meningkatkan viskositas sementara Na 2 O akan menurunkannya. Terdapat perubahan yang baik pada titik lebur dengan mengurangi penggunaan sodium daripada potassium. Jelas bahwa kualitas pekerjaan bergantung pada kontrol yang tepat dari waktu dan temperatur pembakaran, dengan mengikuti instruksi yang diberikan. Penelitian Cheung dan Darvell 2002 menyatakan bahwa porositas yang minimal didapatkan pada pembakaran dengan temperatur yang tinggi dan waktu yang pendek, mendekati tetapi tidak persis sama dengan rekomendasi pabrikan.

2.3.5.2.4.2 Temperatur

Mengontrol temperatur pembakaran porselen sangat penting, tidak hanya untuk menghasilkan penampilan yang baik tetapi juga untuk meningkatkan kekuatan perlekatan bahan keramik-logam. Pada proses pembakaran porselen, terjadi reaksi kimia antara permukaan logam dan keramik. Atom logam berdifusi dan bereaksi dengan oksida pada keramik, dan temperatur pembakaran sangat mempengaruhi kecepatan difusi. Kesulitan untuk mengontrol pembentukan lapisan oksida pada permukaan logam dapat terjadi pada temperatur yang tinggi dan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kegagalan serta memiliki efek negatif terhadap kekuatan lekat keramik-logam. Porselen gigi di desain untuk dibakar pada temperatur yang berbeda dan dapat diklasifikasikan menurut temperatur peleburannya. Porselen low fusing dengan temperatur pembakaran 850 ºC - 10 ºC, digunakan untuk pembuatan restorasi mahkota dan jembatan. Penggabungan proporsi

Na 2 O dan K 2 O yang relatif tinggi dalam porselen low fusing membantu untuk mengurangi temperatur peleburan. Mengikuti instruksi pembuatan dengan tepat, sangat penting untuk keberhasilan restorasi, namun beberapa peneliti menyarankan adanya perubahan dalam prosedur laboratorium, seperti meningkatkan temperatur pembakaran lapisan opak untuk meningkatkan kekuatan lekat bahan keramik-logam. Teknik meningkatkan temperatur didasarkan pada hipotesis bahwa terdapat peningkatan transfer elektron antara kaca dan oksida logam yang akan meningkatkan kekuatan lekat keramik-logam. Kelarutan dan jumlah difusi aloi dan keramik juga akan Na 2 O dan K 2 O yang relatif tinggi dalam porselen low fusing membantu untuk mengurangi temperatur peleburan. Mengikuti instruksi pembuatan dengan tepat, sangat penting untuk keberhasilan restorasi, namun beberapa peneliti menyarankan adanya perubahan dalam prosedur laboratorium, seperti meningkatkan temperatur pembakaran lapisan opak untuk meningkatkan kekuatan lekat bahan keramik-logam. Teknik meningkatkan temperatur didasarkan pada hipotesis bahwa terdapat peningkatan transfer elektron antara kaca dan oksida logam yang akan meningkatkan kekuatan lekat keramik-logam. Kelarutan dan jumlah difusi aloi dan keramik juga akan

2.3.5.2.4.3 Jumlah

Proses pembuatan restorasi keramik-logam membutuhkan serangkaian pembakaran porselen untuk mendapatkan estetis dan persyaratan klinis, sehingga tidak dapat dihindarkan pembuatan restorasi dengan pembakaran yang berulang. Peningkatan koefisien ekspansi termal porselen karena pembakaran berulang berperan dalam pembentukan Kristal leucite. Secara teori, pembakaran porselen secara berulang akan menurunkan kesesuaian keramik-logam dan kemudian menurunkan kekuatan perlekatan. Pembakaran ulang yang berlebihan terhadap bahan porselen dapat merusak karena memungkinkan terjadi reaksi yang menjauhi keseimbangan dan kemungkinan terjadi pembentukan fase Kristal yang tidak diharapkan, yang dapat merubah sifat mekanis dan optik yang diharapkan.

Kontur, warna, dan estetis GTC keramik-logam dengan kualitas terbaik, didapat melalui aplikasi beberapa siklus pembakaran dengan temperatur tinggi, tetapi Kontur, warna, dan estetis GTC keramik-logam dengan kualitas terbaik, didapat melalui aplikasi beberapa siklus pembakaran dengan temperatur tinggi, tetapi

2.3.3.2.4.4 Tekanan Atmosfer

Pada restorasi keramik-logam, adakalanya porselen lepas dari permukaan logam karena sifat fisik yang kurang baik memberikan kekuatan, kekakuan dan perlekatan keramik-logam. Pembakaran porselen yang optimal perlu untuk keberhasilan klinis restorasi keramik-logam. Berdasarkan keadaan atmosfer, pembakaran porselen terbagi atas dua cara, yaitu:

a. Air Firing Porselen dibakar di atmosfer yang mempunyai banyak ruangan yang berisi

udara. Tegangan permukaan dari fase cairan diharapkan meningkatkan tekanan dalam gelembung, mengurangi radius gelembung, sehingga didapatkan keseimbangan. Pada air firing, proses difusi sangat lambat, mekanisme ini tidak bisa diharapkan untuk menghilangkan porositas, terutama karena waktu, temperatur harus dibatasi. Air firing dapat meninggalkan porositas sebanyak 5 %. Porositas yang timbul tidak hanya melemahkan porselen, tetapi juga menyulitkan upaya untuk meniru gigi asli.

b. Vacuum Firing Vacuum firing digunakan untuk mengurangi porositas. Sewaktu porselen

diletakkan pada tungku, partikel bubuk dimampatkan bersama-sama dengan saluran udara disekelilingnya. Sewaktu tekanan udara di dalam muffle tungku diturunkan sekitar sepersepuluh dari tekanan atmosfer, udara di sekitar partikel juga akan berkurang sama besar. Sementara sewaktu temperatur meningkat, partikel-partikel akan tersintering bersama-sama, membentuk lubang yang tertutup di dalam massa porselen. Pada temperatur di bawah temperatur pembakaran atas, vakum dilepas dan tekanan di dalam tungku akan meningkat sepuluh kali dari 0.1 menjadi 1 atm. Karena tekanan meningkat sepersepuluh kali, lubang akan terkompresi menjadi sepersepuluh dari ukurannya semula, dan volume total dari porositas juga akan berkurang dalam jumlah yang sama.

Dalam proses vacuum firing, udara dikeluarkan dari porselen sehingga bahannya menjadi lebih padat, tidak berpori, lebih kuat, lebih bening dan mendekati penampilan gigi asli.

2.3.6 Pengukuran Kekuatan lekat

Beberapa pengukuran didesain dan dipilih oleh peneliti untuk mengevaluasi kekuatan lekat keramik-logam. Pengukuran ini dapat diklasifikasikan menurut sifat tekanan yang dihasilkan seperti: uji geser, tarik, kombinasi uji geser dan tarik, uji fleksural dan uji torsi. Dari berbagai pengukuran, yang paling umum digunakan adalah uji bending (fleksural) dan uji geser (Henriques 2012).

Bentuk uji bending atau fleksural dapat berupa three atau four-point bending, terdiri dari lempeng logam yang rata dengan lapisan keramik pada permukaan tarik, yang kemudian diuji untuk kekuatan transversal (modulus retak). Three-point bending merupakan pengukuran kekuatan lekat keramik-logam yang paling umum digunakan. ISO 9693/2000 menyarankan three-point bending untuk uji kekuatan lekat. Sampel keramik-logam diuji untuk mengukur perlekatan atau gaya untuk kegagalan ikatan. Sampel keramik-logam ditahan oleh dua lengan pendukung dengan permukaan keramik menghadap ke bawah dan diberikan beban pada titik pertengahan hingga terjadi kerusakan perlekatan antar permukaan keramik-logam. Analisis tekanan ujung elemen menunjukkan tekanan tarik lebih besar dibandingkan dengan tekanan geser, menghasilkan kemungkinan kegagalan tarik lebih besar. Tekanan tarik bisa perpendicular atau sejajar dengan antar permukaan keramik- logam. Uji four-point bending mengurangi kemungkinan kegagalan tarik yang terjadi pada uji three-point bending dan menghasilkan tekanan geser antar permukaan yang lebih besar. Uji four-point bending digunakan untuk memisahkan keramik dari logam bila kegagalan antar permukaan selalu terjadi pada titik beban. four-point bending lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus untuk pengukuran dan ketebalan keramik dan logam menirukan kondisi klinis (Hammad dkk. 1996).