BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi Tiruan Cekat 2.1.1 Pengertian - Pengaruh Temperatur dan Jumlah Pembakaran Porselen Opak Terhadap Kekuatan Lekat Gigi Tiruan Cekat Keramik-Logam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan Cekat

2.1.1 Pengertian

Gigi Tiruan Cekat (GTC) adalah gigi tiruan yang melekat secara permanen pada gigi asli, akar gigi atau implan yang merupakan pendukung utama dari gigi tiruan dan menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang (The Glossary of Prosthodontic Terms). Gigi tiruan cekat dapat berupa mahkota tiruan dan gigi tiruan jembatan. Mahkota adalah restorasi yang disemen secara ekstrakoronal, menutupi atau melapisi permukaan luar mahkota klinis gigi. Jembatan terdiri atas mahkota di setiap ujungnya, yang disebut sebagai retainer. Retainer melekatkan jembatan pada gigi asli yang masih ada yang disebut sebagai penyangga. Bagian yang menggantikan gigi asli yang hilang disebut pontik. Pontik dihubungkan dengan retainer oleh konektor dan disemenkan pada gigi penyangga yang telah di preparasi. Gigi tiruan cekat dapat juga disebut Fixed Dental Prosthesis atau Fixed Partial Denture (FPD) (Shillingburg dkk. 2012; Gladwin dkk. 2009; Napankangas 2001).

2.1.2 Klasifikasi Menurut Bahan

2.1.2.1 Logam Penuh

Bahan logam sangat kuat dan tahan terhadap tekanan, tetapi memiliki estetik yang buruk. Logam penuh merupakan pilihan terbaik untuk diaplikasikan pada gigi

2.1.2.2 Keramik-Logam

Kombinasi keramik-logam telah berkembang di bidang kedokteran gigi pada tahun 1950. Kekuatan dan ketahanan bahan logam dapat mendukung bahan keramik yang rapuh namun estetis. Bahan keramik-logam merupakan pilihan paling popular untuk mahkota dan jembatan, dikenal juga sebagai restorasi ceramometal, Porcelain-Bonded-to-Metal (PBM) atau Porcelain-Fused-to-Metal (PFM). Keramik- logam merupakan pilihan bahan terbaik, bila dibutuhkan kekuatan dan estetis pada gigi tiruan.

2.1.2.3 Keramik Penuh

Bahan keramik penuh digunakan bila sangat membutuhkan estetis, karena dapat meniru warna dan translusensi gigi asli. Gigi tiruan cekat keramik penuh, memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan beban fungsional normal bila didesain dan dibuat dengan tepat, tetapi akan pecah bila diberikan kekuatan berlebihan. Kelebihan GTC keramik penuh, yaitu: memiliki tampilan yang lebih alami menyerupai gigi asli dibandingkan GTC keramik-logam. Kekurangan GTC keramik Bahan keramik penuh digunakan bila sangat membutuhkan estetis, karena dapat meniru warna dan translusensi gigi asli. Gigi tiruan cekat keramik penuh, memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan beban fungsional normal bila didesain dan dibuat dengan tepat, tetapi akan pecah bila diberikan kekuatan berlebihan. Kelebihan GTC keramik penuh, yaitu: memiliki tampilan yang lebih alami menyerupai gigi asli dibandingkan GTC keramik-logam. Kekurangan GTC keramik

2.2 Gigi Tiruan Cekat Keramik-Logam

2.2.1 Pengertian

Gigi tiruan cekat keramik-logam adalah restorasi yang terdiri dari substruktur logam atau koping yang menutup struktur jaringan gigi yang dipreparasi dan mendukung lapisan keramik yang berikatan secara mekanis dan kimia dengan koping logam. Gigi tiruan cekat keramik-logam dapat digunakan pada gigi anterior maupun posterior (Rosenstiel dkk. 2004).

2.2.2 Keuntungan dan Kerugian

2.2.2.1 Keuntungan

Gigi tiruan cekat keramik-logam memiliki beberapa keuntungan antara lain (Shillingburg dkk. 2012; Hatrick dkk. 2011; Gladwin dkk. 2009; Anusavice 2004): - Dapat digunakan di daerah anterior maupun posterior - Memiliki kekuatan dan ketahanan cukup besar untuk menahan beban pengunyahan - Biokompatibel - Kegagalan mekanis substruktur logam hampir tidak pernah terjadi

- Estetis baik karena dapat meniru gigi asli - Adaptasi terhadap jaringan gigi cukup baik - Biaya lebih murah jika dibandingkan dengan GTC keramik penuh

2.2.2.2 Kerugian

Kekurangan GTC keramik-logam, yaitu: - Kegagalan mekanis berupa fraktur dan terlepasnya porselen dari logam - Dapat terlihat bayangan hitam yang dipantulkan oleh koping logam - Bahan keramik sangat keras sehingga dapat mengauskan enamel gigi antagonis

dibandingkan bahan logam.

2.2.3 Komponen-Komponen

Gigi tiruan cekat keramik-logam terdiri dari dua komponen utama, yaitu koping logam dan lapisan porselen yang membentuk keramik (Gambar 2.1).

Gambar 2.1. Gigi tiruan cekat keramik-logam A. Potongan longitudinal restorasi keramik-logam. Sumber: Rosenstiel, Land & Fujimoto 2004, Text book of contemporary fixed prosthodontics, ed. 4, hal. 216.

B. Ilustrasi lapisan porselen yang digunakan pada restorasi keramik-logam. Sumber: Gladwin, Marcia, Bagby & Michael 2009, Clinical aspects of dental materials: theory, practice, and cases, ed. 3, Wolters Kluwer, hal. 141.

C. Potongan melintang restorasi keramik-logam. Sumber: Henriques B 2012, ‘Bond strength enhancement of metal-ceramic dental

restorations by FGM design’, PhD thesis, Universidade do Minho, hal.28.

2.2.3.1 Koping Logam

Koping logam merupakan komponen yang berfungsi mendukung lapisan porselen dan berlekatan secara mekanis dan kimia untuk membentuk GTC keramik- logam. Persyaratan logam yang digunakan pada restorasi keramik-logam, temperatur peleburannya harus lebih tinggi daripada temperatur keramik. Temperatur peleburan logam yang sama dengan temperatur pembakaran keramik dapat menyebabkan distorsi ataupun koping melebur selama pembakaran keramik. Perbedaan temperatur yang semakin besar diantara kedua bahan, akan semakin memperkecil masalah yang dihadapi selama pembakaran. Koefisien ekspansi termal logam adalah 13.5-14.5 x

10¯ 6 /ºC. Logam dan porselen harus memiliki koefisien ekspansi termal yang sesuai, yaitu antara 0.5-1 x 10¯ 6 /ºC, sehingga keramik hanya mengalami sedikit tekanan

selama proses pendinginan. Koping logam harus memiliki ketebalan optimal untuk mencegah terjadi distorsi pada waktu proses pembakaran. Ketebalan koping logam antara 0.2-0.7 mm, untuk kekuatan dan kekakuan yang baik, tergantung jenis logam yang dipakai dan ketebalan preparasi gigi yang dilakukan oleh dokter gigi di klinik (Shillingburg dkk. 2012, Lopes dkk. 2009, Prado dkk. 2005, Anusavice dkk. 2004).

2.2.3.2 Lapisan Keramik

Keramik dibentuk dari bahan logam (seperti aluminium, kalsium, litium, magnesium, kalium, natrium, timah, titanium dan zirkonia) dan bahan non logam (seperti silikon, boron, fluorin dan oksigen), dikenal juga dengan istilah porselen, yang sejak lama telah digunakan untuk menggantikan gigi. Keramik terdiri dari feldspar, quartz, kaolin dan dibakar pada temperatur tinggi (Hatrick dkk. 2011). Keramik untuk restorasi keramik-logam harus memenuhi persyaratan, yaitu: dapat meniru tampilan gigi asli, melebur pada temperatur yang relatif lebih rendah dari logam, memiliki koefisien ekspansi termal yang sesuai dengan logam (sekitar 12-

13.5×10 -6 /°C) untuk perlekatan keramik-logam, dapat bertahan terhadap lingkungan rongga mulut dan tidak menyebabkan abrasi gigi antagonis (Powers dkk. 2006).

Keramik termasuk bahan yang sangat rapuh, tetapi jika indikasinya sesuai, bahan ini memuaskan secara fungsional oleh karena kekerasan dan kestabilan warnanya. Keramik gigi tersedia dalam bentuk bubuk halus yang dicampur dengan likuid Keramik termasuk bahan yang sangat rapuh, tetapi jika indikasinya sesuai, bahan ini memuaskan secara fungsional oleh karena kekerasan dan kestabilan warnanya. Keramik gigi tersedia dalam bentuk bubuk halus yang dicampur dengan likuid

Tabel 2.1. Klasifikasi porselen dental menurut temperatur pembakaran. Sumber: Anusavice KJ 2003, Philips: buku ajar ilmu kedokteran gigi, EGC, ed. 10, hal. 497

Tipe porselen

Temperatur Pembakaran

Kegunaan

Elemen gigi tiruan Medium-fusing

High-fusing

1300 ºC (2372 ºF)

1101-1300 ºC (2013-2072 ºF)

- Mahkota jaket porselen - Restorasi keramik penuh

Low-fusing

870-1100 ºC (1562-2012 ºF)

- Restorasi keramik-logam - Restorasi keramik penuh

Ultra-low-fusing

< 850 ºC (1562 ºF)

Untuk aloi titanium dan titanium

Komposisi porselen dental berbeda dengan barang pecah belah dari tanah liat atau porselen rumah tangga dalam kandungan feldspar, kaolin, dan quartz (Gambar dan Tabel 2.2) (Fraunhofer 2010; Van Noort R 2007).

Gambar 2.2. Komposisi bahan keramik berdasarkan feldspar, kaolin dan quartz. Sumber: Van Noort R 2007, Introduction to dental materials, Mosby

Elsevier, ed. 3, hal. 240.

Tabel 2.2. Komposisi (wt.%) porselen dental dan rumah tangga (berbeda dalam kandungan feldspar dan kaolin) . Sumber: Fraunhofer JA 2010, Dental materials at a glance, Wiley-Blackwell, ed. 1, hal.38.

Dekorasi Feldspar

4 70 Pigmen logam

Feldspar mengandung koefisien ekspansi termal rendah, sekitar 8,6×10 -6 /°K, sehingga tidak dapat bersatu dengan koping logam yang memiliki koefisien ekspansi

-6 termal lebih tinggi (12-14 x 10 0 / K), oleh karena itu perlu dilakukan penambahan partikel kristalin yang berbentuk tetragonal, bernama leucite, karena memiliki

koefisien ekspansi termal 20-25 × 10 -6 /°K, sehingga koefisien ekspansi termal lapisan keramik meningkat, dan dapat bersatu dengan koping logam pada saat

pembakaran. Selama proses pembuatan, kandungan dasar porselen dental dicampur bersama-sama dengan hati-hati dan dipanaskan pada temperatur sekitar 1200 ºC dalam tungku pembakaran. Feldspar mencair pada temperatur 1150 ºC untuk membentuk fase kaca (glassy) dengan struktur yang amorphous, dan fase kristalin

(mineral) yang mengandung leucite (KAlSi 2 O 6 atau K 2 O). Struktur kristalin leucite adalah tetragonal (Gambar 2.3 dan 2.4) (Powers JM dan Sakaguchi RL 2006).

Gambar Gambar 2.3. Struktur dua dimensi kaca sodium silikat. Sumber: Powers JM & Sakaguchi RL 2006, Craig’s restorative dental materials, Mosby Elsevier, ed. 12, hal. 447.

Gambar 2.4. Struktur tiga dimensi Leucite (KAlSi Gambar 2.4. 2 O 6 ).

Sumber: Powers JM & Sakaguchi RL 2006, Craig’s restorative dental materials, Mosby Elsevier, ed. 12, hal. 447.

Lapisan keramik yang membentuk GTC keramik-logam terdiri dari tiga lapisan, yaitu: lapisan opak, lapisan dentin, dan lapisan enamel.

a. Lapisan Opak Porselen opak merupakan lapisan yang pertama diaplikasikan pada permukaan logam dan mempunyai dua fungsi utama, yaitu: menutupi warna logam dan membentuk perlekatan keramik-logam (Gambar 2.5). Lapisan opak mengandung oksida logam dalam jumlah lebih besar daripada lapisan dentin,dan enamel. Oksida logam dalam porselen opak diperkirakan berperan sangat penting untuk perlekatan keramik-logam (Wood MC 2007). Saat porselen diaplikasikan pada logam dan kedua bahan dibakar bersama, porselen akan menyatu secara kimia dengan oksida pada logam, membentuk ikatan kuat. Porselen opak harus dapat membasahi permukaan logam saat pembakaran untuk mendapatkan ikatan kimia yang baik antara permukaan keramik-logam. Koefisien ekspansi termal porselen harus sesuai dengan logam, untuk meningkatkan perlekatan keramik-logam. Penambahan oksida potassium dan

pembentukan leucite (KAlSi 2 O 6 ) akan meningkatkan ekspansi termal porselen, sehingga sesuai dengan logam. Oksida sodium dan potassium pada porselen opak juga berperan untuk merendahkan temperatur pembakaran dibawah temperatur logam, hingga rentang 930 ºC - 980 ºC, sehingga mengurangi kemungkinan terjadi distorsi logam. Porselen opak juga mengandung oksida titanium, zirconium, barium, timah dan cerium untuk membantu menutupi warna logam. Porselen opak harus dapat menutupi koping logam tanpa ketebalan yang berlebih. Ketebalan lapisan opak pembentukan leucite (KAlSi 2 O 6 ) akan meningkatkan ekspansi termal porselen, sehingga sesuai dengan logam. Oksida sodium dan potassium pada porselen opak juga berperan untuk merendahkan temperatur pembakaran dibawah temperatur logam, hingga rentang 930 ºC - 980 ºC, sehingga mengurangi kemungkinan terjadi distorsi logam. Porselen opak juga mengandung oksida titanium, zirconium, barium, timah dan cerium untuk membantu menutupi warna logam. Porselen opak harus dapat menutupi koping logam tanpa ketebalan yang berlebih. Ketebalan lapisan opak

Oksida logam

Porselen opak

Porselen body

Gambar 2.5. Kegagalan restorasi keramik-logam. Logam terlihat karena lapisan

opak yang digunakan untuk mencegah terlihatnya logam lepas. Sumber: Hatrick CD, Eakle WS, dan Bird WF 2011, Dental materials: Clinical applications for dental assistants and dental hygienists, Saunders Elsevier, ed. 2, hal. 103.

b. Lapisan Dentin Lapisan dentin dibakar diatas lapisan opak, lebih translusen dan berfungsi memberikan bentuk dan warna restorasi. Pemilihan porselen dentin didasarkan pada sifat estetisnya. Porselen dentin mengandung silika dalam jumlah besar dan oksida logam dalam jumlah kecil, sehingga dapat memberikan translusensi dan merupakan b. Lapisan Dentin Lapisan dentin dibakar diatas lapisan opak, lebih translusen dan berfungsi memberikan bentuk dan warna restorasi. Pemilihan porselen dentin didasarkan pada sifat estetisnya. Porselen dentin mengandung silika dalam jumlah besar dan oksida logam dalam jumlah kecil, sehingga dapat memberikan translusensi dan merupakan

Tabel 2.3. Komposisi keramik gigi

Sumber: Powers JM & Sakaguchi RL 2006, Craig’s restorative dental materials, Mosby Elsevier, ed. 12, hal. 449.

Komposisi Opak

Opak V.M.K Dentin Biodent Dentin Biodent BG 2

Opak

BD 27 (%) Ceramco T 69 (%)

SiO 2 52.0 55.0 52.4 56.9 62.2 Al 2 O 3 13.55 11.65 15.15 11.80 13.40 CaO

0.61 0.98 K 2 O

11.05 9.6 9.9 10.0 11.3 Na 2 O

2.59 0.61 - ZrO 2 3.22 0.16 5.16 1.46 0.34 SnO2

3.52 - ZnO

4.31 3.54 3.24 9.58 5.85 dan H 2 O

Dari Nally JN, Meyer JM: 1970

c. Lapisan Enamel Porselen enamel dilapis pada daerah insisal dan interproksimal, berfungsi membentuk bagian luar mahkota. Porselen enamel tidak memiliki pigmen dan oksida logam, sehingga lebih translusen jika dibandingkan dengan lapisan dentin, karena itu c. Lapisan Enamel Porselen enamel dilapis pada daerah insisal dan interproksimal, berfungsi membentuk bagian luar mahkota. Porselen enamel tidak memiliki pigmen dan oksida logam, sehingga lebih translusen jika dibandingkan dengan lapisan dentin, karena itu

2.3 Perlekatan Keramik-Logam

2.3.1 Pengertian

Perlekatan merupakan proses pembentukan hubungan ikatan dan didefinisikan sebagai gaya yang mengikat dua bahan yang tidak sama jenis untuk saling berkontak rapat (Van Noort 2007). Persyaratan utama ikatan adalah dua bahan harus saling berkontak rapat. Substansi yang mengikat kedua bahan disebut sebagai adhesif, dan permukaan kedua bahan disebut sebagai substrat, tempat dimana substrat bertemu dengan adhesif disebut sebagai antar permukaan (gambar 2.6).

Gambar 2.6. Terminologi untuk menjelaskan hubungan ikatan. Sumber: Van Noort R 2007, Introduction to dental materials, Mosby Elsevier, ed. 3,hal. 70.

Sifat paling penting dari ikatan keramik-logam adalah kemampuannya untuk menyatukan keramik dan logam dengan kuat. Untuk kebanyakan logam, oksida pada permukaan logam memicu ikatan kimia dengan keramik (Gambar 2.7). komposisi Sifat paling penting dari ikatan keramik-logam adalah kemampuannya untuk menyatukan keramik dan logam dengan kuat. Untuk kebanyakan logam, oksida pada permukaan logam memicu ikatan kimia dengan keramik (Gambar 2.7). komposisi

Gambar 2. 2.7. Ikatan keramik-logam dimediasi oleh lapisan tipis oksida san tipis oksida perekat yang terbentuk pada logam. Sumber: Powers JM & Wataha JC 2008, Dental materials: materials: properties and manipulation, Mosby Elsevier, ed. 9, hal. 248. ed. 9, hal. 248.

2.3.2 Mekanisme Perlekatan Mekanisme Perlekatan

Kriteria utama perlekatan perlekatan adalah didapatkannya pertemuan atau pertemuan atau kontak rapat antara molekul adhesif dan adhesif dan substrat. Bila dua zat berkontak erat satu erat satu sama lain, molekul-molekul dari sat dari satu zat berlekatan atau ditarik ke molekul dari dari zat lainnya. Studi mengenai seluruh fase seluruh fase pembakaran keramik pada struktur logam menunjukkan logam menunjukkan sistem perlekatan yang kompleks. yang kompleks. Perlekatan antara lapisan keramik keramik dan struktur logam (Gambar 2.8) dapat dijelaskan melalui dapat dijelaskan melalui beberapa mekanisme, yaitu beberapa mekanisme, yaitu:

KIMIA MEKANIS

Atom-atom

Permukaan aloi

logam

Porselen Massa yang

gelap Kontak

oksida

kompresi

Kontraksi termal

Tegangan

Gambar 2.8. Mekanisme perlekatan keramik-logam. Sumber: Giannarchis dkk. 2013, ‘Studies on the importance Of metal ceramic bond in merging ceramic mass on metal component’, Fascicula XVII , no. 2, hal. 7.

2.3.2.1 Perlekatan Mekanis

Ikatan kuat antara suatu zat dengan yang lain dapat juga terjadi melalui Perlekatan mekanis, bukan oleh gaya tarik menarik molekul. Bentuk perlekatan ini terjadi karena adanya ketidakteraturan permukaan, seperti celah dan porus yang menimbulkan undercut mikroskopis pada suatu zat. Kondisi yang terjadi pada bentuk perlekatan ini adalah, adhesif dapat penetrasi ke dalam celah sebelum mulai mengeras. Udara atau uap air di dalam celah harus keluar, untuk meningkatkan kontak. Adhesif akan terkunci di dalam undercut bila dapat penetrasi kedalam celah dan menjadi keras dan padat.

Kekasaran antar permukaan keramik-logam berperan penting dalam perlekatan mekanis keramik. Ikatan mekanis terjadi karena keramik mengalir ke

dalam permukaan logam yang kasar, menghasilkan peningkatan ikatan (Gambar 2.9). Kekasaran permukaan dapat menyebabkan tekanan yang melemahkan perlekatan antar permukaan keramik-logam dan dapat memicu fraktur pada keramik. Ketidak teraturan juga dapat menyebabkan kontak antara keramik-logam tidak optimal, keramik tidak dapat penetrasi ke dalam permukaan karena terbentuk gelembung pada antar permukaan. Keadaan ini bisa terjadi bila keramik tidak membasahi logam secara sempurna atau bila keramik tidak dibakar secara tepat. Kekasaran permukaan dari koping logam dapat dihasilkan dari abrasi alumina atau dengan grinding. Sandblasting dapat meningkatkan ikatan dengan membuang oksida yang berlebih, sehingga menghasilkan permukaan yang bersih.

Gambar 2.9. Gambaran mikro menunjukkan perlekatan mekanis antar Permukaan keramik-logam Sumber: Henriques B 2012, ‘Bond strength enhancement of metal-ceramic dental restorations by FGM design’, PhD thesis, Universidade do Minho, hal. 30.

2.3.2.2 Gaya Van der Waals Gaya Van der Waals

Gaya van der waals der waals merupakan gaya tarik menarik antara dua ku dua kutub molekul. Gaya tarik menarik cenderung menarik cenderung menarik atom-atom untuk bersatu. Elektron lektron-elektron dari atom normalnya dibagikan dibagikan seimbang di sekitar nukleus dan menghasilkan meda enghasilkan medan elektrostatik di sekitar sekitar atom, namun medan ini dapat berubah-ubah ubah sehingga muatannya menjadi terkadan menjadi terkadang positif dan negatif, kemudian dihasilkan dihasilkan kedua kutub yang berubah-ubah, yang ubah, yang akan menarik dua kutub serupa lainnya (gambar rupa lainnya (gambar 2.10).

Gambar 2 Gambar 2.10. Gaya van der waals membentuk basis tarik-menarik 2 kutub. Sumber: Anusavice 2004, Phillips:Buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi,ed. 10, hal. 15.

Gaya ini berperan dalam berperan dalam perlekatan, tetapi hanya berperan kecil, kecil, tidak begitu signifikan seperti yang di yang di perkirakan. Atraksi molekul signifikan dalam signifikan dalam memicu mekanisme yang paling paling penting, yaitu perlekatan kimia, meskipun hanya eskipun hanya berperan sedikit terhadap kekuatan lekat (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice 2004) sedikit terhadap kekuatan l Anusavice 2004).

2.3.2.3 Gaya Kompresi

Gaya kompresi terjadi selama proses pendinginan lapisan porselen yang dibakar. Koefisien ekspansi termal keramik-logam sengaja dibuat sesuai, untuk mendapatkan kekuatan perlekatan antar permukaan. Perbedaan koefisien ekspansi termal, atau kontraksi termal yang kecil akan menyebabkan porselen tertekan kearah koping logam ketika restorasi mendingin setelah pembakaran (Gambar 2.11). Logam cenderung kembali ke bentuk aslinya pada saat pendinginan dari temperatur pembakaran ke suhu kamar, karena itu ekspansinya harus lebih tinggi dari porselen dan kontraksinya akan lebih cepat, sehingga logam cenderung menyusut lebih cepat daripada porselen dan porselen akan mengalami tekanan kearah logam dan memberikan kekuatan tambahan untuk restorasi. Koefisien ekspansi termal keramik yang lebih tinggi dari logam, akan menyebabkan keramik berada dalam tegangan, sehingga dapat menyebabkan kegagalan ikatan secara spontan. Keramik merupakan bahan rapuh yang jauh lebih tahan terhadap kompresi daripada tegangan, dan tegangan tarik sisa pada keramik harus dihindari untuk mencegah fraktur restorasi. Rata-rata perbedaan koefisien ekspansi termal keramik-logam adalah 0.5-1 x

10¯ 6 /ºC. Penyusutan setelah pembakaran dan kontraksi termal lapisan porselen yang sedikit lebih kecil dari logam, menghasilkan gaya kompresi yang membuat keramik

berikatan kuat dengan struktur logam (Lopes dkk. 2009, Schweitzer dkk. 2005; Darvel BW 2010).

Gambar 2.11. L Lapisan porselen berada dibawah kompresi

Setelah Setelah proses pendinginan Sumber: Sumber: Darvell BW 2000, Dental materials science, science, ed.6, hal. 483.

2.3.2.4 Perlekatan Kimia Perlekatan Kimia

Shell dan Nielsen dan Nielsen menyatakan bahwa perlekatan kimia kimia merupakan mekanisme perlekatan keramik perlekatan keramik-logam yang paling penting (dikutip dari (dikutip dari Hong dan Shin 2014). Perlekatan kimia Perlekatan kimia merupakan hasil difusi atom dari unsur nsur-unsur logam dasar yang menghasilkan menghasilkan lapisan oksida pada permukaannya, sehingga sehingga berikatan dengan unsur keramik. keramik. Ikatan kimia ditandai dengan pembentukan lapisan lapisan oksida pada antar permukaan permukaan keramik-logam, dan terjadi ikatan yang yang kuat setelah pembakaran. Unsur-unsur unsur dalam logam, bermigrasi ke permukaan permukaan membentuk oksida saat dibakar, selanj selanjutnya berikatan dengan oksida yang terdapat dalam rdapat dalam lapisan porselen opak (Giannarachis (Giannarachis dkk. 2013). Bentuk ikatan kimia memiliki memiliki beberapa bukti kuat, misalnya: pada misalnya: pada pemeriksaan mikro elektron permukaan keramik permukaan keramik-logam mulia, terlihat bahwa indium bahwa indium atau timah bermigrasi ke permukaan aloi permukaan aloi logam mulia untuk membentuk oksida oksida indium atau timah, yang menyatu dengan porselen ngan porselen selama pembakaran. Bukti lebih Bukti lebih lanjut dari ikatan kimia adalah pembersihan pembersihan permukaan

logam dengan asam hidrofluorida, dapat mengurangi kekuatan lekat, hal ini menunjukkan bahwa lapisan oksida berperan dalam mekanisme perlekatan. Bila porselen dibakar pada permukaan logam yang terdapat lapisan oksida, oksigen permukaan porselen berdifusi dengan oksigen permukaan logam untuk mengurangi jumlah rantai oksigen dan kemudian meningkatkan penyaringan kation pada antar permukaan. Bila porselen tidak terlarut dengan oksida, porselen akan melarutkan oksigen dengan kation logamnya, sehingga porselen pada permukaan oksida kemudian menjadi terlarut dengan oksida. Komposisi porselen tetap konstan dan berada pada keseimbangan termodinamis dengan oksida logam, sehingga menghasilkan keseimbangan energi ikatan dan ikatan kimia. Pemisahan porselen dari koping logam merupakan bukti kegagalan ikatan karena kontaminasi permukaan koping atau karena lapisan oksida yang berlebih (Shillingburg dkk. 2012).

Berbagi elektron antara dua atom pada ikatan kimia, merupakan hal yang membedakannya dengan interaksi fisik. Terdapat tiga bentuk dasar ikatan kimia, yaitu:

a. Ikatan Ionik Ikatan ionik adalah jenis ikatan kimia sederhana, yang terjadi bila elektron salah satu atom dilepas dan dilekatkan pada atom lain menghasilkan ion positif dan negatif yang dapat saling tarik menarik (Gambar 2.12). Persyaratan utama ikatan ionik adalah jumlah muatan positif harus sama dengan muatan negatif. Keramik adalah bahan yang atomnya terikat secara ionik. Keramik merupakan campuran senyawa logam dan non logam, namun keramik tidak mengandung sejumlah besar a. Ikatan Ionik Ikatan ionik adalah jenis ikatan kimia sederhana, yang terjadi bila elektron salah satu atom dilepas dan dilekatkan pada atom lain menghasilkan ion positif dan negatif yang dapat saling tarik menarik (Gambar 2.12). Persyaratan utama ikatan ionik adalah jumlah muatan positif harus sama dengan muatan negatif. Keramik adalah bahan yang atomnya terikat secara ionik. Keramik merupakan campuran senyawa logam dan non logam, namun keramik tidak mengandung sejumlah besar

Gambar 2.12. Gambaran dua dimensi ikatan ionik. Sumber: Gladwin dkk. 2009, Clinical aspects of dental

materials: Theory, practice, and cases,ed. 3, hal. 23.

b. Ikatan Kovalen Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi antar atom dan ikatan ini terjadi pada beberapa senyawa organik. Ikatan kovalen antara dua atom merupakan hasil berbagi pasangan elektron dari dua atom (Gambar 2.13).

Gambar 2.13. Tiga gambaran ikatan kovalen antara atom karbon Sumber: Gladwin dkk. 2009. Clinical aspects of dental materials: Theory, practice, and cases, ed. 3, hal. 23.

c. Ikatan Logam Materi bahan juga dapat diikat dengan interaksi atomik primer yang disebut sebagai ikatan logam. Ikatan logam adalah ikatan yang terbentuk akibat adanya gaya tarik-menarik antara muatan positif dari ion-ion logam dengan muatan negatif dari elektron-elektron yang bebas bergerak dalam logam tersebut (Gambar 2.14).

Gambar 2.14. Gambaran dua dimensi ikatan logam. Sumber: Gladwin dkk. 2009. Clinical Aspects of dental materials: Theory, practice,and cases, ed. 3, hal. 23

Salah satu karakteristik logam adalah kemampuannya menghantar panas dan listrik. Sifat menghantar energi ini dihubungkan dengan gerak elektron-elektron bebas yang ada dalam logam.

2.3.3 Prinsip Perlekatan

Pembentukan ikatan dapat ditemukan pada banyak situasi kedokteran gigi, misalnya perlekatan antara gigi tiruan dengan saliva serta antara saliva dengan jaringan lunak mulut. Pemahaman tentang prinsip dasar yang berhubungan dengan gejala perlekatan adalah penting bagi dokter gigi. Beberapa faktor telah dikenal sebagai pembentuk ikatan yang baik antara porselen dengan logam, antara lain:

2.3.3.1 Pembasahan

Memaksakan kedua permukaan benda padat untuk melekat amatlah sukar, terlepas dari sehalus apa kelihatannya permukaan itu, permukaan tersebut cenderung kasar bila dilihat dengan skala atom atau molekul. Satu metode untuk memecahkan kesulitan ini adalah menggunakan cairan yang mengalir kedalam ketidakteraturan itu, sehingga memberikan kontak permukaan yang lebih besar pada benda padat tersebut. Cairan harus mudah mengalir menutupi seluruh permukaan dan melekat pada benda padat. Karakteristik ini disebut pembasahan. Kemudahan mengalir dari bahan perekat juga mempengaruhi luas terisinya pori-pori atau ketidakteraturan. Bila cairan tidak membasahi permukaan benda yang akan direkatkan, perlekatan antara cairan dan benda tersebut tidak akan berarti atau tidak terjadi. Bila benar-benar terdapat Memaksakan kedua permukaan benda padat untuk melekat amatlah sukar, terlepas dari sehalus apa kelihatannya permukaan itu, permukaan tersebut cenderung kasar bila dilihat dengan skala atom atau molekul. Satu metode untuk memecahkan kesulitan ini adalah menggunakan cairan yang mengalir kedalam ketidakteraturan itu, sehingga memberikan kontak permukaan yang lebih besar pada benda padat tersebut. Cairan harus mudah mengalir menutupi seluruh permukaan dan melekat pada benda padat. Karakteristik ini disebut pembasahan. Kemudahan mengalir dari bahan perekat juga mempengaruhi luas terisinya pori-pori atau ketidakteraturan. Bila cairan tidak membasahi permukaan benda yang akan direkatkan, perlekatan antara cairan dan benda tersebut tidak akan berarti atau tidak terjadi. Bila benar-benar terdapat

Kontak rapat antar permukaan harus terbentuk untuk mendapatkan perlekatan antara dua bahan. Kemampuan untuk berkontak bergantung pada pembasahan permukaan substrat tertentu. Pembasahan yang baik merupakan kemampuan untuk menutupi substrat secara keseluruhan (Gambar 2.16). Kemampuan untuk membasahi permukaan yang akan direkatkan dipengaruhi sejumlah faktor, seperti kebersihan permukaan. Selapis air yang hanya setebal satu molekul pada permukaan benda padat dapat menurunkan energi permukaan dan mencegah proses pembasahan oleh bahan perekat (Van Noort 2007).

Pada kombinasi bahan keramik-logam, pembasahan permukaan logam oleh porselen terjadi selama pembakaran porselen opak. Mc Lean menyarankan temperatur pembakaran porselen opak 20° C lebih tinggi dari temperatur yang disarankan pabrikan, untuk menciptakan pembasahan (dikutip dari Olivieri dkk. 2005). Keramik harus membasahi dan menyatu pada permukaan logam tanpa ada celah. Pembasahan porselen pada permukaan logam dikatakan baik bila sudut kontak dari porselen yang mengalir saat dibakar pada logam memiliki nilai rendah. Pembasahan yang baik menunjukkan interaksi antara atom-atom pada permukaan logam dengan keramik dan meningkatkan penetrasi keramik ke dalam ketidakteraturan permukaan (Henriques 2012; Rosenstiel dkk. 2004).

Gambar 2.15. Pembasahan yang baik dari porselen yang mencair pada logam Sumber: O’Brien WJ 2002, Dental materials and their

selection,ed. 3, hal. 375.

2.3.3.2 Sudut Kontak

Bila bahan padat dan cair berkontak, sudut antara permukaan cair dan permukaan padat dikenal sebagai sudut kontak. Sudut kontak adalah sudut yang dibentuk oleh bahan perekat dengan benda yang akan direkatkan (adherend) pada antar permukaannya. Semakin kecil sudut kontak antara bahan perekat dengan adherend, semakin baik kemampuan bahan perekat untuk mengisi ketidakteraturan pada permukaan adherend, sehingga kekuatan lekat akan meningkat.

Pengukuran pembasahan bahan cair pada substrat tertentu bisa juga didapatkan dengan pengukuran sudut kontak antara bahan padat dan cair (Gambar 2.17). Pembasahan yang sempurna, dimana terjadi perlekatan yang ideal, sudut kontak harus 0º. Permukaan ditutupi dengan sempurna oleh adhesif pada keadaan ini sehingga didapatkan kekuatan ikatan yang maksimal. Penelitian O’brien dan Ryge (dikutip dari Rosenstiel dkk. 2004) menyatakan bahwa pembasahan yang sempurna

(sudut kontak 0º) tidak dapat tidak dapat terjadi. Besar sudut kontak pembasahan keramik pembasahan keramik pada logam umumnya adalah 60 derajat at adalah 60 derajat atau lebih kecil.

Gambar 2.1 2.16. Ukuran sudut kontak menunjukkan kemampuan pembasahan an pembasahan

Permukaan Sumber: Gladwin dkk. 2009. Clinical aspects of dental f dental materials:Theory, practice, and cases, ed. 3, hal. 33.

2.3.3.3 Lapisan Oksida ida

Pembentukan oksida Pembentukan oksida pada permukaan logam terbukti berperan terbukti berperan dalam menghasilkan ikatan yang ikatan yang kuat. Ikatan ini dibentuk pada saat proses proses pembakaran keramik, dimana keramik keramik dibakar dengan temperatur tinggi sehingga dapat sehingga dapat mengalir dan menyatu dengan oksida dengan oksida pada permukaan logam karena migrasi oksida migrasi oksida ke dalam keramik. Ikatan keramik keramik dan logam merupakan hasil difusi elemen antara elemen antara oksida yang dibentuk pada permukaan pada permukaan logam dan dari keramik. Lapisan apisan oksida pada permukaan logam yang g dibasahi oleh porselen, memberikan lapisan transisi lapisan transisi yang menguntungkan, dan terbukti dan terbukti berperan dalam pembentukan ikatan ikatan yang kuat. Berbagai opini timbul, bagaimana timbul, bagaimana oksida berinteraksi dengan porselen selama porselen selama siklus pembakaran. Peleburan porselen Peleburan porselen dipercaya melarutkan oksida yang terbentuk yang terbentuk secara alami dan menghasilkan zona menghasilkan zona interaksi yang bertanggung jawab dalam pembentukan dalam pembentukan Pembentukan oksida Pembentukan oksida pada permukaan logam terbukti berperan terbukti berperan dalam menghasilkan ikatan yang ikatan yang kuat. Ikatan ini dibentuk pada saat proses proses pembakaran keramik, dimana keramik keramik dibakar dengan temperatur tinggi sehingga dapat sehingga dapat mengalir dan menyatu dengan oksida dengan oksida pada permukaan logam karena migrasi oksida migrasi oksida ke dalam keramik. Ikatan keramik keramik dan logam merupakan hasil difusi elemen antara elemen antara oksida yang dibentuk pada permukaan pada permukaan logam dan dari keramik. Lapisan apisan oksida pada permukaan logam yang g dibasahi oleh porselen, memberikan lapisan transisi lapisan transisi yang menguntungkan, dan terbukti dan terbukti berperan dalam pembentukan ikatan ikatan yang kuat. Berbagai opini timbul, bagaimana timbul, bagaimana oksida berinteraksi dengan porselen selama porselen selama siklus pembakaran. Peleburan porselen Peleburan porselen dipercaya melarutkan oksida yang terbentuk yang terbentuk secara alami dan menghasilkan zona menghasilkan zona interaksi yang bertanggung jawab dalam pembentukan dalam pembentukan

Atom logam dasar seperti nikel, kromium, dan berilium, membentuk oksida dengan mudah selama proses oksidasi logam, dan harus diperhatikan untuk menghindari pembentukan lapisan oksida yang terlalu tebal. Pembentukan lapisan oksida yang tebal ditemukan pada jumlah pembakaran yang bertambah. Ketebalan Lapisan oksida meningkat signifikan setelah tahap pembakaran porselen (Rokni dan Baradaran, 2007). Beberapa produsen menyarankan dilakukan abrasi udara koping logam dengan alumina atau meletakkan dalam asam hydrofluoric untuk mengurangi ketebalan lapisan oksida (Henriques 2012).

2.3.3.4 Energi Permukaan

Permukaan yang berhadapan harus saling tarik menarik satu sama lain agar terjadi perlekatan dan keadaan ini dapat terjadi tanpa mempertimbangkan wujud padat, cair, atau gas dari kedua permukaan. Energi pada permukaan benda padat lebih besar daripada di dalamnya. Energi Pada permukaan lebih besar karena kebanyakan atom-atom di bagian luar tidak saling tarik menarik dalam semua arah secara seragam.

Peningkatan energi per unit daerah permukaan disebut sebagai energi permukaan atau tegangan permukaan.Semakin besar energi permukaan, semakin besar pula kapasitas untuk berikatan.

2.3.3.5 Viskositas

Keramik tidak hanya harus berkontak rapat dengan logam untuk efektifitas perlekatan, tetapi juga harus dapat menyebar dengan mudah, namun tidak boleh terlalu mudah sehingga tidak dapat dikontrol. Kemampuan cairan untuk mengisi celah-celah merupakan fungsi dari viskositas. Gaya yang menggerakkan penyebaran cairan pada permukaan padat diberikan oleh pembasahan, dan gaya ini ditahan oleh viskositas cairan. Viskositas cairan tidak boleh terlalu tinggi, karena akan menghambat cairan untuk mengalir dengan mudah pada permukaan padat dan penetrasi kedalam celah-celah.

Viskositas bahan adalah kemampuan untuk mengalir. Cairan yang kental akan sulit untuk mengalir, sementara cairan yang encer akan lebih mudah mengalir dan sifat viskositas bergantung pada temperatur (Gladwin dkk. 2009).

2.3.4 Tipe Kegagalan Perlekatan

Klasifikasi kegagalan perlekatan sistem keramik-logam telah dibuat oleh O’Brien, sebagai berikut (Gambar 2.15):

2.3.4.1 Kegagalan Adhesi

Gaya adhesif terjadi bila molekul zat yang tidak sama saling bertarikan. Bentuk kegagalan adhesif, yaitu:

1. Pemisahan porselen dari logam

Fraktur terjadi pada antar permukaan, meninggalkan permukaan halus pada logam. Tipe kegagalan ini terjadi bila permukaan logam tidak di oksidasi sebelum pembakaran keramik atau bila oksida yang terbentuk tidak cukup, hal ini mungkin terjadi karena adanya kontaminasi atau permukaan logam ber pori.

2. Pemisahan porselen dari oksida logam Terjadi fraktur pada massa keramik di dekat antar permukaan, meninggalkan oksida logam pada permukaan logam. Tipe fraktur ini adalah yang paling sering terjadi pada logam non mulia.

3. Pemisahan logam dari oksida logam Tipe kegagalan ini merupakan fraktur pada antar permukaan, dimana oksida terlepas dari permukaan logam dan tetap berikatan dengan lapisan porselen. Pemisahan ini terjadi pada logam non mulia bila terjadi pembentukan oksida Ni-Cr yang berlebihan.

2.3.4.2 Kegagalan Kohesi

Gaya kohesi terjadi, bila molekul zat yang sama saling bertarikan. Bentuk kegagalan kohesi, yaitu:

1. Pemisahan oksida logam dari oksida logam Tipe kegagalan ini terjadi pada antar permukaan yang juga ditimbulkan bila oksida logam yang dihasilkan sangat banyak.

2. Fraktur kohesi pada logam

Tipe kegagalan ini bukan karakteristik fraktur sistem keramik-logam, hal ini mungkin terjadi pada titik-titik persambungan.

3. Fraktur kohesi pada porselen Kegagalan ini merupakan tipe fraktur yang terjadi pada massa keramik. Pada kondisi ini, kekuatan perlekatan daripada porselen lebih tinggi. Keadaan ini ideal karena lapisan oksida memiliki ketebalan beberapa mikron untuk membentuk larutan padat dengan massa keramik. Tipe kegagalan ini paling sering terjadi pada logam emas mulia.

Gambar 2.17. Tipe kegagalan perlekatan restorasi keramik-logam.

Sumber: O’Brien WJ 2002, Dental materials and their selection,ed. 3, hal. 376.

2.3.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perlekatan

Keberhasilan GTC keramik-logam bergantung pada kekuatan perlekatan antara keramik dan substruktur logam. Faktor-faktor di klinik yang mempengaruhi kekuatan lekat, termasuk desain restorasi, yaitu bentuk dan ketebalan restorasi (Rayyan 2014, Al Amri & Hammad 2012, Powers & Sakaguchi 2006). Faktor-faktor di laboratorium yang dapat mempengaruhi kekuatan perlekatan keramik-logam, antara lain: tipe logam, surface treatment logam, teknik aplikasi dan proses pembakaran porselen (Rayyan 2014; Al Amri dkk. 2012; Rosenstiel 2004; Prabhu dkk. 2003). Faktor-faktor dari proses pembakaran porselen yang dapat mempengaruhi kualitas perlekatan, antara lain: temperatur, waktu, ( Al Amri dkk. 2012; Prabhu dkk. 2003; Cheung dkk. 2002) tekanan atmosfer (Gupta dkk. 2011; Pagnano dkk. 2009) dan jumlah siklus pembakaran (Sayed 2015; Jalali dkk. 2015; Rayyan 2014; Tuncdemir dkk. 2013; Prakash dkk. 2012; Zakaria dkk. 2003; Mutawa dkk. 2000).

2.3.5.1 Faktor di Klinik 2.3.5.1.1 Desain Restorasi

Koping logam merupakan bagian yang penting dari restorasi keramik- logam. Desain koping logam memiliki peran penting pada keberhasilan atau kegagalan restorasi. Koping harus memungkinkan porselen untuk tetap dalam kompresi dengan mendukung daerah insisal, oklusal, dan daerah marjinal. Tanpa dukungan koping, jika terdapat gaya oklusal porselen akan hancur.

Terdapat 6 gambaran penting yang harus dipertimbangkan saat mendesain restorasi keramik-logam, yaitu:

a. Ketebalan lapisan Porselen Porselen harus memiliki ketebalan minimum yang sesuai dengan estetis. Ketebalan minimum porselen adalah 0.7 mm, dan ketebalan yang diharapkan adalah

1.0 – 1.5 mm. Perluasan lebih dari 2.0 mm akan rentan terhadap fraktur. Meskipun perluasan tidak terkena gaya oklusal, hal ini akan tetap rentan terhadap kegagalan prematur karena tekanan yang terjadi pada porselen yang sangat tebal selama pembakaran awal dan proses pendinginan.

b. Ketebalan Logam Kekuatan dan ketahanan maksimum restorasi didapatkan dengan kekakuan koping. Logam tidak boleh lentur selama pemasangan atau dibawah tekanan oklusal karena lenturan akan menyebabkan porselen mengalami tegangan dan memicu terjadinya retak. Logam harus cukup keras dan desain koping harus memiliki ketebalan optimum untuk kekakuan.

Untuk kekuatan dan kekakuan, koping logam mulia sedikitnya harus memiliki ketebalan 0.3 – 0.5 mm. Aloi logam dasar dengan temperatur peleburan yang ditinggikan mungkin lebih tipis sekitar 0.2 mm. Ketebalan koping bervariasi, bergantung pada bentuk preparasi. Nilai ini hanya ketebalan minimum untuk berbagai sistem aloi.

c. Dukungan Porselen Dukungan Porselen Kontur lapisan porselen san porselen yang cembung dan rata dapat mendistribusikan dapat mendistribusikan tekanan lebih baik. Sudut baik. Sudut yang tajam dan undercut harus dihilangkan. dihilangkan. Pertemuan porselen dengan logam harus berada p logam harus berada pada sudut yang tepat untuk menghindari menghindari fraktur porselen. Sudut yang tajam ng tajam pada permukaan keramik-logam lebih memungkinkan lebih memungkinkan untuk terjadi retak daripada sudut daripada sudut 90º atau 135º.

Untuk membangun membangun ketebalan porselen yang sama, logam harus logam harus di kontur sehingga saat diberikan diberikan beban, lapisan porselen akan berada pada gay pada gaya kompresi daripada gaya tarik. Contoh tarik. Contoh dari pertimbangan ini adalah menghindari menghindari perluasan lingual logam ke tepi insisal tepi insisal pada restorasi anterior maksila dan membangun mbangun birai pendukung dibawah cusp cusp fasial premolar atau molar maksila (Gambar 2.18) (Gambar 2.18).

Gambar 2.18. Dukungan porsele Dukungan porselen selen bisa fraktur bila logam meluas terlalu jauh ke insisal A. Porselen bisa fra andangan proksimal koping keramik-logam posterior maksila dengan B. Pandangan pr engan (a) dan tanpa (b) dukungan loga dukungan logam yang tepat dibawah puncak fasial. Sumber: Shillingburg d Sumber: Shillingburg dkk. 2012, Fundamental of fixed prosthodontics, ed sthodontics, ed. 4, hal. 450.

d. Kontak Oklusal dan Proksimal Bila koping didesain untuk menempati kontak oklusal pada permukaan logam yang tidak dilapis, lokasinya dan daerah yang dilapisi keramik dapat lebih dikontrol dengan tepat, sehingga menghasilkan keausan yang sedikit pada gigi antagonis. Studi dan pengalaman klinis mencatat bahwa sifat abrasi porselen dental dan efek merusak pada enamel sangat tinggi. Karena itu bila memungkinkan kontak oklusal harus terjadi pada logam, jauh dari garis pertemuan keramik-logam. Kontak di dekat persambungan akan dapat memicu fraktur. Persambungan keramik-logam harus diletakkan 1.0 mm dari kontak oklusal pada posisi maksimum interkuspasi. Bila overlap vertikal tidak memadai untuk ditempatkan berkontak dengan logam, persambungan keramik-logam ditempatkan cukup jauh dari gingiva sehingga kontak terjadi pada porselen (Gambar 2.19).

Untuk meminimalkan gaya yang dihasilkan kontak oklusal pada permukaan palatal restorasi anterior maksila, persambungan keramik-logam tidak boleh ditempatkan terlalu dekat dengan tepi insisal. Translusensi insisal akan terganggu, dan kemungkinan terjadi fraktur akan meningkat karena porselen tidak lagi didukung oleh logam. Bila diberikan gaya oklusal, porselen akan berada pada tegangan, kondisi dimana tidak dapat ditahan porselen dengan baik.

Idealnya, lebar metal collar pada lingual sedikitnya 3.0 mm. Metal collar yang kecil ini seharusnya tidak mengganggu estetis, namun, pelapisan porselen seluruh daerah lingual menjadi semakin popular. Dokter gigi harus menyadari dengan melapisi seluruh daerah lingual dengan porselen, harus ada pembuangan gigi yang Idealnya, lebar metal collar pada lingual sedikitnya 3.0 mm. Metal collar yang kecil ini seharusnya tidak mengganggu estetis, namun, pelapisan porselen seluruh daerah lingual menjadi semakin popular. Dokter gigi harus menyadari dengan melapisi seluruh daerah lingual dengan porselen, harus ada pembuangan gigi yang

Gambar.2.19 Desain kontak oklusal kontak oklusal restorasi ontak oklusal logam pada permukaan palatal insisivus maksila A. Kontak oklusal lo Kontak oklusal porselen pada permukaan palatal insisivus maksila B. Kontak oklusal p Sumber: Shillingb Shillingburg dkk. 2012, Fundamental of fixed prosthodontics, ed. 4, osthodontics, ed. 4, hal.451.

e. Tepi Fasial Selama beberapa beberapa tahun, tepi fasial konvensional untuk mahkota mahkota keramik logam adalah metal collar metal collar yang sempit. Finish line fasial sering sering ditempatkan

subgingiva untuk menghindari terlihatnya logam, hal ini dapat menyebabkan terjadinya inflamasi gingiva dan masalah periodontal. Untuk menghindari terlihatnya metal band dan kegagalan estetis metal collar konvensional, memicu penggunaan tepi fasial keramik penuh, yang dapat dibuat dengan akhiran servikal gingiva atau supragingiva. Desain porselen yang menutupi tepi logam menjadi popular. Tekniker mulai menambahkan porselen untuk menutupi collar. Untuk memfasilitasi desain ini, finish line yang dibutuhkan adalah heavy chamfer atau shoulder bevel dengan koping logam meluas ke tepi cavosurfaces dan ketebalan logam dibuat menipis seminimal mungkin. Porselen meluas menutupi logam. Penggunaan porselen low fusing dan kombinasi modern porselen opak-dentin dengan keahlian yang baik, desain ini dapat dibuat dengan kontur, adaptasi marjinal dan hasil estetis yang baik.

Desain marjin seperti ini membutuhkan bahan dan teknik yang cukup baik. Masalah dapat timbul, seperti: distorsi logam selama pembakaran, koping yang dibuat sangat tipis akan membuat logam menjadi lentur dan menyebabkan fraktur porselen, kekasaran pada daerah marjin karena adanya porselen, logam yang tipis tidak dapat di polish, sehingga keputusan untuk menggunakan desain porselen yang menutupi tepi logam, bergantung pada kemampuan tekniker laboratorium.

2.3.5.2Faktor-Faktor di Laboratorium

Faktor-faktor di laboratorium yang mempengaruhi kekuatan lekat pada GTC keramik-logam, antara lain: jenis logam, surface treatment logam, teknik Faktor-faktor di laboratorium yang mempengaruhi kekuatan lekat pada GTC keramik-logam, antara lain: jenis logam, surface treatment logam, teknik

2.3.5.2.1 Jenis Logam

Dalam bidang kedokteran gigi, aplikasi logam biasanya digunakan dalam bentuk aloi. Aloi adalah bahan yang memiliki bahan dasar dua atau lebih logam, biasanya sedikitnya 4 - 8 bahan logam. Persyaratan aloi yang digunakan untuk keberhasilan restorasi, yaitu: memiliki kekuatan, stabilitas, ketahanan terhadap korosi, dapat dilakukan pengecoran, dapat di poles, dapat dikilapkan, dan biokompatibel. Aloi untuk keramik-logam memiliki sifat tambahan, yaitu koefisien ekspansi termal keramik dan logam harus kompatibel untuk mencegah retak pada keramik saat pendinginan selama proses pembuatan (Khmaj MR 2012). Ekspansi termal dan komposisi logam sangat mempengaruhi perlekatan antara logam dengan keramik (Shillingburg dkk. 2012; Anusavice 2004; O’Brien 2002; Rosenstiel dkk. 2004). Klasifikasi logam yang dipakai pada pembuatan restorasi keramik-logam, berdasarkan American Dental Assosiation (ADA), dikelompokkan atas tiga bagian, antara lain (Shillingburg dkk. 2012):

1. High noble alloy (gold-platinum-palladium, gold-palladium-silver, dan gold- palladium). Logam ini memiliki kandungan logam noble lebih besar dari 60 %

dan 40 % emas. Koefisien ekspansi termal emas sangat tinggi (14 x 10 -6 0 C), sedangkan koefisien ekspansi panas porselen sangat rendah (2-4 x 10 -6 0 C),

sedangkan porselen yang akan melekat dengan koping logam harus mempunyai

temperatur pembakaran dan koefisien ekspansi panas yang hampir sama, sehingga untuk menyeimbangkan koefisien ekspansi panas keduanya, perlu penambahan palladium atau platinum pada logam emas. Restorasi keramik- logam dengan bahan logam emas telah digunakan secara luas karena restorasi yang dihasilkan memiliki nilai estetis yang natural, ketahanan dan adaptasi tepi logam sangat baik. Aloi emas paling sering digunakan diantara aloi logam mulia, karena sangat biokompatibel, pengecoran baik, mudah di polish, daktilitas tinggi, lebih lunak jika dibandingkan dengan logam lainnya sehingga waktu pengerjaan di laboratorium lebih cepat, ketahanan terhadap korosi baik, namun karena harga logam emas yang terus meningkat memicu harga pembuatan yang lebih tinggi, sehingga perhatian terhadap bahan logam lain untuk menggantikan logam emas mulai meningkat.

2. Noble alloys (palladium-silver dan high palladium), terdiri dari 25 % logam