ANALISIS LEAN MANUFAKTUR UNTUK MENGURANGI WORK IN PROSES PADA LINI PRODUKSI

ANALISIS LEAN MANUFAKTUR UNTUK MENGURANGI WORK IN PROSES PADA LINI PRODUKSI

Siti Rohana Nasution 2) , Andreas Pramudyo Kuncoro

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila 1)

Email : [email protected] 2) [email protected]

Abstrak

Pada proses manufaktur flowshop dan prosesnya continues flow selalu mengingikan bahwa proses produksi harus selalu konsisten dengan kualitas tinggi dan terjaga produktivitasnya. Sehingga kelangsungan hidup perusahaan tersebut dapat dipertahankan. Karena kekurang tepatan dalam menggunakan metode kontrol produksi maka menyebabkan terjadinya penumpukan WIP di gudang sementara. Pokok permasalahan yang terjadi adalah cara untuk meratakan beban kerja di tiap tahapan proses sehingga masalah penumpukan tersebut dapat terselesaikan dan waktu tunggu serta persediaan yang diakibatkan dapat turun secara signifikan. Metode-metode yang digunakan untuk meyelesaikan permasalahan tersebut dengan menganalisa metode kontrol produksi, menganalisa beban kerja tiap tahapan proses, menganalisa diagram aliran material dan informasi, serta menghitung penghematan biaya yang dihasilkan dari implementasi lean production tersebut. Hasil yang didapat dari penelitian ini menurunnya line stop mesin cetak sebesar 37.18% akibat aliran material yang lebih lancar. Dikarenakan menurunnya waktu tunggu tersebut maka OEE mesin cetak meningkat dari 47.61% menjadi 71.45%. Selain itu, lead time produksi satu batch dalam satu kali proses produksi yang sebelumnya membutuhkan waktu sebesar 4.47 hari dapat dipangkas menjadi 1.89 hari dan menghasilkan penghematan biaya sebesar Rp 918.351.000 selama periode penelitian yaitu dari bulan Februari 2012 sampai dengan bulan Juli 2012.

Kata kunci : lean production, line balancing, OEE, metode kontrol produksi, diagram aliran material dan informasi, penghematan biaya.

1. Menganalisa waktu tunggu yang tinggi dan penumpukan WIP yang terjadi Dalam industri farmasi dewasa ini

PENDAHULUAN

2. Menerapkan konsep lean production pada dimana terjadi persaingan yang sangat ketat,

Line Mixagrip untuk mengatur ulang WIP perusahaan selain konsisten dengan kualitas

3. Menghitung cost saving yang dihasilkan juga harus menjaga produktivitasnya agar

dari penurunan waktu tunggu kelangsungan hidup perusahaan tersebut dapat dipertahankan. Pada Industi dengan model sistem produksi flow shop dan

TINJAUAN PUSTAKA

continues flow yang memproduksi satu jenis atau kelompok produk dalam jumlah banyak.

Pada awal tahun 1900, Henry Ford Karena

production dimana menggunakan metode kontrol produksi maka

penggabungan antara menyebabkan terjadinya penumpukan WIP di

merupakan

penggantian parts secara gudang sementara.

kemampuan

standar kerja dan Pokok permasalahan yang terjadi

konsisten

sesuai

pergerakan yang terus menerus. Tak adalah cara untuk meratakan beban kerja di

berselang lama setelah Perang Dunia II, tiap tahapan proses sehingga masalah

-pencipta TPS (Toyota penumpukan tersebut dapat terselesaikan

Taiichi

Ohno

Production System) mengenalkan konsep dan waktu tunggu serta persediaan yang

lean manufacturing untuk digunakan di pabrik diakibatkan dapat turun secara signifikan.

Toyota.

Manufacturing banyak digunakan oleh perusahaan terkemuka di dunia.

Lean

terbukti mampu Tujuan dari penelitian ini adalah :

Sistem

ini

menurunkan cycle time, biaya produksi, cacat (defects), dan pemborosan lainnya.

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Lean manufaktur

(pergerakan yang tidak menghasilkan output yang maksimal dengan

input yang minimal, sebagai contoh lebih Berjalan dari stasiun kerja yang satu ke sedikit waktu, ruang, kesalahan manusia,

lainnya disaat yang tidak diperlukan, mesin produksi, material, dan biaya. Untuk

menyebabkan pekerja menjadi lambat lebih memahami tentang lean manufaktur,

dan juga melambatkan seluruh aliran maka hal pertama yang harus dilakukan yaitu

produksi.

memahami dasar-dasar

daripada

lean

manufaktur tersebut. Beberapa hal utama Sistem push biasa diasosiasikan dalam lean manufaktur adalah mengenal

dengan sistem MRP (Material Requirements pemborosan (waste), mempunyai standar

Planning) sehingga kegiatan manufaktur proses, memiliki aliran yang berkelanjutan,

direncanakan berdasarkan peramalan pasar sistem

daripada permintaan improvement yang berkelanjutan.

kontrol produksi

pelanggan yang sebenarnya. Berdasarkan pada TPS, terdapat

Secara ekstrim yang membedakan tujuh pemborosan yang dalam bahasa

antara sistem push dan pull adalah adanya Jepang dikenal dengan nama muda. Waste

pengambilan keputusan terpusat dan tidak adalah semua aktifitas yang tidak bernilai

antara berbagai tambah, waste atau muda adalah setiap

aktifitas yang tidak bernilai tambah yang Keberhasilan praktek manajemen pelanggan tidak mau membayarnya [1]

Jepang di bidang manajemen operasi Dalam menjalankan lean manfaktur, semua

management) memunculkan pemborosan ini harus diidentifikasi dan

(operational

istilah just-in-time (JIT), yaitu sistem produksi dihilangkan. Pemborosan yang dimaksud

yang membuat (mengirimkan) produk yang oleh Shigeo Shingo adalah sebagai berikut :

dibutuhkan pada waktu dan jumlah yang

1. Over production (produksi yang berlebih) dibutuhkan sehingga mempertinggi efisiensi Dimana barang yang di produksi melebihi

dan memungkinkan respon yang cepat untuk permintaan dari pelanggan.

perubahan. JIT ini dibangun atas tiga prinsip

2. Defect/reject (produk cacat) operasi : pull system, continuous flow Barang yang cacat menyebabkan lebih

tact time serta banyak biaya dan waktu produksi yang

processing,

dan

membutuhkan leveled production (heijunka) terbuang. Jadi dibutuhkan banyak usaha

sebagai sebuah persyaratan. untuk menginspeksi dan menghilangkan

Sejak kemunculan JIT itulah sistem kecacatan tersebut.

manufaktur dikategorikan menjadi dua kutub

3. Inventory (persediaan barang) : sistem pull sebagai prinsip operasi JIT dan Penyimpanan

sistem push untuk menyebut sistem lama bertambahnya biaya penyimpanan dalam

dapat

menyebabkan

yang dikoreksi JIT, yakni sistem manufaktur gudang setinggi biaya yang dihasilkan

yang diasosiasikan dengan sistem MRP. dari adanya produk yang cacat.

Sistem pull memberikan arti pentingnya

4. Transportation (transportasi) “pelanggan”. Sistem pull memandang Seperti

siapa saja yang menambahkan nilai pada produk yang

membutuhkan hasil pekerjaan kita, yang dihasilkan.

berarti tidak harus mereka yang berada di berusaha untuk meminimalkan jarak antar

Sehingga

perusahaan

luar perusahaan. Perencanaan manufaktur stasiun kerja.

pada sistem pull ini adalah berdasarkan

5. Waiting (menunggu) tarikan (pull) permintaan aktual pelanggan. Sangan penting dalam pelaksanaan lean

VSM (value stream mapping) adalah manufaktur karena merupakan salah satu

salah satu alat dalam lean manufaktur, yang pemborosan

merupakan pengembangan dari TPS, juga menyebabkan pemborosan dalam waktu

utama.

Menunggu

dikenal sebagai diagram aliran material dan dan biaya.

informasi. Diagram ini menggunakan teknik

lean manufaktur untuk menganalisa dan ulang)

6. Over processing/rework

(pengerjaan

proses yang sedang Pengerjaan

mengevaluasi

manufaktur. Alat ini pekerjaan yang berlebih diluar dari

ulang

merupakan suatu

berlangsung

di

digunakan untuk pengidentifikasian awal, permintaan

demonstrasi dan menurunkan pemborosan menyebabkan biaya yang berlebih karena

pelanggan.

Dapat

sebaik aliran yang terjadi pada proses menggunakan bahan baku yang berlebih.

manufaktur.

42 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Line balancing merupakan teknik manufaktur menjadi tiga komponen yang yang digunakan dalam suatu sistem produksi

diukur yaitu Availability, Performance, dan untuk mendapatkan nilai efisiensi dan

Quality Rate. Tiap komponen menunjuk pada ekonomis. Dalam suatu line produksi yang

aspek proses yang ditargetkan untuk kontinu akan terdapat beberapa workstations

diimprove.

(tempat suatu operasi produksi dari suatu operasi ke operasi selanjutnya dalam

VALUE STREAM MAPPING (VSM)

memproses produk). Gabungan dari semua VSM adalah salah satu alat dalam workstations ini disebut dengan lini produksi

yang merupakan [2].

lean

manufaktur,

pengembangan dari TPS, juga dikenal Overall

aliran material dan (OEE) adalah sebuah metrik yang berfokus

informasi. Diagram ini menggunakan teknik pada seberapa efektif suatu operasi produksi

lean manufaktur untuk menganalisa dan dijalankan. Hasil dinyatakan dalam bentuk

proses yang sedang yang bersifat umum sehingga memungkinkan

mengevaluasi

manufaktur. Alat ini perbandingan antara unit manufaktur di

berlangsung

di

digunakan untuk pengidentifikasian awal, industri yang berbeda. Pengukuran OEE juga

demonstrasi dan menurunkan pemborosan biasanya digunakan sebagai indikator kinerja

sebaik aliran yang terjadi pada proses utama (KPI) dalam implementasi lean

manufaktur. Berikut adalah contoh dari manufacturing untuk memberikan indikator

diagram aliran material dan informasi. keberhasilan. OEE membagi performa dari

Gambar 1. Diagram Aliran Material dan Informasi

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Gambar 2. VSM

Pada tahap pertama, fokus pada produk yang

METODOLOGI PENELITIAN

akan dibuat diagram aliran materialnya. Setelah produk tersebut dipilih, diagram aliran material awal pada proses yang sedang berlangsung dibuat. Bersamaan dengan dibuatnya diagram sementara, sekelompok tim mengevaluasi proses dan langkah- langkahnya. Semua informasi yang ada dikumpulkan dan dianalisa. Pada diagram aliran

material, semua

langkah

kerja

dimasukkan. Untuk

setiap

tahapannya,

dibutuhkan parameter seperti waktu kerja (cycle time), TAKT time, work in progress (WIP), waktu persiapan, waktu menunggu, banyaknya pekerja, dan data scrap. Diagram aliran meterial mengidentifikasi berbagai macam hal yang bernilai tambah pada proses manufaktur.

Juga akan

memperlihatkan

semua tahapan lain yang tidak bernilai tambah.

mengevaluasi proses

yang

sedang

berlangsung, masalah yang terjadi dapat diidentifikasi. Apabila proses tersebut dapat dirubah untuk meminimalisir problem yang terjadi, maka dapat dibuat sebuah diagram aliran material yang tetap. Langkah terakhir dalam pembuatan diagram aliran material adalah

mengimplementasikannya

agar

didapat proses manufaktur yang lebih efisien.

44 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Tabel 1. Data OEE Kondisi sebelum dari proses pencetakan. Untuk kemas, per perbaikan

harinya (3 shift) mampu untuk menghasilkan output sebanyak 4.200.000 tablet. Namun dari proses pencetakan mampu menghasilkan output jauh lebih banyak dari yang mampu dihasilkan oleh proses kemas. Hal ini terjadi karena pada proses pencetakan terdapat dua mesin yang jalan bersama namun berbeda nomor batch. Pada industri farmasi, bila dalam sebuah tahapan proses terdapat produk yang sama sangat tidak disarankan untuk mengerjakan nomor batch yang sama. Kecuali mesin-mesin tersebut terdapat di satu

AV = Availability ruangan. Hal ini dilakukan untuk mencegah PE = Performance

terjadinya kontaminasi silang antar batch. RQ = Rejection Rate

Berikut merupakan rumus untuk OEE = Overall Equipment Effectiveness

menghitung output di tahapan pencetakan :

Tabel 2. Data Lead Time Line Produksi

Output = speed x jumlah turret x jumlah

Data1 Data2

Data3

Data4

hopper x waktu operasi ………….. (1)

(hari) (hari)

= kecepatan mesin (rpm) Jumlah turret = banyaknya punches

Metode Kontrol Produksi

Jumlah hopper = banyaknya hopper yang Pada objek penelitian, metode kontrol

terdapat pada mesin cetak produksi yang digunakan adalah metode

Waktu operasi = waktu operasional mesin pushing. Pada metode ini, tahapan awal

(menit) proses yaitu granulasi dan pencetakan terus

menerus menghasilkan produk sehingga Mesin cetak yang digunakan pada banyak WIP yang menumpuk di gudang

line Mixagrip sebanyak dua mesin, yaitu transit. Karena terbatasnya wadah dan area

mesin Sejong 61 dan Mesin Majesty BB4B. untuk menyimpan tablet hasil cetak, maka

Mesin Sejong 61 dapat beroperasi dengan ketika area di gudang transit tersebut penuh

kecepatan 30 rpm dan mempunyai punch menyebabkan mesin granulasi dan cetak

sebanyak 61 buah. Sedangkan mesin Majesty berhenti untuk menunggu tablet tersebut di

BB4B dapat beroperasi dengan kecepatan 35 strip. Hal ini tentunya sangat berlawanan

rpm dan mempunyai punch sebanyak 35 dengan prinsip dasar dari lean production

buah. Kedua mesin tersebut mempunyai sendiri, dimana keseluruhan tahapan proses

jumlah hopper yang sama yaitu dua buah dan dalam suatu line haruslah mengalir terus

waktu operasional kedua mesin tersebut menerus tanpa henti.

sebesar 1240 menit. Dari data tersebut Oleh karena itu, digunakanlah metode

didapatkan output untuk mesin Sejong 61 kontrol produksi berupa metode pulling.

sebanyak 4.538.400 tablet dan mesin Majesty Dimana tahapan proses pencetakan tablet

BB4B sebanyak 3.038.000 tablet. Jadi total hanya

dihasilkan pada tahapan dibutuhkan oleh proses kemas, baik kemas

mencetak obat

pencetakan sebanyak 7.576.400 tablet. primer (stripping) maupun kemas sekunder.

Berdasarkan perhitungan itu pula, Begitu

maka diusulkan untuk mematikan mesin pencetakan berhenti maka proses granulasi

pun selanjutnya,

ketika

proses

Majesty BB4B dengan data bahwa dengan juga berhenti.

hanya menjalankan mesin Sejong 61 sudah Dengan

dapat mencukupi kebutuhan proses kemas permasalahan line stop yang berhubungan

baik kemas primer maupun kemas sekunder. dengan menunggu dan persediaan dapat

Berikut aliran material baru yang terbentuk menurun.

setelah mematikan satu mesin cetak.

Beban Kerja Tiap Tahapan Proses

Setelah dihitung

ulang, ternyata

terjadi masalah kelebihan kapasitas produksi

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Tabel 3 . Data OEE Mesin Sejong 61 Setelah Implementasi

Sejong PE

Penghematan Biaya

Gambar 4. Grafik Lead Time Sebelum – Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa

Sesudah Implementasi lead time saat ini yang tercapai adalah 1.89 hari. Selama periode penelitian, dapat

dilakukan pemotongan lead time sebesar 2.58

KESIMPULAN

hari atau 42.28%.

Untuk

menghitung

besarnya penghematan yang dilakukan akibat

Kesimpulan

penelitian ini dapat menggunakan rumus

yang tinggi dan sebagai berikut :

1) Waktu

tunggu

penumpukan WIP terjadi karena tidak

Cost saving = Selisih WIP x output

seimbangnya kapasitas produksi. Proses

x COGS ………. (2)

pencetakan menghasilkan tablet lebih Keterangan :

banyak daripada yang dapat dikemas. Selisih WIP = besarnya

Setelah dihitung ulang, maka dengan dikurang pencapaian waktu

selisih

awal

mematikan mesin cetak BB4B1 sudah Output

= jumlah total produk yang dapat menjadikan lini produksi lebih dihasilkan

tersebut dibuktikan COGS

seimbang.

Hal

= biaya pembuatan tiap tablet dengan menurunnya waktu tunggu dan obat

naiknya OEE mesin Sejong 61. marketing)

(didapatkan

dari

2) Untuk mengatur ulang WIP dapat menggunakan beberapa metode yang

Maka besarnya penghematan yang berhubungan dengan lean production. dicapai dari penelitian ini sebesar

3) Dari penerapan lean production di jalur

Cost saving = 2.58 hari x 4.200.000

produksi Mixagrip dapat menghasilkan

tablet/hari x Rp 84.75 /tablet

cost saving sebesar Rp 918.351.000.

Cost saving = Rp 918.351.000

Penghematan

tersebut merupakan penghematan selama 6 bulan penelitian.

Tabel 4. Data Lead Time Line Mixagrip Setelah Implementasi

Saran

Data 1

1) Penelitian ini dapat dilanjutkan pada line (hari)

Data2

produksi lain seiring dengan penerapan Lead time

(hari)

2.38 1.89 lean production secara utuh di PT. Dankos

Farma,

sehingga dapat

mencapai

efisiensi yang maksimal. Penelitian ini sekaligus dapat digunakan pada perusahaan farmasi lainnya.

2) Karena terbatasnya waktu penelitian,

maka

analisis

pemborosan dalam

production hanya dilakukan pada pengaturan WIP selama proses produksi di line Mixagrip.

penerapan

lean

Gambar 3. Grafik Line Stop Sebelum –

DAFTAR PUSTAKA

Sesudah Implementasi

1. Pascal

Lean Production Simplified, Productivity Press, 2002

Dennis,

2. Sharma, Plant Layout and Material Handling, Khana Publishers, 2001

46 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

3. Hopp W.J., & Spearman M. L, To pull or not to pull: What is the question?, Manufacturing & Service Operations Management, 2004

4. Japan Institute of Plant Maintenance, ed., TPM Promotion in Process Industries – TPM Development Program, Tokyo: Japan Institute of Plant Maintenance, 1983 (English edition : Productivity Press, 1989)

5. Jeffrey K. Liker, The Toyota Way: 14 Management Principles from the World’s Greatest

6. Tokutano Suzuki, TPM In Process Industries, Japan Institute of Plant Maintenance, 1989 (English edition : Productivity Press, 1992)

7. Wibisono. E,

Komparasi

Sistem

Manufaktur Push dan Pull Melalui Pendekatan Simulasi, Jurnal Teknik Industri, 2004

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Dokumen yang terkait

KELOMPOK KOMPETENSI F PEDAGOGIK: MODEL PEMBELAJARAN (9 Jp)

0 3 60

Dengan ini saya mengajukan proposal eksperimen fisika untuk memenuhi salah satu tugas dalam matakuliah Eksperimen Fisika I berjudul: PERBANDINGAN NILAI EKSPERIMENTAL COMPOUND PENDULUM DENGAN TEORI SEDERHANA

0 1 10

INNOVATION THROUGH THE IDENTIFICATION OF BUSINESS MODEL CANVAS IN ORDER TO ENHANCE THE COMPETITIVENESS OF MICRO, SMALL, AND MEDIUM ENTERPRISES IN BONDOWOSO REGENCY

0 0 9

STUDY OF INSTITUTION MODEL OF MICRO FINANCE TO RAISE CHILDREN OPPORTUNITIES OF POOR FAMILIES FOR HAVING HIGHER EDUCATION: PERCEPTION AND EFFORT OF POOR HOUSEHOLDS

0 0 8

DESIGNING A MODEL OF TOURISM VILLAGE BY AUGMENTING LANGUAGE AND TOURISM AWARENESS AS AN ATTEMPT TO INCREASE LOCAL ECONOMY IN BATU

0 0 6

E-GOVERNMENT IMPLEMENTATION MODELS AND PRESENTING E- GOVERNMENT 2.0 CONCEPTUAL MODEL

0 1 10

A STUDY OF USING QUEFTS MODEL FOR ESTABLISHING SITE SPECIFIC FERTILIZER RECOMMENDATION IN MAIZE ON THE BASIS OF FARMER FIELDS

0 0 6

A STUDY OF USING QUEFTS MODEL FOR ESTABLISHING SITE SPECIFIC FERTILIZER RECOMMENDATION IN MAIZE ON THE BASIS OF FARMER FIELDS

0 0 6

THE APPLICATION OF Trichoderma viride STRAIN FRP 3 FOR BIODEGRADATION OF GLYPHOSATE HERBICIDE IN CONTAMINATED LAND

0 0 7

ANALISA NUMERIK UNTUK MENGETAHUI TEGANGAN YANG TERJADI PADA CASING TURBIN UAP ANALISA KELAYAKAN MIRASI BTS 3G BERBASIS WCDMA MENUJU JARINGAN LTE DI AREA PERKOTAAN (STUDI KASUS : DKI JAKARTA 2010 – 2015) ANALISIS PERFORMANSI KOMPRESI CITRA SATELIT PENGINDE

0 0 64