STUDI EKSPERIMENTAL MODEL TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL 3 (TIGA) SUDU

STUDI EKSPERIMENTAL MODEL TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL 3 (TIGA) SUDU

Ismail, Budhi M Suyitno, Razivky F Anshari

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila, Jagakarsa Jakarta Selatan 12640

Ismail2k7@gmail.com

Abstrak

Turbin angin sumbu horizontal merupakan salah satu tipe turbin angin yang dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik. Studi eksperimental model turbin angin dilakukan dengan penekanan kepada kemampuan model turbin angin dengan NACA airfoil 4421 untuk mengekstraksi energi angin secara optimal dengan melakukan pengujian performansi model turbin angin. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan melakukan eksperimen model turbin angin di dalam terowongan angin. Hasil dari eksperimen yang dilakukan pada model turbin angin di dalam terowongan angin, didapatkan hasil daya maksimum turbin untuk pada kecepatan 7 m/s adalah 3.967 W, efisiensi turbin sebesar 30% dan Tip Speed Ratio sebesar 1.233. Data perbandingan daya turbin berdasarkan kecepatan angin antara data teoritis dan pengujian dapat dinyatakan kehilangan energi dari perbandingan tersebut sebesar ±25% untuk desain Airfoil NACA 4421 dengan sudu di twist.

Kata Kunci : Airfoil, Energi Angin, Turbin Angin, NACA.

LATAR BELAKANG MASALAH

pada model turbin angin dilakukan dengan penekanan kepada kemampuan turbin angin

Energi alternatif sangat dibutuhkan untuk mengekstraksi energi angin secara pada zaman sekarang ini. Angin dapat

optimal.

dimanfaatkan untuk menghasilkan energi terbarukan [1]. Ada dua jenis utama dari

Turbin Angin

turbin angin, yakni dengan sumbu vertikal dan Turbin angin merupakan salah satu dengan sumbu horizontal. Turbin angin dapat

konverter energi. Turbin angin mempunyai digunakan untuk menghasilkan listrik dalam

independen atau tidak jumlah besar baik di darat dan di lepas

aplikasi

yang

membutuhkan sumber energi lain. Jenis atau pantai..

desain rinci semua turbin angin memiliki Di Indonesia, kecepatan angin menurut

kesamaan bahwa turbin angin mengubah Data Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun

energi kinetik dari massa udara yang mengalir 2007-2010 di seluruh Indonesia berada pada

menjadi energi mekanik rotasi. Daratan Asia, angka terendah ±3 m/s sampai angka

pertama kali kincir angin bersumbu vertikal tertinggi ±8 m/s [2]. Potensi kecepatan angin

dikembangkan. Lalu bangsa Eropa mulai di Indonesia umumnya berkecepatan rata-rata

mengembangkan kincir angin bersumbu ±5 m/s. Hal ini tidak terlepas karena Indonesia

horizontal setelah kincir angin sumbu vertikal merupakan negara kepulauan terbesar di

dikembangkan di Asia [4]. Dapat dilihat pada dunia dengan 17.504 pulau dan luas perairan 2 Gambar 1 yang merupakan model turbin

laut 5.8 juta km 2 (terdiri dari luas laut teritorial angin hasil dari model horizontal dan vertikal.

0.3 juta km 2 , luas perairan kepulauan 2.95 Inovasi baru dan potensi dalam model

secara terus menerus Indonesia (ZEEI) 2,55 juta km ) [3]. Hal ini

juta km , dan luas Zona Ekonomi Eksklusif 2 turbin

angin

dieksploitasi, terutama terkonsentrasi pada merupakan wilayah yang potensial untuk

bagian sudu, di mana sudu dibentuk agar pengembangan turbin angin.

lebih ringan dengan fitur aerodinamis yang Melihat dari potensi yang ada, energi

lebih baik. Selain itu, sistem pengendalian angin

pada turbin angin pun terus dikembangkan menggunakan turbin angin. Penelitian ini

dapat dimanfaatkan

dengan

untuk mendapatkan hasil energi listrik. Salah dilakukan pada model turbin angin sumbu

utama untuk horizontal 3 (tiga) sudu. Studi eksperimen

satu

pengendalian

memaksimalkan kinerja dari turbin angin ialah

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

kecepatan angin [6].

dibiarkan airfoil untuk bergerak ke arah gaya angkat. Gerakan ini akan menggabungkan gerak udara untuk menghasilkan arah angin relatif ditunjukkan pada Gambar 3. Airfoil akan terreorientasi untuk mempertahankan gaya angkat yang baik untuk rasio gaya dorong [6].

Misalkan

Gambar 1. Turbin angin tipe horizontal dan vertikal [5].

Secara keseluruhan, industri energi angin mencapai kemajuan yang sangat pesat dalam dua dekade terakhir ini dan hal ini akan

Gambar 3. Gaya angkat dan gaya tarik pada memainkan peran penting dalam tujuan dari airfoil [6]. turbin angin untuk meningkatkan produksi

listrik dari sumber energi terbarukan. Salah satu parameter penting dari sudu Aliran udara yang mengenai turbin

adalah pitch angle, yaitu sudut antara chord angin dipengaruhi peran dari airfoil dari sudu line sudu dan bidang rotasi. Angle of attack turbin. Aliran udara di atas airfoil stasioner seperti ditunjukkan pada Gambar 4. Chord menghasilkan dua kekuatan, sebuah gaya line adalah garis lurus yang menghubungkan angkat tegak lurus terhadap aliran udara dan tepi terdepan dan terbelakang dari airfoil [6]. gaya tarik ke arah aliran udara, seperti

ditunjukkan pada Gambar 2. Gaya angkat tergantung pada aliran laminar yang mengalir di atas airfoil, yang berarti bahwa udara mengalir lancar di kedua sisi airfoil. Jika aliran turbulen ada daripada aliran laminar, akan ada sedikit gaya angkat atau tidak akan ada gaya angkat sama sekali. Udara yang mengalir di atas airfoil dapat dipercepat

karena jarak yang lebih besar untuk Gambar 4. Pitch a ngle β dan angle of attack γ melakukan

kecepatan menyebabkan sedikit penurunan

tekanan. Perbedaan tekanan di airfoil ini Beberapa contoh lebih lanjut juga menghasilkan gaya angkat, yang tegak lurus

diberikan untuk menggambarkan perbedaan terhadap arah aliran udara [6].

utama antara kedua sudut penting ini. Contoh pertama menunjukkan tiga airfoil pada angle of attack yang sama namun pada pitch angle yang berbeda. Situasi ini menunjukkan bahwa airfoil dapat dengan mudah berada pada angle of attack yang sama seperti yang ditujukkan pada Gambar 5.

Gambar 2. Gaya angkat dan gaya tarik pada airfoil stasioner [6].

Udara yang bergerak di atas airfoil juga menghasilkan gaya tarik ke arah aliran udara. Ini adalah istilah rugi dan harus diminimalkan sebanyak mungkin dalam turbin angin kinerja

tinggi. Kedua gaya angkat dan gaya tarik Gambar 5. Airfoil pada sudut serang konstan harus berbanding lurus dengan densitas

tetapi berbeda sudut pitch [7].

2 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018 2 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Contoh kedua menunjukkan airfoil pada

rasio camber, x f adalah

camber, d adalah ketebalan maksimum airfoil, dengan pitch angle. Seperti yang dijelaskan

d/c thickness-chord ratio, x d adalah posisi pada persamaan gaya angkat, jika kecepatan

ketebalan maximum airfoil, r N adalah nose angin berkurang maka angle of attack harus

radius, y o adalah upper surface, y u adalah meningkat untuk mempertahankan gaya

lower surface.

angkat yang dapat dilihat pada Gambar 6. Setiap parameter dalam Airfoil NACA memiliki

dan kekurangannya masing-masing. Persamaan 4 merupakan daya dari aliran udara secara bebas. Tidak semua daya dapat diambil karena ada aliran udara yang lewat melalui sudu. Sehingga didapatkan persamaan baru daya turbin yang ditujukan pada Persamaan 1 [6].

kelebihan

Gambar 6. Angle of attack yang selalu sama (1) dengan pitch angle [7].

Dengan adalah daya turbin (W), NACA (National Advisory Committee

3 massa jenis udara ( = 1.225 2 for Aeronautics) merupakan salah satu

kg/m ), A adalah luas penampang turbin (m ), referensi pemilihan airfoil yang paling popular

V adalah kecepatan angin (m/s), Cp adalah pada saat ini. Pengujian-pengujian yang

daya koefisien. Profil tekanan dan kecepatan dilakukan oleh NACA lebih sistematik dengan

aliran angin untuk suatu volume sebagai membagi pengaruh dari efek kelengkungan

model bentuk aliran udara yang melewati dan distribusi ketebalan (thickness) serta

suatu kincir dapat ditampilkan seperti Gambar pengujiannya yang dilakukan pada berbagai

Bilangan Reynold. Airfoil NACA memiliki parameter-parameter

dalam

bentuknya.

Gambar 7 di bawah menunjukan beberapa parameter yang terdapat dalam airfoil NACA [8].

Gambar 8. Profil tekanan dan kecepatan aliran angin [6].

Efisiensi Turbin umumnya digunakan untuk menunjuk efisiensi keseluruhan sistem turbin. Seperti ditunjukkan dalam Persamaan

2 di bawah ini, umumnya didefinisikan sebagai rasio dari "daya listrik yang dihasilkan oleh turbin angin" ( ) dibagi dengan "daya angin ke dalam turbin" ( ). Lalu dapat juga disebut "daya angin yang tersedia" yang ditunjukkan pada Persamaan 2.

Gambar 7. Parameter geometris airfoil dari (2) seri airfoil NACA [8].

Dengan c adalah panjang chord, f

adalah maksimum camber, sedangkan f/c

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

mempengaruhi nilai antara lain adalah

jumlah baling-baling,

bagian

airfoil,

permukaan baling-baling (bentuk dan sudut). Ketika kecepatan angin berubah maka

kecepatan rotasi harus mencapai nilai

terbaik. Hal ini berarti

dan harus

digabung dalam sebuah parameter sebelum sebuah kurva dapat kita gambarkan. Variabel ini

merupakan perbandingan

antara

kecepatan ujung rotor terhadap kecepatan angin dan disebut sebagai tip speed ratio (TSR) yang ditujukan pada Persamaan 3 [9].

Dengan adalah tip speed ratio, V adalah kecepatan angin (m/s),

adalah

kecepatan pada ujung rotor (m/s),

adalah

radius rotor (m),

adalah

kecepatan

angular (rad/s) -1 adalah frekuensi pada rotasi (s ). Karena setiap tipe turbin memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka faktor daya sebagai fungsi dari TSR juga berbeda sebagaimana yang ditunjukan oleh Gambar 9.

Gambar 10. Diagram alir penelitian

diperlihatkan pada Gambar 10 dimulai dari mendesain model, pembuatan

Tahapan

yang

dengan pengujian. Pengujian turbin angin sumbu horizontal 3 (tiga) sudu ini menggunakan beberapa variabel pengujian. Variabel pengujian yang ditentukan

sampai

adalah perbedaan kecepatan angin selama proses pengujian. Beberapa variabel pengujian ini yaitu pada kecepatan angin diatur pada 1 m/s, 2 m/s, 3 m/s, 4 m/s, 5 m/s, 6 m/s dan 7 m/s.

di

sini

Gambar 9. Perbandingan Cp dengan tip

kecepatan angin dilakukan speed ratio [10].

Pengukuran

dengan hotwire anemometer, putaran rotor dengan tachometer dan daya turbin dengan

multitester.

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

penelitian yang dilakukan

digambarkan

melalui diagram alir penelitian yang dijelaskan Model turbin angin sumbu horizontal 3 pada Gambar 10.

(tiga) sudu dibagi menjadi 3 komponen yaitu spesifikasi rotor sudu turbin, spesifikasi rotor sudu turbin twist dan spesifikasi tower turbin. Rancangan model perancangan turbin angin sumbu horizontal 3 (tiga) sudu tanpa di twist dan turbin angin sumbu horizontal 3 (tiga)

4 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018 4 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

turbin angin

Tabel 2. Perbandingan tip speed ratio model

turbin angin

Gambar 11. Rancangan assembly turbin angin sumbu horizontal 3 (Tiga) dengan sudu tanpa di Twist

Hasil dari pengujian ditunjukkan pada Gambar

hasil tersebut memperlihatkan bahwa daya yang dihasilkan oleh model turbin angin dengan sudu yang di twist menghasilkan daya yang lebih besar dibandingkan dengan sudu yang tidak di twist.

dari

Gambar 12. Rancangan assembly turbin Hal ini dapat kita lihat hasil dari pengujian angin sumbu horizontal 3 (Tiga) dengan sudu

pada kecepatan 7 m/s, yang mana untuk daya di Twist

yang dihasilkan dari model turbin angin yang di twist menghasilkan daya sebesar 3.976 W,

Swept area adalah luas efektif dari rotor sedangkan model turbin angin dengan sudu turbin angin yang menerima energi kinetik dari

tanpa di twist menghasilkan daya sebesar angin adalah sebesar

0.554. Nilai efisiensi dari daya turbin hasil memperlihatkan perbandingan putaran rotor

. Tabel 1

pengujian sudu twist yang dibangkitkan oleh yang dihasilkan oleh model turbin angin baik

angin pada kecepatan angin maksimal dengan sudu yang di twist maupun dengan

sebesar 30%. Data perbandingan daya turbin sudu tanpa di twist. Hasil yang ditunjukkan

berdasarkan kecepatan angin antara data putaran yang dihasilkan oleh model turbin

teoritis dan pengujian dapat dinyatakan angin dengan sudu yang di twist lebih besar

kehilangan energi dari perbandingan tersebut dibandingkan dengan tanpa di twist. Tabel 2

sebesar ±25% untuk desain Airfoil NACA memperlihatkan perbandingan tip speed ratio

4421 dengan sudu di twist.

untuk kedua model turbin tersebut. Hasilnya

tip speed ratio yang dihasilkan oleh model turbin angin dengan sudu di twist lebih besar dibandingkan dengan sudu tanpa di twist.

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

4. Robert, G. & Jochen, T., Wind Power Plants

(Fundamentals, Design, Construction and Operation), Second Edition,

Springer-Verlag Berlin Heidelberg, Berlin, 2012.

5. Frida Kurniawati., Kemanakah Kincir itu Menghilang.

http://hwc2015.nvo. or.id/647-ke-manakah-kincir-itu- menghilang/ (Diakses 12 Maret 2017).

6. Johnson, Gary L., Wind Energy System, Electronic Edition, Manhattan, KS., 2006.

7. Jeff Scott. Angle of Attack and Pitch

Gambar 13. Perbandingan kecepatan angin Angle. http://www.aero terhadap daya turbin teoritis terhadap model

spaceweb.org/question/aerodynamics/q0 turbin angin

165.shtml (Diakses 10 Agustus 2017)

8. Jacobs E. N, K. E. Ward, & R. M. Pinkerton.1933. “The characteristics of

KESIMPULAN

78 related airfoil sections from tests in the variable- density wind tunnel”. NACA

9. M. Ragheb., “Optimal Rotor Tip Ratio sumbu horizontal 3 (tiga) sudu dengan swept

Berdasarkan hasil dan pembahasan

Report No. 460.

Speed”. New York, USA. area turbin angin sebesar

maka didapat bahwa model turbin angin

10. http://www.energyhunters.it/content/turbi potensial sebesar

, daya

, data daya ne-eoliche-ad-asse-orizzontale-o- turbin teoritis berdasarkan kecepatan angin

verticale-unconfronto (Diakses 12 Mei sebesar

, data daya turbin 2017). berdasarkan

kecepatan angin

maksimal

model sudu twist sebesar 3.976 W, Nilai tip speed ratio sebesar 1.233 dan nilai efisiensi dari daya turbin hasil pengujian dengan sudu di twist yang dibangkitkan oleh angin pada kecepatan angin maksimal sebesar 30%. Data perbandingan daya turbin berdasarkan kecepatan angin antara data teoritis dan pengujian dapat dinyatakan kehilangan energi dari perbandingan tersebut sebesar ±25% untuk desain Airfoil NACA 4421 sudu di twist.

DAFTAR PUSTAKA

1. Markus N. A., Y. Teguh Triharyanto, Ricky Octavianus Prasetya, Kincir Angin Sumbu Horizontal Bersudu Banyak, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Januari 2008.

2. Badan Pusat Statistik. Tabel Satistik https://www.bps.go .id/linkTabelStatis/view/id/1348 (Diakses

9 Maret 2017).

3. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Laporan Kinerja Kemeterian Kelautan dan Perikanan Tahun 2015, Jakarta Februari

http://kkp.go.id/wp-

6 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

DISTRIBUSI TEMPERATUR FLUIDA DAN KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI PADA HEAT EXCHANGER TIPE COUNTERFLOW DENGAN PIPA SPIRAL MENGGUNAKAN SOLIDWORKS

Sandy Suryady

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma

Email : sandy22@staff.gunadarma.ac.id

Abstrak

Alat penukar kalor (heat exchanger) tipe counterflow banyak digunakan untuk perangkat elektronik dan transportasi.Nilai koefisien perpindahan panas dipengaruhi oleh karakteristik aliran. Tujuan penelitian ini menganalisa distribusi temperatur dan koefisien perpindahan panas konveksi pada heat exchanger tipe counterflow dengan pipa spiral menggunakan Solidworks. Dua buah pipa digunakan, dengan pipa air pendingin panjang 996 mm diameter 83,5 mm dan pipa air panas berupa pipa spiral panjang 986 mm diameter 11 mm digunakan dalam penelitian. Perubahan o o o

C ,dan air panas 85 3 C. Debit aliran dijaga konstan dengan 0,0001625 m /s untuk air panas dan 0,0001625 m /s untuk air pendingin. Hasil menunjukan dengan penggunaan pipa spiral maka temperatur fluida air panas mengalami o o penurunan 10

temperatur dikontrol pada air dingin 17 3 C, air normal 32

C. Kenaikan nilai koefisien perpindahan panas dipengaruhi oleh variasi kenaikan temperatur dan debit aliran.

C dan kenaikan temperatur air dingin 5

Kata Kunci : heat exchanger, temperatur, keseimbangan energi bilangan nusselt, bilangan reynold, dan koefisien konveksi

PENDAHULUAN

dipelajari oleh regers dan mayhew . Mereka mengamati bahwa bahkan untuk alat uap

panas, temperatur yang tinggi seragam memanfaatkan

Fenomena perpindahan

panas

dinding tidak diperoleh terutama disebabkan melakukan suatu keperluan industri seperti

oleh distribusi kondensat uap atas permukaan [3] perangkat elektronik dan transportasi. Namun,

coil . Pada aliran sepenuhnya dikembangkan pada fluida heat transfer konvensional seperti

dalam acurved pipa dengan fluks panas yang air umumnya memiliki properti panas yang

seragam untuk jumlah temperatur besar. rendah. Kegunaan dari heat exchanger dalam

Aliran dan temperatur dipelajari dengan industri adalah mengurangi temperatur pada

eksperimen. Mereka menganggap bahwa aliran fluida pembuangan dengan cara

aliran dibagi menjadi dua bagian, lapisan memberikan fluida pendingin. Jenis aliran

batas kecil dekat dinding pipa dan wilayah inti yang biasa digunakan adalah counterflow,

besar yang membuat aliran yang tersisa. yang dimana counterflow itu aliran yang saling berlawanan antara pipa luar dan pipa dalam pada heat exchanger. Dalam penggunaan

TINJAUAN PUSTAKA

pipa spiral dalam heat exchanger sangatlah efektif karena dengan berbentuk spiral akan

Perpindahan panas terjadi melalui tiga semakin banyak penurunan temperatur yang

mekanisme dasar adalah perpindahan melalui didapat.

cara pertama yang disebut perpindahan Penukar panas adalah perangkat di

panas konduksi. Cara kedua perpindahan mana energi ditransfer dari satu cairan lain

panas melalui konveksi dan yang ketiga permukaan penampang. Hal ini berbeda

perpindahan panas secara radiasi. untuk Penukar panas tradisional, khususnya [1]

suatu bagian benda Penukar panas shell-dan-tube . Perpindahan

Kalor

dari

bertemperatur lebih tinggi akan mengalir panas yang dihitung dalam tabung melingkar

melalui zat benda itu ke bagian lainnya yang

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

konveksi dimana tidak

perpindahan

kalor

merupakan konstanta proporsionalitas pada berpindah dari satu partikel ke lain partikel

mengalir sehingga

tenaga

kalor

persamaan pada hukum Newton pendinginan. dan

koefisien konveksi Perpindahan kalor cara ini disebut konduksi.

mencapai bagian

berhubungan dengan Kerapatan, Viskositas, Konveksi terjadi baik karena gerakan

Diameter pipa, Bilangan Reynold, Prandtl dan molekul

dan gerakan

Perpindahan panas

konveksi

dapat

dikategorikan ke dalam dua bentuk sesuai

dengan sifat aliran: Konveksi Natural dan

dimana

Konveksi Paksa. Dalam konveksi alami Re = Bilangan Reynolds (bebas),

= Kerapatan (kg/m 3 ) perbedaan

gerakan fluida

didorong oleh

= Kecepatan Aliran (m/s) perubahan

D = Diameter pipa (m) pemanasan atau pendinginan.

suhu yang

dihasilkan

oleh

μ = Viskositas dinamik fluida (Ns/m 2 ) Sementara transfer kedua konduksi

dan konveksi melibatkan aliran energi melalui zat padat atau cairan, media tidak diperlukan

untuk mencapai perpindahan panas radiasi.

dimana

Memang, radiasi elektro-magnetik yang paling

Pr = Bilangan Prandtl

efisien melalui ruang hampa, meskipun 2 ν = Viskositas kinematik fluida (m

2 /s) mampu melewati cukup efektif melalui gas

α = Thermal diffusivity (m /s) banyak,

cp = Kalor spesifik (J/kg°K) padatan, khususnya, lapisan yang relatif tipis 2 μ = Viskositas dinamik fluida (N.s/m )

cairan dan

melalui

beberapa

dari kaca dan plastik transparan. kf = Konduktifitas kalor fluida (W/m.K) Perpindahan tenaga kalor dapat dibagi

dalam beberapa golongan cara perpindahan. Kalor itu dapat merambat dari suatu bagian ke

dimana :

bagian lain melalui zat atau benda yang diam. = Bilangan Reynold Kalor juga dapat dibawa oleh partikel-partikel

= Bilangan Prandtl

zat yang mengalir. Pada radiasi kalor, tenaga = 0.4 (untuk pemanas) kalor dapat berpindah melalui pancaran yang

0.3 (untuk pendingin) merupakan juga satu cara perpindahan kalor. Umumnya perpindahan panas berlangsung dengan tiga cara. Perpindahan panas dapat

diketahui melalui perubahan temperatur. Oleh

dimana :

karenanya perlu ditentukan hubungan antara 2 = Koefisien konveksi (W/m .K) arus panas dan perubahan atau perbedaan

= Bilangan Nusselt

temperatur. Bagi kalorimeter yang mengalami = Konduktifitas thermal bahan (W/m.K) pertukaran panas dengan luar sistem, akibat

= Diameter pipa (m) perpindahan panas, Newton memberikan

suatu koreksi yang dikenal sebagai hukum pendinginan atau pemanasan Newton.

Pada hukum Newton pendinginan, Persamaan

dimana untuk semua mekanisme transfer 2 = Total koefisien konveksi (W/m .K) kalor, jika beda temperatur antara benda dan 2 =

Koefisien konveksi dalam (W/m .K) sekitarnya

2 = Koefisien konveksi luar (W/m .K) pendinginan sebuah benda hampir sebanding

dengan beda temperatur, yang dirumuskan sebagai berikut :

METODE PENELITIAN

dimana : Penelitian ini dilakukan dengan cara = Energi (Watt)

menganalisa aliran air pada pipa Heat = Laju aliran massa (kg/s)

exchanger dengan menggunakan Solidwork. = Perubahan suhu t akhir -t awal (°C)

Aliran tersebut ada dua perbedaan suhu = Kalor spesifik (J/kg.K)

yaitu : air dengan suhu air panas dan dingin.

8 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Pada prinsipnya air suhu panas akan mengalir di pipa berbentuk spiral dan air suhu dingin mengalir di pipa besar heat exchanger. Penelitian ini diselesaikan dengan mengikuti beberapa

menentukan data dan meng-analisis data, Gambar 2. Pipa Spiral kemudian

membuat tulisan. Tabel dimensi pipa spiral yang diguna- Dalam merancang Heat Exchanger

kan dalam melakukan simulasi, spesifikasi pada Gambar 1 akan diberikan fluida dalam

Tabel 2. sebagai berikut: rancangan tersebut. Analisa ini diberikan

kecepatan yang berbeda antara aliran air Tabel 2. Dimensi Pipa Spiral panas dengan air dingin serta beberapa

Nama Bagian

Ukuran (mm)

11 dingin.

eksperimen pada analisis air panas dan air

Diameter C1

Outlet Inlet

Diameter C2

Air Dingin Air Dingin

Diameter C3

90 Inlet

Panjang Pitch

Outlet

986 Air Panas

Panjang pipa spiral

Air Panas

Analisa yang pertama kali di lakukan Gambar 1. Heat Exchanger dengan bagian

adalah mendesain heat exchanger dengan dalam pipa spiral

pipa spiral di dalamnya kemudian me- masukan data-data yang akan dimasukan.

Berikut ini Tabel 1 yang digunakan Berikut ini adalah Langkah-langkah setelah dalam Heat Exchanger dengan dimensi

mendesain heat exchanger : sebagai berikut ini:

1. Memberikan input data material pada desain heat exchanger.

Tabel 1. Dimensi Heat Exchanger

2. Kemudian

menentukan suhu 0 aliran

Ukuran

masuk pada pipa yaitu dari 17

0 C dan dari

Bagian Heat Exchanger

85 C. Setelah itu masukan data - data ke

Flow simulation pada solid-work. Panjang Pipa

(mm)

3. Apabila data yang penting di masukan (seperti : suhu, laju aliran massa, dan

Tinggi Pipa

koefisien konveksi), di lakukan proses Diameter Luar Pipa Besar

Running Mesh. Kemudian akan keluar hasil output suhu pada Flow simulation.

4. Setelah mendapatkan data dari simulasi, Diameter

Diameter Luar Pipa Kecil

kemudian melalukan pengolahan data dan analisa data.

Besar

Diameter Dalam Pipa Kecil

Rancangan (set up) alat uji seperti terlihat pada Gambar 2 dimana fluida yang

Ketebalan Pipa Besar

akan dialirkan ditempatkan pada penam- Ketebalan Pipa Kecil

pungan fluida (wadah). Pada penampungan aliran air panas dipanaskan terlebih dahulu dengan kompor sampai keadaan suhu tertentu, air panas lalu dialirkan ke Heat Exchanger, kemudian dari penampungan air dingin apabila sudah memenuhi suhu yang diinginkan, air itu di alirkan ke Heat Exchanger bagian pipa atas.

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Gambar 3. Skema Alat Uji Gambar 4. Hasil simulasi pada air panas Dari gambar 3, beberapa peralatan

dengan air pendingin pendukung dalam rancangan heat exchanger

type counterflow dengan pipa spiral yaitu : 2 Kemudian mencari dan menganalisis Pompa air untuk air panas dengan air dingin,

data untuk mendapatkan nilai kesetimbang-an Pipa ukuran ¾ inch, 2 Katup, 4 Manometer, 4 energi panas. Nilai kesetimbangan energi Termometer, Kompor, Penampung air dengan panas dapat dilihat pada tabel 3. berbahan plastik dan berbahan Stainless

steel. Tabel 3. Nilai Kesetimbangan Energi Panas Keseimbangan Energi Panas pada Air Panas

dengan Air Dingin

HASIL DAN PEMBAHASAN

No

in out

Pada proses simulasi diberikan debit

3 aliran untuk air panas sebesar 0,0001625m /s

2 83 67,73 0,15757 4199,4 10104,15 untuk aliran air panas, kemudian untuk debit

3 81 66,44 0,15778 4197,8 9643,509 sebesar 0,00041 m 3 /s, sehingga sebelum

aliran air dingin dan air normal diberikan

Keseimbangan Energi Panas pada Air Panas mensimulasi harus menghitung Laju aliran

dengan Air Normal massa pada setiap spesimen yaitu: 3

in out spesimen untuk air panas dengan air dingin

No

dan 3 spesimen air panas dengan air normal.

4 85 71,99 0,15736 4201 8600,512 Di dalam gambar 4 menunjukan contoh hasil 0 5 83 70,96 0,15757 4199,4 7966,861

dari simulasi pada temperatur air panas 85 C

0 6 81 69,73 0,15778 4197,8 7464,447 dan air dingin 17 C.

pada analisis heat exchanger type counterflow dengan pipa spiral akan didapatkan perbandingan nilai koefisien konveksi pada air panas dengan air pendingin untuk gambar 5 dan 6 kemudian total nilai koefisien konveksi pada gambar 7 dan 8.

Setelah

itu

Air Panas

Gambar 5. Diagram pengaruh hubungan h

10 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

KESIMPULAN

Dalam rancangan heat exchanger type counterflow dengan pipa spiral memiliki efektifitas

tinggi dalam distribusi perpindahan panas antara air panas dengan air pendingin. Hal ini disebabkan oleh luas permukaan pada pipa spiral yang berisi air panas dengan di dinginkan oleh air pendingin pada pipa. Apabila semakin luas bidang pada

yang

Gambar 6. Diagram pengaruh hubungan pipa spiral maka akan semakin tinggi nilai

h vs n efektifitas tetapi kerugian terdapat pada air pendingin

semakin besar Pada gambar 5 dan 6 menunjukan

karena

temperaturnya. Kemudian dalam rancangan bahwa pada nilai koefisien konveksi apabila

ini memiliki beberapa keuntungan dalam suatu aliran fluida temperaturnya semakin

industri yaitu biaya produksi yang rendah dan tinggi maka akan semakin tinggi juga nilai

tidak menggunakan lahan yang besar. koefisien konveksinya dan sebaliknya apabila semakin kecil temperaturnya maka akan semakin kecil nilai koefisien konveksinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. R.A. Seban, E. F. McLaughlin, Heat transfer in tube coils with laminar and turbulent flow, International Journal of heat and Mass Transfer, 6, 1963, 387- 395

2. G.F.C. Rogers, Y.R. mayhew, Heat transfer and pressure loss in helkically coiled

with turbulent flow, International Journal of heat and Mass Transfer, 7, 1964, 1207-1216 Gambar 7. Diagram pengaruh hubungan U vs 3. Y.Mori, W. Nakayama, study on forced Th in dengan Tc in convective heat transfer in curved pipe, International Journal of heat and Mass Transfer, 8, 1965, 67-82

tubes

4. Incropera, F.P., DeWitt, D.P., Bergman, T.L., Lavine, A.S. (2007). Fundamentals of Heat and Mass Transfer (6th ed.). United States of America: John Wiley & Sons.

5. Cengel, Yunus.A., Heat And Mass Transfer: A Practical Approach Third Edition (Si Unit), McGraw-Hill, Inc. New York, 2006.

6. Holman, J.P., Heat Transfer Sixth Edition, McGraw-Hill, Inc. New York,

Gambar 8. Diagram pengaruh hubungan U vs 1986. Th in dengan Tn in 7. Hewakandamby, Buddhi. N. A first course in Fluid Mechanics for Engineers,

Pada gambar 7 dan 8, apabila tem- University of Nottingham, UK,2012 peratur fluida semakin tinggi dan fluida

Engineering Fluid pendingin temperatur semakin kecil maka nilai

8. Al-Shemmeri,T.,

Staffordshire University, total koefisien konveksinya akan semakin

Mechanics,

rendah dan sebaliknya apabila apabila aliran

9. Chris Long & Naser Sayma, 2009, Heat air panas temperaturnya semakin rendah dan

Transfer,Ventus Publishing ApS,2009 mempunyai aliran pendingin tinggi maka akan

10. Gerhart M Philip, Fundamentals of Fluid memilki nilai total koefisien konveksi yang

Mechanics, Addison Wesley Publishing besar.

Company. 1985. P.443.

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

11. Kumar, K.L., Engineering

Fluid

Mechanics, Eurasia Publishing House Ltd., 2000.

12. Baehr, Hans Dieter & Stephan, Karl., Heat And Mass Transfer: Second, Revised Edition, Springer, Berlin, 2006

13. Ramadhan, Andrea., Makalah fisika dasar prinsip kerja pompa setrifugal, Depok, 2010

14. Kukuh, Budi Utomo., Studi Eksperimental Tentang Pengaruh Aliran Fluida Pada Pipa Spiral Terhadap Laju Perpindahan Panas, Surabaya 2002

15. Hassan, Teuku Aswinsyah.,

Kajian

Experimental Koefisien Konveksi Pada Heat Exchanger Tipe Aliran Counter Flow, Depok,2012

16. Ardianto, Rino., Koefisien Perpindahan Panas Pada Pipa Bulat, Depok, 2012

12 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

PERBANDINGAN TERMAL MENGGUNAKAN SIMULASI DAN EKSPERIMEN PADA BATERAI LIFEPO4 DAN ASSEMBLY KENDARAAN LISTRIK HYBRID

Abdul Muchlis Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Email : muchlis07@staff.gunadarma.ac.id

Abstrak

Kendaraan listrik hybrid adalah kendaraan yang menggunakan kombinasi dari bahan bakar fosil dan motor listrik dengan tujuan untuk menghemat dan meningkatkan efisiensi konsumsi bahan bakar. Lithium Iron Phosphate (LiFeP04) memiliki keunggulan terhadap temperatur dan kimia yang stabil, sehingga memiliki karakteristik keamanan lebih baik dibandingkan dengan Lithium-ion yang dibuat dengan katoda. Baterai dirangkai seri dan dihubungkan ke motor listrik sehingga mengalami perubahan temperatur. Penelitian ini akan menjelaskan hasil perbandingan temperatur baterai dengan eksperimen dan simulasi menggunakan sistem pendingan dan tanpa sistem pendingin. Assembly komponen kendaraan listrik hybrid terbagi menjadi 4 bagian yaitu rangkaian baterai,

rangkaian sensor BMS (Batery Management System), rangkaian control system dan rangkaian 0 0 motor listrik. Eksperimen dilakukan ketika baterai mencapai temperatur 45 0 0 C (pengisian), 50 C

(pemakaian) dan 60 0 C (pemakaian). Saat temperatur mencapai 50

C alarm BMS akan menyala dan

60 C sistem elektrikal akan terputus otomatis.

Kata Kunci : Termal, Hi-Power LiFePO4, Assembly Kendaraan Listrik Hybrid.

PENDAHULUAN

Pada era ekonomi global mengarah kepada energi yang ramah lingkungan dalam perubahan iklim. Kendaraan alternatif untuk mengganti kendaraan yang menggunakan energi fosil yaitu dengan penggunaan ken- daraan listrik. Kendaraan alternatif meng- gunakan menggunakan sistem elektrik dari

baterai dan diteruskan ke energi kinetik Gambar 1. Mobil Hybrid melalui

motor elektrik.

Pengoperasian

kendaraan listrik ini menyebabkan temperatur Mobil hybrid ini memiliki 3 jenis tipe yang baterai tinggi, hal ini dapat mengurangi kinerja

berbeda,

baterai, oleh sebab itu manajemen baterai dapat mengontrol temperatur baterai tersebut.

1. Hybrid Tipe Paralel

Hybrid tipe paralel memiliki tangki bahan bakar dan baterai. Baik mesin

TINJAUAN PUSTAKA

berbahan bakar maupun mesin listrik dapat menggerakkan

transmisi pada saat Mobil hybrid merupakan gabungan dari

bersamaan, karena masing-masing mesin dua sistem yang bekerja pada mobil

terhubung ke transmisi secara independen, konvensional dan sistem yang bekerja pada

dan selanjutnya transmisi akan menggerak- mobil listrik.

kan roda-roda.

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Gambar 2 Hybrid Tipe Paralel Gambar 4. Hybrid Tipe Seri-Paralel

2. Hybrid Tipe Seri

Pada hybrid tipe seri mesin bensin atau

Baterai

diesel bekerja sebagai generator yang

komponen yang berfungsi sebagai pembangkit baterai atau

Baterai

adalah

merubah energi kimia menjadi energi listrik. tenaga motor listrik yang menggerakkan

Baterai yang digunakan pada perkembangan transmisi.

zaman sekarang adalah jenis litium. Hal ini langsung

Mesin bensin

tidak

pernah

disebabkan karena faktor keamanan yang kendaraan. Sistem kerja pada hybrid seri

paling baik. Berikut adalah keuntungan dari dimulai dari tangki bahan bakar menyuplai

baterai jenis litium :

bahan bakar ke mesin, selanjutnya mesin

Keuntungan :

menyuplai tenaga ke generator, lalu tenaga

1. Ringan

yang dihasilkan generator didistribusikan ke

2. Bertenaga

baterai, dari baterai energi listrik disuplai ke

3. Kuat Tahan Lama

mesin listrik.

4. Tidak perlu menunggu baterai benar-benar habis untuk mengisi ulang.

Motor Listrik

adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik dan termasuk dalam mesin listrik dinamis. Motor listrik diklasifikasikan sebagai berikut :

Motor

listrik

Gambar 3. Hybrid Tipe Seri

3. Hybrid Tipe Seri-Paralel Mesin bensin dan motor listrik langsung memutar roda (sama dengan paralel). Kendati demikian, mesin bisa dimatikan dan mobil hanya digerakkan oleh motor listrik (mobil listrik).

Dengan menggunakan dua penggerak ini, mesin lebih sering bekerja mendekati titik

efisiensi optimumnya.

Gambar 5. Jenis-jenis motor listrik rendah, mesin bekerja seperti hybrid seri.

Pada

kecepatan

Sebaliknya, pada kecepatan tinggi, mesin Untuk kendaraan listrik digunakan bekerja secara paralel.

motor listrik DC, hal ini dikarenakan motor tersebut mudah diatur kecepatan putar maupun torsi serta sistem pengereman pada motor tersebut.

14 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

METODE PENELITIAN

Penelitian ini

dilakukan

untuk

pengukuran tegangan ketika baterai tanpa beban secara manual dan menggunakan BMS (Battery Management System).

Penelitian ini hanya dilakukan pada 1 buah baterai sebagai model dari 45 baterai UG HEV untuk simulasi termal. Kapasitas 1

buah cell baterai adalah 3.65 V. Gambar 10. Termometer Digital dan Kipas Exhaust

Gambar 11. Rangka Pengujian

Pada gambar 11. terlihat kipas exhaust untuk membuang udara panas yang berada di kabin rangka yang disebabkan oleh kinerja

Gambar 7. Skema Kendaraan listrik baterai, Kipas pendingin terletak diatas baterai terlihat ada 2 kipas berwarna hitam.

Pengendalian Termal

Pemodelan ini disimulasikan dengan

Komponen Kendaraan Listrik

berfungsi untuk kipas digunakan untuk mendinginkan baterai.

diberikan kipas dari atas dan energi angin dari

Controller

mengendalikan atau sistem pada motor listrik yang mengontrol throtle, rem, rpm, voltage,

daya, torsi dan arus.

Gambar 8. Skema pengendalian termal pendinginan udara

Gambar 12. Kelly Controller dan DC/DC

Komponen Pengujian

converter.

Gambar 9. Baterai LIFEP04 dan Kipas Pendingin

Gambar 13. Diagram wiring Motor Controller dan motor listrik

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Analisa Data dan Simulasi

Simulasi dilakukan

dengan

menggunakan software solidwork

untuk

mendapatkan titik-titik panas dan akan dibandingkan

kemudian dari hasil eksperimen tersebut dibuat contour temperatur menggunakan software techplot 360.

Gambar 14. Titik pengamatan

Pada gambar 14. adalah titik-titik pengamatan untuk mencari nilai perpindahan panas yang terjadi pada baterai Hipower ketika kondisi charge dan discharge. Pada sumbu X jarak pengamatan 27 mm, sedangkan pada sumbu y jarak pengamatan

46 mm.

0 Gambar 16. (Simulasi dan eksperimen) 45 C

Gambar 17. Perbandingan 45 C.

17 terlihat hasil eksperimen dibanding lebih rendah sebesar 0,325%.

Pada

gambar

Gambar 15. Pengambilan data.

Pengujian Tanpa Pendingin

16 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Gambar 20. (Simulasi dan eksperimen) 60 0 C

eksperi men

Gambar 21.Perbandingan 60 C

21 terlihat hasil Gambar 18. (Simulasi dan eksperimen) 50 C eksperimen lebih rendah dibanding dengan simulasi sebesar 0,058%.

Pengujian dengan Kipas Pendingin

Gambar 19. (Simulasi dan eksperimen) 50 C

Pada gambar

19 terlihat

hasil

eksperimen dibanding lebih rendah sebesar 0,095%

Gambar 22. (Simulasi dan eksperimen) 45 C

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

0 0 Gambar 23. Perbandingan 45 C Gambar 25. Perbandingan 50 C

25 terlihat hasil eksperimen lebih rendah dibanding simulasi

Pada gambar

eksperimen lebih rendah dibanding simulasi sebesar 0,402%.

sebesar 0,787%.

0 Gambar 26. (Simulasi dan eksperimen) 60 C Gambar 24, (Simulasi dan eksperimen) 50 C

18 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Pada gambar 29 Temperatur tertinggi

49 adalah dari simulasi tanpa kipas pendingin 0

yaitu sebesar 50

C, sedangkan temperatur

eksperi

terendah adalah dari eksperimen mengguna- o

39 men

kan kipas pendingin yaitu sebesar 39.36 C.

ratu 45 simulasi

0 40 no fan

Gambar 27. Perbandingan 60 C Tem 35

30 eksperime Pada

25 n with fan eksperimen dibanding simulasi lebih rendah

simulasi sebesar 0,367%. with fan

Time (s)

HASIL PERBANDINGAN

Gambar 30. Perbandingan termal 60 C

Pada gambar 30. Temperatur tertinggi adalah dari simulasi tanpa kipas pendingin 0

45 experiment

yaitu sebesar 60

C, sedangkan temperatur

dari eksperimen

re

menggunakan kipas pendingin yaitu sebesar o

35 simulasi no

p e ratu

25 eksperimen

Koefesien Perpindahan Panas

Tem 20 with fan

Perpindahan panas 45 0

C (Pengisian)

simulasi

with fan

Time (S)

Gambar 28. Perbandingan termal 45 C Hasil nilai bilangan reynolds adalah Pada gambar 28. Temperatur tertinggi

74.87, nilai ini adalah aliran laminar. adalah dari simulasi tanpa kipas pendingin

yaitu sebesar 45 0

C, sedangkan temperatur

Bilangan Nusselt :

terendah adalah dari eksperimen mengguna- kan kipas pendingin yaitu sebesar 37.68 o C.

e ratu p 35 no fan

20 en with fan

Hasil

menunjukan 2 nilai koefesien

konveksi adalah

W/m .K

simulasi

Total koefesien konveksi pada cell

with fan

baterai adalah :

Time (s)

⁄ × 8 cells

Gambar 29. Perbandingan termal 50 C. ⁄ = 9.256

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Perpindahan panas 50 0

C (Pemakaian)

yaitu baterai hingga sistem penggerak motor listrik.

START ASSEMBLY

Hasil nilai bilangan reynolds adalah

SUMBER

CHARGE

72.86, nilai ini adalah aliran laminar.

TENAGA LISTRIK

PEMERIKSAAN TEGANGAN PADA BATERAI

MIN V ASSEMBLY

MONITORING

SISTEM

BMS

Hasil

menunjukan 2 nilai

koefesien

konveksi adalah

W/m .K

Total koefesien konveksi pada cell

PEMERIKSAAN

KONFIGURASI

baterai adalah :

DENGAN MODUL

BATERAI

BMS

⁄ × 8 cells

ASSEMBLY 0 SISTEM

PENGGERAK Perpindahan panas 60 C (Pemakaian) LISTRIK DENGAN KONTROLLER

PEMERIKSAAN KONFIGURASI ⁄ MOTOR LISTRIK DENGAN ⁄ NO KONTROLLER YES

Hasil nilai bilangan reynolds adalah

ASSEMBLY MOTOR LISTRIK

69.12, nilai ini adalah aliran laminar.

CONTROL BOX

DENGAN

PEMERIKSAAN MOTOR LISTRIK KONFIGURASI DENGAN KONTROL BOX NO YES FINISH

Gambar 31. Skema assembly kendaraan ⁄ listrik Hasil

menunjukan

nilai 2 koefesien

konveksi adalah

W/m .K.

Total

Assembly sumber tenaga listrik

koefesien konveksi pada cell baterai adalah : Baterai terdiri dari 3 pack dengan setiap ⁄ × 8 cells pack berjumlah 15. Baterai tersebut dirangkai

= 8.896 ⁄ seri guna untuk meningkatkan tegangan baterai.

Assembly Kendaraan Listrik

Assembly dilakukan untuk membuat kendaraan listrik mulai dari sumber tenaga

20 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Assembly main contactor dengan DC/DC converter

DC/DC konverter digunakan untuk menghidupkan main contactor, main contactor ini untuk menghubungkan rangkaian elektrikal controller. Sehingga apabila main contactor dalam posisi ON, maka controller dapat hidup atau dalam posisi ON.

Gambar 32. Assembly 45 Baterai

Assembly BMS

BMS digunakan untuk

memonitor

tegangan, arus, temperatur. Setiap sensor diletakkan pada setiap terminal (+) dan (-) baterai, dan sensor temperatur diletakkan pada celah baterai.

Gambar 35. Konfigurasi main contactor dengan DC/DC Converter

Pada gambar 35. terlihat Input DC/DC converter dihubungkan ke baterai, sedangkan output DC/DC converter dihubungkan ke main contactor. Untuk kabel berwarna hitam (negatif) dihubungkan keterminal hitam main contactor, dan kabel berwarna biru (positif) di- hubungkan ke terminal merah main contactor.

Gambar 33. Assembly sistem monitor BMS

Pemeriksaan konfigurasi dan aliran listrik Assembly Sistem Penggerak Kendaraan.

Baterai

Pemeriksaan baterai dilakukan dengan dihubungkan dengan terminal B(+) dan B (-)

voltmeter, kapasitas baterai yang diperlukan pada

untuk mengoperasikan motor listrik sebesar controller perlu adanya aliran listrik sebesar

controller. Untuk

menghidupkan

144 V.

12 VDC pada main conractor. Output Controller dengan simbol A/U, B/V, C/W dihubungkan dengan hall A,B,C pada motor listrik.

Gambar 36. Pengukuran tegangan 45 baterai

Pemeriksaan konfigurasi pada rangkaian kontroller

1. Pemeriksaan tegangan controller

Gambar 34. Konfigurasi motor listrik dengan controller

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

c. Koefesien konveksi pada 8 cell o baterai dengan temperatur 45 C adalah 8.896 ⁄

3. Penggunaan kipas pendingin memberi- kan temperatur pada baterai lebih 0 0 rendah sebesar 10 C-15 C

melakukan assembly kendaraan listrik, terdapat banyak kesalahan konfigurasi antara controller

4. Setelah

dengan motor listrik sehingga motor Gambar 37. Pemeriksaan tegangan

listrik belum dapat menyala, langkah controller perbaikan selanjutnya perbaikan pada

Pada gambar 37. besar tegangan konfigurasi kontroller.

antara B(+) dan B(-) adalah 142 V. Hal ini mengindikasikan bahwa kontroller

DAFTAR PUSTAKA

dalam keadaan baik.

2. Pemeriksaan Fuse Anderson C.D and Anderson J. “Electric

And A History Hybrid Cars Second dengan menggunakan alarmmeter, jika

Edition”. Mc.Farland & Company, alat ter-sebut berbunyi maka fuse tidak

putus. Fisk, H. dan Leijgard J. “A Battery

Management Unit”. Göteborg, Sweden. 2010

3. Michalek, J. da n Yuksel T. “Evaluation of the Effect of Thermal Management on Battery Life in Plug-in Hybrid Electric Vehicles”.

Carnegie Mellon,

Pittsburg.2010

4. Duvall, M. “Advanced Batteries for Electric- Drive

Vehicles”. EPRI,

California.2004

5. Ciprian, N. dan Veje C. “Analysis of the Thermal Behavior of a LiFePO4 Battery

Gambar 4.32 Pemeriksaan Fuse

Cell” Alsion 2, Denmark. 2012

KESIMPULAN

6. Ahmad A. Pesaran, dan David Swan. “Thermal Analysis and Performance of a

Battery Pack for a Hybrid Electric mana-jemen

Vehicle”. National Energy Laboratory, LiFeP04/HP-PW-100AH. Hasil yang dilakukan

Penelitian yang

7. www.hipowergroup.com sebagai berikut :

dengan simulasi dan eksperimen adalah

8. www.sunon.com

9. www.Kelly Controller.com dilakukan dengan simulasi sedikit lebih

1. Hasil pengendalian

termal

yang

panas pada

baterai

dibandingkan

dengan eksperimen sebesar 0.3 hingga 0.4%.

2. Koefesien Konveksi

a. Koefesien konveksi pada 8 cell o baterai dengan temperatur 45 C

adalah 9.256 ⁄

22 JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

PROTOTYPE SISTEM KENDALI OTOMATIS PALANG PINTU KERETA API BERBASISKAN MIKROKONTROLER AT89S52

Fauziah Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok fauziah87@staff.gunadarma.ac.id

Abstrak

Dalam penelitian ilmiah ini, akan membahas rangkaian palang pintu kereta otomatis dengan menggunakan sensor lintas dan tampilan berupa LCD yang berbasiskan mikrokontroller sebagai sistem kontrolnya. Ada pun mikrokontroller yang digunakan yaitu AT89S52, salah satu keluarga MCS-51 yang memiliki banyak fitur dan kelebihan tersendiri dibandingkan jenis yang mikrokontroller lainnya. Rangkaian ini menggunakan 8 (delapan) buah sensor lintas yang terdiri dari LED inframerah sebagai pemancar dan Dioda peka cahaya sebagai penerima sinar inframerah. Masing-masing sensor diletakkan pada jalur kanan rel dan jalur kiri rel yang terbagi menjadi 4 buah sensor. Sensor-sensor yang tepasang disetiap rel kereta mampu mendeteksi keadaan dalam posisi palang pintu kereta terbuka atau tertutup. Apabila cahaya yang dikirimkan oleh pemancar tidak sampai atau terhalang masuk kedalam penerima maka data diproses oleh mikrokontroller yang kemudian buzzer berbunyi, tampilan karakter pada layar LCD dan diteruskan dengan palang pintu kereta yang menutup atau membuka oleh motor DC.

Kata kunci : LCD, Mikrokontroler, Otomatis, Palang Pintu Kereta, Sensor Lintas.

PENDAHULUAN

menutup secara otomatis sampai kereta melintas di palang pintu tersebut kemudian

Dalam perkembangan teknologi orang palang pintu tersebut akan membuka kembali akan berfikir cara untuk mencegah terjadi

setelah terkena sensor yang berikutnya. kecelakaan

bantuan alat yang dapat memberitahukan kepada pengemudi kendaraan untuk berhati-

METODE PENELITIAN

hati dalam melintas di perempatan kereta yang berupa alarm suara peringatan dan

Perancangan Sensor Lintas

tampilan layar pemberitahuan yang telah dikembangkan melalui sistem kontrol yang

Sensor yang digunakan pada rangkaian ini telah terprogram dengan sensor sebagai alat

berupa sensor lintas dengan LED inframerah pendeteksi kereta api yang melintas pada

sebagai pemancar dan dioda peka cahaya perempatan.

cahaya dari LED Untuk

sebagai

penerima

inframerah sebanyak delapan buah. Pada alat Prototype Sistem Kendali Otomatis Palang

itu, dirancang

sebuah

alat

ini sensor lintas diletakkan pada jalur kanan pintu kereta Api Berbasiskan Mikrokontroler

rel dan jalur kiri rel yang terbagi menjadi 4 AT89S52. Alat ini menggunakan sensor lintas

buah sensor. Pada masing-masing sisi jalur yang dipasang pada sisi rel kereta api setinggi

kereta dipasang-kan pemancar berupa LED badan kereta. Sensor yang digunakan adalah

berfungsi untuk Led Inframerah sebagai pemancar dan Dioda

inframerah

yang

memancarkan sinar inframerah dan penerima peka cahaya sebagai penerima cahaya dari

berupa dioda peka cahaya yang berfungsi inframerah, sensor ini akan mendeteksi

untuk menerima cahaya yang dipancarkan apabila ada kereta yang melintas maka sinar

oleh LED infaramerah. Sensor ini diletakkan inframerah akan terhalang sehingga alarm

pada kedua sisi jalur rel yang telah siaga akan bersuara sebagai peringatan pertama

untuk mendeteksi kereta yang akan melewati dan LCD akan menampilkan suatu karakter,

perempatan.

kemudian palang pintu kereta api akan

JURNAL TEKNIK FTUP, VOLUME 31 NOMOR 1 FEBRUARI 2018

Analisa Rangkaian Secara Blok Diagram

Berdasarkan fungsinya Prototype Sistem Kendali Otomatis Palang Pintu Kereta Api Berbasiskan Mikrokontroler AT89S52 dapat bagi menjadi beberapa blok. Masing-masing blok

tampak

pada gambar

Gambar 1. Pemasangan LED Inframerah.

Gambar 2. Diagram Blok Prototype Sistem Kendali Otomatis Palang Pintu Kereta Api Berbasiskan Mikrokontroler AT89S52

Analisa Rangkaian Per Blok

komparator di kaki pembalik akan berlogika 1 karena arus pada anoda tidak akan mengalir

Analisa Masukkan

Dokumen yang terkait

KELOMPOK KOMPETENSI F PEDAGOGIK: MODEL PEMBELAJARAN (9 Jp)

0 3 60

Dengan ini saya mengajukan proposal eksperimen fisika untuk memenuhi salah satu tugas dalam matakuliah Eksperimen Fisika I berjudul: PERBANDINGAN NILAI EKSPERIMENTAL COMPOUND PENDULUM DENGAN TEORI SEDERHANA

0 1 10

INNOVATION THROUGH THE IDENTIFICATION OF BUSINESS MODEL CANVAS IN ORDER TO ENHANCE THE COMPETITIVENESS OF MICRO, SMALL, AND MEDIUM ENTERPRISES IN BONDOWOSO REGENCY

0 0 9

STUDY OF INSTITUTION MODEL OF MICRO FINANCE TO RAISE CHILDREN OPPORTUNITIES OF POOR FAMILIES FOR HAVING HIGHER EDUCATION: PERCEPTION AND EFFORT OF POOR HOUSEHOLDS

0 0 8

DESIGNING A MODEL OF TOURISM VILLAGE BY AUGMENTING LANGUAGE AND TOURISM AWARENESS AS AN ATTEMPT TO INCREASE LOCAL ECONOMY IN BATU

0 0 6

E-GOVERNMENT IMPLEMENTATION MODELS AND PRESENTING E- GOVERNMENT 2.0 CONCEPTUAL MODEL

0 1 10

A STUDY OF USING QUEFTS MODEL FOR ESTABLISHING SITE SPECIFIC FERTILIZER RECOMMENDATION IN MAIZE ON THE BASIS OF FARMER FIELDS

0 0 6

A STUDY OF USING QUEFTS MODEL FOR ESTABLISHING SITE SPECIFIC FERTILIZER RECOMMENDATION IN MAIZE ON THE BASIS OF FARMER FIELDS

0 0 6

THE APPLICATION OF Trichoderma viride STRAIN FRP 3 FOR BIODEGRADATION OF GLYPHOSATE HERBICIDE IN CONTAMINATED LAND

0 0 7

ANALISA NUMERIK UNTUK MENGETAHUI TEGANGAN YANG TERJADI PADA CASING TURBIN UAP ANALISA KELAYAKAN MIRASI BTS 3G BERBASIS WCDMA MENUJU JARINGAN LTE DI AREA PERKOTAAN (STUDI KASUS : DKI JAKARTA 2010 – 2015) ANALISIS PERFORMANSI KOMPRESI CITRA SATELIT PENGINDE

0 0 64