PERSILANGAN MONOHIBRID
ACARA III PERSILANGAN MONOHIBRID
Semester : Ganjil 2014
Oleh : Apriliane Briantika Louise A1L013055 C KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI PURWOKERTO 2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segresi. Pada peristiwa persilangan monohibrid, akan dihasilkan keturunan yang tidak mirip dengan salah satu sifat induknya, tetapi sifat keturunannya berada di antara sifat kedua induknya yang disebut sifat antara atau intermediet. Hukum ini berbunyi, “Pada pembentukan gamet untuk gen yang merupakan pasangan akan disegresikan kedalam dua anakan.
Pewarisan atau yang lebih dikenal dengan hereditas merupakan suatu pewarisan dari induk pada keturunannya. Ilmu yang mempelajri tentang pearisan sifat disebut dengan Genetika. Pewarisan itu dapat ditentukan oleh Kromosom dan Gen. Kromosom adalah struktur benang dalam inti sel yang bertanggung jawab dalam hal sifat keturunan (Hereditas). Gen adalah unit terkecil yang terletak pada bagian kromosom yang disebut dengan Lokus. Gen berfungsi menyampaikan informasi genetik kepada keturunannya dan mengendalikan perkembangan dan metablisme. Aspek penting pada organisme hidup adalah kemampuannya untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya. Pada organisme yang berbiak secara seksual, individu baru adalah hasil kombinasi informasi genetis yang disumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari kedua parentalnya.
Persilangan monohibrid adalah persilangan antara dua individu dengan hanya fokus pada sebuah sifat yang berbeda dari sebuah karakter pada tanaman sejenis. Persilangan ini sering dikenal dengan persilangan satu sifat beda. Konsep Kenampakan karakter sebuah individu dipengaruhi oleh susunan basa nitogen di dalam kromosom. Di dalam kromosom terdapat segmen-segmen DNA yang berisi informasi yang akan diwariskan kepada keturunannya, segmen DNA dalam kromosom ini disebut dengan gen. Jadi gen adalah sesuatu yang mempengaruhi kenampakan sebuah karakter. Konsep mengenai Kromosom selalu berpasangan, kromosom pasangannya disebut dengan kromosom homolog. oleh karena itu keberadaan gen yang mempengaruhi karakter yang sama dapat dijumpai pada di kromosom homolognya. Hanya saja pengaruhnya bisa sama ataupun berbeda.
B. Tujuan
Membuktikan Hukum Mendel I pada persilangan monohibrid
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mendel pertama kali mengetahui sifat monohybrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Sehingga sampai saat ini di dalam persilangan monohybrid selalu berlaku hukum Mendel I. Sesungguhnya di masa hidup Mendel belum diketahui sifat keturunan modern, belum diketahui adanya sifat kromosom dan gen, apalagi asam nukleat yang membina bahan genetic itu. Mendel menyebut bahan genetic itu hanya faktor penentu (determinant) atau disingkat dengan factor. Hukum Mendel I : pemisahan gen sealel. Dalam bahasa Inggris disebut : ”Segregation of allelic genes”. Hukum ini disebut juga Hukum Segregasi. Berdasarkan percobaan menyilang 2 individu yang memiliki 1 karakter berbeda : Monohibrid. Peristiwa pemisahan alel ini terlihat ketika pembikinan gamet individu yang memiliki genotipe heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel itu (Suryo, 1984).
Mendel menyilang kacang kapri atau ercis normal (tinggi) dengan kacang kapri kerdil (rendah, abnormal). Ukuran yang normal itu ialah 1,8 m, yang kerdil 0,3 m. Untuk melakukan persilangan itu, penyerbukan sendiri dicegah lebih dulu dengan membuang benang sari bunga bersangkutan sebelum sempat matang, lalu serbuk sari dari batang pohon lain yang diinginkan dilekatkan ke kepala putik, sehingga terjadilah penyerbukan silang buatan. Biji yang dihasilkan oleh bunga yang disilangkan itu ditanam, tumbuhlah tanaman yang memiliki karakter hasil persilangan, dalam hal ini ercis batang tinggi x batang rendah (Yatim Wildan, 2003).
Perkawinan monohibrid dapat disebut dengan pewarisan gen tunggal. Pengertiannya adalah persilangan antar dua tetua dengan salah satu sifat yang dapat membedakan keduanya. Keturunan pertamanya (generasi F1) diharapkan akan memiliki sifat dengan salah satu tetua jika sifat tersebut dipengaruhi oleh alel dominan dan resesif serta tidak ada tautan seperti yang ditemukan Mendel pada tanaman kapri (Pisum sativum). Untuk memudahkan mempelajari peristiwa penurunan sifat suatu makhluk hidup, selanjutnya setiap gen diberi simbol huruf seperti A, a, B, b, C, c, dan seterusnya. Setiap simbol diperuntukkan bagi satu ciri tertentu (satu sifat beda). Gen-gen akan berpasangan membentuk genotip (Suryo, 1984).
Persilangan monohibrida adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Percobaan ini akan diujikan pada lalat Drosophila dengan maksud untuk membuktikan Hukum Mendel I. Kasus dominant penuh, keturunan yang didapat pada F2 kan menunjukkan perbandingn fenotip dominan dan resesif 3:1 atau perbandingan genotip 1:2:1. Analisa dengan uji X2 hanya dilakukan untuk perbandingan fenotipnya. Persilangan ini bersifat resiprokal, artinya penggunaan individu jantan dan betina dengan satu tanda beda tertentu dapat sesuka hati tanpa ada pengaruhnya dalam rasio fenotip generasi kedua (F2) (Suprihati, 2007).
Fenotip adalah sifat yang nampak dari luar, hal ini berdasarkan penterjemahan simol dari genotip ditambah faktor lingkungan. Penentukan gamet (sel kelamin) dari sebuah genotip, maka caranya adalah menggunakan rumus 2 pangkat n, n adalah jumlah pasangan alel yang heterozigot. Persilangan monohibrid adalah persilangan atau perkawinan antara dua individu berbeda, dengan satu sifat beda, misalnya sifat warna, rasa atau ketahanan terhadap suatu penyakit (Kimball, 1998).
Penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti. Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan dan biarawan ini menemukan prinsip- prinsip dasar pewarisan melalui percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang. Penelitian-penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan hukum Mendel II (Suryo, 1984).
Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda, dengan tujuan mengetahui pola pewarisan dari tetua kepada generasi berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segregasi. Mendel melanjutkan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan dua sifat beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman (Dwijoseputro, 1997).
Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (The Law of Segregation of Allelic Genes), sedangkan persilangan dihibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 merupakan bukti berlakunya Hukum Mendel II yang disebut Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas (The Law Independent Assortment of Genes). Mengikuti secara saksama hasil percobaan Mendel, baik pada persilangan monohibrid maupun dihibrid maka secara sederhana dapat kita simpulkan bahwa gen itu diwariskan dari induk atau orang tua kepada keturunannya melalui gamet (Victoria, 2011).
Mendel adalah seorang yang genius dan telah berhasil dalam percobaan- percobaannya pada bidang hibridasi. Mendel telah berhasil menyusun beberapa postulatnya, sebagai berikut:
1. Sifat materai herediter berupa benda atau partikel dan bukan berupa
cairan atau homurai.
2. Sifat tersebut berpasangan.
3. Sifat yang tertutup dapat muncul kembali, artinya sifat yang resesif
akan terlihat ekspresinya dalam keadaan yang tertentu (Suprihati, 2007).
Mendel mempunyai suatu hukum yaitu hukum segregasi. Hukum mendel I yang dikenal dengan Hukum Pemisahan Gen yang Sealel dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet, pasangan alel akan memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembetukan gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel tersebut. Hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan dua individu yang mempunyai satu karakter yang berbeda. Persilangan dengan satu sifat beda akan menghasilkan perbandingan fenotif 12, yaitu ekspresi gen dominan : resesif = 3 : 1. Individu hasil perkawinan tidak didominasi oleh salah satu induknya. Sifat dominasi tidak muncul secara penuh, dan peristiwa ini menunjukkan adanya sifat intermedier (Suprihati, 2007).
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah biji kedelai, media tanam (tanah), dan lembar pengamatan. Alat yang digunakan adalah seedbox, dan alat tulis.
B. Prosedur Kerja
1. Biji populasi P1, P2, F1, dan F2 ditanam pada seedbox berisi tanah.
2. Biji kedelai dibiarkan tumbuh dan berkecambah
3. Warna batang yang muncul (putih atau ungu) diamati
4. Warna batang biji ditabulasikan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
P1
Grobogan (P ) 1. 1
x
Muria (P ) 1. 2
HH(Ungu)
hh(Hijau)
F1 Hh (Ungu)
F2 HH→ Ungu Hh→ Ungu
hh→ Ungu
1
Percobaan Genotip
:1
:
2 :
hh
HH :
Hh :
1
Percobaan
:3
:
Ungu :
Hijau
Tabel x 2
x 2 tabel 3,84
Warna biji
Observasi (O)
Harapan (E)
X 2 Hitung
X 2 tabel > X 2 hitung, maka hasil signifikan artinya pengujian sesuai dengan perbandingan (sesuai hukum Mendel I).
B. Pembahasan
Mendel melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda,dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet dapat memisah secarabebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum segresi. Mendel melanjutkan persilangan dengan menyilangkan tanaman dengan duasifat beda, misalnya warna bunga dan ukuran tanaman. Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel (The Law of Segregation of Allelic Genes (Kimball, 1998).
Monohibrid adalah persilangan antara dua individu dari spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segregasi. Hukum ini berbunyi “Pada pembentukan gamet, gen-gen yang berpasangan akan dipisahkan (disegregasikan) ke dalam dua gamet (sel kelamin) yang terbentuk". Gregor Mendel pertama kali mengetahui sifat monohibrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Persilangan monohibrid ini Mendel merumuskan hukum Mendel I (hukum segregasi). Sesungguhnya pada masa hidup Mendel belum diketahui zat yang menentukan pewarisan sifat (bahan genetik). Mendel menyebut bahan genetik itu hanya sebagai faktor penentu (determinant) atau disingkat dengan factor. Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak Monohibrid adalah persilangan antara dua individu dari spesies yang sama dengan satu sifat beda. Persilangan monohibrid ini sangat berkaitan dengan hukum Mendel I atau yang disebut dengan hukum segregasi. Hukum ini berbunyi “Pada pembentukan gamet, gen-gen yang berpasangan akan dipisahkan (disegregasikan) ke dalam dua gamet (sel kelamin) yang terbentuk". Gregor Mendel pertama kali mengetahui sifat monohibrid pada saat melakukan percobaan penyilangan pada kacang ercis (Pisum sativum). Persilangan monohibrid ini Mendel merumuskan hukum Mendel I (hukum segregasi). Sesungguhnya pada masa hidup Mendel belum diketahui zat yang menentukan pewarisan sifat (bahan genetik). Mendel menyebut bahan genetik itu hanya sebagai faktor penentu (determinant) atau disingkat dengan factor. Hukum Mendel I berlaku pada gametogenesis F1 x F1 itu memiliki genotif heterozigot. Gen yang terletak
Kedelai varietas lokal Grobogan telah sejak lama menjadi pilihan petani Jawa Tengah, khususnya petani Kabupaten Grobogan. Varietas lokal ini mempunyai keunggulan umurnya lebih pendek, polongnya besar, dan tingkat kematangan polong dan daun bersamaan, jadi pada saat dipanen daun kedelai sudah rontok. Keunggulan inilah yang menarik minat peneliti untuk memurnikan varietas ini. Pada tahun 2008, hasil pemurnian populasi lokal Malabar Grobogan ini dilepas dengan nama varietas Grobogan. Varietas kedelai dengan potensi hasil 3,40 tha ini telah diuji coba dengan rata-rata hasil 2,77 tha. Deskipsi lengkap varietas Grobogan adalah sebagai berikut:
Dilepas tahun
SK Mentan
: 238 KptsSR.12032008
Asal
: Pemurnian populasi Lokal Malabar Grobogan
Tipe pertumbuhan : Determinit Warna hipokotil
: Ungu
Warna epikotil
: Ungu
Warna daun
: Hijau agak tua
Warna bulu batang : Coklat Warna bunga
: Ungu
Warna kulit biji
: Kuning muda
Warna polong tua : Coklat Warna hilum biji : Coklat Bentuk daun
: Lanceolate
Percabangan
Umur berbunga
: 30-32 hari
Umur polong masak: ± 76 hari Tinggi tanaman
: 50–60 cm
Bobot biji
: ± 18 g100 biji
Rata-rata hasil
: 2,77 tonha
Potensi hasil
: 3,40 tonha
Kandungan protein : 43,9 Kandungan lemak : 18,4
Daerah sebaran
: Beradaptasi baik pada beberapa kondisi
lingkungan tumbuh yang berbeda cukup besar, pada musim hujan dan daerah daerah beririgasi baik.
Sifat lain
: Polong masak tidak mudah pecah
Pemulia
: Suhartina, M. Muclish Adie
Pengusul
: Pemerintah Daerah Kabupaten Grobogan, BPSB
Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah (Adisarwanto, 2006).
Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat penting, karena memiliki multi guna. Kedelai dapat dikonsumsi langsung dan dapat juga digunakan sebagai bahan baku agroindustri seperti tempe, tahu, tauco, kecap,susu kedelai dan untuk keperluan industri pakan ternak. Deskripsi dari kedelai muria yaitu:
Status
: Sudah dilepas berdasarkan SK Menteri Pertanian
No. 18KptsTP.24011987 pada tanggal 14 Januari 1987 Asal-usul
: Seleksi pedigree dari varietas Orba
Warna Hipokotil
: Hijau
Warna Epikotil
: Hijau
Warna Daun
: Hijau Muda
Warna Bunga
: Putih
Warna Hilum Biji : Kuning Warna Kulit Polong Masak : Coklat Warna Bulu
: Coklat
Tipe Tumbuh
: Determinit
Tinggi Tanaman
: 40 - 50 cm
Umur Berbunga
: 33 - 35 hari
Umur Polong Masak : 83 - 88 hari Bentuk Biji
: Bulat agak lonjong
Kerebahan
: Tahan rebah
Bobot 100 Biji
: 12,5 gram
Kandungan Protein : 35 - 36 Kandungan Lemak : 21,5 Hasil Rata-rata
: 1,8 tonhektar
Ketahanan Terhadap Penyakit : Cukup tahan terhadap karat daun Keterangan
: Polong tidak mudah pecah
Pemulia
: Hendratno dan Rivaie Ratma (Sadjad, S. 1993).
Persilangan monohibrid banyak digunakan untuk menentukan generasi F2 dari pasangan tetua asal yang homozigot (satu tetua asal dominan dan yang lainnya resesif) dimana hasil yang diperoleh pada F1 semuanya heterozigot. Hasil perkawinan ini, melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan generasi F2, Persilangan monohibrid banyak digunakan untuk menentukan generasi F2 dari pasangan tetua asal yang homozigot (satu tetua asal dominan dan yang lainnya resesif) dimana hasil yang diperoleh pada F1 semuanya heterozigot. Hasil perkawinan ini, melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan generasi F2,
Mendel menggunakan tanaman kapri karena mudah dipelihara, dapat menghasilkan banyak biji (banyak keturunan), mempunyai sifat-sifat yang dapat dibedakan antar varietas, dapat diperbanyak secara selfing atau disilangkan, dan mudah tumbuh di daerah tempat tinggal Mendel. Tanaman model ini untuk menunjukkan hasil persilangan monohibrid di daerah tropis seperti Indonesia dapat digunakan tanaman kacang panjang dengan alasan yang sama dengan Mendel dan mudah tumbuh di daerah tropis. Kacang panjang digunakan sebagai tanaman model pengganti kapri karena lebih mudah tumbuh di Indonesia, dapat menghasilkan banyak biji, mempunyai beberapa sifat yang membedakan antar varietas dan dapat disilangkan. Tanaman kacang panjang juga termasuk famili yang sama dengan kapri sehingga mempunyai struktur bunga yang serupa.
Sifat makhluk hidup dikendalikan oleh faktor keturunannya yang disebut gen. Gen merupakan substansi biokimia dalam kromosom yang mengandung informasi genetik (pembawa sifat), dibentuk oleh protein dan asam nukleat (paling penting dalam hereditas antara lain DNA dan RNA). Kromosom adalah bagian inti sel yang berbentuk benang. Ketika terjadi pembelahan sel, kromosom Sifat makhluk hidup dikendalikan oleh faktor keturunannya yang disebut gen. Gen merupakan substansi biokimia dalam kromosom yang mengandung informasi genetik (pembawa sifat), dibentuk oleh protein dan asam nukleat (paling penting dalam hereditas antara lain DNA dan RNA). Kromosom adalah bagian inti sel yang berbentuk benang. Ketika terjadi pembelahan sel, kromosom
a. Bervariasi, ditentukan oleh susunan kombinasi dari basa nitrogen
penyusun DNA-nya.
b. Mengandung informasi genetik
c. Masing-masing gen mempunyai tugas khusus dan waktu berfungsinya
berbeda.
d. Pada waktu meiosis dan mitosis dapat mengadakan duplikasi
Kromosom mulai tampak sesaat ketika sel akan membelah dan selama proses pembelahan, serta akan tampak jelas pada stadium pembelahan metafase. Kromosom yang terdapat di dalam sebuah sel tidak pernah sama ukurannya. Pada manusia panjang kromosom dapat mencapai 6 mikron. Kromosom tubuh tumbuhan berukuran lebih besar daripada kromosom hewan. Pengaturan kromosom secara standar berdasarkan panjang, jumlah serta bentuk kromosom dari sel somatik suatu individu dinamakan kariotipe. Benden dan Boveri melaporkan bahwa jumlah kromosom di dalam nukleus dari makhluk hidup adalah konstan. Jumlah kromosom sel kelamin (gamet) yaitu ovum atau spermatozoa.adalah separo dari kromosom di dalam sel tubuh (sel somatik) dan bersifat haploid (n). Satu sel kromosom haploid dalam gamet jantan dan gamet betina selalu berpasangan, sedangkan kromosom pada sel kelamin (gamet) tidak berpasangan. Alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama pada kromosom homolog. Bila dilihat dari pengaruh gen pada fenotipe, alel adalah anggota dari pasangan gen yang memiliki pengaruh berlawanan. Individu homozigot pasangan kedua alel mempunyai simbol yang persis TT, BB bb. Genotipe heterozigot pasangan kedua alel mempunyai simbol yang tidak sama misal Tt, Bb, namun Ta, Ab bukan alelnya.
Alel ganda terjadi apabila dalam satu lokus terdapat lebih dari satu pasangan alel. Misalnya warna bulu kelinci, golongan darah sistem A, B, O pada manusia. Nukleosom meliputi senyawa yang terdiri atas protein dan asam nukleat. Sel mempunyai inti (nukleus) di dalamnya terdapat nukleoplasma atau nukleosom. Zat-zat yang terkandung dalam nukleosom antara lain berupa larutan fosfat, gula ribosa, protein, nukleotida, asam nukleat, dan garam mineral. Ada bahan khas di dalam inti yaitu nukleoprotein. Bahan ini dibangun oleh senyawa protein dan asam nukleat. Dari beberapa macam asam nukleat, yang ada sangkut pautnya dengan hereditas ada dua, yaitu DNA dan RNA. Keduanya bertanggung jawab membentuk protein serta mengontrol sifat-sifat keturunannya. DNA mencakup pasangan rangkaian nukleotida yang terpilin. DNA terdapat dalam semua sel, sebagia besar DNA terdapat di dalam nukleus dan merupakan komponen kromosom yang sangat penting. Asam nukleat tersusun atas nukleotida-nukleotida sehingga merupakan polinukleotida. Satu nukleotida terdiri atas nukleotida dan fosfat. Sedangkan nukleosida terdiri atas sebuah gula dan sebuah basa nitrogen. RNA terdiri atas rangkaian nukleotida tunggal.
Fenotipe ditentukan sebagian oleh genotipe individu, sebagian oleh lingkungan tempat individu itu hidup, waktu, dan, pada sejumlah sifat, interaksi antara genotipe dan lingkungan. Waktu biasanya digolongkan sebagai aspek lingkungan (hidup) pula. Ide ini biasa ditulis sebagai P = G + E + GE, dengan P berarti fenotipe, G berarti genotipe, E berarti lingkungan, dan GE berarti interaksi antara genotipe dan lingkungan bersama-sama (yang berbeda dari pengaruh G dan
E sendiri-sendiri. Pengamatan fenotipe dapat sederhana (masalnya warna bunga) E sendiri-sendiri. Pengamatan fenotipe dapat sederhana (masalnya warna bunga)
Genotipe adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan keadaan genetik dari suatu individu atau sekumpulan individu populasi. Genotipe dapat merujuk pada keadaan genetik suatu lokus maupun keseluruhan bahan genetik yang dibawa oleh kromosom (genom). Genotipe dapat berupa homozigot atau heterozigot. Setelah orang dapat melakukan transfer gen, muncul pula penggunaan istilah hemizigot. Genetika Mendel, genotipe sering dilambangkan dengan huruf yang berpasangan,
misalnya AA, Aa, atau B 1 B 1 . Pasangan huruf yang sama menunjukkan bahwa
individu yang dilambangkan adalah homozigot (AA dan B 1 B 1 ), sedangkan
pasangan huruf yang berbeda melambangkan individu heterozigot. Sepasang huruf menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan ini adalah diploid (2n). Sebagai konsekuensi, individu tetraploid (4n) homozigot dilambangkan dengan AAAA, misalnya dalam genetika, alel (dari bahasa Belanda, allel, dibentuk dari kata bahasa Yunani, allélon, “saling berhadapan”) merupakan bentuk-bentuk alternatif dari gen pada suatu lokus. Alel terbentuk karena adanya variasi pada urutan basa nitrogen akibat peristiwa mutasi.
Praktikum persilangan monohibrid kali ini menggunakan varietas kedelai unggul Muria dan Grobogan. Kedelai varietas Grobogan memiliki batang berwarna ungu dan biji kedelai varietas Muria berwarna hijau. Penanaman dilakukan dengan menanam biji populasi P1= 10, P2= 10, F1= 10 dan F2= 20 dalam seedbox berisi tanah. Biji kedelai tersebut dibiarkan tumbuh hingga berkecambah selama 1 minggu. Setelah kedelai tumbuh diamati batang yang muncul (putih atau ungu) dan wrna batang biji ditabulasikan. Persilangan tersebut menghasilkan kedelai berbatng ungu dengan hasil obserasi nya 14, sedangkan untuk kedelai berbatang hijau observasinya ada 4. Data kemudian dianalisis dengan uji X², dimana dengan perhitungan didapatkan X² hitung sebesar 0,066 dan X² tabel sebesar 3,84. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan yaitu hasil pengujian persilangan monohibrid ini signifikan yakni sesuai dengan perbandingan hukum Mendel I, karena X² hitung lebih kecil daripada X² tabel.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Persilangan monohybrid adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan satu karakter dengan dua sifat beda. Hasil pengamatan persilangan monohibrid tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil percobaan sesuai dengan Hukum Mendel I apabila nilai hitung lebih kecil dibandingkan dengan nilai tabel, sebaliknya apabila hasil percobaan tidak sesuai dengan Hukum Mendel I maka nilai pada hitung lebih besar daripada nilai pada tabel. Apabila hasil yang didapatka tidak sesuai dengan Hukum Mendel I dapat disebabkan karena perlakuan yang kurang baik terhadap tanaman kedelai. Hasil yang di dapatkan pada praktikum ini rata- sesuai dengan Hukum Mendel I karena nilai tabelnya lebih besar dari nilai hitungnya.
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih memperhatikan tanaman kedelai agar tidak mati dan melakukan penyiraman tiap hari.
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 2006. Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif dan
Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. Dwijoseputro. 1997. Genetika Mendel. Erlangga. Jakarta. Kimball. 1998. Biologi Jilid I Edisi Kelima. Gramedia. Bandung. Suprihati. 2007. Genetika. Diterjemahkan oleh Machidin Apandi. Erlangga.
Jakarta. Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Victoria. 2011. Genetika Dasar. Universitas Sumatera Utara. Medan. Yatim Wildan. 2003. Genetika. Tarsito. Bandung.
LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN