Tinjauan kasus berdasarkan asuhan postnatal (PNC)
6. Tinjauan kasus berdasarkan asuhan postnatal (PNC)
Berdasarkan kajian asuhan postnatal pada ibu, maka terdapat beberapa masalah pada masa postpartumnya, yakni :
a. Tidak adanya kunjungan postpartum oleh dukun, sehingga adanya komplikasi yang mungkin terjadi tidak dapat ditapis sejak dini.
Berdasarkan kajian asuhan postnatal pada ibu, maka terdapat beberapa masalah pada masa postpartumnya, yakni : Tidak adanya kunjungan postpartum oleh dukun, sehingga adanya komplikasi yang mungkin terjadi tidak dapat ditapis sejak dini. Terjadinya Sepsis pada ibu, dengan asumsi penyebab adalah infeksi pada saat persalinan yang ditolong oleh dukun, serta kondisi tubuh ibu yang belum siap untuk melahirkan. Saat pertolongan persalinan oleh dukun tidak melakukan sterilisasi yang sesuai dengan standar kesehatan dan alat-alat pertolongan persalinan.
Riwayat kehamilan ibu yang tidak menginginkan kehamilannya pada awal kehamilan, tidak pernahnya melakukan kunjungan ANC, dapat diasumsikan bahwa kadar Hb ibu tidak dapat terdeteksi. Padahal pada usia kehamilan >28minggu, secara fisiologis ibu hamil mengalami hemodilusi, yaitu peningkatan plasma darah karena terjadi perubahan sirkulasi darah ibu agar suplay darah ke plasenta dan janin tetap terpenuhi dengan optimal.
b. Ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya
Factor – factor ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif, banyak terjadi karena tidak cukupnya produksi ASI. Tidak cukupnya produksi ASI banyak disebabkan karena supan nutrisi yang kurang, serta tidak adanya motivasi ibu untuk menyusui.
c. Terjadinya infeksi pada masa puerperalis mungkin terlokalisasi di perineum, vagina, serviks, atau uterus.
Infeksi pada uterus dapat menyebar dengan cepat sehingga menyebabkan infeksi pada tuba fallopi atau ovarium, parametritis, peritonitis, dan menyebar ke pembuluh limfe, yang kemudian akan menyebabkan septikemia jika masuk ke aliran darah. Ibu di masa postpartum (masa nifas) memang rentan terhadap infeksi karena adanya faktor – faktor berikut :
-
Sisi perlekatan plasenta merupakan tempat yang besar,
hangat, gelap, dan basah. Ini memungkinkan bakteri untuk tumbuh dengan sangat cepat. Tempat seperti ini merupakan suatu media yang ideal untuk pembiakan bakteri. Di laboratorium, kondisi – kondisi yang hangat, gelap, dan basah sengaja dibuat untuk membantu bakteri tumbuh dan berbiak. -
Sisi plasenta memiliki persediaan darah yang kaya, dengan pembuluh – pembuluh darah besar yang langsung menuju sirkulasi vena utama. Hal ini memungkinkan bakteri di sisi plasenta untuk bergerak dengan sangat cepat ke dalam aliran darah. Ini disebut septikemia. Septikemia dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat.
-
Sisa plasenta tidak jauh dari bagian luar tubuh ibu. Hanya panjang vagina (9 – 10 cm) yang memisahkan jalan masuk ke uterus dan lingkungan luar. Ini berarti bahwa bakteri yang biasanya hidup di rektum (seperti E Coli) dapat dengan mudah pindah ke dalam vagina dan kemudian menuju uterus. Di sini bakteri menjadi berbahaya atau “patogenik” karena menyebabkan infeksi pada sisi plasenta.
-
Selama persalinan area serviks ibu, vagina, atau area perineunmya mungkin robek atau diepisiotomi. Area jaringan yang terluka ini rentan terhadap infeksi, terutama jika teknik steril pada pelahiran tidak digunakan. Infeksi biasanya terlokalisasi, tetapi pada kasus – kasus berat infeksi ini dapat menyebar ke jaringan di bawahnya.
Sehingga ibu nifas yang mengalami sepsis ini beresiko mengalami kematian, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
d. Resiko terjadinya perdarahan sekunder pascapartum.
Meningkatnya volume darah berarti meningkatkan pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah sehingga tubuh dapat menormalkan konsentrasi hemoglobin sebagai protein pengankut oksigen. Anemia dapat mengurangi daya tahan tubuh ibu dan meninggikan frekuensi komplikasi kehamilan serta persalinan. Anemia juga menyebabkan peningkatan risiko perdarahan pasca persalinan. Rasa cepat lelah pada penderita anemia disebabkan metabolisme energi oleh otot tidak berjalan secara sempurna karena kekurangan oksigen. Selama hamil diperlukan lebih banyak zat besi untuk menghasilkan sel darah merah karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri dan saat bersalin ibu membutuhkan hemoglobin untuk memberikan energi agar otot-otot uterus dapat berkontraksi dengan baik. Dapat dipastikan karena tidak pernahnya ibu melakukan ANC, berarti ibu tidak mengkonsumsi tablet Fe dan tidak mendapatkan pendidikan kesehatan tentang kehamilan dan nutrisi pada ibu hamil dari tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan tentang hal tersebut.
Menurut penelitian, anemia bermakna sebagai faktor risiko yang mempengaruhi perdarahan postpartum primer. Ibu yang mengalami anemia berisiko 2,8 kali mengalami perdarahan postpartum primer dibanding ibu yang tidak mengalami anemia. Demam tinggi yang dialami ibu, beresiko terjadinya perdarahan sekunder pascapartum, sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah uterus, sehingga involusi uterus terganggu.