masalah di kebidanan komunitas dan strat

MAKALAH KEBIDANAN KOMUNITAS “MASALAH KEBIDANAN ANC, INC, PNC DAN BBL” DOSEN MATA KULIAH :

Bd. Erwani, M. Kes,-

DISUSUN OLEH :

  1. Peny Ariani

  2. Imelda Fitri

  3. Henny Gustianti

  4. Gustina

  5. Nikmatullah Wahidah

  6. Lira Dian Novika

  7. Dwi Pratiwi Kasmara

KELOMPOK III dan IV :

  1. Lenny Nainggolan

  2. Monarisa

  3. Ratih Anissa Aulia

  4. Elma Rezi

  5. Fatima Rahma Yudza

  6. Intan Widya Sari

  7. Lini Gustini

  8. Risa Mundari


PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Psikososial Kebidanan dengan judul “Masalah Kebidanan ANC, INC, PNC dan BBL”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebidanan Komunitasyang diampu oleh Bd. Erwani, M. Kespada program pascasarjana ilmu kebidanan Universitas Andalas Padang.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang ini.

Padang, September 2013

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Kebidanan berasal dari perawatan yang diberikan kepada ibu melahirkan oleh ibu lain dari komunitas atau keluarganya sendiri. Walaupun profesionalisasi kebidanan dengan registrasi bidan sudah ada, sebagian besar berdasarkan pada komunitas. Mayoritas persalinan dirumah, dengan perbandingan antara persalinan di rumah sakit mengalami perubahan selama setengah abad terakhir. Hal ini menyebabkan terjadinya pemisahan antara kebidanan di rumah sakit dan kebidanan komunitas; ketika bidan berada di rumah sakit, mereka diorganisasikan berdasarkan model asuhan kebidanan, oleh karena itu, perawatan yang diberikan menjadi semakin terpecah-pecah. Selain itu, karena asuhan maternitas menjadi semakin bersifat teknis dan medis, semakin sulit pula bagi bidan untuk berpraktik secara otonom. Akibatnya, potensi terciptanya hubungan yang kontinu antara bidan dan ibu semakin sedikit, dan kemampuan bidan untuk menggunakan semua keterampilan dan pengetahuannya dan menatalaksanakan perawatan juga semakin kecil [ CITATION Dia09 \l 1033 ].

Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di bumi telah diketahui secara umum dan berdampak merugikan kesehatan ibu dan bayi sehingga mengakibatkan kematian. Masalah kebidanan komunitas terdiri dari kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, berat badan lahir rendah (BBLR), tingkat kesuburan, asuhan antenatal (ANC) yang kurang di komunitas, pertolongan persalinan non-kesehatan, sindrom pra-menstruasi, perilaku dan social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan yang komprehensif dan menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat. Bidan dapat mengetahui kebutuhan pelayanan kebidanan [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

Faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak sangat luas dan rumit. Dampaknya muncul jauh sebelum kehamilan dan akan terus berlanjut setelah pemulangan wanita dari layanan maternitas. Oleh karena itu, layanan kesehatan komunitas dan social berperan penting dalam siklus kehidupan keluarga di banyak masyarakat [ CITATION Dia09 \l 1033 ].

Menurut McCharty dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya mengemukakan bahwa peran determinan sebagai landasan yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab langsung dan tidak langsung dari identifikasi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe abortion, BBLR, dan tingkat kesuburan yang ada di komunitas [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

Setiap menit, setiap hari, dimanapun di dunia, seorang ibu meninggal dunia akibat komplikasi yang muncul selama masa hamil dan persalinan, sebagian besar kematian ini tidak bisa dihindari [ CITATION Var07 \l 1033 ].

BAB II PEMBAHASAN

A. Tinjauan Teoritis Asuhan Komunitas dalam Pelayanan Kebidanan

1. Asuhan Antenatal (Antenatal Care) di Komunitas

Asuhan antenatal adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak konfirmasi konsepsi hingga awal persalinan. Bidan akan menggunakan pendekatan yang berpusat pada ibu dalam memberikan asuhan kepada ibu dan keluarganya dengan berbagi informasi untuk memudahkannya membuat pilihan tentang asuhan yang akan diterima[ CITATION Dia09 \l 1033 ].

a. Tujuan asuhan antenatal

Tujuan asuhan antenatal adalah memantau perkembangan kehamilan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan perkembangan janin normal. Penting bagi bidan untuk secara kritis mengevaluasi dampak fisik, psikologis, dan sosiologi kehamilan terhadap ibu dan keluarganya. Bidan dapat melakukan hal ini dengan :

  1. Mengembangkan hubungan kemitraan dengan ibu

  2. Melakukan pendekatan yang holistic dalam memberikan asuhan kepada ibu yang dapat memenuhi kebutuhan individualnya.

  3. Meningkatkan kesadaran terhadap masalah kesehatan masyarakat bagi ibu dan keluarganya.

  4. Bertukar informasi dengan ibu dan keluarganya dan membuat mereka mampu menentukan pilihan berdasarlam informasi tentang kehamilan dan kelahiran.

  5. Menjadi advokat bagi ibu dan keluarganya selama kehamilan, mendukung hak-hak ibu untuk memilih asuhan yang ssesuai dengan kebutuhannya sendiri dan keluarganya.

  6. Mengetahui kesulitan kehamilan dan merujuk ibu dengan tepat dalam tim multidisiplin

  7. Memfasilitasi ibu dan keluarga dalam mempersiapkan kelahiran, dan membuat rencana persalinan

  8. Memfasilitasi ibu untuk membuat pilihan berdasarkan informasi tentang metode pemberian makan untuk bayi dan memberikan saran yang tepat dan sensitive untuk mendukung keputusannya

  9. Memberikan penyuluhan tentang peran menjadi orang tua dalam suatu program terencana atau secara perseorangan

  10. Bekerja sama dengan organisasi lain.

b. Pengkajian awal (kunjungan pertama)

Tujuan kunjungan ini adalah memperkenalkan ibu dengan layanan maternitas. Dalam kunjungan ini, akan terjadi pertukaran informasi ntara ibu dan bidan dalam rangka mendiskusikan, merencanakan, dan mengimplementasikan asuhan selama kehamilan, kelahiran, dan pascanatal.

Meskipun penggunaan daftar yang telah disiapkan untuk memastikan bahwa informasi yang penting telah diberikan merupakan hal yang sangat membantu, penting bagi bidan untuk tidak membacakan secara langsung sederet pertanyaan tersebut. Akan lebih efektif jika bidan mengintegrasikan pertanyaan tersebut secara sistematis ke dalam diskusi atau percakapan.

Semakin dini kontak pertama yang dilakukan dengan bidan, semakin tepat dan bermanfaat saran yang diberikan oleh bidan, terutama yang menghubungkan antara nutrisi dan asuhan terhadap organ janin yang sedang berkembang, yang hampir sepenuhnya terbentuk pada usia gestasi 12 minggu. Kondisi medis, konsumsi obat, atau alcohol, semuanya memiliki dampak yang berat dan merugikan terhadap janin pada waktu ini.

Awal kehamilan dapat membuat ibu merasa lelah, mual, dan terlalu terbebani berkaitan dengan perubahan yang terjadi pada tubuhnya. ibu dapat dirujuk ke dokter umum atau dokter obstetric jika diketahui menderita masalah medis atau psikologis yang data memperngaruhi kehamilan, atau jika kehamilan dapat memperburuk kondisi tersebut. Penting bagi bidan untuk mempertahankan kontinuitas bersama ibu, sekalipun ia tidak memberikan asuhan total selama kehamilan; ia dapat bertindak sebagai advokat bagi ibu untuk meningkatkan asuhan yang diberikan. Penting juga bagi bidan untuk memahami dan meningkatkan normalitas dalam konteks asuhan resiko tinggi.

c. Perkenalan

Perkenalan pertama ibu dengan layanan kebidanan merupakan hal yang penting dalam membentuk kesan pertamanya terhadap layanan maternitas. Pendekatan yang ramah dan professional akan memungkinkan terbentuknya kemitraan antara ibu dan bidan. Kunjungan awal berfokus pada pertukaran informasi. Hal ini membantu bidan dan ibu untuk saling mengenal, idealnya hal ini dilakukan di lingkungan ibu sendiri. Bidan dapat bertemu dengan anggota keluarga yang lain, dengan cara ini dapat memperoleh pandangan yang lebih holistic tentang kebutuhan ibu. Bidan juga harus memberi kesempatan kepada ibu jika ibu ingin meluangkan waktu bersama bidan untuk berdiskusi secara pribadi. Sebagai contoh, penting bagi bidan untuk mengenali sikapnya sendiri terhadap agama dan budaya, dan untuk menerima perbedaan individu yang dapat bertentangan dengan hal tersebut. Menerima asuhan antenatal dari bidan di lingkungan yang tidak familier atau yang tidak dikenal, dapat merupakan pengalaman pertama bagi beberapa wanita di luar komunitasnya sendiri.

d. Konsep dasar asuhan kehamilan

Filosofi asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien selama masa kehamilan. Dalam filosofi asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa keyakinan yang akan mewarnai asuhan itu.

  1. Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya.

  2. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care) Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari satu team kecil tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan.

  3. Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family centered) . Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya. Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan kebidanannya.

  4. Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya. Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.

  1. Prinsip-prinsip pokok asuhan kehamilan

    1. Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat.

Sebagai bidan kita meyakini bahwa model asuhan kehamilan yang membantu serta melindungi proses kehamilan & kelahiran normal adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar wanita. Tidak perlu melakukan intervensi yang tidak didukung oleh bukti ilmiah (evidence-based practice).

2. Pemberdayaan. Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan kehamilan.

Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu (dan keluarga) dengan meningkatkan pengetahuan & pengalaman mereka melalui pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan menolong diri sendiri pada kondisi tertentu. Hindarkan sikap negatif dan banyak mengkritik.

3. Otonomi. Pengambil keputusan adalah ibu & keluarga.

Untuk dapat mengambil suatu keputusan mereka memerlukan informasi. Bidan harus memberikan informasi yang akurat tentang resiko dan manfaat dari semua prosedur, obat-obatan, maupun test/pemeriksaan sebelum mereka memutuskan untuk menyetujuinya. Bidan juga harus membantu ibu dalam membuat suatu keputusan tentang apa yang terbaik bagi ibu & bayinya berdasarkan sistem nilai dan kepercayaan ibu/keluarga.

4. Tidak membahayakan.

Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil harus tahu kapan ia harus melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.

5. Tanggung jawab. Asuhan kehamilan yang diberikan bidan harus selalu didasari ilmu, analisa, dan pertimbangan yang matang.

Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi tanggungan bidan. Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan ibu & janin, bukan atas kebutuhan bidan. Asuhan yang berkualitas, berfokus pada klien, dan sayang ibu serta berdasarkan bukti ilmiah terkini (praktek terbaik) menjadi tanggung jawab semua profesional bidan.

f. Refocusing asuhan kehamilan

Hasil survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi, maupun deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal & perinatal.

  1. Isi refocusing ANC :

Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :

    1. Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan normal yang aman sehingga mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera mengenali masalah dan merespon dengan tepat.

    2. Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah mempersiapkan diri sebelum terjadi komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan banyak terbuang untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah, dsb.

    3. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.

    4. Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).

    5. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.

    6. Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.

    7. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.

    8. Untuk populasi tertentu:

  1. Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia berat,

  2. Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk menurunkan resiko terkena malaria di daerah endemic

  3. Suplementasi yodium

  4. Suplementasi vitamin A

h. Standard asuhan kehamilan

Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya harus sesuai dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard mencerminkan norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi. Penerapan standard pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian dalam praktek terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi standard dan terbukti membahayakan.

Terdapat 6 standar dalam standar pelayanan antenatal seperti sebagai berikut:

  1. Standar 3; Identifikasi ibu hamil Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

  2. Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehtan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.

  3. Standar 5: Palpasi Abdominal. Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan plapasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu.

  4. Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan. Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan / atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

  5. Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan. Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda tanda serta gejala preeklamsia lainnya, seta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.

  6. Standar 8: Persiapan Persalinan. Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. (Standard Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002).

  1. Tipe pelayanan asuhan kehamilan

    1. Independent Midwive/ BPS

Center pelayanan kebidanan berada pada bidan. Ruang lingkup dan wewenang asuhan sesuai dengan Permenkes1416/ 2010. Dimana bidan memberikan asuhan kebidanan secara normal dan asuhan kebidanan “bisa diberikan” dalam wewenang dan batas yang jelas. Sistem rujukan dilakukan apabila ditemukan komplikasi atau resiko tinggi kehamilan. Rujukan ditujukan pada sistem pelayanan kesehatan yang lebih tinggi.

2. Obstetrician and Gynecological Care

Center pelayanan kebidanan berada pada Sp.OG. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi. Rujukan dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi dan mempunyai kelengkapan sesuai dengan yang diharapkan.

3. Public Health Center/ Puskemas

Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan dokter umum. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi sesuai dengan pelayanan yang tersedia. Rujukan dilakukan pada system yang lebih tinggi.

    1. Hospital
      Center pelayanan kebidanan berada pada team antara bidan dan SPOG. Lingkup pelayanan kebidanan meliputi fisiologi dan patologi yang disesuaikan dengan pelayanan kebidanan yang tersedia. Rujukan ditujukan pada rumah sakit yang lebih tinggi tipenya.

  1. Trend & issue terkini dalam ANC

    1. Keterlibatan klien dalam perawatan diri sendiri (self care)

Kesadaran dan tanggung jawab klien terhadap perawatan diri sendiri selama hamil semakin meningkat. Klien tidak lagi hanya menerima dan mematuhi anjuran petugas kesehatan secara pasif. Kecenderungan saat ini klien lebih aktif dalam mencari informasi, berperan secara aktif dalam perawatan diri dan merubah perilaku untuk mendapatkan outcome kehamilan yang lebih baik. Perubahan yang nyata terjadi terutama di kota-kota besar dimana klinik ANC baik itu milik perorangan, yayasan swasta maupun pemerintah sudah mulai memberikan pelayanan kursus/kelas prapersalinan bagi para calon ibu. Kemampuan klien dalam merawat diri sendiri dipandang sangat menguntungkan baik bagi klien maupun sistem pelayanan kesehatan karena potensinya yang dapat menekan biaya perawatan.
Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu hamil dapat memilih tenaga profesional yang berkualitas & dapat dipercaya sesuai dengan tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka.

2. ANC pada usia kehamilan lebih dini

Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.

3. Praktek yang berdasarkan bukti (evidence-based practice)

Praktek kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak dianjurkan lagi. Sesuai dengan evidence-based practice, pemerintah telah menetapkan program kebijakan ANC sebagai berikut:

      1. Kunjungan ANC

Dilakukan minimal 4 x selama kehamilan :

        1. Trimester I : Sebelum 14 minggu untuk mendeteksi masalah yg dapat ditangani sebelum membahayakan jiwa, mencegah masalah(misal : tetanusneonatal, anemia, kebiasaan tradisional yang berbahaya), membangun hubungan saling percaya, memulai persiapan kelahiran & kesiapan menghadapi komplikasi, mendorong perilaku sehat (nutrisi, kebersihan , olahraga, istirahat, seks, dsb).

        2. Trimester II 14 – 28 minggu : Sama dengan trimester I ditambah : kewaspadaan khusus terhadap hipertensi kehamilan (deteksi gejala preeklamsia, pantau TD, evaluasi edema, proteinuria)

        3. Trimester III 28 – 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kehamilan ganda.

        4. Setelah 36 minggu - Sama, ditambah : deteksi kelainan letak atau kondisi yang memerlukan persalinan di RS.

      1. Pemberian suplemen mikronutrien :

Tablet yang mengandung FeSO4 320 mg (= zat besi 60 mg) dan asam folat 500 g sebanyak 1 tablet/hari segera setelah rasa mual hilang. Pemberian selama 90 hari (3 bulan). Ibu harus dinasehati agar tidak meminumnya bersama teh / kopi agar tidak mengganggu penyerapannya.

      1. Imunisasi TT 0,5 cc : Interval Lama perlindungan % perlindungan

        1. TT 1 Pada kunjungan ANC pertama

        2. TT 2 : 4 minggu setelah TT 1 : 3 tahun 80%

        3. TT 3 : 6 bulan setelah TT 2 : 5 tahun 95%

        4. TT 4 : 1 tahun setelah TT 3 : 10 tahun 99%

        5. TT 5 : 1 tahun setelah TT 4 : 25 th/ seumur hidup 99%

  1. ANC Di Rumah

Seorang bidan dapat melakukan beberapa hal berikut :

  1. Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya

  2. Identifikasi ibu hamil melakukan ANC teratur

  3. Bidan melakukan kunjungan ke rumah, bila ibu hamil tidak periksa kehamilannya

  4. Kontrak waktu yang disepakati dengan ibu hamil

  5. Pemeriksaan sesuai dengan standar, identifikasi rumah untuk proses persalinan

2. Asuhan Intranatal (INC)

a. Pengertian

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba, 2008 : 164).

b. Faktor- faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut Manuaba, 2009 :160, faktor- faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :

  1. Power :Power (tenaga) meliputi kekuatan dan refleks meneran,

  2. Passage :Jalan lahir yang paling penting dalam menentukan proses persalinan adalah pelvis

  3. Pasanger :Merupakan janin dan placenta, terdiri dari janin dengan ukuran dan Moulage, sikap fetus, letak janin, presentasi fetus dan posisi fetus

  4. Posisi :Ganti posisi secara teratur kala II persalinan karena dapat mempercepat kemajuan persalinan. Bantu ibu memperoleh posisi yang paling nyaman sesuai dengan keinginannya.

  5. Penolong Persalinan : Kehadiran penolong yang berkesinambungan (bila diinginkan ibu) dengan memelihara kontak mata seperlunya, bantuan memberi rasa nyaman, sentuhan pijatan dan dorongan verbal,pujian serta penjelasan mengenai apa yang terjadi dan berbagai informasi.

  6. Pendamping persalinan :Pendamping persalinan merupakan faktor pendukung dalam lancarnya persalinan. Dorong dukungan berkesinambungan, harus ada seseorang yang menunggui setiap saat, memegang tangannya, dan memberikan kenyamanan.

  7. Psikologi ibu : Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual, pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu.

3. Asuhan Postnatal (PNC)

a. Definisi

Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (Cunningham, 2012).

Asuhan kebidanan di komunitas adalah pemberian asuhan secara menyeluruh tidak hanya kepada ibu nifas akan tetapi pemberian asuhan yang melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat di sekitar ibu nifas. Asuhan ini merupakan kelanjutan asuhan dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan lainnya.

Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pascapersalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas penting diberikan pada ibu dan bayi, karena merupakan masa krisis baik ibu dan bayi. Enam puluh persen (60%) kematian ibuterjadi setelah persalinan, dan 50% kematian pada masanifas terjadi 24 jam pertama. Demikian halnya dengan masa neonatus juga merupakan masa krisis dari kehidupan bayi. Dua pertiga kematian bayi terjadi 4 minggu setelahpersalinan, dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari setelah lahir.

b. Tujuan Asuhan Masa Nifas

  1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

  2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

  3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan manfaatmenyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari.

  4. Memberikan pelayanankeluarga berencana.

  5. Mendapatkan kesehatanemosi.

c. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :

  1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.

  2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.

  3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.

  4. Membuat kebijakan, perencana programkesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.

  5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.

  6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.

  7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.

  8. Memberikan asuhan secara professional.

Peran bidan adalah menjaga hubungan dengan ibu dan bayi sejak persalinan hingga pemeriksaan 4-6 minggu post partum. Asuhan kebidanan ibu nifas salah satunya yaitu support system dalam pelayanan post natal meliputi breast feeding, peran menjadi orang tua dan kelompok ibu post partum atau postpartum group.

  1. Breastfeeding atau menyususi adalah proses pemberian air susu ibu kepada bayi. Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusui dini (early initiation) atau permulaan menyusui dini. Pemberian ASI sedini mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.

Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :

  1. Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya.

  2. Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri.

Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :

  1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama.

  2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.

  3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.

  4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung).

  5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.

  6. Memberikan kolustrum dan ASI saja.

  7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”.

Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama. Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.

Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan. Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak, alkohol ataupun sabun pada puting susunya.

Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI. Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau posisi ibu dalam menyusui.

Pemberian ASI tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu saja, tetapi peranan suami (ayah bayi) sebagai pasangan juga sangat dibutuhkan. Peranan ayah dalam pemberian ASI dikenal dengan istilah breastfeeding father.Para ayah umumnya berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Sebenarnya ayah mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena ayah akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran air susu ibu yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.

Breastfeeding father adalah suatu istilah yang artinya adalah dukungan penuh dari seorang suami kepada istrinya dalam proses memberikan ASI. Maksud dari “dukungan penuh seorang suami” berarti adalah semua tindakan-tindakan yang diberikan suami kepada istri dalam hal memberikan ASI, yang dilakukan dengan penuh kasih sama seperti dia mengasihi dirinya sendiri.

Semakin ibu tenang dan percaya diri, apalagi jika didukung oleh pengetahuan ibu tentang manajemen menyusui, maka proses menyusui bisa dilalui dengan lebih mudah. Jika ibu khawatir, tidak percaya diri, banyak pikiran, maka proses menyusui bisa terhambat. Maka disini breastfeeding father dibutuhkan untuk membuat si ibu tenang dan percaya diri.

Tindakan-tindakan suami dalam breastfeeding father antara lain

  1. Membantu istri supaya nyaman dlm memberikan ASI, seperti memberikan bantal sandaran supaya ibu bisa duduk dengan nyaman dan rileks.

  2. Setiap saat siang atau malam, bila bayi ingin minum, ambillah bayi dan gendong ke ibunya untuk disusu.

  3. Selalu sendawakan bayi setelah menyusu. Cara sendawa yang paling tepat adalah dengan menggendong tegak kemudian perut bayi diletakkan pada pundak ayahnya.

  4. Ganti popoknya sebelum atau sesudahbayi menyusu.

  5. Gendong bayi dengan kain, biarkan ia merasakan kehangatan badan ayahnya.

  6. Tenangkan bayi bila ia gelisah dengan cara menggendong, menepuk-nepuk, atau menggoyang-goyang tempat tidur goyangnya.

  7. Sekali-kali mandikan bayi.

  8. Biarkan bayi berbaring di dada ayahnya agar ia dapat mendengar detak jantung sang ayah, bunyi napas, dan kehangatan kulit ayahnya.

  9. Biasakan memijat bayi sejak baru lahir, bila mungkinsehari dua kali.

  10. Memperhatikan si istri dengan memberikan minum, sampai membuatkan susu/teh juga nyuapin makanan/biskuit/roti.

  11. Menggendong bayi ke ibu saat bayi ingin disusui, menyendawakan bayi, mengganti popok, memandikan dan menggendong bayi, memijat bayi, mengajak bayi berbicara, bermain, bernyanyi.

Lebih dari 90% keberhasilan ASI eksklusif dikarenakan peran bapak. Umumnya, kegagalan ASI eksklusif merupakan suatu kondisi yang avoidable. Umumnya kegagalan ASI eksklusif disebabkan karena kurangnya support dari lingkungan dan kurangnya penguasaan ilmu ASI dan Menyusui,” Sebaiknya Ibu mempersiapkan diri akan ilmu dasar tentang ASI & menyusui kemudian transfer ke lingkungan terdekat ibu yaitu suami dan keluarga sehingga dengan banyaknya dukungan, pemberian ASI akan sukses.

2. Kehamilan mempengaruhi seluruh anggota keluarga.

Setiap anggota memerlukan proses adaptasi yang bergantung pada budaya dan lingkungannya. Wanita segala umur selama masa kehamilannya beradaptasi untuk berperan sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara sosial dan kognitif.

Peran ibu dimulai pada kehidupan seorang perempuan menjadi seorang ibu dari anaknya. Persepsi lingkunagn sosialnya tentang aturan-aturan peran wanita dapat mempengaruhi pilihannya antara menjadi ibu atau perempuan karier, menikah atau tetap membujang, atau menjadi bebas dari pada tergantung orang. Bermain peran dengan boneka, mengasuh bayi dan mengasuh saudara dapat meningkatkan pengertian seperti apa peran ibu. Perempuan yang menyukai bayi atau anak-anak mempunyai motivasi untuk menerima kehamilan dan menjadi ibu.

Kedekatan hubungan membuat ibu hamil lebih siap untuk berperan sebagai ibu. Pada saat anggota keluarga menyadari peran baru mereka, bisa terjadi konflik dan ketegangan. Diperlukan komunikasi yang efektif antara ib dengan suami dan keluarganya. Komponen-komponen yang penting seputar ibu hamil adalah : ibunya sendiri, reaksinya terhadap kehamilan anaknya, menghargai kemandirian anaknya, keberadaanya dimasa lampau dan sekarang, dan keinginan untuk mengenangnya.

3. Tidak hanya pada masa kehamilan saja perlu dilakukan kelas ibu hamil, pada masa nifas juga masih diperlukan suatu kelompok yang biasanya disebut postpartum group.

Kelompok postpartum merupakan salah satu bentuk kelompok atau organisasi kecil dari ibu nifas, yang bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul selama masa nifas. Dalam postpartum group para ibu nifas bisa berkeluh kesah dan mendiskusikan pengalaman melahirkannya, perasaannya, dan bagaimana cara menghadapi masa nifas.

Sebaiknya pembentukan kelompok ibu nifas dilakukan pada minggu pertama masa nifas, yaitu setelah melakukan kunjungan pertama, sehingga upaya deteksi dini, mencegah, dan mengatasi permasalahan pada masa nifas dapat dilakukan sesegera mungkin serta kesejahteraan ibu dan bayi bisa terwujud.

Ibu nifas sering mengalami gangguan psikologis yang dikenal dengan post partum blues. Di komunitas sebaiknya dibentuk postpartum group yaitu kelompok ibu-ibu nifas. Dalam post partum group para ibu nifas bisa saling berkeluh kesah dan mendiskusikan pengalaman melahirkannya, perasaan saat ini dan bagaimana cara menghadapi masa nifas. Melalui postpartum group ini maka gangguan-gangguan psikologi saat nifas diharapkan bisa diatasi.

Tahapan atau langkah-langkah dalam pembentukan kelompok ibu nifas :

a. Kenali program-program yang ada untuk ibu nifas.

Program untuk ibu nifas yang diberlakukan antara lain adalah kunjungan pada ibu nifas dan neonatus, pemberian ASI eksklusif, pemberian tablet tambah darah, dan pemberian tablet vitamin A.

b. Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dapat dilakukan bersamaan dengan kunjungan pada ibu nifas dan neonatus melalui posyandu, dasawisma, bidan setempat, ataupun melalui forum komunikasi desa (seperti PKK). Adapun data yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok ibu nifas meliputi jumlah ibu nifas dan bayi, kebiasaan atau trasisi setempat, permasalahan-permasalahan pada masa nifas dan bayi, sumber daya masyarakat, serta penentu kebijakan.

c. Lakukan pendekatan (mengatur strategi).

Mengingat masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang masih memegang teguh nilai-nilai atau kepercayaan, patuh kepada orang yang dianggap sebagai contoh, maka pendekatan dengan keluarga ibu, tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala desa, dan kader sebagai pengambil keputusan dan penentu kebijakan sangat diperlukan untuk mewujudkan suatu kelompok ibu nifas.

d. Buat Perencanaan.

Untuk membuat suatu perencanaan harus melihat data yang telah terkumpul, buat usulan atau proposal yang didalamnya memuat tentang latar belakang dan tujuan dari pembentukan kelompok post partum. Perencanaan meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pembentukan kelompok post partum, tempat an waktu, anggaran, serta peserta.

  1. Pelaksanaan.
    Dalam pelaksanaan mintalah orang yang dianggap sebagai model atau contoh bagi masyarakat setempat, misalnya tokoh agama/kepala desa untuk memimpin ddiskusi. Bidan dapat berperan sebagai narasumber. Lakukan diskusi sampai terbentuk susunan organisasi ibu nifas (kelompok postpartum). Kemudian buat rencana tindak lanjut.

  2. Evaluasi.
    Evaluasi dilakukan pada akhir masa nifas, setelah kunjungan ke-4. Pastikan bahwa tujuan akhir daripembentukan kelompok postpartum benar-benar tercapai, ibu dan bayi sehat, serta nifas berjalan normal.

d. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Kebijakanprogram nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :

  1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.

  2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguankesehatan ibunifas dan bayinya.

  3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.

  4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibunifas maupun bayinya.

  5. Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:

Kunjungan

Waktu

Asuhan

I

6-8 jam post partum

Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

Pemberian ASI awal.

Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahanhipotermi.

Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

II

6 hari post partum

Memastikan involusiuterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.

Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

III

2 minggu post partum

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.

IV

6 minggu post partum

Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.

Memberikan konselingKB secara dini.

e. Pelaksanaan Asuhan Nifas Masa Nifas Di Rumah

Pelaksanaan asuhan nifas meliputi:

1. Ibu baru pulang dari rumah sakit.

  1. Keputusan bersama antara tenaga kesehatan dengan ibu/keluarga.

  2. Bidan memberikan informasi tentang ringkasan proses persalinan, hasil dan info lain yang relevan.

  3. Mengulang kembali bilamana perlu.

  4. Kunjungan postnatal rutin

  5. Kunjungan postnatal rutin meliputi:

  6. Kunjungan rumah dilakukan minimal 2x setiap hari.

  7. Mengajarkan ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir.

  8. Mengajarkan ibu untuk merawat diri.

  9. Memberikan saran dan nasehat sesuai kebutuhan dan realistis.

  10. Bidan harus sabar dan telaten menghadapi ibu dan bayi.

  11. Melibatkan keluarga saat kunjungan rumah

  12. Pengamatan pada psikologi ibu

  13. Bidan melakukan pengamatan pada psikologi ibu, meliputi:

  1. Memberikan pendidikan kesehatan tanda bahaya masa nifas.

  2. Bidan mengobservasi perilaku keluarga.

  3. Meluangkan waktu untuk sharing dengan ibu dan keluarga.

  4. Memberikan dukungan.

  5. Melakukan dokumentasi pasca kunjungan.

  6. Perencanaan skrining test.

  7. Memberikan penyuluhan sehubungan dengan kebutuhan pada masa nifas.

  1. Kunjungan postnatal rutin.

  2. Pengamatan psikologi ibu.

4. Asuhan bayi baru lahir (BBL)

a. Definisi

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 - 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya .

b. Pelayanan kesehatan neontaus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

  1. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 – 48 Jam setelah lahir.Hal yang dilaksanakan :

  1. Jaga kehangatan tubuh bayi

  2. Berikan Asi Eksklusif

  3. Rawat tali pusat

2. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.

  1. Jaga kehangatan tubuh bayi

  2. Barikan Asi Eksklusif

  3. Cegah infeksi

  4. Rawat tali pusat

3. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.

    1. Periksa ada / tidak tanda bahaya dan atau gejala sakit

    2. Lakukan :

  1. Jaga kehangatan tubuh

  2. Beri ASI Eksklusif

  3. Rawat tali pusat

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

Pelayanan Kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru Lahir dan pemeriksaan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) untuk memastikan bayi dalam keadaan sehat, yang meliputi :

B. Skenario Kasus di Komunitas

Seorang ibu datang ke polindes bidan X, berusia 17 tahun, postpartum hari keempat. Status obstetrinya ialah P1A0. Ibu diantar keluarganya ke klinik dengan keluhan demam tinggi. Hasil pemeriksaan fisik : TD 100/80 mmHg, HR 100 x/I, RR 28 x/I, T 38.60C, riwayat demam pada hari ke tiga postpartum, TFU 1 jari dibawah pusat, Lokea Rubra berbau. Riwayat Kehamilan : ANC (-), status belum menikah, pernah mencoba untuk aborsi dengan minum obat-obat tradisional, stress psikologis antepartum (+). Riwayat Persalinan: ditolong oleh dukun. Keadaan bayi saat lahir : BB 2450 gram, PB 45 cm. Keadaan bayi saat ini : tali pusat kemerahan, berbau, tampak ikterus, telah diberi susu formula. Keluarga menyatakan jarak rumah dengan rumah cukup jauh.

1. Tinjauan kasus berdasarkan asuhan antenatal (ANC)

Dari kasus yang terjadi diatas, jika dilihat dari masa kehamilan, jelas Ny. R banyak mendapatkan masalah, yakni terkait :

a. Terjadinya kehamilan remaja.

Arus informasi globalisasi mengakibatkan prubahan perilaku remaja yang makin menerima hubungan seksual sebagai cerminan fungsi rekreasi. Akibatnya, terjdi peningkatan kehamilan yang tidak dikehendaki atau terjadi penyakit hubungan seksual [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

Berikut ini adalah beberapa dampak-dampak kehamilan remaja :

  1. Factor psikologis yang belum matur

    1. Alat reproduksinya masih belum siap menerima kehamilan sehingga dapat menimbulkan berbagai bentuk komplikasi.

    2. Remaja berusia muda yang sedang menuntut ilmu akan mengalami putus sekolah sementara atau seterusnya, dan dapat kehilangan pekerjaan yang baru dirintisnya

    3. Perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari keluarga, teman, atau lingkungan masyarakat.

    4. Tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa diri.

    5. Mungkin kehamilannya disertai kecanduan obat-obatan, merokok atau minuman keras

  2. Factor fisik

    1. Mungkin kehamilan ini tidak diketahui siapa ayah sebenarnya

    2. Kehamilan dapat disertai penyakit hubungan seksual sehingga memerlukan pemeriksaan ekstra yang lengkap

    3. Tumbuh-kembang janin dalam uterus yang belum matur dpat menimbulkan abortus, persalinan premature, dapat terjadi komplikasi penyakit yang telah lama dideritanya

    4. Saat persalinan sering memerlukan tindakan medis operatif

    5. Hasil janin mengalami kelainan kongenital atau berat badan lahir rendah

    6. Kematian maternal dan perinatal pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan dengan usia reproduksi sehat (20 – 35 tahun)

Fungsi seksual, yaitu untuk prokreasi (mendapatkan keturunan), rekreasi (untuk kenikmatan), relasi (hubungan kekeluargaan), dan bersiat instuisi (kewajiban suami untuk istrinya). Hubungan seksual remaja merupakan masalah besar dalam disiplin ilmu kedokteran (andrologi, seksologi, penyakit kulit dan kelamin, kebidanan dan kandungan) [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

Bagi ibu yang masih remaja, kehamilan dan menjadi orang tua berarti berakhirnya pendidikan mereka secara dini dengan konsekuensi kurangnya kesempatan berkarir dan meningkatnya kemungkinan bahwa mereka mengalami isolasi social dan hidup dalam kemiskinan. Laporan dari Government’s Social Exclusion Unit tentang kehamilan remaja, yang dipublikasikan pada Juni 1999, membentuk dua target utama : mengurangi sampai setengah angka kehamilan pada remaja yang berusia kurang dari 18 tahun pada tahun 2010 dan mengurangi risiko isolasi social jangka panjang bagi orang tua yang masih remaja dan anak-anaknya. Bidan berperan dalam pencapaian kedua target tersebut melalui peran mereka dalam kesehatan masyarakat dan pemberian layanan yang tepat dan terjangkau [ CITATION Dia09 \l 1033 ].

Dengan dukungan yang tepat, ibu muda dapat melakukan transisi yang efektif menjadi orang tua. Mereka dapat dibantu untuk mengembangkan keterampilan menjadi orang tua yang baik dan keterampilan hidup dan dibantu keluar dari situasi sulit tersebut, sikap yang menghakimi tidak menghasilkan apapun yang positif, tetapi malah mengurangi harga diri, menimbulkan kebencian, dan merusak hubungan antara bidan dan kliennya [ CITATION Dia09 \l 1033 ].

b. Percobaan melakukan aborsi yang tidak aman.

Di Indonesia diperkirakan 2-2,5 juta kasus aborsi terjadi setiap tahunnya. Sebagian besar masih dilakukan secara tersembunyi sehingga menimbulkan berbagai bentuk komplikasi ringan sampai meninggal dunia. Pelaksanaan aborsi yang liberal akan dapat meningkatkan sumber daya manusia karena setiap keluarga dapat merencanakan kehamilan pada saat yang optimal. Akibat beratnya syarat-syarat yang harus dipenuhi dari UU Kesehatan No. 36Tahun 2009 masyarakat yang memerlukan terminasi kehamilan akhirnnya mencari jalan pintas dengan bantuan dukun yang beresiko tidak bersih dan tidak aman. Pertolongan terminasi kehamilan yang dilakukan secara illegal dengan fasilitas terbatas dan komplikasi yang sangat besar (yaitu, perdarahan-infeksi-trauma) dan menimbulkan mortalitas yang tinggi. Terminasi kehamilan yang tidak diketahendaki merupakan fakta yang tidak dapat dihindari sebagai akibat perubahan perilaku seksual, khususnya remaja sehingga memerlukan pemecahan yang rasional dan dapat diterima di masyarakat [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

Upaya promotif dan preventif pada remaja dengan memberi pendidikan seks yang sehat, termasuk menghindari kehamilan, menyediakan metode KB khusus untuk remaja, memberi penjelasan tentang KB darurat, dan menyediakan sarana terminasi kehamilan. Penyediaan sarana terminasi kehamilan dianggap menjunjung hak asasi manusia karena penentuan nasib kandungan merupakan hak asasi perempuan. Tempat yang memenuhi syarat terminasi kehamilan sesuai dengan UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Hanya rumah sakit pemerintah sehingga pelaksanaan terminasi kehamilan berjalan bersih dan aman serta tujuan fungsi dan kesehatan reproduksi remaja dipertahankan [ CITATION Sya09 \l 1033 ].

c. Tidak pernah memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan, karena takut dan malu atas kehamilannya.

Data statistik mengenai kunjungan ANC trimester pertama menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini sangat baik sebab memungkinkan profesional kesehatan mendeteksi dini dan segera menangani masalah-masalah yang timbul sejak awal kehamilan. Kesempatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan perilaku yang diperlukan selama hamil juga lebih banyak.

Kunjungan antenatal yang telah ditetapkan adalah minimal empat kali kunjungan, yakni TM I, TM II, dan 2 kali pada TM III. Adanya standar asuhan yang telah ditetapkan seharusnya akan memberikan dampak yang baik bagi ibu, apalagi pada saat ini persalinan tidak memerlukan biaya, karena ada jaminan persalinan yang merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Hamil Tidak Melakukan ANC adalah:

  1. Faktor internal meliputi :

a. Paritas

Ibu yang pernah melahirkan mempunyai pengalaman tentang ANC, sehingga dari pengalaman yang terdahulu kembali dilakukan untuk menjaga kesehatan kehamilannya.

b. Usia

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24