Anggaran Biaya Operasional dan Penjualan Tahun 2006

4.4. Anggaran Biaya Operasional dan Penjualan Tahun 2006

Data anggaran biaya operasional dan penjualan tahun 2006 digunakan untuk menghitung nilai BEP tahun 2006 dan kemudian dilakukan analisis CVP untuk memperoleh strategi penjualan terbaik yang dapat digunakan perusahaan dalam upaya peningkatan perolehan laba. Berikut ini akan disajikan tabel rencana anggaran biaya operasional tahun 2006 yang terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap.

Tabel 10. Anggaran biaya operasional tahun 2006

Jenis Biaya Variabel

Jumlah

Jenis Biaya Tetap

Jumlah

Anggaran (Rp)

Anggaran

(Rp)

6.405.389 Tenaga kerja langsung

Bahan baku langsung

1.829.278.350 Listrik

258.000.000 Listrik

205.400.000 Gaji dan THR

3.500.000 Transportasi pabrik

5.121.567 Perlengkapan kantor

Penyusutan Peralatan kantor

Penyusutan peralatan pabrik

Penyusutan kendaraan

Pemeliharaan kendaraan

Pemeliharaan peralatan kantor

Transportasi kantor

Biaya lain-lain

Total 2.057.499.972 Total 363.244.874

Sumber: Data perusahaan Pada umumnya untuk setiap tahun, perusahaan menganggarkan

biaya berdasarkan data biaya dan penjualan tahun sebelumnya. Data penjualan tahun sebelumnya akan menentukan berapa target penjualan, dan target penjualan secara langsung akan menentukan berapa besar anggaran biaya yang akan ditetapkan oleh perusahaan. Anggaran biaya bahan baku tahun 2006 sebesar Rp. 1.829.278.350 dihitung dengan memperhatikan adanya kenaikan harga bahan baku. Biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp. 205.400.000, biaya listrik sebesar Rp. 5.121.567 dan biaya transportasi sebesar Rp. 12.950.000 dihitung dengan estimasi bahwa biaya untuk satu kali pengangkutan adalah sebesar Rp. 350.000. Biaya sparepart adalah sebesar Rp. 4.750.000 sehingga total biaya variabel

Listrik sebagai biaya tetap di tahun 2006 dianggarkan sebesar Rp. 6.405.389, gaji dan THR dianggarkan sebesar Rp. 258.000.000 dan perlengkapan kantor sebesar Rp. 3.500.000. Tidak berbeda jauh dari tahun sebelumnya, angka penggunaan telepon dianggarkan sebesar Rp. 18.000.000 dan biaya fotocopy sebesar Rp. 300.000.

Biaya iklan dianggarkan sebesar Rp. 20.000.000 pada tahun 2006 lebih rendah dibanding tahun 2005 karena perusahaan sengaja menekan biaya untuk promosi. Kebijakan ini diambil karena pada tahun 2005 terjadi penurunan laba dibanding tahun 2004 dan perusahaan menganggap bahwa pengurangan pengiklanan dapat dilakukan karena tidak akan berpengaruh signifikan terhadap penurunan target penjualan.

Biaya pos dianggarkan sebesar Rp. 300.000. Biaya penyusutan peralatan kantor turun menjadi Rp. 4.403.885 karena di tahun 2006 penyusutan untuk mesin tik, meja makan borneo, meja tulis MT 120, meja tulis MT 140, laci gantung, lemari kupu atas, lemari kupu bawah, kursi hidrolik, kursi manual dan filling cabinet sudah selesai disusutkan nilainya pada tahun 2005. Untuk biaya penyusutan peralatan pabrik dan penyusutan kendaraan nilainya masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu Rp. 7.772.600 dan Rp. 34.113.000.

Biaya pemeliharaan kendaraan dianggarkan sebesar Rp. 3.000.000, lalu biaya pemeliharaan peralatan kantor yaitu sebesar Rp. 400.000, administrasi sebesar Rp. 1.500.000 dan transportasi kantor sebesar Rp. 4.050.000. Untuk biaya lain-lain perusahaan menganggarkan sebesar Rp. 1.500.000. Sehingga total dari biaya variabel adalah Rp. 2.057.499.972 sedangkan total biaya tetap adalah Rp. 363.244.874

Tabel 11 berupa penetapan harga masing-masing produk untuk tahun 2006. Kenaikan harga setiap tahunnya berkisar antara 7% sampai 10%. Kebijakan kenaikan harga ini diambil agar perusahaan mampu bersaing dengan poduk kasur latex sejenis. Dari informasi yang didapat, diketahui bahwa produk kasur latex dari merek pesaing yang menjadi pemimpin pasar setiap tahunnya mengalami kenaikan harga sampai 20%. Sehingga kenaikan harga di setiap tahunnya diusahakan berada di bawah Tabel 11 berupa penetapan harga masing-masing produk untuk tahun 2006. Kenaikan harga setiap tahunnya berkisar antara 7% sampai 10%. Kebijakan kenaikan harga ini diambil agar perusahaan mampu bersaing dengan poduk kasur latex sejenis. Dari informasi yang didapat, diketahui bahwa produk kasur latex dari merek pesaing yang menjadi pemimpin pasar setiap tahunnya mengalami kenaikan harga sampai 20%. Sehingga kenaikan harga di setiap tahunnya diusahakan berada di bawah

Tabel 11. Harga produk tahun 2006

Jenis Produk

Harga

Jenis Produk

Harga

Produk/Unit

Produk/Unit

3.300.000 MR

IC 13.000.000 OL

E 3.300.000 ISL

4.400.000 F 2.300.000

1.300.000 Sumber: Data perusahaan

Dengan melihat tren penjualan yang ada, maka perusahaan dapat menganggarkan penjualan pada tahun 2006 seperti yang ada pada Tabel

12. Tidak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, perusahaan masih mengandalkan produk Elegancia dari merek Naturatex sebagai produk dengan angka penjualan tertinggi yaitu sebanyak 247 unit atau sebesar Rp. 815.100.000 dan Ultra Firm di urutan kedua sebanyak 41 unit atau sebesar Rp. 246.000.000 dilanjutkan oleh Elegancia Limited dan Master Rest dengan angka penjualan yang sama yaitu Rp. 165.000.000. Kemudian Spring Latex Top di urutan ke kelima dengan angka penjualan sebesar Rp. 162.800.000 dan terakhir yaitu Imperial Classic dengan angka penjualan sebesar Rp. 78.000.000.

Dari merek Enzel perusahaan mengandalkan Classic Latex sebagai produk dengan penjualan tertinggi yaitu sebanyak 129 unit atau sebesar Rp. 348.300.000 kemudian Florentina di urutan kedua yaitu sebanyak 112 unit atau sebesar Rp. 257.600.000. Dilanjutkan oleh Orthopedic Latex, Premium Latex, Romanza, Inner Spring Latex dan terakhir Econo Latex.

Tabel 12. Anggaran penjualan tahun 2006

Jenis Produk

Unit Yang Dijual

Anggaran Penjualan (Rp)

IC 6 78.000.000 MR 15

Sumber: Data perusahaan