Nilai Pendidikan Religius
a. Nilai Pendidikan Religius
Nilai religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan sebagai sumber kekuatan Maha. Berbicara tentang hubungan manusia dan Tuhan tidak terlepas dari pembahasan agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia.
Setiap manusia dituntut untuk beribadah sesuai dengan agama yang dianutya. Beribadah dapat juga berarti melakukan kontak batin dengan penguasa jagad raya ini. Dalam beribadah seseorang pemeluk agama dituntut untuk khusuk dan penuh keiklasan serta rasa pasrah. Akan tetapi dalam beribadah manusia tidak diijinkan melupakan urusan keduniawian. Seperti dalam kutipan di bawah ini.
123) Orang haji berbaju panjang
Memakai sorban dengan sepatu Duduk mengaji, duduk sembahyang Jangan lupa dengan waktu
(Ramlah dalam Rachman, 2009: 284)
Dilihat dari pantun di atas, penulis pantun tersebut sepertinya hendak mengingatkan para pembaca untuk menyeimbangkan antara ibadah dengan urusan dunia. Beribadah kepada Tuhan menjadi sebuah kewajiban yang harus dijalani
commit to user
tanggungjawabnya di dunia hal itu juga tidak baik. Melalui agama, manusia pun dapat mempertahankan keutuhan masyarakat agar hidup dalam pola kemasyarakatan yang telah tetap sekaligus menuntun untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Setiap manusia hidup pasti tidak terlepas dari suatu permasalahan. Dalam menghadapi suatu masalah tersebut seorang yang beragama telah diajarkan bagaimana mengatasinya. Sebagai seorang penganut Islam, diajarkan bahwa Tuhan adalah tempat sgalanya bergantung, mengadu, dan meminta, apalagi disaat sedang mendapatkan kesusahan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh kutipan pantun di bawah ini.
124) Pisang nipah di Batu Layang,
Anyam ketupat di ujung tanjung; Hati susah bawa sembahyang, sini teman iman bergantung
(Sulaiman Daud dalam Rchman, 2009: 4)
Kutipan di atas menunjukkan bagaimana kita manusia hidup tidak lepas dari permasalahan atau rasa tidak nyaman, hal ini ditunjukkan oleh kata hati susah . Dan untuk mengatasinya sebagai seorang muslim kita diajarkan untuk sembahyang sebagai jembatan untuk berkomunikasi dengan Tuhan.
Sebuah karya sastra yang mengangkat sebuah kemanusiaan yang berdasarkan kebenaran akan menggugah hati nurani dan akan memberikan kemungkinan pertimbangan baru pada diri penikmatnya. Oleh karena itu, cukup beralasan apabila sastra dapat berfungsi sebagai peneguh batin pembaca dalam menjalankan keyakinan agamanya. Sebuah karya sastra dibuat bukan tanpa
commit to user
tampak pada kutipan-kutipan pantun di bawah ini. 125) Buah langsat buah gelugur
Buah pinang buah pepaya Jasad menangis di dalam kubur Sebab terkenang dengan dunia
126) Buah pinang buah pepaya
Buah kelapa pisang selendang Karena terkenang dengan dunia Sebab lupa dengan sembahyang
Kedua kutipan di atas memberikan peringatan kepada kita semua untuk tidak melupakan ibadah. Kealpaan kita dalam beribadah akan menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Penulis dalam menciptakan pantun tersebut hendak berpesan kepada pembaca untuk selalu ingat beribadah sebelum akhirnya kita berada di alam yang berbeda dan tidak dapat memperbaiki segalanya. Penyesalan yang dibawa ke alam kubur tidak dapat mengembalikan kita ke dunia untuk memperbaiki kesalahan.
Penyampaikan pesan yang berhubungan dengan ketuhanan juga nampak dalam kutipan berikut ini. 127) Buah sukun Buah bidara
Cik Minut jatuh tengge Rukun islam lima perkare Itulah penganut orang Islam
Dalam pantun di atas, kembali pengarang atau pencipta ingin mengingatkan kepada pembaca untuk selalu ingat kepada ajaran agama dan mengamalkannya. Jika setiap manusia mampu menjalankan rukun Islam maka kehidupan yang dijalani akan saling menghormati dalam menjalankan agamanya, maka hubungan yang harmonis akan terjalin dan akan menjadikan hidup manusia
commit to user
antarmanusia dengan Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan di dunia. Nilai religius akan menanamkan sikap manusia untuk tunduk dan taat kepada Tuhan atau dalam keseharian kita kenal dengan takwa.