WACANA PEDULI LINGKUNGAN dan MAJALAH REMAJA

WACANA PEDULI LINGKUNGAN dan MAJALAH REMAJA

(Analisis Wacana Peduli Lingkungan dalam Artikel di Rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011 Menggunakan Model Analisis Wacana Teun A. van Dijk)

SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh : RAHAJENG KARTIKARANI D0207130 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

commit to user

commit to user

MOTTO

“Ora et Labora”

“Semua akan indah pada waktu-NYA”

“I can do everything through Him who gives me stregth” (Phil 4:13)

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk: Papa, Mama, serta Adikku tercinta atas dukungan, semangat, dan doa yang begitu

luar biasa bagi penulis. Cerry Mandala Paradipta atas semangat, dukungan, dan doa bagi penulis. (Almh.) Eyang Putri atas harapan yang besar dan doa yang tulus agar penulis

segera menyelesaikan studi. Semoga karya sederhana ini dapat membuat mereka bangga.

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Wacana Peduli Lingkungan dan Majalah Remaja (Analisis Wacana Peduli Lingkungan dalam Artikel di Rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011 Menggunakan Model Analisis Wacana Teun van Dijk) dengan segala kurang dan lebihnya.

Skripsi ini merupakan sebuah analisis wacana kirits untuk mengetahui bagaimana peduli lingkungan diwacanakan dalam artikel di Rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011. Pemilihan tema penelitian berangkat dari minat peneliti terhadap peduli lingkungan yang belum banyak ditulis di media. Permasalahan tentang pemanasan global yang tiap hari semakin memberikan dampak bagi lingkungan, tidak bisa dibiarkan begitu saja. Manusia juga bertanggungjawab atas kelangsungan hidup bumi. Berbagai bencana alam yang terjadi di berbagai belahan bumi seperti banjir, badai, gempa bumi, tsunami, dan lainnya juga sebagai akibat kurang pedulinya manusia terhadap alam. Dalam hal ini, media memiliki peran untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi masyarakat untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Berangkat dari pandangan tersebut, peneliti melakukan peneilitian ini yang kemudian hasil laporannya disusun dalam bentuk skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UNS Solo.

commit to user

berbagai pihak. Dengan segenap keikhlasan dan kerendahan hati, penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga berbagai kemudahan ditemui penulis dalam pengerjaan skripsi ini. Terima kasih juga penulis haturkan kepada:

1. Prof. Drs. H. Pawito, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Sri Hastjarjo, S. Sos, Ph. D selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dengan sangat baik, senantiasa memberi masukan, semangat serta motivasi bagi penulis.

4. Redaksi Majalah GoGirl! yang telah memberikan kemudahan akses data, kritik, dan saran serta motivasi kepada penulis.

5. Keluarga “Keylight”: Maulana, Syamrotun, Leila, Amal, Maya, Dini, Hafi, Ratna, Herka, Aji, Sigit, Pusa yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

6. KOMPI, suka duka kita bagi bersama selama 5 tahun. Tetap kompak ya sampai tua nanti!

7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih atas semua bantuannya.

commit to user

Kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya sederhana ini. Terima kasih dan semoga bermanfaat. Amin.

Surakarta, April 2012

Penulis

commit to user

6. Lifestyle --------------------------------------------------------------- 49

E. Struktur Kepemimpinan dan Redaksi Majalah GoGirl! ----------- 50 BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Analisis Artikel “Go Gas!”

1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 55

2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 71

3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 72

B. Analisis Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir5

1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 74

2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 92

3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 93

C. Analisis Artikel “Asia’s Most Polluted Cities”

1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 95

2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 115

3. Analisis Konteks Sosial --------------------------------------------- 115

D. Analisis Artikel “Green Eating; Simple Planting”

1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 117

2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 142

3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 143

E. Analisis Artikel “Let’s Go Zero-Waste!”

1. Analisis Teks --------------------------------------------------------- 144

2. Analisis Kognisi Sosial --------------------------------------------- 161

commit to user

F. Analisis Artikel “Drug Management”

1. Analisis Teks -------------------------------------------------------- 163

2. Analisis Kognisi Sosial -------------------------------------------- 184

3. Analisis Konteks Sosial -------------------------------------------- 186 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan -------------------------------------------------------------- 194

B. Saran ---------------------------------------------------------------------- 196 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Elemen Wacana Teun van Dijk --------------------------------------- 34 Tabel 3.1 Analisis Teks Majalah GoGirl! --------------------------------------- 78

Tabel 3.2 Hasil Analisis Teks ----------------------------------------------------- 189

commit to user

Gambar 1.1 Struktur Penulisan Feature ----------------------------------------- 17 Gambar 1.2 Model Analisis Teun van Dijk ------------------------------------- 33 Gambar 3.1 Layout Artik el “Go Gas!” ------------------------------------------ 70 Gambar 3.2 Layout Artikel “Green School: SDNP 12 Bendungan Hilir” -- 86 Gambar 3.3 Layout Artikel “Asia’s Most Polluted Cities” -------------------- 107 Gambar 3.4 Layout Artikel “Green Eating; Simple Planting” ---------------- 133 Gambar 3.5 Layout Artikel “Let’s Go Zero-Waste!” -------------------------- 148 Gambar 3.6 Layout Artik el “Drug Management” ------------------------------ 167

commit to user

ABSTRAK

WACANA PEDULI

LINGKUNGAN DAN MAJALAH REMAJA (Analisis Wacana Peduli Lingkungan dalam Artikel di Rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi

Juli-Desember 2011 Menggunakan Analisis Wacana Teun A. van Dijk), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.

Pemanasan global yang ditandai dengan perubahan cuaca ekstrim, berbagai bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tsunami, gunung meletus, dan lainnya semakin sering terjadi di berbagai belahan bumi. Bencana alam yang silih berganti juga menjadi tanggung jawab manuisa sebagai salah satu penghuni di dalamnya. Kurangnya atau rendahnya kepedulian manusia terhadap lingkungan, membuat alam seakan dibiarkan begitu saja. Kebanyakan media hanya mengekspos kejadian alam yang terjadi akibat pemanasan global. Belum banyak media yang memberitakan berbagai cara yang bisa dilakukan sebagai bentuk peduli lingkungan. Padahal, melalui tulisan yang dimuat dalam media, turut mempengaruhi cara pandang serta memotivasi masyarakat untuk lebih peduli lingkungan. Untuk peduli terhadap lingkungan pun tidak hanya menjadi tanggung jawab orang dewasa, ilmuwan, maupun pemerintah saja. Generasi muda sebagai generasi penerus juga bertanggungjawab terhadap kelangsungan lingkungan. Dengan memotivasi generasi muda, diharapkan mampu mengubah pola pikir dan semakin banyak yang peduli terhadap lingkungan tanpa ada batasan usia, status, maupun gender.

Penelitian yang dilakukan akan menganalisis artikel dan serta menjelaskan bagaimana peduli lingkungan diwacanakan dalam rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli- Desember 2011. Rubrik “Green Page” merupakan rubrik yang dikhususkan untuk memuat artikel-artikel yang berhubungan dengan go green. Berbeda dengan majalah remaja lainnya yang hanya menuliskan sesuatu tentang go green sebagai artikel lepas dan tidak dimuat secara rutin.

Penelitian ini dilakukan melalui tiga dimensi analisis wacana Teun A. van Dijk yaitu teks, konteks sosial, dan kognisi sosial. Dalam analisis teks, artikel diteliti sesuai dengan struktur teks seperti tematik, skematik, semantik, stilistik, dan retoris. Pada dimensi kognisi sosial, diteliti tentang bagaimana wartawan memproduksi berita. Selanjutnya pada dimensi konteks sosial dianalisis mengenai apa yang terjadi pada masyarakat yang berkaitan dengan artikel yang dianalisis. Dari hasil analisis tersebut, wacana yang muncul adalah mengenai bentuk kepedulian terhadap lingkungan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya mengganti BBM dengan gas, mejaga kebersihan lingkungan, menanam, mengolah limbah obat-obatan dengan cara yang benar, mengaplikasikan pola jahitan yang sedikit atau bahkan tidak menghasilkan limbah sama sekali dan yang paling penting, semua yang dilakukan berawal dari diri kita sendiri.

Setelah melakukan analisis dari ketiga dimensi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan. Bahwa ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan dalam membentuk sebuah wacana. Kata kunci: peduli lingkungan, media massa, analisis wacana kritis

commit to user

RAHAJENG KARTIKARANI, D0207130, THE DISCOURSE OF ENVIRONMENTAL CARE AND YOUTH MAGAZINE (Critical Discourse Analysis of Environmental Concern in the Articles in the rubric “Green Page ” GoGirl Magazine! July-December 2011 Edition Using Discourse Analysis of Teun A. van Dijk), Thesis, Department of Communication Studies, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, 2012.

Global warming is marked by extreme weather changes, natural disasters such as floods, earthquakes, tsunamis, volcanic eruptions, and other, increasingly common in many parts of the earth. Successive natural disasters is also the responsibility of human as one of the occupants in it. Lack of or low awareness of human impacts on the environment, nature seemed to go unpunished. Most media just expose the natural events that occur due to global warming. Only few medias reported the various ways to do as a form of care for the environment. In fact, their writings published in the media, also influence the outlook and motivate people to pay more attention for the environment. Environment was not only the responsibility of adults, scientists, and government. Youth as the next generation is also responsible for environmental sustainability. By motivating the youth, it is expected to change the mindset and more people care about the environment without any restriction of age, status, or gender.

Research conducted to analyze article and explain how to care for the environment is discoursed within the rubric of “Green Page” GoGirl Magazine! Edition of July-December 2011. Rubric of “Green Page” is a section devoted to load the articles associated with the go green. In contrast to other teen magazines, which only issue something about go green as a freelance article and not loaded on a regular basis.

The research was conducted through a three-dimensional analysis of the discourse of Teun A. van Dijk including the text, social context, and social cognition. In text analysis, the article examined in accordance with the structure of the text as thematic, schematic, semantic, stylistic, and rhetorical. The dimensions of social cognition, analyzed about how journalists produce news. Then, the dimensions of the social context is analyzed as to what happens to people related to the article being analyzed. From the analysis, the discourse that emerges is of a form of environmental stewardship that can be done in various ways such as replacing fuel oil with gas, protecting the purity of environment, planting, processing medicine waste in the right way, applying the pattern stitches that have little or no waste at all and most important, is all of performances started from ourselves. After analyzing the three dimensions, it will be found a conclussion in it. That the three dimensions influence each other and can’t be separated in the form of a discourse. Key words: environmental care, mass media, critical discourse analysis

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sama seperti makhluk hidup lainnya, manusia berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, mampu mempengaruhi satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan karena manusia dan lingkungan hidup saling bergantung. Namun, akhir-akhir ini begitu banyak bencana alam yang terjadi di berbagai belahan bumi membuat permasalahan lingkungan hidup kini menjadi sebuah topik hangat yang diperbincangkan.

Beberapa puluh tahun yang lalu, masalah mengenai lingkungan hidup seringkali dianggap sebagai masalah bagi para pecinta lingkungan, ahli biologi, maupun ahli geologi saja. Permasalahan mengenai lingkungan hidup kini menjadi permasalahan bagi semua orang, karena semua orang bertanggungjawab terhadap kelangsungan lingkungan hidup manusia itu sendiri maupun makhluk hidup lainnya. Berbagai peristiwa alam yang terjadi akhir-akhir ini tentu saja bukan disebabkan oleh faktor alam saja, namun juga campur tangan manusia yang kurang bertanggungjawab terhadap kelangsungan lingkungan hidup.

Segala permasalahan lingkungan yang terjadi timbul akibat ulah manusia itu sendiri sehingga membuat lingkungan tidak lagi sesuai untuk mendukung kehidupan manusia. Kepedulian manusia akan kerusakan lingkungan yang

commit to user

manusia modern yang ketika melihat tanda kerusakan lingkungan menjadi terbiasa dan menyesuaikan diri dengan penurunan kualitas lingkungan yang terjadi secara bertahap dalam jangka waktu panjang. Kerusakan tersebut baru disadari setelah terlambat dan tidak lagi bisa diperbaiki kembali (Soemarwoto, 1992:18).

Lembaga-lembaga pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) berlomba-lomba menggugah kesadaran masyarakat terhadap upaya memelihara lingkungan yang nyaman bagi kehidupan. Namun selain lembaga- lembaga tersebut, media massa juga turut menyumbangkan berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup guna membangun kesadaran masyarakat. Sebab, jika tidak ada pengetahuan mengenai masalah lingkungan hidup, maka akan sulit terwujud penanggulangan masalah lingkungan hidup itu sendiri serta pemahaman yang keliru sehingga timbullah bencana maupun hal-hal yang tidak diinginkan.

Media massa diakui oleh LSM Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) sebagai alat yang efektif untuk melibatkan publik dalam perdebatan mengenai pembangunan berkelanjutan. Akan tetapi, Walhi juga mengingatkan bahwa untuk merangsang sebuah perdebatan, media massa tidak cukup dengan berita namun juga dalam bentuk kisah maupun feature berkedalaman (Atmakusumah, 1996:x).

Media massa dianggap efektif untuk mampu menyampaikan pesan kepada khalayak, dalam hal ini adalah pesan mengenai lingkungan hidup. Beberapa

commit to user

memuat berita maupun feature mengenai lingkungan hidup. Hal ini mampu memberikan dampak positif bagi peningkatan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup yang semakin hari keadaannya semakin mengkhawatirkan. Pengemasan pesan sadar lingkungan hidup kedalam bentuk berita maupun feature pun bervariasi disesuaikan dengan target pembacanya agar pesan tersebut lebih mudah dipahami dan diharapkan mampu memotivasi berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi kelangsungan lingkungan hidup.

Jika biasanya sering dijumpai berita maupun feature tentang lingkungan hidup di media cetak surat kabar, kali ini penelitian ini akan meneliti artikel tentang lingkungan hidup di majalah remaja. Mengapa majalah remaja? Karena biasanya majalah dengan segmentasi pembacanya mayoritas remaja memuat informasi mengenai fashion, trend, hingga gosip mengenai artis idola mereka. Sekarang, majalah remaja pun berlomba-lomba ingin menyampaikan pesan untuk peduli terhadap lingkungan melalui berbagai kegiatan yang diadakan hingga penulisan artikel maupun membuat rubrik khusus tentang lingkungan hidup.

Dalam penelitian ini, diteliti artikel-artikel mengenai lingkungan hidup di majalah remaja GoGirl!. Artikel-artikel yang diteliti ini dimuat dalam rubrik

khusus “Green Page” yang selalu ada di setiap edisi majalah remaja GoGirl!. Topik yang diangkat di setiap edisi pada rubrik “Green Page” selalu berbeda

namun tetap membawa pesan tentang go green. Lalu mengapa majalah GoGirl! yang diteliti? Majalah ini merupakan salah satu majalah dengan segmentasi pembaca remaja perempuan yang sangat peduli

commit to user

kepedulian terhadap lingkungan, hal ini terlihat dari ukuran majalah yang diperkecil dan dicetak menggunakan kertas bekas, memuat artikel dan membuat rubrik khusus tentang peduli lingkungan secara tematik hingga acara off-air dengan tema peduli lingkungan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis Teun A. van Dijk yaitu dengan menganalisis setiap arti kel lingkungan hidup di rubrik “Green Page ”. Penelitian ini melihat bagaimana majalah remaja sebagai salah satu media massa mampu menyampaikan pesan untuk sadar lingkungan hidup kepada pembacanya yang mayoritas berusia remaja melalui artikel-artikel yang dimuat dalam rubrik khusus “Green Page”. Sebab, untuk peduli terhadap lingkungan, bukan saja menjadi tanggung jawab orang dewasa, namun usia remaja bahkan anak kecilpun juga bertanggungjawab terhadap kelangsungan lingkungan hidup.

Remaja khususnya yang masih duduk dalam jenjang pendidikan adalah modal dasar pembangunan di masa mendatang. Melalui pembekalan awal, akan memacu kepedulian terhadap hal-hal yang positif, khususnya terhadap lingkungan. Selain memperoleh pembekalan, peranan masyarakat (remaja) juga memiliki pengetahuan yang ada di lingkungannya (kearifan lokal), sehingga bisa saling membagikan pengetahuannya. Kelak akan memacu terhadap penelitian yang bersifat perorangan, serta mengetahui persis kondisi alam lingkungan di sekitarnya (Waryono, 2009:4-5).

Penelitian ini meneliti bagaimana sebuah media massa khususnya majalah remaja untuk menyampaikan pesan peduli lingkungan melalui artikel-artikel di

commit to user

rubrik khusus “Green Page” majalah GoGirl! kepada pembacanya. Dalam menyampaikan sesuatu yang sangat penting kepada remaja bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi adalah menyampaikan pesan untuk peduli lingkungan yang mungkin dianggap oleh beberapa remaja adalah hal yang sulit ataupun malah dianggap bukan seharusnya mereka yang melakukan hal tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana wacana yang terdapat pada artikel- artikel di rubrik “Green Page ” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011 dibangun?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wacana yang terdapat pada artikel- artikel di rubrik “Green Page” Majalah GoGirl! Edisi Juli-Desember 2011 dibangun.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Pada tataran teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pencerahan mengenai model analisis wacana pada salah satu bentuk wacana yang termuat dalam artikel di majalah remaja GoGirl! . Di tingkat praktis, hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu masyarakat dalam memahami secara kritis wacana yang ada di media massa serta membantu menjelaskan

commit to user

permasalahan lingkungan.

E. Telaah Pustaka

1. Majalah sebagai Saluran Komunikasi

a. Komunikasi massa Deddy Mulyana mengatakan bahwa yang dipahami sebagai komunikasi

massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen (Mulyana, 2005:75).

Sedangkan Harold Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect? . Berdasarkan definisi Lasswell, terdapat beberapa unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam komunikasi, yaitu (Mulyana, 2005 : 62) :

(1) Sumber, yang merupakan pihak yang memiliki kebutuhan untuk melakukan komunikasi, baik individu maupun kelompok (Mulyana, 2005:63).

(2) Pesan, yaitu sesuatu yang hendak dikomunikasikan dari sumber kepada penerima berupa simbol verbal dan atau nonverbal yang mampu mewakili pendapat, gagasan, atau keinginan dari sumber (Mulyana, 2005:63).

commit to user

menyampaikan pesan kepada penerima. Bentuk pesan berupa verbal dan nonverbal membedakan saluran yang digunakan, bisa melalui tatap muka langsung maupun melalui media cetak (surat kabar, majalah) maupun media elektronik (radio, televisi) (Mulyana, 2005:63).

(4) Penerima, yaitu pihak yang menerima pesan dari sumber. Penerima pesan memahami atau menafsirkan simbol-simbol yang termuat dalam pesan baik verbal maupun nonverbal kemudian diterima sebagai gagasan yang dapat dipahami (Mulyana, 2005:64).

(5) Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah menerima pesan dari sumber, seperti perubahan sikap, perubahan keyakinan, perubahan perilaku, dan lainnya (Mulyana, 2005:63).

Secara singkat, dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media sehingga mampu menimbulkan efek tertentu. Komunikasi massa menggunakan media seperti media cetak, media elektronik, maupun media lainnya untuk menyampaikan pesan.

Melalui definisi komunikasi massa yang sudah dijelaskan oleh beberapa ahli di atas, dapat diperoleh karakteristik dari komunikasi massa. Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi lainnya karena komponen-komponen yang terlibat di dalamnya berbeda satu sama lain. Berikut akan dijelaskan mengenai karakteristik komunikasi massa (Ardianto, 2005:7).

commit to user

terlembagakan. Wright mengatakan bahwa komunikasi juga melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Sebagai contoh dalam proses penyampaian pesan melalui media cetak, dalam hal ini dicontohkan adalah surat kabar, diawali dari pembuatan pesan dalam bentuk artikel kemudian diperiksa oleh penanggungjawab rubrik lalu diserahkan kepada redaksi untuk diperikas layak atau tidaknya pesan tersebut dimuat dengan pertimbangan tidak menyalahi kebijakan dari lembaga media massa. Selanjutnya ketika pesan dianggap layak, maka dibuat setting untuk lay-out hingga tahap akhir dicetak kemudian didistribusikan pesan tersebut kepada pembacanya. Proses ini merupakan contoh dari betapa komunikator itu merupakan sekumpulan orang sesuai dengan job desk masing-masing memproses pesan tersebut hingga dapat sampai kepada komunikan atau penerima pesan (Ardianto, 2005:7-8).

Yang kedua, karakteristik komunikasi massa adalah pesan yang disampaikan bersifat umum. Pesan yang dibuat bersifat umum karena tidak hanya ditujukan untuk orang-orang tertentu namun ditujukan kepada semua orang. Pesan dapat berupa fakta maupun opini. Namun tidak semua fakta atau peristiwa yang terjadi di sekitar kita dapat dianggkat menjadi pesan (Ardianto, 2005:8).

Berikutnya adalah komunikan anonim dan heterogen. Dalam komunikasi massa, tidak dikenal komunikan (anonim) karena proses komunikasinya menggunakan media dan tidak dilakukan tatap muka. Selain itu, komunikannya heterogen karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang dikelompokkan

commit to user

dan tingkat ekonomi (Ardianto, 2005:9). Karakteristik yang keempat adalah media massa mampu menimbulkan keserempakan. Jumlah komunikan relatif banyak dan tidak terbatas serta secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula, hal ini yang membedakan komunikasi massa dengan komunikasi lainnya (Ardianto, 2005:10).

Yang kelima adalah komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan. Dalam sebuah proses komunikasi pasti melibatkan unsur isi dan hubungan, namun dalam komunikasi massa, yang terpenting adalah unsur isi. Pesan disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dana disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan (Ardianto, 2005:10-11).

Selanjutnya, komunikasi massa bersifat satu arah, hal ini dijelaskan bahwa proses komunikasi dilakukan melalui media massa sehingga komunikator yang aktif menyampaikan pesan dan komunikan yang juga aktif menerima pesan tidak bisa bertatap muka langsung (Ardianto, 2005:11).

Karakteristik komunikasi massa yang ketujuh adalah stimulasi alat indra yang “terbatas”. Karakteristik ini juga menjadi kelemahan bagi komunikasi massa karena dalam prosesnya, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa (Ardianto, 2005:12).

Yang terakhir adalah umpan balik yang tertunda. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan komunikan. Feedback terbagi menjadi dua, yaitu umpan balik yang bersifat langsung (direct feedback)

commit to user

komunikasi massa, feedback tertunda karena komunikator dan komunikan tidak bisa kontak langsung (Ardianto, 2005:12).

Selain itu, diungkapkan fungsi-fungsi dari komunikasi massa, yaitu (Effendy, 2004:31) : (1) Menyiarkan informasi (to inform) Khalayak pembaca membeli maupun berlangganan majalah karena ingin memenuhi kebutuhannya akan informasi maupun berita. Informasi yang disiarkan biasanya berbentuk berita maupun gagasan (Effendy, 2004:31).

(2) Mendidik (to educate) Selain memberikan informasi, media massa juga memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan sehingga pembaca saat membaca majalah tidak hanya memperoleh informasi namun juga pengetahuan (Effendy, 2004:31).

(3) Menghibur (to entertain) Tulisan yang bersifat menghibur dimuat untuk mengimbangi berita- berita berat dan artikel-artikel yang berbobot. Maksud pemuatan isi yang mengandung hiburan itu semata-mata untuk melemaskan pikiran setelah pembaca membaca berita maupun artikel yang berat (Effendy, 2004:31).

commit to user

Informasi yang dimuat bukan dibuat tanpa adanya tujuan tertentu. Sebagai contoh, majalah memuat tulisan-tulisan yang di dalamnya mengandung pesan-pesan sehingga para pembaca mendapat pengaruh yang baik, terinspirasi, serta termotivasi (Effendy, 2004:31).

b. Majalah Merupakan salah satu media cetak yang kini bisa ditemui dengan berbagai

pilihan kategori yang juga memuat berbagai pesan sesuai dengan kategori masing- masing majalah.

Menurut Slamet Soeseno, yang dimaksud dengan majalah adalah wadah yang terbit mingguan atau bulanan yang tidak berupa lembaran lebar yang disebut koran, tetapi lembaran kecil yang dijilid seperti buku (Soeseno, 1993:7). Sedangkan menurut Kurniawan Junaedhi dalam bukunya Rahasia Dapur Majalah Indonesia memberikan pengertian bahwa yang disebut dengan majalah adalah (Junaedhi, 1995:xiii) :

(1) Media cetak yang terbit secara berkala, tapi bukan yang terbit setiap hari (Junaedhi, 1995 : xiii). (2) Media cetak itu bersampul, setidak-tidaknya punya wajah, dan dirancang secara khusus (Junaedhi, 1995 : xiii). (3) Media cetak itu dijilid atau sekurang-kurangnya memiliki sejumlah halaman tertentu (Junaedhi, 1995 : xiii).

commit to user

konvensional sebagaimana format majalah yang kita kenal selama ini (Junaedhi, 1995 : xiii).

Berbeda dengan surat kabar yang selalu menyuguhkan berita aktual dan informasi yang bersifat menerangkan, majalah cenderung lebih banyak berisi feature dan biasanya dilengkapi dengan foto maupun gambar ilustrasi serta halaman yang beberapa atau keseluruhannya dicetak berwarna sehingga lebih terlihat menarik daripada koran. Majalah selalu memuat tulisan yang tidak lekang oleh waktu sehingga informasi yang disajikan tidak akan basi jika dibaca suatu saat nanti. Dalam penulisan majalah yang kebanyakan memuat feature, akan lebih

banyak mengulas unsur “mengapa” dan “bagaimana”. Bahan di dalam majalah bukanlah tulisan yang ditulis oleh wartawan yang menuruti kesenangannya sendiri melainkan menomorsatukan apa yang menjadi keinginan pembacanya.

Majalah sebagai media massa muncul setelah surat kabar dan sejarah kemunculan majalah pun bermula dari Eropa dan Amerika. Berawal pada 1704, Daniel Depoe menerbitkan majalah Review di London, Inggris yang memuat berita, artikel, kebijakan nasional, aspek moral, dan lainnya. Kemudian pada tahun 1820-an sampai 1840-an merupakan zaman keemasan majalah dan majalah yang paling populer saat itu adalah North American Review dan Saturday Evening Post yang terbit pada 1821. Selanjutnya pada abad 20, Reader’s Digest yang diterbitkan Dewitt Wallace dan Lila menjadi majalah dengan pelanggan sebanyak

18 juta untuk pembaca di Amerika saja dan pembaca lainnya di dunia. Kesuksesan juga dikecap Hugh Hefner yang menerbitkan majalah khusus pria,

commit to user

eksemplar (Ardianto, 2005 : 109-110). Di Indonesia sendiri, majalah muncul menjelang dan awal kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Pantja Raja, yang merupakan majalah bulanan terbit pertama kali pada 1945 di bawah pimpinan Markoem Djojohadikusumo dengan prakata Ki Hajar Dewantara selaku Menteri Pendidikan pertama RI. Kemudian di awal kemerdekaan, Soemanang, S.H. menerbitkan Revue Indonesia yang dalam satu edisinya mengemukakan gagasan perlunya koordinasi penerbitan surat kabar yang jumlahnya ratusan dengan satu tujuan untuk menghancurkan sisa-sisa kekuasaan Belanda dan menempa semangat persatuan nasional. Di zaman orde lama, perkembangan majalah tidak begitu baik karena sedikitnya majalah yang terbit. Sejarah mencatat Star Weekly dan majalah mingguan Geledek namun hanya berumur beberapa bulan saja. Pada tahun 1966 yang merupakan awal zaman orde baru, banyak majalah yang terbit dan cukup beragam jenisnya hal ini sejalan dengan kondisi perekonomian Indonesia yangsemakin baik dan tingkat pendidikan masyarakat yang semakin maju (Ardianto, 2005:110-111).

Meskipun sama-sama sebagai media cetak, namun majalah tetap memiliki karakteristik yang berbeda dengan surat kabar, yaitu (Ardianto, 2005 : 113-115) :

(1) Penyajian lebih dalam Majalah pada umumnya terbit mingguan, dwi mingguan, hingga bulanan, dalam hal ini memudahkan wartawan maupun reporternya memilik waktu yang lebih longgar untuk melakukan liputan hingga

commit to user

(Ardianto, 2005 : 113). (2) Nilai aktualitasnya lebih lama Berbeda dengan nilai aktualitas sebuah berita yang dimuat pada surat kabar, maka nilai aktualitas pada majalah bisa satu minggu atau bahkan berita maupun informasi yang disajikan tidak akan pernah basi walaupun kita membacanya beberapa waku yang akan datang (Ardianto, 2005 : 113).

(3) Gambar ilustrasi dan foto Tampilan majalah lebih menarik daripada tampilan surat kabar karena dalam majalah yang memiliki banyak halaman, di setiap halamannya mampu disisipi gambar ilustrasi maupun foto terkait berita dan informasi yang disajikan. Gambar ilustrasi dan foto tersebut dicetak dengan berbagai ukuran serta warna-warna yang mampu membuat tampilan majalah lebih menarik (Ardianto, 2005 : 114).

(4) Cover sebagai daya tarik Selain dimuat foto, pada cover juga biasanya dimuat informasi maupun berita yang akan dibahas pada edisi tersebut sehingga cover memiliki daya tarik sendiri. Bahan untuk cover berbeda dengan isi, karena lebih tebal daripada kertas untuk halaman isi (Ardianto, 2005 : 115-116).

Selain sudah disebutkan tentang karakteristik majalah, tentunya setiap majalah yang sejak awal dibentuk oleh redaksi telah menentukan siapa segmen pembaca majalahnya, Junaedhi menggolongkan jenis majalah sesuai pembacanya

commit to user

otomotif, arsitektur, dan sebagainya), dan usia (anak-anak, remaja, keluarga) (Junaedhi, 1995 : xiv).

Majalah remaja termasuk dalam kategori majalah yang terbagi sesuai usia. Munculnya segmentasi pembaca remaja dikarenakan remaja tidak hanya mengalami perkembangan secara fisik namun juga perkembangan rekreasi. Menurut Hurlock, perkembangan minat rekreasi terjadi pada permainan olahraga, bepergian, hobi, dansa, membaca, menonton, radio dan kaset, televisi, dan melamun. Khusus pada hal membaca, remaja telah membatasi waktunya untuk membaca sebagai salah satu bentuk rekreasi, dan yang cenderung mereka baca adalah majalah daripada membaca buku (Hurlock, 1997:45).

2. Feature

Menurut Mappatoto, feature atau karangan khas yang selalu ada di dalam media massa memiliki pengertian sebagai karangan ringan yang bersifat umum dengan melukiskan suatu pernyataan dengan lebih rinci sehingga apa yang dilaporkan hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca. Feature terkadang bersifat subyektif dan dirancang untuk menghibur dan memberitahu pembaca tentang peristiwa, situasi atau aspek kehidupan (Mappatoto, 1994:2-3).

Sedangkan Soeseno menyebutkan struktur penulisan feature berbeda dengan sturktur news (berita/ press release) yang disusun seperti piramida terbalik terdiri dari lead, tubuh dan penutup saja. Sedangkan feature disusun seperti kerucut terbalik yang terdiri atas: (lead, jembatan di antara lead dan tubuh, tubuh tulisan dan penutup (Soeseno, 1997:77).

commit to user

Struktur penulisan feature

Sumber: (Soeseno, 1997:78)

Pembuka atau lead merupakan bagian penting dalam penulisan feature. Sebuah lead bisa terdiri dari hanya satu paragraf, bisa pula tersusun atas beberapa paragraf. Lead dalam struktur feature digunakan sebagai alat pemancing minat dan atensi pembaca. Selanjutnya terdapat jembatan yang menjadi perantara antara lead dengan tubuh yang berperan seakan-akan melukiskan identitas dan situasi dari hal yang akan dituturkan nanti. Selanjutnya tubuh feature yang berisi situasi dan proses disertai penjelasan mendalam tentang bagaimana dan mengapa. Sturktur feature diakhiri dengan penutup yang menimbulkan kesan mendalam dan kuat dibenak pembaca, serta menumbuhkan hasrat pembaca untuk terus memakai gagasan-gagasan yang diterimanya dari penulis (Soeseno, 1997:78).

Feature yang sering dimuat di media massa dapat dipilah-pilah jenisnya. Jenis-jenis feature tersebut sangat bermanfaat untuk memberikan wawasan kepada wartawan, betapa luasnya permasalahan yang bisa dijadikan feature. Jenis-jenis feature tersebut diuraikan Ermanto sebagai berikut (Ermanto, 2005: 149-150) :

commit to user

Feature human interest ialah feature yang menyajikan permasalahan- permasalahan kehidupan yang memiliki daya tarik manusiawi/ human interest, permasalahan hidup yang menyentuh rasa/ lubuk hati manusia (Ermanto, 2005:149).

b. Feature sejarah Jenis feature ini mengangkat persoalan sejarah yang menarik untuk dicerna pembaca masa kini. Persoalan-persoalan yang terdapat dalam peristiwa sejarah pantas disajikan kembali, sepanjang wartawan mampu menemukan sisi-sisi yang menarik yang disajikan dengan sudut pandang tertentu (Ermanto, 2005:149).

c. Feature biografi Feature ini mengangkat sosok yang terkenal. Keberhasilan dan sikap hidup seseorang yang disegani atau dikagumi amat penting diketahui oleh masyarakat (Ermanto, 2005:149).

d. Feature perjalanan Feature perjalanan objeknya hampir sama dengan reportase, sebab perjalanan wartawan dapat dijadikan reportase. Dalam penulisan reportase, permasalahan yang ditemui dalam perjalanan dijadikan dalam pendalaman data dan fakta. Sedang dalam penulisan feature, permasalahan yang dijadikan feature merupakan permasalahan yang dianggap penting walaupun sederhana, menarik, dan bermanfaat bagi pembaca (Ermanto, 2005:150).

commit to user

Feature ini mengajarkan kepada orang lain (pembaca) untuk melakukan sesuatu. Feature ini biasanya berbentuk tulisan-tulisan yang memberi petunjuk-petunjuk sederhana (Ermanto, 2005:150).

Selain itu, penulisan feature dalam sebuah media cetak memiliki peran, antara lain (Kurnia, 2003 : 232-235):

a. Feature sebagai jembatan Dalam perkembangan jurnalisme, feature merupakan teknik penulisan yang mengatasi kekakuan straight news dalam meng-cover berita-berita utama (hard news atau spot news) (Kurnia, 2003 : 232).

b. Feature sebagai news story Feature disini berperan sebagai alat pemberitaan yang dapat menunjang kekuatan tulisan. Hal tersebut tercermin ketika penulis menentukan sasaran dan efek tulisannya, serta menyusun elemen fakta dan elemen waktu (timelines) menjadi materi tulisan yang erat kaitannya dengan berita utama (Kurnia, 2003 : 233).

c. Feature sebagai artikel Feature berperan sebagai penyelamat yang dapat mengatasi kelemahan penyajian berita majalah yang dianggap sudah basi. Dengan rekayasa yang kreatif, isu-isu yang telah digarap dalam surat kabar diolah menjadi sajian yang tetap hangat, aktual, dan memikat. Penulisan artikel feature yang lengkap bertujuan sebagai hiburan; memberi informasi (to inform); mengajarkan sesuatu (to teach) (Kurnia, 2003 : 234).

commit to user

Proses asimolasi timbul saat feature memasuki struktur penulisan esai. Proses tersebut berlangsung dalam tataran penentuan tujuan saat menulis esai (yang kerap kontemplatif) dengan hasil tulisannya (yang menyerap gaya struktur feature) (Kurnia, 2003 : 235).

3. Mengangkat Masalah Lingkungan ke Media Massa

Banyaknya berita mengenai kerusakan alam mulai dari gunung meletus, kekeringan, kebakaran hutan, dan lain sebagainya diketahui masyarakat melalui televisi dan surat kabar. Namun para ahli kurang puas terhadap pemberitaan tentang kerusakan alam yang telah dilakukan karena dianggap belum sempurna karena masih sering terjadi kesalahan dalam pemberitaan masalah lingkungan seperti tidak adanya informasi yang relevan dengan pemberitaan, judul yang sering menyesatkan, serta kurangnya pemikiran lebih dalam mengenai resiko pemberitaan (Salomence dalam Abrar, 1993:59-60).

Susanto dalam artikelnya “Media Massa dalam Menyelatkan Lingkungan” menyatakan bahwa eksistensi media yang dapat menyebarkan pesan kepada

khalayak luas, dimanfaatkan untuk menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya pelestarian lingkungan hidup untuk kesejahteraan manusia. Melalui pemberitaan, kampanye publik, iklan layanan masyarakat, dan propaganda, media diharapkan mampu berperan dalam menjaga keseimbangan alam, lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang berkembang dalam satu kawasan. Pada dasarnya media dengan kekuatan komunikasinya harus berjalan seiring dengan program pemeliharaan lingkungan (Susanto, 2011:ch.IV).

commit to user

bahwa terdapat tiga misi utama media massa di bidang lingkungan, yaitu menumbuhkan kesadaran masyarakat akan masalah-masalah lingkungan; merupakan wahana pendidikan untuk masyarakat dalam menyadari perannya dalam mengelola lingkungan; memiliki hak mengoreksi dan mengontrol dalam masalah pengelolaan lingkungan hidup (Atmakusumah, 1996:58).

Menurut Friedman, untuk membuat tulisan lebih mendalam tentang lingkungan, penulisan jurnalistik lingkungan perlu menjawab pertanyaan lebih

dari satu, “what”, “who”, “why”, dan “how” (Atmakusumah, 1996:45). Begitu besar peran media massa dalam menggerakkan kesadaran masyarakat tentang

persoalan lingkungan karena dengan meningkatnya pengetahuan serta kesadaran masyarakat mampu menjadi kunci sukses untuk memecahkan masalah lingkungan yang sedang berkembang.

Survei penelitian komunikasi lingkungan dari empat dekade terakhir, artikel melukiskan beberapa tren kunci dan pendekatan dalam penelitian yang telah berusaha untuk mengatasi peran yang dimainkan oleh media dan proses komunikasi dalam elaborasi, definisi publik dan politik dan kontestasi masalah lingkungan dan masalah. Kebutuhan untuk menyambung kembali tradisional, tetapi secara tradisional juga relatif berbeda, tiga fokus utama penelitian komunikasi pada media dan isu-isu lingkungan: produksi/ konstruksi pesan-pesan media dan komunikasi publik; konten/ pesan media komunikasi, dan dampak dari media dan komunikasi publik tentang pemahaman publik/ politik dan tindakan berkenaan dengan lingkungan, dan kebutuhan untuk media dan penelitian

commit to user

dengan masalah sosiologis tradisional tentang kekuasaan dan ketidaksetaraan di ruang publik, terutama dalam hal menunjukkan bagaimana ekonomi, kekuasaan politik dan budaya secara signifikan mempengaruhi kemampuan untuk berpartisipasi dalam dan mempengaruhi sifat komunikasi “dimediasi” masyarakat tentang lingkungan (Hansen, 2011:75).

Namun, dalam mengkomunikasikan pesan, perlu diperhatikan siapa sasaran dari pesan kita, meskipun pesan yang hendak disampaikan sama namun bahasa yang digunakan berbeda. Dalam hal ini adalah remaja sebagai pembaca sehingga penulisan pesan lebih baik singkat namun tetap menarik dan menginspirasi. Dalam hal ini, penyampaian pesan melalui artikel dilakukan terus menerus agar pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik oleh pembacanya.

Sesuai perannya, majalah yang merupakan salah satu bentuk media cetak memiliki tugas untuk menyampaikan berbagai informasi, termasuk informasi tentang lingkungan. Penyebaran informasi mengenai lingkungan sangat diperlukan mengingat isu lingkungan sangat berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia. Berbagai artikel mengenai lingkungan sudah banyak dimuat di beberapa surat kabar, namun merupakan hal yang baru jika artikel tentang lingkungan terkhusus tentang pemanasan global dimuat di majalah remaja yang kebanyakan membahas tentang fashion. Majalah remaja seakan ingin membangun karakter pembacanya yang kebanyakan adalah remaja untuk lebih peduli terhadap lingkungan sehingga lingkungan bisa dikelola dengan baik dan mampu meningkatkan kualitas hidup manusia. Tanggung jawab mengelola lingkungan

commit to user

bertanggungjawab atas kelangsungan lingkungan. Dalam jurnal “Pemaknaan Isu Pemanasan Global dan Lingkungan di Media oleh Kaum Perempuan Urban”, Sarwono menyatakan bahwa pemberitaan mengenai lingkungan hidup akan menarik apabila informannya wanita terlebih lagi dari kalangan artis. Terlebih artis idola remaja melakukan sesuatu yang berkaitan dengan peduli lingkungan, maka akan ada pemberitaan mengenai hal tersebut dan dimaksudkan akan lebih mudah memaknai peduli lingkungan apabila dilakukan oleh idolanya. Namun, dalam penelitian ini juga, tidak harus dengan cara memberitakan artis yang terlibat dalam kegiatan peduli lingkungan, namun juga dapat disosialisasikan melalui pendidikan, hukum, dan adanya roll mode (Sarwono, 2010:178-190).

Selain itu, Jun Yin dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa ada pengaruh besar dari sikap lingkungan kaum elit pada sikap lingkungan masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa sikap pro-lingkungan dapat dipelajari dari elit dan bahwa upaya untuk mengubah sikap publik pertama harus diarahkan pada para elit yang nantinya mempengaruhi publik massa. Kaum elit disini dimaksudkan oleh orang-orang berkuasa yang pendapatnya sangat berpengaruh terhadap khalayak masyarakat. Jika kaum elit dan pesan media pro-lingkungan, maka kesadaran lingkungan, kepedulian, dan dukungan untuk perlindungan lingkungan dapat disosialisasikan walaupun di kalangan publik didominasi oleh nilai-nilai materialis atau orang kurang pengalaman langsung dengan masalah lingkungan (Yin, 1999:82).

commit to user

a. Definisi analisis wacana Wacana merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yakni discourse.

Sementara kata discourse berasal dari bahasa Latin discursus yang berarti lari kian kemari, diturunkan dari dis-dari dalam arah yang berbeda dan currere-lari. Kemudian menurut Webster dalam Analisis Teks Media, kata tersebut dimaknai sebagai (Sobur, 2003:57) :

(1) Komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan-

gagasan; konversasi atau percakapan (Sobur, 2003:57). (2) Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subyek studi atau

pokok telaah (Sobur, 2003:57). (3) Risalah tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah (Sobur,

2003:57). Sementara Sobur menyimpulkan wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang kohern, dibentuk oleh unsur segmental maupun non-segmental bahasa (Sobur, 2003 : 23).

Lain halnya dengan Littlejohn yang mengungkapkan bahwa analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian kalimat, fungsi ucapan, tetapi juga mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut wacana (Sobur, 2003:25).

commit to user

bahwa analisis wacana merupakan sebuah reaksi terhadap bentuk linguistic tradisional yang bersifat formal (linguistic structural). Menurut Mills linguistik tradisional ini memfokuskan kajiannya pada pilihan unit-unit dan struktur-struktur kalimat tanpa memperhatikan hal-hal analisis bahasa dalam penggunaannya. Sedangkan analisis wacana justru lebih memperlihatkan hal-hal yang berkaitan dengan struktur pada level kalimat, misalnya hubungan ketatabahasaan (gramatikal) seperti subjek-kata kerja-objek, sampai pada level yang lebih luas daripada teks (Sobur, 2003:13).

b. Karakteristik analisis wacana Fairclough, van Dijk, dan Wodak menyebutkan karakteristik analisis

wacana kritis sebagai berikut (Eriyanto, 2009:7-14) : (1) Tindakan Wacana dipahami sebagai sebuah tindakan (action) yang diasosiakan sebagai bentuk interaksi. Wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga, beraksi dan sebagainya. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran (Eriyanto, 2009:8).

(2) Konteks Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu.

commit to user

Dokumen yang terkait

PENGARUH NHT BERBANTUAN BOOKLET MIND MAP TERHADAP RESPON DAN HASIL BELAJAR MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

0 0 10

EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK Imam Azhari, Ismunandar, Chiristianly Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak Email: hidrakhairunnisa4gmail.com Abstract - EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK

0 2 13

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMA ISLAM HARUNIYAH PONTIANAK

1 1 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN MTS NEGERI SUNGAI PINYUH ARTIKEL PENELITIAN

0 0 13

1 ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA Yessiana Yolanda Saputri, Purwanti, Abas Yusuf Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: yolandayessianagmail.com Abstract - ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA

0 0 9

Nina Afriyani, Luhur Wicaksono , Sri Lestari Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: ninaafriyani5gmail.com Abstract - PENGGUNAAN FACEBOOK DALAM KEGIATAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA HARUNIYAH PONTIAN

0 1 8

1 PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN LINGKUNGAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD

0 0 9

1 PENGEMBANGAN PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS LINGKUNGAN PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI IPA

0 1 10

KELAYAKAN MAJALAH MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI DARI BUAH BALADOK JEMPARI DAN TITIDAN ARTIKEL PENELITIAN

0 3 9

Pengaruh Ownership Structure dan Corporate Governance Terhadap Financial Performance Perbankan di Bursa Efek Indonesia

0 0 49