Pencitraan (Imagery)

4) Pencitraan (Imagery)

Pencitraan dalam karya sastra berperan penting untuk menimbulkan pembayangan imajinatif,membentuk gambaran mental, dan dapat membangkitkan pengalaman tertentu pada pembaca. Pencitraan kata (imagery) berasal dari bahasa latin imago (image) dengan bentuk verbannya imatari ( to imitate). Penceritaan merupakan kumpulan citra (the collection of images), yang digunakan untuk melukiskan objek dan kualitas tanggapan indera yang digunakan dalam karya sastra, baik dengan deskripsi secara harfiah maupun secara kias (Abrams, 1981: 78).

Sejalan dengan Abrams, menurut Sumito A. Sayuti (2000: 1740, pencitraan dapat diartikan sebagai kata atau serangkaian kata yang dapat membentuk gambaran mental atu dapat membangkitkan pengalam tertentu. Dalam fiksi

commit to user

tidak menyebabkan perubahan atau perluasan arti kata-kata sedangkan citraan figuratif (majas) merupakan citraan yang harus dipahami dalam arti.

Setiap gambaran pikiran disebut citra imaji (image). Gambaran pikiran itu adalah efek dalam pikiran yang sangat menyerupai (lukisan) yang dihasilkan oleh penangkapan-penangkapan pembaca terhadap suatu objek yang dapat dilihat oleh mata, saraf penglihatan dan daerah-daerah otak yang berhubungan (yang bersangkutan). Berhubung dengan hal itu, arti kata harus diketahui, mungkin juga berarti bahawa pembaca harus dapat mengingat sebuah pengalaman keindraan atas objek-objek yang disebutkan atau diterangkan (Altenbernd dan Lewis, 1970: 12).

Pencitraan kata merupakan penggambaran angan-angan dalam karya sastra. Sastrawan tidak hanya pencipta verbal, tetapi juga pencipta gambaran dalam kata- kata untuk mendeskripsikan sesuatu sehingga pembaca dapat melihat, merasakan, dan mendengarkanya (Scott, 1980: 139). Penggambaran angan-angan tersebut untuk menimbulkan suasana khusus, membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan serta untuk menaraik perhatian pembaca.

Setiap pengarang memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri yang dapat membedakan pengarang satu dengan yang lainya. Pencitraan dalam karya sastra dapat mencerminkan kekhasan individual pengarangya. Salah satu bentuk penciptaan kerangka seni adalah pemaknaan bahasa yang khas melalui pencitraan. Hal ini mudah dipahami mengingat sastra adalah framing (penciptaan karya seni) di samping disinterested contemplation (kontemplasi objektif) dan aesthetic

commit to user

merupakan medium sastra, dan hubungan bahasa denga sastra dinyatakan oleh Soediro Satoto (1995: 1) sebagai lingkaran bahasa yang diterobos oleh lingkaran sastra di wilayah bahasa. Di sinilah kekhasan dan keunikan bahasa personal pengarang, sebagai sarana bahasa untuk mencitrakan pengalaman lahiriah dan batiniah pengarang. Dengan demikian, bagi pengarang, bahasa adalah alat untuk menggambarkan citraan yang berpijak pada pengalaman hidup yang istimewa.

Pencitraan kata, pada dasarnya, terefleksi melalui bahasa kias. Dengan demikian, ada hubungan erat antara pencitraan dengan kias. Cuddon (1979: 316) menjelaskan bahwa pencitraan kata meluputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, penyataanh dan setiap pengalaman indera yang istimewa.

Antara diksi dan pencitraan kata terdapat hubungan yang erat. Diksi yang dipilih dalam pencitraan harus menghasilkan pengimajian agar apa yang ingin diungkapkan menjadi lebih kongkret, dan dapat dihayati melalui penglihatan, pendengaran, atau citra rasa. Untuk membangkitkan citraan pembaca. Maka kata- kata dalam karya satra harus diperjelas dengan kata kongkret ( Herman J. Waluyo, 1991: 78-81).

Pencitraan banyak digunakan dalam karya satra, baik puisi, fiksi, maupun drama karena dapat menjadi daya tarik bagi indera melalui kata-kata. Seperti dikatakan Burton (1984: 97), citraan kata dalam karya satra merupakan daya penarik indera melalui kata-kata yang mampu mengobarkan emosi dan intelektual

commit to user

dikobarkan dengan cepat. Altenbernd & Lewis (1970: 3) menyatakan citraan biasanya lebih mengingatkan kembali daripada membuat baru kesan pikiran sehinhgga pembaca terlibat dalam ktreasi puitis. Dengan citraan, pembaca akan mudah menanggapi hal-hal yang dalam pengalamannya tersedia simpanan imaji yang kaya.

Penciptaan citraan dalam karya satra dilatarbelakangi oleh realitas bahwa pada dasarnya gagasan yang ingin dikemukakan kepada pemabaca melalui karyanya itu banyak dn padat. Adapun fungsi citraan dalam karya sastra adalah membuat hidup gambaran dalam penginderaan dan pikiran, menarik perhatian, dan membngkitkan intelektualitas dan emosi pembaca dengan cepat. Oleh karena itu, melalui pencitraan kata, pengarang mengeksploitasi segenap potensi bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, penyataan, dan setiap pengalaman indera istimewa guna menimbulkan daya pikat bagi pembaca.

Dalam karya sastra. Citraan kata berfungsi menbuat lebih hidup gambaran dalam penginderaan dan pikiran, menarik perhatian, membangkitkan inetelektualitas dan emosi pembaca denga cepat. Karena itu citraan kata dapat melalui: (1) citraan penglihatan (visual imagery), (2) citraan pendengaran (auditory imagery, (3) citraan penciuman (smell imagery), (4) citraan pengecapan (taste imagery), (5) citraan gerak (kinesthetic imagery), (6) citraan intelektual (intellectual imagery), dan (7) citraan perabaan (tactile thermal imagery) (Brett,

commit to user

304). Berikut akan dipaparkan pengertian jenis-jenis citraan yang diduga produktif dimanfaatkan dalam pantun Melayu Pontianak. (a) Citraan penglihatan (visual imagery) Mengikuti pemahaman citraan sebagaimana diformulasikan Wellek dan Warren sebagai reproduksi mental, suatu ingatan masa lalu yang bersifat inderawi dan berasarkan persepsi dan tidak selalu bersifat visual, maka ekspresi pengalaman masa lalu akan terekpresikan sedemikian rup oleh pengarang dengan instrument bahasa (Sutejo, 2010: 20). Citraan penglihatan biasanya dapat memberikan rangsangan kepada indera penglihatan sehingga hal-hal yang semula terlihat akan tampak atau hadir di depan penikmat (Sutejo: 2010: 21).

(b) Citraan pendengaran (audio imagery) Sedangkan citra pendengaran merupakan bagaimana pelukisan bahasa yang merupakan perujudan dari pengalaman pendengaran (audio). Citra pendengaran juga memberi rangsangan kepada indera pendengaran sehingga mengusik imajinasi pebaca untuk memahami teks sastraa secara lebih utuh (Sutejo, 2010: 22). Citra pendengaran biasanya dapat memberikan rangsangan kepada indera pendengaran sehingga hal-hal yang semula tidak terlihat akan tampak atau hadir di depan penikmat dengan rangsangan pendengaran.

(c) Citraan penciuman (smell imagery) Citraan ini jarang digunakan oleh pengarang dan penyair. Karena pencitraan penciuman ialah penggambaran yang diperoleh melalui pengalaman

commit to user

penciuman pembaca untuk memperoleh gambaran yang lebih utuh atas pegalaman indera yang lain (Sutejo, 2010: 23).

(d) Citraan perabaan (tactile thermal imagery) Citraan yang juga jarang dipergunakan oeh pengarang dan penyair adalah

citran perabaan. Citraan perabaan ialah penggambaran atau pembayangan dalam cerita yang diperoleh melalui pengalaman indera perabaan. Citra perabaan seringkali menggambarkan bagaimana sesuatu secara “erotic” dan “sensual” dapat memancing imajinasi pembaca (Sutejo, 2010: 24).

(e) Citraan gerak (kinesthetic imagery)

Citraan ini barangkali lebih banyak digunakan pengarang dibandingan dengan pencitraan penciuman dan pencitraan perabaan. Citraan ini menggambarkan sesuatu yang sesungguhnya tidak bergerak, tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak, ataupun gambaran gerak pada umumnya.

Dokumen yang terkait

Nurita Safitri, Izhar Salim, Bambang Budi Utomo Program studi pendidikan ekonomi FKIP Untan Pontianak Email : safitri_nuritayahoo.com Abstract - PERSEPSI NASABAH TERHADAP PENILAIAN KREDIT 5C OLEH BRI KCP UNIT GUSTI SITUT MAHMUD

0 0 10

KECEPATAN EFEKTIF MEMBACA SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SUNGAI AMBAWANG Yulita Yeremia, Laurensius Salem dan Deden Ramdani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Untan Pontianak Email: www.yeremiayuitagmail.com Abstract - KECEPATAN

0 0 8

EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK Imam Azhari, Ismunandar, Chiristianly Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik FKIP Untan Pontianak Email: hidrakhairunnisa4gmail.com Abstract - EKSISTENSI KESENIAN TANJIDOR DI KOTA PONTIANAK

0 2 13

1 ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 SUNGAI RAYA Yessiana Yolanda Saputri, Purwanti, Abas Yusuf Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: yolandayessianagmail.com Abstract - ORIENTASI KARIR PADA PESERTA DIDIK DI SMA

0 0 9

Nina Afriyani, Luhur Wicaksono , Sri Lestari Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Untan Pontianak Email: ninaafriyani5gmail.com Abstract - PENGGUNAAN FACEBOOK DALAM KEGIATAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA HARUNIYAH PONTIAN

0 1 8

Pengaruh Ownership Structure dan Corporate Governance Terhadap Financial Performance Perbankan di Bursa Efek Indonesia

0 0 49

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi Sektor Properti Kabupaten Sukoharjo Tahun 2003-2010

1 1 86

Analisis penokohan dalam kumpulan cerpen lukisan kaligrafi karya A. Mustofa Bisri (tinjauan psikologi sastra)

4 9 165

WACANA PEDULI LINGKUNGAN dan MAJALAH REMAJA

0 1 212

Analisis pemasaran itik di Kabupaten Sukoharjo

0 3 81