Metode Analisis

E. Metode Analisis

Di dalam penelitian dilakukan analisis data menggunakan software SPSS V 15. Di dalam melakukan pengujian, peneliti menguji variabel-varibel dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan distribusi dalam model regresi pada variabel penggganggu atau variabel residual (Ghazali, 2005). Uji normalitas ini merupakan tahap pengujian yang harus dilakukan karena ketika asumsi klasik ini dihilangkan uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil (Ghazali, 2005). Di dalam penelitian ini, ukuran sampel yang digunakan juga termasuk ke dalam ukuran sampel kecil.

b. Uji Multikolonieritas

Tujuan dari uji multikolonieritas adalah untuk menguji kolerasi antar variabel bebas (Ghazali, 2005). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen, jika terjadi saling korelasi, variabel- variabel tersebut ortogonal. Ortogonal artinya, variabel independen tersebut Tujuan dari uji multikolonieritas adalah untuk menguji kolerasi antar variabel bebas (Ghazali, 2005). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen, jika terjadi saling korelasi, variabel- variabel tersebut ortogonal. Ortogonal artinya, variabel independen tersebut

Multikokolonieritas antar variabel independen dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya serta nilai Variances Inflation Factor (VIF) (Ghazali, 2005). Kedua ukuran tersebut menunjukkan setiap variabel independen yang satu yang dijelaskan oleh variabel independen yang lain.

Tolerance mengukur variablitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama artinya dengan nilai VIF yang tinggi dalam pengujian ini (Ghazali, 2005).

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya hubungan antara kesalahan-kesalahan yang muncul pada runtun waktu (time series). Untuk mendeteksi adanya autokorelasi ini dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Adapun cara melihat kolom Partial Correlation (PAC) pada uji autokorelasi. Apabila semua data memiliki PAC dibawah 0,5 berarti telah lolos uji autokorelasi (Ghazali, 2005).

d. Uji Heteroskedastisitas

Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak Ghozali (2005) menyatakan bahwa uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak

2. Descriptive Statistic

Descriptive statistic memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Descriptive statistic dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut

3. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi linier berganda. Persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah. ICD= α + β1UDK + β2KOMIND + β3KA+ e Keterangan :

ICD = Intellectual Capital Disclosure UDK

= Ukuran Dewan Komisaris KOMIND = Komisaris Independen KA

= Komite Audit α

= Konstanta β1- β3

= Koefisien regresi

a. Koefisien Determinasi (R 2 )

Koefisien determinasi adalah nilai yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) dilihat pada hasil pengujian regresi linier berganda untuk variabel independen terhadap variabel dependennya. Koefisien determinasi yang dilihat adalah nilai dari adjusted R 2

b. Nilai F

Merupakan pengujian bersama – sama variabel independen yang dilakukan untuk melihat variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Melalui nilai F kita akan mengetahui apakah ukuran dean komisaris, komisaris independen dan komite audit berpengaruh secara simultan terhadap Intellectual Capital Disclosure

c. Nilai t Merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Nilai t dalam penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 5%. Variabel independen dikatakan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen apabila nilai sig (p-Value) dibawah 5%..

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengumpulan Data

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap Intellectual Capital Disclosure indeks pada bank konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004-2008. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, diperoleh sampel penelitian dengan rincian sebagai berikut :

Tabel IV. 1 Hasil Pengambilan Sampel

Jumlah Perusahaan perbankan terdaftar 2008

Kriteria Sampel

30 Annual report tidak lengkap

8 Perusahaan yang dapat menjadi sampel penelitian

22 Perusahaan perbankan sebagai sampel per tahun

18 Jumlah observasi tahun 2004-2008

90 Sumber : Indonesian Capital Market Directory

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah sampel tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 masing-masing 18 perusahaan per tahun sehingga jumlah observasi selama tahun 2004-2008 sebanyak 90 perusahaan. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data. Data dalam penelitian ini diperoleh dari annual report. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi linier berganda dengan menggunakan bantuan software SPSS 15.0 for windows yang terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji asumsi klasik.

B. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan pengujain statistik secara umum yang bertujuan untuk melihat distribusi data dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut ini statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian :

Tabel IV.2 Statistik Deskriptif

Mean Std. Deviation UDK

.5510 .21100 Valid N (listwise)

Sumber : Hasil Pengolahan Data Keterangan :

UDK

= ukuran dewan komisaris

KI

= komisaris independen

KA

= komite audit IC = Intellectual Capital Disclosure

Variabel ukuran dewan komisaris memiliki nilai minimum sebesar 2 dengan nilai maksimum 11. Nilai rata-rata ukuran dewan komisaris sebesar 5.15 dengan standar deviasi sebesar

2.23. Variabel komisaris independen memiliki nilai minimum sebesar 0 dengan nilai maksimum

0.66. Nilai rata-rata komisaris independen sebesar 0.41 dengan standar deviasi sebesar 0.15. Variabel komite audit memiliki nilai minimum sebesar 1 dengan nilai maksimum 0. Nilai rata-rata komite audit sebesar 0.82 dengan standar deviasi sebesar 0.38. Variabel Intellectual Capital Disclosure memiliki nilai minimum sebesar 0.15 dengan nilai maksimum 0.89. Nilai rata-rata Intellectual Capital Disclosure sebesar 0.55 dengan standar deviasi sebesar 0.21

C. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model penelitian variabel terdistribusi secara normal. Ghozali (2005) menyatakan bahwa pendekatan grafik Normal P-P of regression Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model penelitian variabel terdistribusi secara normal. Ghozali (2005) menyatakan bahwa pendekatan grafik Normal P-P of regression

Gambar IV. 1 Uji Normalitas Data

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: IC

Sumber : Hasil pengolahan Data 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

Hasil uji normalitas data dengan menggunakan pendekatan grafik Normal P-P of regression standardized residual menunjukan bahwa data tersebar mengukuti garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini telah terdistribusi dengan normal.

D. Analisis Data

1. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat korelasi antara variabel independen atau korelasi antar variabel independennya rendah. Keberadaan multikolinieritas di deteksi dengan Varians Inflating Factor (VIF) dan Tolerance (Ghozali, 2005). Hasil uji multikolinieritas tersaji pada tabel berikut ini :

Tabel IV.3 Uji Multikolinieritas

Keterangan UDK

Tidak terdapat multikolinieritas KI

Tidak terdapat multikolinieritas KA

Tidak terdapat multikolinieritas

Sumber : Hasil Pengolahan Data Hasil uji VIF dan Tolerance menunjukan bahwa semua variabel dalam penelitian ini menunjukan bahwa semua nilai tolerance di atas 10% dan semua nilai VIF dibawah 10. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas.

2. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah didalam model regresi terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1.

Autokorelasi dalam penelitian ini dideteksi dengan menggunakan uji Durbin Watson yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson hitung (d) dengan nilai Durbin Watson tabel yaitu batas

lebih tinggi (upper bond atau d u ) dan batas lebih rendah (lower bond atau d 1 ). Hasil uji autokorelasi dengan Durbin Watson dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel IV. 4 Uji Autokorelasi

D-W Hitung

Keterangan 1.787

Kriteria

Tidak terdapat autokorelasi Sumber : Hasil Pengolahan Data * Nilai du 1.732 (k=3, n=90)

Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin Watson menunjukan nilai DW hitung sebesar 1.787. Hasil tersebut lebih besar dari nilai du 1.732 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi.

3. Uji Heterokesdaktisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Uji heterokesdaksitas dalam penelitian ini diuji dengan scaterplots. Hasil uji heteroskedastisitas persamaan regresi disajikan pada gambar berikut ini :

Gambar IV.2 Uji Heteroskedastisitas

Scatterplot

Dependent Variable: IC

idu

e d 1 iz

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Hasil uji heteroskedastisitas menunjukan bahwa titik-titik tersebar di atas dan dibawa angka nol. Titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas

E. Uji Hipotesis

1. Koefisien Determinasi (Adjusted R 2 )

Koefisien determinasi mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0 dan 1. Nilai koefisien determinasi dapat kita lihat dari nilai adjusted R 2 pada model summary pada hasil analisis regresi linier berganda. Hasil uji regresi menunjukan nilai adjusted R 2 sebesar 0.266 atau 26.6 %. Hal ini menunjukan 26.6% perubahan Intellectual Capital Disclosure dipengaruhi oleh komite audit, komisaris independen dan ukuran dewan komisaris. Sedangkan 83.4% lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

2. Nilai F Regresi

Nilai F regresi merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil nilai F dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel IV.6 Nilai F Regresi

Nilai F Hitung

Sumber : Hasil Pengolahan Data Hasil pengujian terhadap nilai F regresi menunjukan nilai F sebesar 11.746 dengan signifikansi sebesar 0.000. Nilai F memberikan hasil yang signifikan. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa komite audit, komisaris independen dan ukuran dewan komisaris berpengaruh secara simultan terhadap Intellectual Capital Disclosure.

3. Nilai t Nilai t digunakan untuk mengatahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hasil nilai t dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel IV.7 Hasil Uji Hipotesis

P-Value Konstanta

Variabel

Koefisien Regresi

Sumber : Hasil Pengolahan Data Pengujian Hipotesis ke-1

Hipotesis ke-1 menguji pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap Intellectual Capital Disclosure . Hasil nilai t regresi menunjukan koefisien regresi sebesar 0.049 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Pengujian memberikan hasil yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure . Hipotesis ke-1 diterima. Hasil Penelitian ini mendukung hasil penelitian Abeysekera (2008) yang menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris yang besar lebih efektif jika dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris yang kecil. Jumlah dewan komisaris yang besar diharapkan memunculkan perpaduan skill antar anggotanya sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas informasi yang disampaikan perusahaan termasuk juga berkaitan dengan intellectual capital . Pengujian Hipotesis ke-2

Hipotesis ke-2 menguji pengaruh komisaris independen terhadap Intellectual Capital Disclosure . Hasil nilai t regresi menunjukan koefisien regresi sebesar 0.128 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.332. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure . Hipotesis ke-2 ditolak. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Abeysekera (2008) yang menyatakan bahwa hal pengungkapan, keberadaan komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan pengungkapan yang ada termasuk berkaitan dengan Intellectual Capital Disclosure . Li et al (2008) menyatakan bahwa komisaris independen berperan dalam mekanisme internal yang melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen. Manurut Wardani (2008) pengaujian terhadap komisaris indepeden sebagai bagian dari corporate governance yang memberikan hasil tidak signifikan disebabkan oleh belum optimalnya penerapan corporate governance di Indonesia sehingga komisaris independen yang ada dalam perusahan hanya sebatas untuk memenuhi peraturan Bapepam sehingga kinjernya komisaris independen belum dapat optimal. Pengujian Hipotesis ke-3

Hipotesis ke-3 menguji pengaruh komite audit terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil nilai t regresi menunjukan koefisien regresi sebesar 0.017 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.740. Pengujian memberikan hasil yang tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hipotesis ke-3 di tolak . Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian Li et al (2008) yang menyatakan bahwa keberadaan komite audit menjadi penting karena komite audit dapat mempengaruhi praktik intellectual capital . Manurut Wardani (2008) Praktik corporate governance di Indonesia maish lemah sehingga penulis menduga komite audit dalam perusahaan lebih berfokus pada informasi keuangan yang lebih berhubungan secara langsung terhadap kepentingan pihak pemegang saham. Hal tersebut menyebabkan pengungkapan informasi non keuangan lebih menjadi fokus pihak manajemen dan bukan menjadi fokus komite audit sehingga keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa corporate governance berpengaruh signifikan terhadap Intellectual Capital Disclosure untuk proksi ukuran dewan komisaris namun tidak berpengaruh untuk proksi komisaris independen dan komite audit. Penulis menduga hal tersebut disebabkan oleh rendahnya perhatian dari perusahaan terhadap intellectual capital sehingga keberadaan corporate governance hanya berfokus pada kinerja operasional perusahaan dan tidak memberikan perhatian lebih terhadap intellectual capital perusahaan.

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil analisis data menunjukkan bahwa :

1. Ukuran dewan komisaris sebagai proksi corporate governance berpengaruh signifikan terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil ini mendukung hasil penelitian Abeysekera (2008).

2. Komisaris independen sebagai proksi corporate governance tidak berpengaruh signifikan terhadap Intellectual Capital Disclosure. Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Abeysekera (2008).

3. Komite audit sebagai proksi corporate governance tidak berpengaruh signifikan terhadap Intellectual Capital Disclosure . Hasil ini tidak mendukung hasil penelitian Li et al., (2008).

B. Impilikasi Penelitian

1. Implikasi teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijasikan referensi bagi penelitian selanjutnya terutama untuk mengembangkan penelitian berkaitan dengan intellectual capital dan corporate governance.

2. Implikasi praktik Hasil ini penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi Bapepam untuk membuat peraturan yang dapat meningkatkan pelaksanaan corporate governance pada industri perbankan di Indonesia terutama berkaitan dengan ukuran dewan komisaris.

4. Keterbatasan dan Saran

1. Penelitian ini menggunakan ukuran dewan komisaris, komisaris independen dan komite audit sebagai proksi corporate governance. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi lain dari corporate governance seperti dengan menggunakan corporate governance indeks.

2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi lain dari komite audit dan komisaris independen. Komite audit dapat diproksikan dengan prosentase anggota 2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan proksi lain dari komite audit dan komisaris independen. Komite audit dapat diproksikan dengan prosentase anggota

3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode penelitian serta menguji variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure seperti struktur kepemilikan perusahaan.