ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO

Skri psi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat sarjana pertanian

di Fakultas Pe rtanian Universi tas Sebelas Maret Surak arta

Jurusan / Program Studi Sosial Ekonomi Pertani an / Agrobisni s

O leh : Agung Ary W ibowo

H 0304047

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERS ITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKOHARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

Agung Ary W ibowo

H 0304047

Telah dipert ahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 30 Desem ber 2009 Dan dinyatakan telah m em enuhi syarat

Susunan Dewan Pe nguji

Ketua

Anggota I

Anggota II

Wiwit Rahayu , SP. MP. Umi Barokah, S P. MP. Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. NIP. 19711109 199703 2 004 NIP. 19730129 200604 2 001 NIP. 19570104 198003 2 001

Surakart a, Januari 2010 Mengetahui, Universitas Sebelas Maret, Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. Sun toro, MS. NIP. 19551217 198203 1 003

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah m elimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS USAH A TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKO HARJO .

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk m em peroleh derajat Sarjana S1 Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakart a. Dalam kesempatan ini penyusun ingin m engucapkan terim a kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak m em bant u dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Catur Tunggal B.J.P, MS. Selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonom i Pert anian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakart a, sekaligus Pem bim bing Akademik yang sabar mem berikan pengarahan.

3. Ibu Wiwit Rahayu, SP. MP. Selaku Pembimbing Utama yang dengan sabar memberikan pengarahan, bimbingan dan dorongan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian yaitu dari awal hingga akhir.

4. Ibu Umi Barokah, SP. MP. Selaku Pembimbing Pendamping yang telah m em- berikan bantuan, bim bingan sert a pengarahan bagi penulis dalam penyusunan sam pai menyelesaikan laporan penelitian ini.

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. Yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakart a terutam a Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian /Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bant uannya selam a masa perkuliahan penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakart a.

7. Jajaran pemerintah Kabupaten Sukoharjo serta Kecamatan Gatak yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis guna menyesaikan penelitian.

8. Ibu, bapak, budhe, kakak, adhek, yang selalu setia memberikanku motivasi dan dorongan sert a dengan ikhlas mendoakan di setiap langkah penyusun.

9. Teman-teman Agrobisnis 2004, yang telah menjadikanku bagian dari kalian sert a telah mem beriku inspirasi dalam m enyusun laporan penelitian ini.

10. Teman-teman Agrobisnis 2005, yang telah menemani serta membantuku pada akhir m asa perkuliahanku.

11. Teman-teman HIMASETA angkatan 2003/2004, aku pernah kerja bareng dengan kalian dan terima kasih telah memperkenalkan tentang organisasi.

12. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi, yang telah memberikan dorongan sert a motivasi kepada penulis. Ayo lanjutkan perjungan kita yang tinggal selangkah lagi!

13. Semua pihak yang telah membantu penulis dari awal hingga akhir penyusunan laporan sehingga penulis mam pu menyelesaikan laporan penelitian ini.

Penulis sangat menyadari m asih banyak kekurangan dalam pembuatan laporan penelitian ini baik dari segi penyajian m aupun pem bahasannya. Untuk itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang mem bangun dalam memperbaiki pembuatan laporan penelitian selanjutnya.

Akhirnya penulis berharap sem oga laporan penelitian ini dapat mem berikan manfaat sekaligus menam bah pengetahuan bagi penyusun sendiri pada khususnya dan pem baca pada um umnya. Am in.

Surakart a, Desember 2009

Penulis

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

H alaman

Tabel 1. Populasi It ik di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2004-

Tabel 2. Populasi

Tabel 3. Jum lah Peternak Itik dan Populasi It ik di Kecamatan

Gatak Kabupaten Sukoharjo T ahun 2008............................

Tabel 4. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelam in, Sex Rasio

di Kabupaten Sukoharjo dan Kecamatan Gatak Tahun 2007......................................................................................

Tabel 5. Keadaan Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Um ur

dan Jenis Kelamin Tahun 2007............................................

Tabel 6. Keadaan

Penduduk

Kecamatan

Gatak Kabupat en

Sukoharjo Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2007.

Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di

Kabupat en Sukoharjo Tahun 2007.....................................

Tabel 8. Keadaan

Penduduk

Kecamatan

Gatak Kabupat en

Sukoharjo Berdasarkan Mata Pencaharian T ahun 2007…..

Tabel 9. Sarana Perekonomian di Kabupaten Sukoharjo tahun

Tabel 10. Sarana Perekonomian di Kecam atan Gatak Tahun

Tabel 11. Jenis-jenis Komoditi Peternakan di Kabupat en Sukoharjo

Tahun 2007.......................................................................... Tabel 12. Jenis T ernak dan Jumlah Peternak di Kecamatan Gatak

Tahun 2007..........................................................................

Tabel 13. Karakt eristik Responden Usaha T ernak It ik………………

36 Tabel 14. Alasan Responden Mengusahakan Usaha Ternak Itik…….

37 Tabel 15. Status Usaha T ernak It ik di Kabupaten Sukoharjo………..

38 Tabel 16. Sum ber Modal Usaha Ternak Itik di Kabupaten Sukoharjo

39 Tabel 17. Jenis Pakan dan Jum lah Rata-Rata Pem berian Pakan Per

Tabel 18. Biaya Indukan Pada Usaha T ernak It ik di Kabupat en

Sukoharjo Pada Bulan Mei 2009.........................................

46

Tabel 19. Biaya Penyusutan Pada Usaha T ernak Itik di Kabupat en

Sukoharjo Pada Bulan Mei 2009.........................................

Tabel 20. Biaya Rata-rata Usaha T ernak It ik Pada Bulan Mei 2009

46 per 297 Ekor It ik dan 12 Mesin T etas..................................

48

Tabel 21. Hasil Produksi dan Penerim aan Usaha T ernak Itik di

Kabupat en Sukoharjo...........................................................

Tabel 22. Keuntungan Rata-Rata Peternak It ik Selam a Bulan Mei

49 2009......................................................................................

50

Tabel 23. Profitabilitas Usaha T ernak Itik di Kabupat en Sukoharjo

Bulan Mei 2009.................................................................... Tabel 24. Efisiensi Usaha T ernak Itik di Kabupaten Sukoharjo..........

51 Tabel 25. Sim pangan baku, Koefisien variasi, dan Batas bawah

52

keuntungan usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo........

DAFTAR GAMBAR

Nom or

Ju dul

H alaman

14

Gambar 1. Kerangka T eori Pendekatan M asalah..................................

DAFTAR LAMPIRAN

Nom or

Judul

H alaman

Lampiran 1. Kerangka Sampel................................................................

62 Lampiran 2. Karakteristik Responden Usaha T ernak It ik di Kabupaten

63

Sukoharjo............................................................................

Lampiran 3. Rata-Rata Biaya Pakan.......................................................

64 Lampiran 4. Input T elur Tetas ................................................................

65 Lampiran 5. Biaya Penyusutan................................................................

66 Lampiran 6. Input T otal...........................................................................

67 Lampiran 7. Rata-Rata Hasil Produksi....................................................

68 Lampiran 8. Rata-Rata Keuntungan dan Efisiensi Usaha T ernak

69

It ik.......................................................................................

ANALISIS USAH A TERNAK ITIK DI KABUPATEN SUKO H ARJO

Agung Ary W ibowo

H 0304047

RINGKASAN

Penelitian ini bert ujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerim aan, keuntungan serta besarnya tingkat efisiensi usaha dan besarnya risiko usaha dari ternak itik di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis usaha, biaya, penerim aan, keunt ungan serta analisis efisiensi usaha dan analisis risiko usaha.

Dari hasil penelitian diperoleh besarnya biaya tot al rata-rata dari usaha ternak itik di Kabupat en Sukoharjo yaitu sebesar Rp 15.130.167,00 per bulan, dengan penerimaan rata-rata sebesar Rp 17.230.000,00 per bulan sehingga keuntungan rata-rat a yang diperoleh peternak itik adalah sebesar Rp 2.099.833,00 per bulan. Usaha ini m empunyai nilai efisiensi lebih dari satu (efisien) yaitu sebesar 1,14. Nilai koefisien variasi (CV) dari usaha ternak itik sebesar 0,24 dan nilai batas bawah keunt ungan (L) sebesar Rp 1.078.735. Dari besarnya nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah keuntungan dapat dikatakan bahwa para peternak itik akan selalu unt ung atau terhindar dari m engalami kerugian. Untuk pengusahaan ternak itik dengan jumlah itik 100 ekor dan 4 mesin tetas biaya total rata-rata sebesar Rp 5.043.389,00 per bulan. Diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 5.743.333,00 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh sebesar Rp 699.944,00. T ingkat profitabilitas 7,2% berarti usaha itik m engunt ung- kan, nilai efisiensi 1,13 berart i usaha ini telah efisien, nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,24 dan nilai batas bawah keunt ungan (L) sebesar Rp 360.310,00 berart i usaha ini akan terhindar dari risiko kerugian.

Berdasarkan hasil penelitian ini, usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien m engunt ungkan unt uk diusahakan sert a m em iliki risiko usaha yang kecil sehingga diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat menjadikan usaha ternak itik ini m erupakan salah satu usaha yang dapat diandalkan di daerah

mereka serta sebagai penghasil keuntungan. Agar m asyarakat sekitar terjamin kesehatannya, disarankan kepada pet ernak agar lebih mem perhatikan kebersihan lingkungan sekitar, dibuat saluran pembuangan/parit agar pada saat m usim hujan air tidak m encem ari karena kot oran ternak terbawa air m enyebar di lingkungan sekit ar. Selain itu Pemerintah juga harus dapat menjaga harga pakan ternak agar tidak mem bum bung tinggi, hal tersebut akan sangat m em beratkan peternak mengingat biaya terbesar pada usaha ternak itik ini adalah biaya untuk kebutuhan pakan ternak.

ANALYSIS O F DUC K LIVESTO C K IN SUKO H ARJO REGENCY

Agung Ary W ibowo

H 0304047

SUMMARY

This research aimed to analyze how much cost, revenue, profit, efficiency level, and the risk of the duck livestock in Sukoharjo regency. The basic method for this research is descriptive. T he research took place in Sukoharjo regency. The data used are primary and secondary data. The data analyses are cost analysis, revenue analysis, profit analysis, efficiency analysis, and the risk of the business.

The result of this research indicates that the monthly cost of duck livestock in Sukoharjo regency is Rp 15.130.167,00, with the revenue Rp 17.230.000, 00, with the result that the profit is Rp 2.099.833,00 per m ont h. T he efficiency value is m ore than one (efficient ) that is 1,14. The the Coefficient Variation (CV) of the duck breeding business in Sukoharjo Regency is 0,24, with L is Rp 1.078.735. From the value of CV and L, it can be concluded that the duck breeders will always gain profit and never suffer a financial loss. For the duck breeders with 100 tail of ducks and 4 breeding machines the overall cost is Rp 5.043.389,00 per month. The revenue is Rp 5.743.333,00, so that the profit is Rp 699.944,00. The provit level is 7,2% so it can be concluded that the duck livestock causes a benefit, the efficiency value is 1,13, means that this business is efficient, the CV is 0,24 and the L is Rp 360.310,00, so it can be concluded that this business is far from disadvantage risk.

From the result of this research, the duck livestock business in Sukoharjo regency is efficient and has no risk so its suggested that the governm ent and the society can m ake duck breeding as a business they can rely on in their own

regency. For a good breeding, it is suggested that the breeders care about the cleanness of the livestock area, the health of the duck, and the placement of the cage not too near with the house so that it will not distract the air circulation. The breeders also need moats so that when it is rainy season the water is not flooding and contaminat ing the environm ent. Beside that, the governm ent has to stabilize the woof price because the biggest cost in the duck livestock is for the woof.

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK

DI KABUPATEN SUKOHARJO

Agung Ary Wibowo 1) Wiwit Rahayu, SP. MP. 2) Umi Barokah, SP. MP. 3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan serta besarnya tingkat efisiensi usaha dan besarnya risiko usaha dari

ternak itik di Kabupaten Sukoharjo. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis usaha, biaya,

penerimaan, keuntungan serta analisis efisiensi usaha dan analisis risiko usaha. Dari hasil penelitian diperoleh besarnya biaya total rata-rata dari usaha

ternak itik di Kabupaten Sukoharjo yaitu sebesar Rp 15.130.167,00 per bulan, dengan penerimaan rata-rata sebesar Rp 17.230.000,00 per bulan sehingga keuntungan rata-rata yang diperoleh peternak itik adalah sebesar Rp 2.099.833,00

per bulan. Usaha ini mempunyai nilai efisiensi lebih dari satu (efisien) yaitu sebesar 1,14. Nilai koefisien variasi (CV) dari usaha ternak itik sebesar 0,24 dan

nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp 1.078.735. Dari besarnya nilai

koefisien variasi dan nilai batas bawah keuntungan dapat dikatakan bahwa para peternak itik akan selalu untung atau terhindar dari mengalami kerugian.

Untuk pengusahaan ternak itik dengan jumlah itik 100 ekor dan 4 mesin

tetas biaya total rata-rata sebesar Rp 5.043.389,00 per bulan. Diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp 5.743.333,00 per bulan sehingga keuntungan rata-

rata yang diperoleh sebesar Rp 699.944,00. Tingkat profitabilitas 7,2% berarti

usaha itik menguntungkan, nilai efisiensi 1,13 berarti usaha ini telah efisien, nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,24 dan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp 360.310,00 berarti usaha ini akan terhindar dari risiko kerugian.

Kata kunci : Ternak Itik, Keuntungan, Efisiensi, Risiko.

Ketera ngan : 1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Sosial Ekonom i Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Mare t Sur akarta denga n NIM H 0304047 2. Dosen Pembim bing Utam a 3. Dosen Pembim bing Penda mping

ANALYSIS OF DUCK LIVESTOC K

IN SUKOHARJO REGENCY

Agung Ary Wibowo 1)

Wiwit Rahayu, SP. MP. 2) Umi Barokah, SP. MP. 3)

ABSTRAC T

This research aimed to analyze how much cost, revenue, profit, efficiency

level, and the risk of the duck livestock in Sukoharjo regency. The basic method for this research is descriptive. The research took place in Sukoharjo regency. The

data used are primary and secondary data. The data analyses are cost analysis,

revenue analysis, profit analysis, efficiency analysis, and the risk of the business. The result of this research indicates that the monthly cost of duck livestock in Sukoharjo regency is Rp 15.130.167,00, with the revenue Rp

17.230.000, 00, with the result that the profit is Rp 2.099.833,00 per month. The efficiency value is more than one (efficient) that is 1,14. The the Coefficient

Variation (CV) of the duck breeding business in Sukoharjo Regency is 0,24, with

L is Rp 1.078.735. From the value of CV and L, it can be concluded that the duck breeders will always gain profit and never suffer a financial loss.

For the duck breeders with 100 tail of ducks and 4 breeding machines the

overall cost is Rp 5.043.389,00 per month. The revenue is Rp 5.743.333,00, so that the profit is Rp 699.944,00. The profit level is 7,2% so it can be concluded

that the duck livestock causes a benefit, the efficiency value is 1,13, means that

this business is efficient, the CV is 0,24 and the L is Rp 360.310,00, so it can be concluded that this business is far from disadvantage risk.

Key Words : Duck livestock, P rofit, Efficiency level, Risk.

P ersonal ide ntific ation : 1. Student of Social Ec onom ic Agriculture P rogram/ Agrobisnis, Agriculture Faculty of Sebelas Maret

University Surakarta , SRN (Student Registration Num ber) H0304047 2. Consultant 1

3. Consultant 2

I. PENDAH ULUAN

A. Latar Bel akan g

Pert anian dalam art i luas terdiri dari lima sekt or, yaitu tanam an pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Pemerint ah melalui departemen pertanian sebagai penanggungjawab dan simpul koordinasi dalam pem bangunan pert anian telah m enetapkan strat egi untuk berpartisipasi m eng- gerakkan perekonom ian nasional. Salah satunya adalah pembangunan subsistem usahatani yaitu pembangunan dalam kegiatan yang m enggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk m enghasilkan komoditas pert anian prim er. Termasuk dalam hal ini adalah usaha tanam an pangan dan peternakan (Saragih, 2003).

Kom oditas ternak khususnya unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat

diterim a oleh masyarakat Indonesia, harga relatif murah dengan akses yang mudah diperoleh. Komoditas ini m erupakan pendorong utama penyediaan protein hewani nasional, serta m erupakan kontributor terbanyak dalam penyediaan daging nasional sekitar 65,46 % dari total produksi daging (T PD) (BPS, 2006).

T ernak itik merupakan komoditi ternak unggas yang potensial sebagai penghasil telur dan daging. Sum bangan ternak itik terhadap produksi telur

nasional cukup signifikan, yakni sebagai penyumbang kedua terbesar setelah ayam ras, dengan produksi telur itik dalam negeri sekit ar 245 ribu ton/tahun. Disamping ukuran telurnya yang lebih besar dari telur ayam, ternak itik mudah pemeliharaannya, m udah beradaptasi dengan kondisi setempat sert a merupakan bagian dari kehidupan m asyarakat tani pedesaan (Rusfidra, 2006).

Perkembangan populasi itik di Indonesia pada tahun 2007 diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 4,9 %. Produksi telur meningkat rata-rat a 7,7% per tahun (Ditjen Peternakan, 2007). Perkembangan ternak itik berjalan perlahan namun dapat dikatakan mempunyai prospek yang cerah dim asa yang akan datang. Indonesia belum m enggarap pasar ekspor m engingat selam a ini Perkembangan populasi itik di Indonesia pada tahun 2007 diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 4,9 %. Produksi telur meningkat rata-rat a 7,7% per tahun (Ditjen Peternakan, 2007). Perkembangan ternak itik berjalan perlahan namun dapat dikatakan mempunyai prospek yang cerah dim asa yang akan datang. Indonesia belum m enggarap pasar ekspor m engingat selam a ini

Pada um um nya populasi itik dalam jum lah besar banyak terdapat di Pulau Jawa dan sekaligus merupakan pusat pem asaran telur itik yang sangat menguntungkan bagi petani peternak yang memeliharanya. Oleh karena itu daerah-daerah dataran rendah dan dekat dengan sum ber air banyak m em - punyai peternak-peternak itik, salah satunya Kabupaten Sukoharjo. Perkem bangan populasi itik selam a lim a tahun terakhir di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada tabel 1,

Tabel 1. Populasi It ik di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2004-2008

Tah un Populasi (e kor)

128.047 Sum ber : BPS Kabupaten Sukoharjo Tahun 2008 Data populasi itik di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 2004-2008

menunjukkan perkem bangan. Kenyataan inilah yang m endorong peneliti unt uk mengetahui lebih lanjut mengenai usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo.

B. Perum usan Masalah

Peningkatan populasi itik di Kabupaten Sukoharjo selam a tahun 2004- 2008 m enunjukkan perkembangan yang baik. Pada tahun 2004 jum lah itik yang di pelihara di Kabupaten Sukoharjo sebanyak 85.432 ekor, tahun 2005 jum lah itik 85.974 ekor, tahun 2006 ada sebanyak 98.589 ekor, tahun 2007 sebanyak 99.485 ekor, dan pada tahun 2008 jumlah itik di Kabupaten Sukoharjo sebanyak 128.047. Usaha peternakan itik ini bert ujuan untuk mencapai keuntungan yang setinggi-tingginya, di dalam pelaksanaanya peternak m enghadapi kendala ant ara lain semakin tinggi harga pakan ternak dan bahan bakar untuk mesin tetas, adanya kendala saat produksi maupun pem asaran hasil.

Adanya kendala diatas m enyebabkan para peternak itik menghadapi risiko dalam menjalankan usahanya. Berkaitan dengan uraian diatas m aka dalam penelitian ini m engangkat beberapa permasalahan ant ara lain :

1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, dan profitabilitas dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo?

2. Berapa besarnya tingkat efisiensi usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo?

3. Berapa besarnya risiko usaha dari ternak itik di Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, dan profitabilitas dari usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo.

2. Mengetahui besarnya tingkat efisiensi usaha ternak itik di Kabupaten Sukoharjo.

3. Mengetahui besarnya risiko usaha dari ternak itik di Kabupaten Sukoharjo.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti menambah wawasan dan pengetahuan tentang usaha ternak itik, serta merupakan salah satu syarat untuk m enyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pelaku usaha, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pem ikiran dalam peningkatan usaha unt uk mencapai keuntungan yang maksimal.

3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pem ikiran dan bahan pert imbangan dalam penyusunan kebijakan terutama dalam pengembangan usaha ternak itik.

4. Bagi pihak lain yang membutuhkan, diharapkan dapat menjadi bahan pustaka/referensi dan informasi untuk masalah yang sam a di masa datang.

II. LANDASAN TEO RI

A. Penelitian Terdah ulu

Hasil penelitian Sri (2003) tentang Analisis Usaha Peternak Ayam Ras Petelur di Kecam atan Karanganom Kabupaten Klaten, m enunjukkan bahwa usaha peternakan ayam ras petelur di Kecam atan Karanganom Kabupaten Klaten memiliki jum lah rata-rat a ayam yang dipelihara 1.513 ekor dengan mengeluarkan biaya total sebesar Rp 80.901.925 selam a proses produksi dua tahun sedangkan penerim aannya sebesar Rp 94.296.389,00 dengan demikian keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 13.394.463,00. Usaha peternakan ayam ras di Kecam atan Karanganom Kabupaten Klaten sudah dilakukan secara efisien dengan nilai R/C rasio sebesar 1,2.

Hasil penelitian Andriyani (2004) m engenai Analisis Usaha Ternak Puyuh di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar, menunjukkan bahwa

hasil yang dapat diam bil dari usaha ternak puyuh adalah telur, puyuh afkir, dan kot oran puyuh. Biaya dalam usaha ternak puyuh selam a periode produksi per 1000 ekor puyuh sebesar Rp 7.556.200,00 dengan keunt ungan yang diperoleh sebesar Rp 15.992.400,00. Usaha ternak puyuh di Kecam atan Colomadu Kabupat en Karanganyar telah efisien dengan nilai R/C rasio sebesar 3,12. Sedangkan nilai B/C rasio sebesar 2,12 maka usaha ternak puyuh mengunt ungkan untuk diusahakan karena akan memberikan manfaat kepada

peternak dengan mem berikan keunt ungan yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Berdasarkan kedua hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa baik usaha ternak puyuh m aupun usaha ternak ayam ras petelur dapat menghasilkan keuntungan. Besarnya keunt ungan tersebut dipengaruhi oleh besarnya penerim aan dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Selain itu besarnya penerimaan dan besarnya biaya yang dikeluarkan akan m enunjukkan tingkat efisiensi dari pengelolaan usaha tersebut.

B. Tinjauan Pustaka

1. Itik (Anas domesticus)

It ik dikenal juga dengan istilah Bebek (bahasa Jawa). Nenek moyangnya berasal dari Amerika Utara m erupakan itik liar (Anas moscha) atau Wild m allard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah itik yang diperlihara sekarang yang disebut Anas dom esticus (itik ternak).

Unggas air terdiri dari berbagai macam nya, m ulai dari unggas air liar hingga unggas air yang sudah diternakkan. Dari serangkaian unggas air itu terdapat unggas yang mempunyai arti pent ing bagi kehidupan manusia, karena mam pu memenuhi salah satu hasrat hidup manusia. Jajaran unggas air ini adalah unggas air kecil berbadan ram ping dan lincah yang dikenal dengan “itik”, serta unggas air yang lebih gem uk dan bergerak lamban yang kem udian diberi nama “bebek”. Sayang sekali banyak anggota masyarakat yang tidak membedakan “itik” dengan “bebek”. Kata “bebek” berasal dari bahasa daerah dan di banyak pedesaan Indonesia sam a saja ant ara itik dengan bebek dengan satu sebutan “bebek”(Rasyaf, 1993).

2. Usaha Ternak Itik

T ernak itik adalah salah satu usaha budidaya salah satu jenis unggas air yang dapat mengimbangi laju pertum buhan kebutuhan protein hewani, karena itik mem iliki keunggulan di ant ara unggas lokal lainnya yaitu ;

a. Produksi telurnya tinggi (200-250 butir pertahun).

b. Itik mulai bertelur ketika berumur 6 bulan dengan masa produksi selama 11 bulan terus m enerus setiap tahunnya, hanya mem erlukan

wakt u istirahat berproduksi pada masa rontok bulu.

c. Tidak mengerami telurnya sehingga efektif dalam memproduksi telur.

d. Harga telur yang relatif tinggi dibandingkan dengan telur unggas yang lain.

e. Pemasarannya mudah.

f. Hasil samping dari produksi itik seperti bulu dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri seperti kain, sikat halus, kemoceng, isi kasur dan lain sebagainya (Rasyaf, 1993).

3. Budidaya Itik

Berternak unggas mem punyai 3 m acam tujuan yaitu berternak unggas sebagai unggas potong, beternak unggas sebagai unggas petelur, sert a berternak unggas sebagai penghasil bibit (M arhijant o, 1993). Sebelum seorang pet ernak memulai usahanya, harus m enyiapkan diri terutama dalam hal pemahaman tent ang budidaya beternak itik ant ara lain :

1. Lokasi Mengenai lokasi kandang yang perlu diperhat ikan adalah letak lokasi jauh dari keram aian/pemukim an penduduk, mempunyai letak transportasi yang m udah dijangkau dari lokasi pem asaran dan kondisi lingkungan kandang yang kondusif bagi produktivit as ternak.

2. Penyiapan Sarana dan P eralatan - Persyaratan temperatur kandang ± 39 derajat C. - Kelem baban kandang berkisar antara 60-65%. - Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan

kandang agar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian kandang.

Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang m ahal tetapi cukup sederhana asal tahan lam a (kuat).

3. Pembibitan Pemilihan bibit ada 3 ( t iga) cara unt uk mem peroleh bibit itik yang baik adalah sebagai berikut :

a. Membeli telur tetas dari induk itik yang dijam in keunggulannya

b. Memelihara induk itik yaitu pejantan dan betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian meletakannya pada ment ok, ayam at au mesin tetas

c. Membeli DOD (Day Old Duck) dari pem bibitan yang sudah dikenal mutunya maupun yang telah m endapat rekomendasi dari dinas peternakan setempat. Ciri DOD yang baik adalah t idak cacat (t idak sakit ) dengan warna bulu kuning mengkilap.

4. Reproduksi dan Perkawinan Reproduksi

dim aksudkan untuk m endapatkan telur tetas yang fertil/terbuahi dengan baik oleh itik jant an. Sedangkan sistem perkawinan dikenal ada dua m acam yaitu itik hand m ating /pakan itik yang dibuat oleh manusia dan nature mating (perkawinan itik secara alam i).

atau

perkem bangbiakan

5. Pemeliharaan Sanit asi dan Tindakan Preventif, sanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan prevent if (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini unt uk mewaspadai timbulnya penyakit.

Pemberian Pakan, pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase, yaitu fase stater (um ur 0–8 m inggu), fase grower (umur 8–18 minggu) dan fase layar (umur 18–72 m inggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa pakan jadi dari pabrik (secara praktisnya) dengan kode masing-masing fase.

Pemeliharaan Kandang, kandang hendaknya selalu dijaga kebersihannya dan daya gunanya agar produksi tidak terpengaruh dari kondisi kandang yang ada.

6. Penyakit Secara garis besar penyakit itik dikelompokkan dalam dua hal yaitu:

a. Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganism e seperti virus, bakteri dan protozoa.

b. Penyakit yang disebabkan oleh defisiensi zat makanan dan tata laksana perkandangan yang kurang tepat.

7. Panen

a. Hasil utam a, usaha ternak itik petelur adalah telur itik.

b. Hasil tambah berupa induk afkir, itik jant an sebagai pedaging.

8. Penetasan Itik m emiliki sifat tidak m engerami telurnya sehingga efektif dalam m em produksi telur, unt uk menghasilkan bibit dapat dilakukan dengan : - penetasan alamiah rekayasa yaitu penetasan dengan bantuan unggas

lain. - penetasan menggunakan alat tetas, pada umumnya mesin tetas memiliki kapasitas 250-350 butir/unit dengan setiap periode penetasan

28 hari. (Bappenas, 2008).

4. Biaya

Menurut Rasyaf (2000) biaya yang dikeluarkan oleh peternak tergantung pada beberapa hal berikut :

a. Biaya yang dikeluarkan tergantung pada jenis ternak, dalam hal ini spesifikasi tiap ternak jelas menghasilkan biaya yang berbeda-beda.

b. Biaya yang dikeluarkan tergantung besar kecilnya usaha peternakan.

c. Biaya yang dikeluarkan tergantung pada kemampuan manajemen dan administrasi peternakan.

Biaya adalah nilai dari sem ua masukan ekonom ik yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk m enghasilkan suatu pro- duk. Analisis biaya terdiri dari tiga konsep yang berbeda. Pertama, konsep biaya alat luar, yaitu biaya total luar secara nyata. Kedua, konsep biaya mengusahakan, yaitu biaya alat luar ditambah biaya tenaga kerja keluarga.

Konsep terakhir yaitu biaya menghasilkan, yaitu biaya m engusahakan di- tam bah biaya m odal sendiri (Prasetyo, 1995). Biaya total adalah biaya total untuk m enghasilkan tingkat keluaran tert entu.

5. Penerimaan

Menurut Boediono (2002), yang dimaksud dengan penerim aan (revenue) adalah penerim aan produksi dari hasil penjualan outputnya. Unt uk mengetahui penerimaan tot al diperoleh dari output atau hasil Menurut Boediono (2002), yang dimaksud dengan penerim aan (revenue) adalah penerim aan produksi dari hasil penjualan outputnya. Unt uk mengetahui penerimaan tot al diperoleh dari output atau hasil

TR = Q x P dim ana : TR

= penerimaan total Q

= jumlah output/produk yang dihasilkan P

= harga jual Semakin banyak jum lah hasil produksi maupun semakin tinggi harga per unit produk yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin besar. Sebaliknya jika hasil produksi sedikit dan harganya rendah maka penerim aan tot al yang diterima oleh produsen sem akin kecil (Soedjar want o dan Riswan, 1994).

6. Keuntungan

Menurut Suparmoko (1992), keunt ungan adalah selisih ant ara penerim aan tot al dengan biaya produksi sesuai dengan tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada penggunaannya yang terbaik. Secara matem atis dapat ditulis sebagai berikut: π = TR – T C dim ana π

= keuntungan TR = penerim aan t ot al TC = biaya total

Keunt ungan perusahaan adalah perbedaan ant ara pendapatan bersih dengan bunga dari seluruh m odal yang dipergunakan dalam usahatani atau

merupakan perbedaan ant ara pendapatan kotor dengan biaya menghasil- kan. Ini dapat dinyatakan sebagai persen dari pendapatan kotor atau dalam persen dari biaya m enghasilkan (Hadisapoetro, 1977).

T ujuan akhir perusahaan adalah keuntungan. T ingkat keuntungan yang berhasil diraih sering dijadikan ukuran keberhasilan. Keuntungan juga m enunjukkan betapa efektifnya sumber daya digunakan. Selain itu, keuntungan dapat merangsang pemilik untuk menam bah m odal lebih besar T ujuan akhir perusahaan adalah keuntungan. T ingkat keuntungan yang berhasil diraih sering dijadikan ukuran keberhasilan. Keuntungan juga m enunjukkan betapa efektifnya sumber daya digunakan. Selain itu, keuntungan dapat merangsang pemilik untuk menam bah m odal lebih besar

7. Profitabilitas

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, istilah rasio profitabilitas merujuk pada beberapa indikator atau rasio yang berbeda yang bisa digunakan untuk menentukan profitabilitas dan prestasi kerja perusahaan (Downey dan Erickson, 1992).

Profitabilitas

merupakan

kemam puan

Menurut Riyanto (2001), profitabilitas dimaksud unt uk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan. Profitabilitas m erupakan salah satu fakt or yang m enentukan tinggi rendahnya kinerja usaha. Dengan kata lain, profitabilitas m erupakan perbandingan antara keuntungan dari penjualan dengan biaya total yang dinyatakan dengan prosent ase. Secara m atematis dapat ditulis sebagai berikut:

Profitabilitas = dim ana :

π = keunt ungan TC

= biaya tot al

8. Efi siensi

Keuntungan yang tinggi tidak selalu m enunjukkan efisiensi yang tinggi, karena kem ungkinan penerim aan yang besar tersebut diperoleh dari investasi yang besar. Efisiensi mempunyai tujuan mem perkecil biaya produksi persatuan produk yang dimaksudkan untuk m em peroleh keuntungan yang optimal (Rahardi, 1999).

Efisiensi usaha dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya pe- nerimaan dan biaya yang digunakan unt uk berproduksi yaitu dengan Efisiensi usaha dapat dihitung dari perbandingan antara besarnya pe- nerimaan dan biaya yang digunakan unt uk berproduksi yaitu dengan

Efisiensi = keterangan :

R = penerimaan

C = biaya tot al Kriteria yang digunakan dalam penent uan efisiensi usaha adalah: R/C

> 1 berart i usaha yang dijalankan sudah efisien. R/C

= 1 berart i usaha belum efisien atau usaha baru m encapai kondisi im pas. R/C

<1 berart i usaha yang dijalankan tidak efisien (Soekartawi, 1995).

9. Risiko Usaha

Secara umum risiko dikaitkan dengan kem ungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan. Bila investor m enanam kan modal untuk m endirikan usaha, tujuannya adalah unt uk memperoleh keun- tungan di masa depan, tetapi pada waktu yang sam a juga mem ahami risi- ko kurang dari yang diharapkan. Makin besar kemungkinan rendahnya ke- untungan atau bahkan rugi, dikat akan makin besar risiko usaha tersebut (Soeharto, 1997).

Untuk m enghitung besarnya risiko usaha adalah dengan mengguna- kan perhitungan koefisien variasi dan batas bawah keuntungan. Koefisien variasi merupakan perbandingan ant ara simpangan baku usaha tersebut dengan jum lah keuntungan yang akan diperoleh. Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal terendah yang mungkin diterim a oleh pe- ngusaha. Apabila nilai L ≥

0, maka pengusaha tidak akan m engalami keru- gian. Sebaliknya apabila nilai L ≤

0 maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses produksi ada peluang kerugian yang akan diterima oleh pengusaha (Hernanto, 1993).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masal ah

Seorang peternak dalam m enjalankan usahanya pasti mem iliki tujuan unt uk mendapatkan keunt ungan yang maksimal. Bermacam -macam cara dapat dilakukan oleh pet ernak seperti mem inimalkan biaya produksi, m eningkat kan jum lah produksi. Akan tetapi setiap usaha m em punyai karakt eristik yang berbeda-beda sehingga diperlukan suatu analisis usaha yang tepat supaya tujuan dari peternak tersebut dapat tercapai.

Analisis biaya dim anfaatkan oleh peternak dalam m engambil suatu keputusan. Biaya merupakan nilai korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi. Biaya yang digunakan adalah biaya mengusahakan dalam proses produksi untuk m enghasilkan produk meliputi biaya sarana produksi yaitu pakan, bahan bakar, listrik, pengemasan, biaya tenaga kerja, dan biaya penyusutan. Keunt ungan adalah selisih antara penerim aan yang diterima dari penjualan dengan biaya kesem patan dari sumber daya yang digunakan. Keuntungan sebagai kelebihan penerimaan (Revenue) atas biaya-biaya yang dikeluarkan. Secara m atematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

π = TR – T C = Q.P – TC Keterangan : π

= Keunt ungan usaha (Rupiah) TR

= Penerimaan total usaha (Rupiah) TC

= Biaya tot al usaha (Rupiah) Q = Jumlah produk hasil usaha (Ekor/Butir) P = Harga produk hasil usaha (Rupiah)

Proses produksi adalah suatu proses dim ana beberapa barang atau jasa yang disebut input diubah m enjadi barang lain atau output. Yang dimaksud usaha ternak itik ini adalah adalah usaha pet ernakan yang berupa unggas jenis itik hasilnya adalah telur, bibit (DOD) dan itik afkir. Dari perhitungan data akan diperoleh keunt ungan dan profitabilitas. Keuntungan m erupakan selisih ant ara penerimaan dengan biaya tot al yang dikeluarkan. Sedangkan tingkat keuntungan atau profitabilitas adalah perbandingan antara keunt ungan dari Proses produksi adalah suatu proses dim ana beberapa barang atau jasa yang disebut input diubah m enjadi barang lain atau output. Yang dimaksud usaha ternak itik ini adalah adalah usaha pet ernakan yang berupa unggas jenis itik hasilnya adalah telur, bibit (DOD) dan itik afkir. Dari perhitungan data akan diperoleh keunt ungan dan profitabilitas. Keuntungan m erupakan selisih ant ara penerimaan dengan biaya tot al yang dikeluarkan. Sedangkan tingkat keuntungan atau profitabilitas adalah perbandingan antara keunt ungan dari

Hubungan antara simpangan baku dengan keunt ungan rata-rata diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Koefisien va- riasi m erupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung peternak dengan jumlah keunt ungan yang akan diperoleh sebagai hasil dan sejumlah modal yang ditanamkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi m enunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung oleh peternak sem akin besar dibanding dengan keuntungannya. Batas bawah keuntungan (L) m enunjukkan nilai norm al yang terendah yang mungkin diterima oleh peternak. Apabila nilai (L) ini sama dengan atau lebih dari nol, maka peternak tidak akan mengalam i kerugian. Sebaliknya jika nilai L kurang dari nol m aka dapat disim pulkan bahwa dalam setiap proses produksi ada peluang kerugian yang akan diderita peternak.

Hubungan antara koefisien variasi (CV) dengan batas bawah keuntungan adalah apabila nilai CV 0,5 dan nilai L

0 peternak akan selalu untung atau im pas. Sebaliknya apabila nilai CV > 0,5 dan nilai L < 0 peternak akan mengalami kerugian.

Selain berusaha m encapai keunt ungan yang besar, satu hal yang seharus-nya diperhatikan pengusaha adalah efisiensi usaha. Efisiensi usaha dapat

dihitung dengan menggunakan R/C Rasio, yaitu dengan membandingkan antara besarnya penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan unt uk berproduksi. Apabila nilai R/C rasio > 1, berarti usaha sudah efisien, R/C rasio = 1, berarti usaha masih impas dan bila R/C rasio < 1 berarti usaha tidak efisien.

Adapun kerangka teori pendekat an masalah dalam penelitian ini :

Usaha T ernak It ik di Kabupaten Sukoharjo

Resiko produksi

Risiko

Produksi

harga Input

Pakan

Vaksin/obat T elur itik

Lim bah :

Bibit/ Bahan bakar 2. Cangkang telur

Kotoran

T enaga kerja

(DOD)

Listrik It ik afkir

Risiko

pasar

Biaya tot al Penerimaan

Analisis Usaha : - Keuntungan - Profitabilitas - Efisiensi

- Risiko

Gam bar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah Analisis Usaha Ternak Itik.

D. Hi pote sis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Diduga usaha ternak itik yang dijalankan di Kabupaten Sukoharjo mengunt ungkan.

2. Diduga usaha ternak itik yang dijalankan di Kabupaten Sukoharjo sudah efisien.

3. Diduga usaha ternak itik yang dijalankan di Kabupaten Sukoharjo mempunyai risiko.

E. Asumsi

1. Faktor produksi berupa tenaga kerja keluarga diasumsikan menerima upah yang besarnya sam a dengan upah tenaga kerja luar yang berlaku di daerah penelitian.

2. Faktor iklim tidak berpengaruh terhadap usaha ternak itik.

3. Telur untuk pengisian mesin tetas dianggap didapat dari pembelian telur.

4. Telur yang diproduksi dijual semua.

F. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Harga input dan output menggunakan harga yang berlaku di daerah peneli- tian.

2. Usaha ternak itik yang diteliti adalah ternak itik yang pemeliharaannya di dalam kandang (sistem kering).

3. Penelitian ini menggunakan data produksi selama 1 bulan yaitu pada bulan Mei 2009.

4. Dalam analisis juga dihitung untuk setiap usaha ternak itik per 100 ekor dan 4 m esin tetas.

G. Defi nisi O perasional dan Pengukuran Vari abel

1. Usaha ternak adalah kegiatan memelihara hewan dan mengambil manfaat dari hewan yang dipelihara.

2. Usaha ternak itik adalah usaha peternakan yang berupa unggas jenis itik hasilnya adalah telur, bibit (DOD), itik afkir.

3. Telur itik adalah hasil produksi ternak itik yang berupa telur dan dinyatakan dalam satuan butir.

4. Bibit (DOD) adalah itik yang sudah menetas dari hasil proses penetasan telur m enggunakan mesin/alat tetas dan dinyatakan dalam satuan ekor.

5. Itik afkir adalah itik yang sudah tidak produktif untuk diternakkan sehing-

ga hanya akan m em perbesar biaya jika terus dipelihara dan dinyatakan dalam satuan ekor.

6. Biaya total merupakan semua biaya yang dikeluarkan dan digunakan dalam proses produksi dalam hal ini biaya yang dihitung meliputi biaya indukan, tenaga kerja, pakan, bahan bakar, listrik, penyusutan mesin tetas, pengem asan dan dinyat akan dalam satuan rupiah.

7. Penerimaan usaha ternak itik adalah perkalian antara jumlah produk yang terjual dengan harga per satuan produk dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Produk yang dihasilkan adalah telur, bibit (DOD) dan itik afkir.

8. Keuntungan usaha ternak itik adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total dinyatakan dalam satuan rupiah.

9. Profitabilitas adalah perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan biaya total yang digunakan dalam usaha ternak itik, dinyatakan dalam persen (%).

10. Efisiensi usaha merupakan perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total.

11. Risiko adalah kemungkinan kerugian yang akan diterima oleh produsen.

III. METO DE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang didasarkan pada pemecahan m asalah-masalah aktual pada m asa sekarang. Data yang dikum pulkan mula-m ula disusun, dijelaskan, kem udian dianalisis (met ode ini sering disebut dengan m etode analitik) (Surakhmad, 1994).

B. Metode Pe ngambilan Data

1. Metode Penentuan Daerah Sam pel

Penelitian dilakukan di Kabupaten Sukoharjo, penentuan kecamat- an sam pel dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan kecamatan yang m em iliki populasi itik terbesar. Unt uk mengetahui dim ana kecamatan yang mem iki populasi itik terbesar di Kabupaten Sukoharjo, peneliti mengambil data dari Sub Dinas Peternakan Kabupaten Sukoharjo Tribulan IV tahun 2008 yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Populasi It ik di Kabupaten Sukoharjo T ahun 2008

No.

Kecamatan

Populasi (ek or)

01. W eru 1368

02. Bulu 3428

03. T awangsari 5739

11. G atak 50.735

Sum ber : Sub Dinas Peternakan – Dinas Pert anian Kabupaten Sukoharjo T ribulan IV T ahun 2008

Dari T abel 2 diketahui populasi itik yang dim iliki setiap kecam atan di wilayah Kabupaten Sukoharjo, terpilih Kecamatan Gatak sebagai kecamatan sam pel karena miliki populasi itik yang terbesar.

Pengam bilan desa sebagai lokasi sam pel dilakukan secara purposive sam pling dengan kriteria desa tersebut memiliki populasi itik terbesar dan m emiliki peternak itik terbanyak di Kecam atan Gatak. Untuk mengetahui dimana populasi itik terbesar di tingkat desa, peneliti mengam bil data dari Sub Dinas Peternakan Kabupat en Sukoharjo Tribulan

IV tahun 2008, dalam data yang diambil di Sub Dinas Peternakan Kabupaten Sukoharjo populasi itik disajikan mulai dari tingkat kecam atan sam pai tingkat desa yang berada di wilayah Kabupat en Sukoharjo. Jumlah peternak dan populasi itik di Kecamatan Gatak di sajikan pada T abel 3.

T abel 3. Jum lah Peternak It ik dan Populasi Itik di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo T ahun 2008

No. Desa

Jum lah

Populasi Itik

Pete rnak (KK)

(e kor)

3. Blim bing

7. Trosem i

Sum ber : Sub Dinas Peternakan–Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo, 2008 Tabel 3 m enunjukkan bahwa Desa Kagokan merupakan daerah dengan peternak itik terbanyak yaitu sebanyak 168 kepala keluarga sert a terdapat populasi itik terbesar dengan jum lah 18.870 ekor. Oleh karena it u Desa Kagokan dipilih sebagai desa sam pel dalam penelitian ini.

2. Metode Pe ngambilan Responden

Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), bila data dianalisis dengan statistik param etrik m aka jumlah data sam pel harus besar, karena nilai- nilai yang diperoleh distribusinya harus mengikuti distribusi normal. Sam pel yang tergolong sam pel besar yang distribusinya normal adalah sam pel yang jumlahnya ≥ 30 kasus yang diam bil secara random. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan sebanyak 30 peternak.