PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE : STUDI PADA BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE : STUDI PADA BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh: FEBY SUBHAN HANAN

F 0305051

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE : STUDI PADA BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA

Surakarta, Maret 2010 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing

(Dra. Falikhatun M.si, ak)

NIP. 196811171994032002

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.

MOTTO

“Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?” (QS Ar Rahman)

“ Orang yang mudah tersenyum dalam menjalani hidup ini bukan saja orang yang paling mampu membahagiakan diri sendiri; tetapi juga orang yang mampu berbuat, orang yang paling sanggup memikul tanggung jawab, orang yang paling tangguh menghadapi kesulitan dan memecahkan persoalan,

serta orang yang paling dapat menciptakan hal-hal yang bermanfaat

bagi dirinya sendiri dan orang lain” (La Tahzan)

Perubahan yang kecil, tampak tak berarti berlangsung secara terus-menerus dan tanpa henti (Kaizen’s).

Hidup dan nasib, bisa tampak berantakan, misterius, fantastis, dan sporadis. Namun setiap elemennya adalah subsistem keteraturan dari sebuah desain holistic yang sempurna. Menerima kehidupan berarti menerima kenyataan bahwa tak ada hal sekecil apa pun yang terjadi karena kebetulan. Ini fakta penciptaan yang tak terbantahkan.

Diinterpretasikan dari pemikran agung Harun Yahya Dalam buku Sang Pemimpi-Andrea Hirata

PERSEMBAHAN

^ I d e d ica t e t h is r e se a r ch f o r

”My Family And My Friends” ^

**********************Thank u Alloh, aku hanyalah seorang umat yang mencoba untuk memberikan yang terbaik dalam hidup yang terbang tak tentu arah bagai debu di sahara, tapi ENGKAULAH yang memberikan petunjuk dan hidayah kepadaku untuk menuju satu arah yang terang dan gemerlap bagai air salju yang bening dan bagaikan pantulan sinar batu saphirre yang mengagumkan

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, segala nikmat, dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE : STUDI PADA BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA”, sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat- syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, penulis dengan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. Jaka Winarna M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Makasih banyak pak....

3. Ibu Dra. Falikhatun M.si, Ak. selaku pembimbing skripsi atas semua kritik, saran, dan perhatianya yang sangat membantu penulis untuk mencapai hasil yang terbaik. Matur nuwun karena ibu telah percaya pada saya dan selalu mengajarkan untuk selalu berusaha serta yakin kalau saya bisa. Maaf juga ya bu kalau saya termasuk anak bimbingan bapak yang ”males” dan sering ”ngeyel”. Dan sukses buat S3 nya bu.

4. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen, serta karyawan FE UNS, terimakasih-ku ucapkan atas semua ilmu yang telah dibagi.....

5. Keluargaku yang selalu memberikan dukungan, kepercayaan, dan doa-doa yang selalu terpanjatkan di setiap malam. Inilah salah satu wujud baktiku......

6. Temen2 kos ijo, gulon, selly comunity, jendela nusantara dan kos dewantoro semua kenangan tidak akan lupa. Yang pernah kesel sama saya maaf yaa. (ardi, olol, oji, banci, suto, anto, bekti, uyo, welly, yayat, aa, adi)

7. ’cEnGoh coMmuniTy’Akuntansi 2005 beguk, dinar, ardi, indro, arab, ayoo, moccie, hendy, ferdi, fijri, cino, ahmad, doni, surip, yoga, munawir dan cewek akuntansi 2005

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu (Thanks a lot) Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu

kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, penulis harapkan demi perbaikan yang berkelanjutan.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari. Terima kasih. Alhamdulillahirobbil’alamin.

Surakarta, maret 2010

Feby Subhan Hanan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman III.1

Instrument Penelitian......................................................

IV.1 Hasil Pengambilan Sampel.....................………………

IV.2 Statistik Deskriptif..........................................…………

IV.4 Hasil Pengujian Multikolinieritas……………………...

IV.5 Hasil Pengujian Autokorelasi…………………….........

IV.7 Hasil Pengujian F regresi...............................................

IV.8 Hasil Pengujian T...........................................................

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

II.1 Kerangka Teoritis Penelitian…………………………..

IV. 1 Gambar Uji Normalitas Data…………………………..

IV.2 GambarUji Heteroskedastisitas ..............……………...

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sampel…………………………….. Lampiran 2

Data Penelitian……………………..……..................… Lampiran 3

Hasil Statistik Deskriptif……………........……………. Lampiran 4

Hasil Uji Normalitas Data..................…………………. Lampiran 5

Hasil Pengujian Regresi.....................………………….

xiii

ABSTRAKSI PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE : STUDI PADA BANK KONVENSIONAL DI INDONESIA FEBY SUBHAN HANAN

F 0305051

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran dewan komisaris, komisaris indenden dan komite audit.

Populasi dalam penelitian ini adalah bank konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel diambil dengan metoda purposive sampling. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan regresi linier berganda.

Hasil analisis data menunjukan bahwa : 1). ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Hal ini ditinjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0.049 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.000. 2). komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure. Hal ini ditinjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0.128 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.332. 3). komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap intellectual capital disclosure . Hal ini ditinjukkan dengan koefisien regresi sebesar 0.017 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.740.

Kata kunci : corporate governance, intellectual capital disclosure

ABSTRACT INFLUENCE OF CORPORATE GOVERNANCE TO INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE : STUDY OF CONVENTIONAL BANK IN INDONESIA FEBY SUBHAN HANAN

xiv

F 0305051

This research aim to test the influence of corporate governance to Intellectual Capital Disclosure at conventional bank enlisted in Indonesian Stock Exchange. Corporate Governance in this research is measured by independent board director, size of board director and audit committee.

Population in this research is conventional bank enlisted at Indonesian Stock Exchange. Sample taken with purposive sampling method. Data in this research tested by using multiple regression.

Result of data analysis indicate that : 1). size of board director have an effect on intellectual capital disclosure. This result shown with regression coefficient equal to 0.049 with level significance equal to 0.000. 2). Independent board had no significance influence to intellectual capital disclosure. This shown with regression coefficient equal to 0.128 with level significance equal to 0.332. 3). audit committee had no significance influence on intellectual capital disclosure. This shown with regression coefficient equal to 0.017 with level significance equal to 0.740.

Key word : corporate governance, intellectual capital disclosure

xv

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini perekonomian dunia khususnya dalam perbankan telah berkembang dengan begitu pesatnya yang antara lain ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan yang ketat, pertumbuhan inovasi yang luar biasa yang mengakibatkan banyak perusahaan perbankan juga mengubah cara bisnisnya. Perubahan proses bisnis perbankan, munculnya berbagai pemahaman baru mengenai proses pelayanan perbankan, peran nasabah dan juga pandangan perusahaan perbankan terhadap peran penting sumber daya manusia memiliki dampak pada pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan yang fokusnya pada kinerja keuangan perusahaan sering dirasa kurang memadai sebagai suatu pelaporan kinerja perusahaan bank. Ada sesuatu yang lain yang perlu disampaikan kepada pengguna pelaporan keuangan perbankan yang bisa menjelaskan nilai lebih yang dimiliki perusahaan perbankan seperti inovasi, penemuan sistem, pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia, relasi dengan konsumen dan sebagainya yang sering diistilahkan sebagai knowledge capital (modal pengetahuan) atau Intellectual capital yang sulit disampaikan kepada pihak luar perusahaan karena belum adanya standar akuntansi yang mengaturnya. Akibatnya, nilai lebih yang dimiliki perusahaan ini tidak pernah diketahui oleh pihak luar bank, bahkan perusahaan bank sendiri seringkali tidak Dewasa ini perekonomian dunia khususnya dalam perbankan telah berkembang dengan begitu pesatnya yang antara lain ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi informasi, persaingan yang ketat, pertumbuhan inovasi yang luar biasa yang mengakibatkan banyak perusahaan perbankan juga mengubah cara bisnisnya. Perubahan proses bisnis perbankan, munculnya berbagai pemahaman baru mengenai proses pelayanan perbankan, peran nasabah dan juga pandangan perusahaan perbankan terhadap peran penting sumber daya manusia memiliki dampak pada pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan yang fokusnya pada kinerja keuangan perusahaan sering dirasa kurang memadai sebagai suatu pelaporan kinerja perusahaan bank. Ada sesuatu yang lain yang perlu disampaikan kepada pengguna pelaporan keuangan perbankan yang bisa menjelaskan nilai lebih yang dimiliki perusahaan perbankan seperti inovasi, penemuan sistem, pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia, relasi dengan konsumen dan sebagainya yang sering diistilahkan sebagai knowledge capital (modal pengetahuan) atau Intellectual capital yang sulit disampaikan kepada pihak luar perusahaan karena belum adanya standar akuntansi yang mengaturnya. Akibatnya, nilai lebih yang dimiliki perusahaan ini tidak pernah diketahui oleh pihak luar bank, bahkan perusahaan bank sendiri seringkali tidak

Intellectual Capital sinonim dengan intellectual property (hak intelektual), intellectual asset (aset intelektual), dan knowledge asset (asset pengetahuan), modal ini dapat diartikan sebagai saham atau modal yang berbasis pada pengetahuan yang dimiliki perusahaan bank. Di Indonesia, menurut (Abidin 2000) intellectual capital masih belum dikenal secara luas didunia perbankan. Dalam banyak kasus, sampai dengan saat ini perusahaan-perusahaan perbankan di Indonesia cenderung menggunakan conventional based dalam membangun bisnisnya, sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Disamping itu perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih terhadap human capital, structural capital, dan customer capital. Padahal semua ini merupakan elemen pembangun modal intelektual perusahaan.

Karena minimnya informasi mengenai Intellectual Capital bagi perusahaan perbankan di Indonesia maka Penelitian ini membahas dan memberikan informasi yang penulis peroleh tentang Intellectual Capital di beberapa bank konvensional di Indonesia. Selanjutnya (Abidin dalam Suwarjuwono, 2003) menyatakan bahwa jika perusahaan – perusahaan (termasuk perbankan) mengacu pada perkembangan yang ada, yaitu manajemen yang berbasis pengetahuan, maka perusahaan perbankan di Indonesia akan dapat bersaing dengan menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi – inovasi kreatif yang dihasilkan oleh intellectual capital yang dimiliki Karena minimnya informasi mengenai Intellectual Capital bagi perusahaan perbankan di Indonesia maka Penelitian ini membahas dan memberikan informasi yang penulis peroleh tentang Intellectual Capital di beberapa bank konvensional di Indonesia. Selanjutnya (Abidin dalam Suwarjuwono, 2003) menyatakan bahwa jika perusahaan – perusahaan (termasuk perbankan) mengacu pada perkembangan yang ada, yaitu manajemen yang berbasis pengetahuan, maka perusahaan perbankan di Indonesia akan dapat bersaing dengan menggunakan keunggulan kompetitif yang diperoleh melalui inovasi – inovasi kreatif yang dihasilkan oleh intellectual capital yang dimiliki

Sejak tahun 1990-an perhatian terhadap praktik pengelolaan kekayaan (aset) tidak berwujud (intangible assets) telah mengalami peningkatan secara dramatis (Harrison dan Sullivan, 2000). Petty dan Guthrie (2000) serta Sullivan dan Sullivan (2000) menyebutkan bahwa salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam penilaian dan pengukuran intangible assets tersebut adalah intellectual capital. Fokus utama intellectual capital adalah manajemen, teknologi informasi, sosiologi, dan akuntansi (Petty dan Guthrie, 2000) dan (Sullivan dan Sullivan, 2000).

Pengetahuan, inovasi, dan keterampilan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan merupakan komponen intellectual capital (Li, et al.,, 2008). Petty dan Guthrie (2000) telah melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa knowledge dan intellectual capital menimbulkan signifikansi yang lebih besar dan menjadi komoditas penting bagi ukuran nilai bisnis suatu perusahaan dibandingkan ukuran keuangan.

Cerbioni dan Parbonetti (2007) menyatakan bahwa Intellectual Capital Disclosure merupakan bagian voluntary disclosure. Intellectual Capital Disclosure merupakan informasi yang bernilai bagi investor, yang dapat membantu mereka mengurangi ketidakpastian mengenai prospek ke depan dan memfasilitasi ketepatan penilaian terhadap perusahaan (Bukh, 2003).

Salah satu industri yang menggunakan knowledge di dalam upayanya mendapatkan pendapatan adalah lembaga keuangan perbankan. Bozolan et. al (2003) menyatakan bahwa lembaga keuangan perbankan memerlukan pelaporan yang berbeda dengan sektor usaha lain. Brenan (2001) menyatakan bahwa lembaga keuangan memiliki proporsi intangible assets yang lebih rendah dan memiliki sedikit motivasi untuk melaporkan intellectual capital secara sukarela dalam laporan tahunannya. Salah satu lembaga keuangan yang dimaksud adalah bank. Firer dan Willliam (2003) menyatakan bahwa bank merupakan salah satu industri yang paling intensif Salah satu industri yang menggunakan knowledge di dalam upayanya mendapatkan pendapatan adalah lembaga keuangan perbankan. Bozolan et. al (2003) menyatakan bahwa lembaga keuangan perbankan memerlukan pelaporan yang berbeda dengan sektor usaha lain. Brenan (2001) menyatakan bahwa lembaga keuangan memiliki proporsi intangible assets yang lebih rendah dan memiliki sedikit motivasi untuk melaporkan intellectual capital secara sukarela dalam laporan tahunannya. Salah satu lembaga keuangan yang dimaksud adalah bank. Firer dan Willliam (2003) menyatakan bahwa bank merupakan salah satu industri yang paling intensif

Sejak adanya interest differential pada tahun 1998 hingga sekarang ini, perbankan telah menjadi permasalahan yang harus diperhatikan, khususnya di negara-negara asia tenggara. Jensen and Meckling (1976) memperlihatkan bahwa pengungkapan yang lebih besar dapat mengurangi ketidakpastian pada investor dan mengurangi cost of capital perusahaan. Oleh karena itu, manajer sebaiknya dengan rela mengungkapkan informasi intellectual capital dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan dengan menyediakan dugaan yang baik bagi investor mengenai posisi keuangan perusahaan (Li, et al.,, 2008).

Corporate governance merupakan topik yang telah mulai mendapatkan perhatian dari para pelaku pasar modal di Indonesia. Forum for Corporate governance in Indonesia (FCGI, 2003) menyatakan bahwa Corporate governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan dan para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka. Tujuan Corporate governance adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi pihak-pihak pemegang kepentingan. Perusahaan yang dikelola dengan baik (Good Corporate Governance) mempunyai ciri diantaranya menyampaikan informasi dengan lebih cepat, akurat dan lengkap. Suatu informasi dianggap informatif jika informasi tersebut mampu mengubah kepercayaan (beliefs) para pengambil keputusan. Adanya suatu informasi yang baru akan membentuk suatu kepercayaan yang baru dikalangan para investor. Kepercayaan baru ini akan mengubah harga melalui perubahan demand dan supply surat-surat berharga. Penerapan Corporate governance yang baik diharapkan mampu meningkatkan harga saham perusahaan yang akhirnya dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Kirchmaier and Grant (2006) menyatakan bahwa Corporate governance merupakan sebuah mekanisme yang dirancang untuk mengurangi konflik keagenan. Tujuannya adalah untuk Kirchmaier and Grant (2006) menyatakan bahwa Corporate governance merupakan sebuah mekanisme yang dirancang untuk mengurangi konflik keagenan. Tujuannya adalah untuk

Li et al., (2008) menyatakan pertanggungjawaban dalam perbankan konvensional merepresentasikan komitmen dalam menyediakan pelayanan dari dan untuk semua lapisan masyarakat termasuk di dalamnya dalam hal pengungkapan. Suatu bank konvensional yang diharapkan mampu menyediakan pengungkapan yang dibutuhkan pengguna (user). Hal ini bertujuan untuk menciptakan laporan yang berguna untuk membuat keputusan ekonomi pada investor. Disclosure atau pengungkapan merefleksikan implementasi peran perbankan dalam perkembangan ekonomi, keuntungan dan kekuatan dari potensi yangada di dalam perusahaan perbankan tersebut. Lembaga keuangan perbankan konvensional harus mengungkapkan berbagai informasi termasuk intelectual capital yang dimilikinya dalam prospectusnya. Hal ini disebabkan karena pengungkapan merupakan hal penting untuk mendukung keputusan dalam ekonomi untuk menerapkan akuntabilitas (pertanggungjawaban) kepada masyarakat ataupun stakeholder.

Perusahaan harus mengungkapkan intellectual capital sebagai upaya untuk meningkatkan nilai bagi investor. Informasi tersebut dapat digunakan oleh investor untuk memberikan pertimbangan yang lebih baik dalam melakukan keputusan keuangan yang dapat mengurangi volavility harga saham. Abeysekera (2008) menyatakan bahwa corporate governance merupakan sebuah mekanisme yang diciptakan untuk memastikan bahwa investor akan memperoleh return dari investasi yang dilakukannya. Transparansi dan efektivitas merupakan salah tujuan yang diharapkan bisa terwujud dengan penerapan corporate governance. Investor akan memperhatikan berbagai informasi yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Pengungkapan informasi seperi halnya pengungkapan intellectual capital akan berpengaruh terhadap keputusan bisnis yang dibuat oleh investor. Manajer yang berfokus pada aktiva tak berwujud perusahaan akan memperhatikan aspek pengungkapan intelektual capital karena akan mempengaruhi aktivitas Perusahaan harus mengungkapkan intellectual capital sebagai upaya untuk meningkatkan nilai bagi investor. Informasi tersebut dapat digunakan oleh investor untuk memberikan pertimbangan yang lebih baik dalam melakukan keputusan keuangan yang dapat mengurangi volavility harga saham. Abeysekera (2008) menyatakan bahwa corporate governance merupakan sebuah mekanisme yang diciptakan untuk memastikan bahwa investor akan memperoleh return dari investasi yang dilakukannya. Transparansi dan efektivitas merupakan salah tujuan yang diharapkan bisa terwujud dengan penerapan corporate governance. Investor akan memperhatikan berbagai informasi yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan investasi. Pengungkapan informasi seperi halnya pengungkapan intellectual capital akan berpengaruh terhadap keputusan bisnis yang dibuat oleh investor. Manajer yang berfokus pada aktiva tak berwujud perusahaan akan memperhatikan aspek pengungkapan intelektual capital karena akan mempengaruhi aktivitas

Dengan demikian, judul penelitian ini adalah ”Pengaruh Corporate Governance

Terhadap Intellectual Capital Disclosure: Studi Pada Bank Konvensional Di Indonesia”.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia ?

2. Apakah terdapat pengaruh komisaris independen terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia ?

3. Apakah terdapat pengaruh komite audit terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia ?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sesuai dengan pembahasan masalah adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh komisaris independen terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap Intellectual Capital Disclosure pada bank konvensional di Indonesia.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Akademisi

Bagi akademisi, penelitian ini bermanfaat untuk:

a. Menjadi referensi dan memberikan kontribusi penelitian tentang Intellectual Capital Disclosure pada perbankan konvensional di Indonesia,

b. Dari hasil penelitian, keterbatasan, dan rekomendasi peneliti, diharapkan dapat memunculkan penelitian yang berupaya untuk mengembangkan penelitian ini, karena penelitian dengan objek bank konvensional di Indonesia dengan topik Intellectual Capital Disclosure masih jarang ditemui.

2. Bagi Industri Perbankan konvensional di Indonesia

Bagi industri perbankan konvensional dan praktisinya, penelitian ini bermanfaat untuk

a. Memberikan pengetahuan tentang praktik Intellectual Capital Disclosure pada masing- masing bank konvensional di Indonesia yang dijadikan sampel, sehingga bank dapat membandingkan praktik Intellectual Capital Disclosure, serta dapat digunakan untuk bahan pertimbangan manajemen dalam praktik Intellectual Capital Disclosure.

b. Departemen Research and Development (R&D) tiap bank konvensional di Indonesia dapat menggnakan penelitian ini untuk dikembangkan dalam penelitian lembaga masing-masing bank untuk tujuan kepentingan stakeholder-nya.

3. Bagi Regulator

Bagi regulator yang meliputi bank sentral, menteri keuangan, bursa efek, dan ikatan akuntan di Indonesia dapat menggunakan penelitian ini untuk: Menteri keuangan di negara ASEAN (khususnya) bekerja sama dengan bursa efek dan bank sentral dapat melakukan penelitian lebih lanjut dari hasil penelitian ini untuk mengetahui praktik Intellectual Capital Disclosure terhadap variabel lain yang dapat digunakan untuk mengambil kebijakan.

Menetapkan kebijakan dan regulasi ataupun standar pengungkapan untuk baik bank konvensional di Indonesia maupun sektor lainnya dalam hal praktik Intellectual Capital Disclosure .

Sistematika Laporan

Adapun sistematika laporan adalah sebagai berikut: BAB I

PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini membahas landasan teori yang diantaranya berupa tinjauan pustaka, kerangka teoritis, dan dilanjutkan dengan penelitian terdahulu yang dikembangkan (hipotesis).

BAB III :

METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi desain penelitian; populasi, sample, dan teknik sampling; pengukuran variable; instrument penelitian; sumber data; metode pengumpulan data; serta metode analisis data.

BAB IV :

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai data yang digunakan, pengolahan data tersebut dengan alat analisis yang diperlukan dan hasil dari analisis data.

BAB V :

KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisis data yang telah dilakukan, saran-saran yang diajukan dari hasil penelitian, dan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.

Pembahasan lebih lanjut mengenai penelitian ini, akan ditunjukkan dalam BAB II yang berisi tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

A. Intellectual Capital Disclosure (ICD)

Intellectual capital bersifat eksklusive, tetapi sekali ditemukan dan dieksploitasi akan memberikan organisasi basis sumber baru untuk berkompetisi dan menang (Bontis, 1998). Intellectual capital adalah istilah yang diberikan untuk mengkombinasikan intangible asset dari pasar, property intelektual, infrastruktur dan pusat manusia yang menjadikan suatu perusahaan dapat berfungsi (abeysekera, 2006). Intellectual capital adalah materi intelektual (pengetahuan, informasi, property intelektual, pengalaman) yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Ini adalah suatu kekuatan akal kolektif atau seperangkat pengetahuan yang berdaya guna (Stewart, 1997). Intellectual capital adalah pengejaran penggunaan efektif dari pengetahuan (produk jadi) sebagaimana beroposisi terhadap informasi (bahan mentah) (Bontis, 1998). Intellectual capital dianggap sebagai suatu elemen nilai pasar perusahaan dan juga market premium (Bontis, 1998).

Abeysekera (2006) menyatakan bahwa pengembangan kerangka teoritis yang mendasari pengungkapan intellectual capital, sekarang berada dalam masa infancy. Beberapa pakar maupun lembaga mendefinisikan intellectual capital. Definisi yang dibuat oleh para pakar tidak sama, namun dapat diambil kesimpulan bahwa intellectual capital merupakan bagian dari intagible asset . Hal ini sesuai dengan pendapat Mouritsen (1998) yang menyebutkan bahwa intellectual capital menyangkut kapasitas pengetahuan luas yang dimiliki oleh organisasi. Pengetahuan yang luas bagi organisasi ini bermanfaat bagi organisasi dalam menyikapi perubahan-perubahan tertentu dalam dunia bisnisnya. Beberapa pakar maupun lembaga mendefinisikan intellectual capital. Salah satunya adalah CIMA (2001) menyebutkan bahwa intellectual assets sebagai berikut:

“possession of knowledge and experience, professional knowledge and skill, good relationship, and technological capacities, which when applied will give organization competitive advantage ”

Hasil penelitian Barth et. al (2001) menemukan bahwa cakupan analisis adalah lebih besar bagi perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan riset dan periklanan, sedangkan 12 studi empiris lain menemukan munculnya dampak postitif terhadap harga saham dari indikator spesifik atas intellectual capital, meliputi pengeluaran pengembangan riset (R&D) (Amir dan Lev,

1996), kapitalisasi pengeluaran pengembangan software (Aboody dan Lev, 1998), dan kepuasan pelanggan (Ittner dan Larker, 1998).

Abeysekera (2006) menyatakan bahwa pengembangan kerangka teoritis yang mendasari pengungkapan intellectual capital, sekarang berada dalam masa infancy. Beberapa pakar maupun lembaga mendefinisikan intellectual capital. Definisi yang dibuat oleh para pakar tidak sama, namun dapat diambil kesimpulan bahwa intellectual capital merupakan bagian dari intagible asset . Hal ini sesuai dengan pendapat Mouritsen (1998) yang menyebutkan bahwa intellectual capital menyangkut kapasitas pengetahuan luas yang dimiliki oleh organisasi. Pengetahuan yang luas bagi organisasi ini bermanfaat bagi organisasi dalam menyikapi perubahan-perubahan tertentu dalam dunia bisnisnya.

Definisi yang dibuat oleh para pakar tidak sama, namun dapat diambil kesimpulan bahwa intellectual capital merupakan bagian dari intagible asset. Hal ini sesuai dengan pendapat Mouritsen (1998) yang menyebutkan bahwa intellectual capital menyangkut kapasitas pengetahuan luas yang dimiliki oleh organisasi. Pengetahuan yang luas bagi organisasi ini bermanfaat bagi organisasi dalam menyikapi perubahan-perubahan tertentu dalam dunia bisnisnya. Contoh yang paling sederhana adalah kebutuhan untuk berinovasi supaya produk yang hasilkan tidak mengalami masa penurunan setelah berada di posisi puncak.

Meskipun tidak terdapat definisi yang baku mengenai intellectual capital, secara umum berbagai pendapat para pakar dan organisasi tersebut dapat disimpulkan bahwa intellectual capital secara garis besar terdiri dari ( Sveiby, 1997).

a Human capital

Human capital merupakan pengetahuan, skill, dan pengalaman yang dibawa pegawai ketika meninggalkan perusahaan (Starovic & Marr, 2004) yang meliputi pengetahuan individu suatu organisasi yang ada pada pegawaiannya (Bontis, 2000) yang dihasilkan melalui kompetensi, sikap dan kecerdasan intelektual (Roos, Roos, Edvinsson & Dragonetti, 1997). Human Capital merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan yang berupa inovasi, fleksibilitas, toleransi, Human capital merupakan pengetahuan, skill, dan pengalaman yang dibawa pegawai ketika meninggalkan perusahaan (Starovic & Marr, 2004) yang meliputi pengetahuan individu suatu organisasi yang ada pada pegawaiannya (Bontis, 2000) yang dihasilkan melalui kompetensi, sikap dan kecerdasan intelektual (Roos, Roos, Edvinsson & Dragonetti, 1997). Human Capital merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan yang berupa inovasi, fleksibilitas, toleransi,

Human capital merupakan lifeblood dalam modal intelektual, sumber dari innovation dan improvement , tetapi merupakan komponen yang sulit untuk diukur (Steward, 1997). Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang ada dalam perusahaan tersebut, pengetahuan orang-orang di dalam perusahaan akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya (Ongkorahardjo, et.al, 2008)

Fitz-Enz (2000) mendeskripsikan human capital sebagai kombinasi dari tiga faktor, yaitu: 1) karakter atau sifat yang dibawa ke pekerjaan, misalnya intelegensi, energi, sikap positif, keandalan, dan komitmen, 2) kemampuan seseorang untuk belajar, yaitu kecerdasan, imajinasi, kreatifitas dan bakat dan 3) motivasi untuk berbagi informasi dan pengetahuan, yaitu semangat tim dan orientasi tujuan.

b Structural capital

Structural capital merupakan pengetahuan yang akan tetap berada dalam perusahaan terdiri dari rutinitas organisasi, prosedur-prosedur, sistem, budaya dan database. Beberapa diantara structural capital dilindungi hukum dan menjadi intellectualproperty right, yang secara legal dimiliki oleh perusahaan (Starovic & Marr, 2004). Structural capital digambarkan sebagai apa yang tersisa dalam perusahaan pada saat pegawai pulang di malam hari (petras, 1997). Structural Capital merupakan aset perusahaan yang berupa pemilikan sistem software, jaringan distribusi, dan supply chain perusahaan. Petras (1996) menyebutkan bahwa structural capital juga Structural capital merupakan pengetahuan yang akan tetap berada dalam perusahaan terdiri dari rutinitas organisasi, prosedur-prosedur, sistem, budaya dan database. Beberapa diantara structural capital dilindungi hukum dan menjadi intellectualproperty right, yang secara legal dimiliki oleh perusahaan (Starovic & Marr, 2004). Structural capital digambarkan sebagai apa yang tersisa dalam perusahaan pada saat pegawai pulang di malam hari (petras, 1997). Structural Capital merupakan aset perusahaan yang berupa pemilikan sistem software, jaringan distribusi, dan supply chain perusahaan. Petras (1996) menyebutkan bahwa structural capital juga

c Relational Capital atau Customer Capital

Konsep penting customer capital adalah pengetahuan yang dibentuk dalam marketing channels dan hubungan konsumen bahwa organisasi berkembang dengan menjalankan bisnis. Sebagai contoh adalah image, loyalitas konsumen, kepuasan konsumen, hubungan dengan suplier, kekuatan komersial, kapasitas negosiasi dengan entitas keuangan dan lingkungan aktivitas (Stratovic & Marr, 2004). Customer capital menunjukkan potensi yang dimiliki perusahaan karena ex-firm intangible (Bontis, 2000). Relational capital atau customer capital merupakan hubungan baik yang dijalin oleh perusahaan dengan pihak luar (Petras, 1996), dan juga pengetahuan mengenai rantai alur pasar suati produk, pelanggan, pamsok, dan menjalin hubungan baik dengan pemerintah (Bontis, 2000).

B. Corporate Governance

Wardhani (2006) menyatakan bahwa Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan). Isu mengenai Corporate governance ini mulai mengemuka, khususnya di Indonesia, setelah Indonesia mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya Corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek corporate governance. Corporate Wardhani (2006) menyatakan bahwa Corporate governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja perusahaan). Isu mengenai Corporate governance ini mulai mengemuka, khususnya di Indonesia, setelah Indonesia mengalami masa krisis yang berkepanjangan sejak tahun 1998. Banyak pihak yang mengatakan lamanya proses perbaikan di Indonesia disebabkan oleh sangat lemahnya Corporate governance yang diterapkan dalam perusahaan di Indonesia. Sejak saat itu, baik pemerintah maupun investor mulai memberikan perhatian yang cukup signifikan dalam praktek corporate governance. Corporate

Hastuti (2005) Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer. Corporate governance pada dasarnya berisi prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :

1. Keadilan (fairness) yang meliputi : (a) Perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham (b) Perlakuan yang sama bagi para pemegang saham.

2. Transparansi (transparancy) yang meliputi (a) Pengungkapan informasi yang bersifat penting (b) Informasi harus disiapkan, diaudit dan diungkapkan sejalan dengan pembukuan yang berkualitas (c) Penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu dan efisien.

3. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability) yang meliputi meliputi pengertian bahwa (a) Anggota dewan direksi harus bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan para pemegang saham (b) Penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen (c) adanya akses terhadap informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.

4. Pertanggungjawaban (responsibility) meliputi (a) Menjamin dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan (b) Para pihak yang berkepentingan harus mempunyai kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka (c) Dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi keikutsertaan pihak yang berkepentingan (d) Jika diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus mempunyai akses terhadap informasi yang relevan.

Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan bahwa Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep Corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparansi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak. Sistem Corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga mereka yakin akan memperoleh return atas investasinya dengan benar.

Rachmawati dan Triatmoko (2007) menyatakan ada empat mekanisme Corporate governance yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai Corporate governance yang bertujuan untuk mengurangi konflik keagenan, yaitu komite audit, komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial. Sedangkan menurut penelitian Abeysekera (2008) proksi corporate governance tidak melibatkan pihak manajemen dan pemegang saham namun terdiri dari pihak yang melakukan pengawasan terhadap manajemen. Corporate governance dalam penelitian tersebut diproksikan dengan jumlaha anggota dewan komisaris, prosentase komisasris yang berasal dari ekternal perusahaaan (independen) dan adanya komite audit dalam perusahaan.

Cerbioni dan Parbonetti (2007) menyatakan bahwa perusahaan akan berupaya untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkannya dengan cara melakukan pengawasan secata lebih efektif terutama berkaiatan dengan corporate Cerbioni dan Parbonetti (2007) menyatakan bahwa perusahaan akan berupaya untuk mengurangi biaya keagenan yang dikeluarkannya dengan cara melakukan pengawasan secata lebih efektif terutama berkaiatan dengan corporate

C. Ukuran Dewan Komisaris dan Intellectual Capital Disclosure (ICD)

Dewan komisaris merupakan inti dari Corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Aktifnya peranan dewan komisaris dalam praktek sangat tergantung pada lingkungan yang diciptakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Di Indonesia sering terjadi anggota dewan komisaris tidak menjalankan peran pengawasannya terhadap dewan direksi. Dewan komisaris seringkali dianggap tidak memiliki manfaat. Hal ini dapat dilihat dalam fakta, bahwa banyak anggota dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan tidak dapat menunjukkan independensinya sehingga gagal untuk mewakili kepentingan stakeholders lainnya (FCGI, 2001).

Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris. Selain Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan investor. Untuk mengatasinya dewan komisaris diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan. Dewan komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan perusahaan kepada dewan komisaris. Selain

Kusumawati dan Riyanto (2005) yang meneliti pengaruh transparansi good corporate governance terhadap nilai perusahaan menyatakan bahwa variabel karakteristik dewan yang berupa jumlah komisaris terbukti berhubungan dengan nilai perusahaan dengan tingkat signifikansi 5%. Hal ini mendukung hipotesis bahwa fungsi service dan kontrol yang dilakukan oleh komisaris dapat meningkatkan nilai perusahaan. Dari segi perspektif pasar, besarnya dewan komisaris dapat dipandang sebagai sarana untuk memberikan masukan dan mengontrol perilaku oportunistik direksi dan manajemen.

Abeysekera (2008) menyatakan bahwa dewan komisaris perusahaan didesain untuk mengatasi masalah keagenan. Ketika informasi akuntansi menjadi informasi yang sangat relevan terutama berkaiatan dengan kebangkrutan atau terjadinya kecurangan dalam perusahaan maka diperlukan sebuah karakteristik corporate governance dalam pengungkapannya. Interpretasi dari relevenasi nilai dari informasi akuntansi adalah informasi yang tersedia untuk pasar, tidak hanya berkaiatan dnegan aktiva tetap namun juga berkaitan dengan pengungkapan aktiva tidak berwujud. Informasi keuangan dan non keuangan perusahaan akan berpengaruh terhadapa sifat investor dalam menentukan nilai perusahaan. Komposisi dewan komisaris yang optimal dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun demikian jumlah dewan komisaris yang besar lebih efektif jika dibandingkan dengan jumlah dewan komisaris yang kecil. Jumlah dewan komisaris yang besar diharapkan memunculkan perpaduan skill antar anggotanya sehingga akan berpengaruh terhadap kualitas informasi yang disampaikan perusahaan termasuk juga berkaitan dengan intellectual capital.

H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure

D. Komisaris Independen dan Intellectual Capital Disclosure (ICD)

Siallagan dan Machfoedz (2006) menggunakan proporsi komisaris independen untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas laba dan nilai perusahaan. Hasil penelitian mereka menunjukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh secara negatif terhadap kulitas laba, sedangkan terhadap nilai perusahaan, proporsi komisaris independen secara positif berpengaruh.

Bursa Efek Jakarta mengeluarkan Kep-339/BEJ/07-2001 yang mensyaratkan bagi perusahaan yang tercatat di BEJ menunjuk komisaris independen. Dalam peraturan ini, persyaratan jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris. Beberapa kriteria lainnya tentang komisaris independen adalah sebagai berikut.

1. Komisaris independen tidak memiliki hubungan afiliasi dengan pemegang saham mayoritas atau pemegang saham pengendali (controlling shareholders) perusahaan tercatat yang bersangkutan.

2. Komisaris independen tidak memiliki hubungan dengan direktur dan atau komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan.

3. Komisaris independen tidak memiliki kedudukan rangkap pada perusahaan lainnya yang terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.

4. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

5. Komisaris independen diusulkan dan dipilih oleh pemegang saham minoritas yang bukan merupakan pemegang saham pengendali (bukan controlling shareholders ) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggungjawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Dewan komisaris juga mewakili mekanisme internal untuk mengontrol perilaku oportunis manajemen sehingga dapat Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggungjawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan. Dewan komisaris juga mewakili mekanisme internal untuk mengontrol perilaku oportunis manajemen sehingga dapat

Abeysekera (2008) menyatakan bahwa menyatakan bahwa keberadaan komisaris independen dalam dewan komisaris meningkatkan reputasi berkaitan dengan pengendalian yang lebih efektif. Termasuk juga dalam melakukan pengawan terhadap pengungkapan yang dilakukan perusahaan. Komisaris independen menjadi faktor penentu utama yang mempengaruhi hubungan keagenan antara manajer dan pemegang saham. Dalam hal pengungkapan, keberadaan komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan pengungakapan yang ada termasuk berkaitan dengan Intellectual Capital Disclosure . Li et al., (2008) menyatakan bahwa komisaris independen berperan dalam mekanisme internal yang melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen. Komisaris independen mampu memperluas pengetahuan, reputasi yang lebih baik dan memiliki peran dalam aspek pengungkapan perusahaan. Berkaiatan dengan pengungkapan intellectual capital, komisaris independen diharapkan mampu mendorong manajemen untuk mengungkapkan hal yang realitis, taat pada peraturan yang berlaku dan lebih proaktif terhadap pemegang saham berkaitan dengan pengungkapan intellectual capital disclosure.

H2 : Komisaris Independen berpengaruh terhadap Intellectual Capital Disclosure

E. Komite Audit dan Intellectual Capital Disclosure (ICD)

Sesuai Kep-29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting dalam pengelolaan perusahaan, dimana komite audit sebagai penghubung antara Sesuai Kep-29/PM/2004, komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting dalam pengelolaan perusahaan, dimana komite audit sebagai penghubung antara

Menurut FCGI (2001), komite audit mempunyai tanggungjawab pada tiga bidang.

1. Laporan keuangan (financial reporting) Tanggung jawab Komite Audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang: kondisi keuangan, hasil usahanya, rencana dan komitmen jangka panjang. Ruang lingkup pelaksanaannya adalah :

a. Merekomendasikan auditor eksternal.

b. Memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan auditor eksternal, yaitu: surat penunjukkan auditor. perkiraan biaya audit, jadwal kunjungan auditor, koordinasi dengan internal audit, pengawasan terhadap hasil audit dan menilai pelaksanaan pekerjaan auditor.

c. Menilai kebijakan akuntansi dan keputusan-keputusan yang menyangkut kebijaksanaan.

d. Meneliti laporan keuangan (financial statement), yang meliputi: laporan paruh tahun (interim financial statements), laporan tahunan (annual financial statements ), opini auditor dan management letters.

2. Tata kelola perusahaan (corporate governance) Tanggung jawab komite audit dalam bidang ini adalah untuk memastikan, bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya secara efektif 2. Tata kelola perusahaan (corporate governance) Tanggung jawab komite audit dalam bidang ini adalah untuk memastikan, bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika, melaksanakan pengawasannya secara efektif

a. Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan, etika, benturan kepentingan dan penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan.

b. Memonitor proses pengadilan yang sedang terjadi ataupun yang ditunda serta yang menyangkut masalah corporate governance dalam hal mana perusahaan menjadi salah satu pihak yang terkait di dalamnya.

c. Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan dan kecurangan.