Menuduh Ulama Jumud serta Mengagungkan Para Penulis, Rasionalis, dan Mubtadi’ Sebagai Intelektual Independen

10. Menuduh Ulama Jumud serta Mengagungkan Para Penulis, Rasionalis, dan Mubtadi’ Sebagai Intelektual Independen

Kita ketahui bersama bahwa ulama As Sunnah telah direndahkan hak-hak mereka oleh ahli bid’ah dan orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit. Dan ini tidaklah membahayakan mereka karena Allah telah mengangkat nilai mereka dan menjadikan mereka diterima oleh manusia. Sudah sejak lama para ahli bid’ah menyifati ulama umat Islam sejak dahulu kala dengan sifat-sifat yang membikin orang lari seperti Al Hasyawiyah (orang-orang yang sempit pandangan), Al Mujassimah (orang yang beranggapan bahwa Allah memiliki jism/tubuh), Al Musyabbihah (orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk), dan menuduh mereka sebagai orang yang berlebihan dan keras, dan lain-lain.

Akhirnya Qaradhawi telah memberikan kepada kita sifat yang lain bagi ulama tersebut, yaitu sifat jumud (kaku/beku). Sungguh ia telah berbicara dalam bukunya Al Ijtihaad fii Syarii’atil Islamiyah halaman 47 tentang sebagian ijtihad-ijtihad dan ia mengambil contoh dengan zakat fitrah dan hukum mengeluarkannya, apakah dikeluarkan dalam bentuk harta ataukah boleh diganti dengan harganya (uang)? Dia berkata :

Ibnu Hazm menolak dikeluarkannya zakat mal dan zakat fitrah dengan harganya (diganti uang). Walaupun ada kebutuhan dan maslahah yang menuntutnya dan inilah yang kita lihat dari para ulama yang jumud terhadap nas-nas di hari ini. Mereka berfatwa kepada orang-orang banyak tentang zakat fitrah dan melarang sama sekali menggantinya dengan harga (uang). Mereka hanya memperbolehkan makanan pokok penduduk negeri, baik gandum ataupun yang sejenisnya dan hampir-hampir tidak bisa didapati dengan mudah oleh orang-orang kaya ataupun tidak bisa diambil manfaatnya oleh orang fakir di negara-negara Islam yang sudah mulai membeli roti (siap) saji dan tidak butuh lagi biji-bijian tersebut.

Pembaca, sebaiknya Anda mengetahui siapa saja ulama yang berpendapat tidak boleh mengganti zakat fitrah dengan harganya. Akan aku sebutkan di sini nama-nama orang besar dan yang masyhur di antaranya : Imam Malik, Syafi’i, Ahmad, Abu ‘Ubaid Al Qasim bin Salam, Ibnu Hazm, Ibnu Rusyd, Ibnu Qudamah, Al Kharqi, Al Baghawi, An Nawawi, Ibnu Taimiyah rahimahumullah dan dari ulama sekarang adalah Syaikh ibn Baaz, Syaikh Shalih Al Fauzan, Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i, dan sebagainya. Rujuklah tentang masalah ini di kitab Al Mughni karangan Ibnu Qudamah juz III, Al

Muhalla masalah nomor 704, Al Fath juz III/370, Majmu’ Fatawa juz XXV, Bidayatul

Mujtahid karangan Ibnu Rusyd (134), Syarhus Sunnah karya Al Baghawi 6/54, Taudhihul Ahkam 3/11, Majmu’ Durus wa Fatawa Al Haramul Makky Ibnu Utsaimin juz II/380-382, Fatawa Islamiyah II halaman 90-100, Al Muntaqa min Fatawa As Syaikh Shalih Al Fauzan V/106.

Pembaca, tidak tersamar lagi olehmu bahwa orang-orang tersebut adalah para imam ahli ilmu dan penunjuk jalan bagi manusia. Mencela mereka sama artinya dengan mencela agama. Kendati demikian, Qaradhawi telah lancang mensifati mereka dengan jumud terhadap nas-nas karena ia tidak ingin bila mereka merasa cukup ketika berhadapan dengan nas akan tetapi ia ingin agar mereka menentang nas dan mengalihkan maknanya seperti kebiasaannya.

Sebaliknya --pembaca-- Anda dapatkan Qaradhawi memuji sekelompok orang-orang masa kini yang sebagian dari mereka terkenal dengan kesesatan dan penyimpangan sebagaimana tidak tersamar lagi bagi para pencari Al Haq.

Sebagian orang yang dipuji-puji Qaradhawi itu sama sekali tidak mengenal ilmu Sebagian orang yang dipuji-puji Qaradhawi itu sama sekali tidak mengenal ilmu

Sesungguhnya umat kita di era baru ini telah memilih para cendekiawan dan pemikir dalam masalah ilmu pengetahuan, sastra, pelbagai macam seni. Maka mengapakah ia tidak bisa melahirkan para ilmuwan seperti mereka dalam bidang fiqh dan ijtihad. Siapakah yang mengingkari kepandaian Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Abdul Majid Sulaim, Mahmud Syalthut, Muhammad Al Hidhr Husain, At Thahir bin Asyuur, Faraj As Sinhuri, Ahmad Ibrahim, Abdul Wahab Khalaf, Muhammad Abu Zahrah, Ali Al Khafif (Al Qaradhawi, Al Ijtihaad fii Syarii’ah Al Islaamiyah halaman 146)

Lihatlah wahai pembaca, ia telah menjadikan orang-orang tersebut sebagai cendekiawan-independen sedangkan para imam seperti Ahmad, Malik, Syafi’i, Ibnu Taimiyah, Ibn Baaz, Ibnu Utsaimin, Al Fauzan, dan sebagainya sebagai orang-orang jumud (kaku)!

Untuk memperjelas sikapnya terhadap ulama dahulu dan sekarang, ia telah menulis buku pegangan untuk para da’i yang berjudul Tsaqaafatud Daa’iyah. Di dalamnya, ia telah menyusun satu pasal khusus memuat buku-buku Islam kontemporer. Ia menyebut

26 kitab dan tidak terdapat satu pun kitab ulama Salafiy baik sekarang ataupun terdahulu. Dia hanya menyebut kitab-kitab dari para pemimpin Ikhwanul Muslimin, baik yang masih hidup ataupun yang sudah mati. Inilah nas perkataannya :

Dan hendaknya mengambil faedah dari tulisan-tulisan ulama sekarang dari para pemikir Islam di pelosok dunia Islam pada bidang-bidang yang asasi dalam aturan (perundangan) Islam dan kami pilihkan sebagian buku hanya sebagai contoh bukannya membatasi.

Kemudian dia menyebutkan 26 kitab dari orang-orang terkenal karangan mereka seperti Al Maududi, Al Ghazali, Sayyid Quthub, Al Banna, Sa’id Hawwa, Abbas Mahmud ‘Aqqad, Abul Hasan An Nadwi, dan Qaradhawi sendiri.

Qaradhawi telah menjadikan penyembuh dari kelemahan dan kemunduran serta tercabik-cabiknya Muslimin adalah kembalinya mereka kepada Islam yang diajarkan oleh sekelompok orang-orang masa kini yang mereka adalah orang-orang Freemasonry, Sufi Hasafi, ataupun para penulis yang sama sekali bukan ahlul ilmi. Inilah nas perkataannya :

Sesungguhnya obat satu-satunya bagi kelemahan dan perpecahan ataupun kemunduran Muslimin adalah kembalinya mereka kepada Islam yang benar. Sebagaimana yang

didakwahkan oleh para mujaddid (pembaharu) yang asli seperti Jamaluddin 18 , Al Kawakiby, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Iqbal, Hasan Al Banna, Shadiq Ar Rifai, atau para pemikir lainnya. (Min Ajli Shahwati Raasyidah, halaman 101)

Saudaraku, lihatlah bagaimana ia telah menjadikan kembali kepada Islam adalah sebagaimana yang didakwahkan oleh orang-orang tersebut. Dan ia tidak memberikan arahan kepada umat ini agar kembali pada Islam dengan pemahaman para pendahulu umat ini. (As Salaf). Ini tidak lain hanyalah karena sikapnya kepada As Salaf dan permusuhannya terhadap manhaj mereka sebagaimana ia telah mensifati mereka dengan Al Jumud (beku).