PENGARUH PENGUNAAN METODE DISKUSI MELALUI MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Studi Eksperimen Siswa Kelas X MA Al Hikmah Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

(Studi Eksperimen Siswa Kelas X MA Al Hikmah Bandar Lampung Semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh HUTRIAZKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2013


(2)

ii ABSTRAK

PENGARUH PENGUNAAN METODE DISKUSI MELALUI MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN

MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI

(Studi Eksperimen Siswa Kelas X MA Al Hikmah Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh HUTRIAZKA

Aktivitas belajar merupakan kunci utama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Namun hasil observasi di kelas X MA Al Hikmah Bandar Lampung, diketahui bahwa aktivitas belajar siswa belum dikembangkan secara secara optimal. Hal ini dikarenakan selama ini guru menggunakan metode yang kurang tepat untuk mengembangkan aktivitas siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengunaan metode diskusi melalui media gambar terhadap aktivitas dan penguasaan materi pokok keanekaragaman hayati

Desain penelitian ini adalah pretes postes non-equivalen.Sampel penelitian adalah siswa kelas XB dan XC yang dipilih dari populasi secara cluster random sampling.

Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes, dan N-Gain, yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t melalui program SPSS 17. Data kualitatif diperoleh dari lembar obsevasi aktivitas belajar siswa.


(3)

iii

Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa mengalami

peningkatan sebesar 16,41%. Penguasaan materi mengalami peningkatan dengan rata-rata N-gain 46,66. Hal ini berarti, bahwa penggunaan metode diskusi melalui media gambar berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas dan penguasaan materi pokok keanekaragaman hayati di MA Al Hikmah.

Kata kunci : aktivitas belajar, keanekaragaman hayati, media gambar, metode diskusi, penguasaan materi


(4)

Nama Mahasiswa No. PokokMahasiswa Program Studi

Jurusan

Fakultas

Drs. Ar.win Achmad, M.Si. NIP 19570803 198603 I 004

KEANEKARAGAMAN HAYATI

(Studi Eksperimen Siswa Kelas X MA Al llikmah Bandar Lampung Scmester Genap Tahun Pelajaran

2012t20131

9dnfima#ra

0853024018

Pendidikan.B.!Al-qgi

Pendidikan MIPA ....t,ii:

Keguruaqdan Ilmu Pendidikan

t_

MENTYETUJItr

S*ff-P

Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.pd.

NIP 197707'52A08012W0

2. Ket';.:n Jurusan Pendidikan MIPA

,{'

Dr. Caswita, M.Si.


(5)

1.

TimPenguji

Ketua : Drs,

Arwin

Achmad, M.Si.

g+|-Sekretaris

Penguji

BukanPembimbing : Drs, Darlen Siknmbang, M.Biomed.

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 4 Oktober 2013 -F-o-ts=T

4'.r\'.,, "' a-! {- I ,': . ,, *_ 'il

E-W

.!s

tl..

*or"l

,t

ilg Rahman, M.Sl,

$

r98s03

l

003


(6)

Nama

Nomor Pokok Mahasiswa Program Studi

Jurusan

Hutriazka 0853024018 Pendidikan Biologi

Pendidikan MIPA

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalarn skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi

dan sepaqiang pengetahuan sayajuga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh omng lain, kecuali yang secaratertulis didalarn

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata ketak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggungiawab

sepenuhnya.

Bandar Lampung, Oktober 2013 Yang

F{utriazka

NPM 0853024018 4lETERAI

TEltltPEI. nnlg;rcrf&l


(7)

xiii

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 9

F. Kerangka Fikir ... 10

G. Hipotesis ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Diskusi ... 13

B. Media Gambar ... 20

C. Aktivitas Belajar ... 26

D. Penguasaan Materi ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 33

C. Desain Penelitian ... 33

D. Prosedur penelitian ... 34

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data ... 42

2. Teknik Pengambilan Data ... 42

F. Teknik Analisis Data 1. Uji Normalitas Data... 46

2. Uji Homogenitas Data ... 46

3. Uji Mann-Whitney U... ... 47

4. Pengujian Hipotesis ... 47


(8)

xiv

B. Pembahasan ... 53

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN ... 1. Silabus ... 72

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 75

3. Lembar Kerja Siswa ... 93

4. Kisi-kisi soal pretes/postes ... 115

5. Soal pretes/postes ... 122

6. Lembar aktivitas siswa ... 126

7. Lembar observasi aktivitas siswa kelas eksperimen ... 128

8. Data nilai pretes penguasaan materi per indikator kelas eksperimen... 130

9. Data nilai postes penguasaan materi per indikator kelas eksperimen .. 131

10. Data nilai pretes, postes dan N-Gain indikator penguasaan materi Kelas eksperimen ... 132

11. Lembar observasi aktivitas siswa kelas kontrol ... 133

12. Data nilai pretes penguasaan materi per indikator kelas kontrol ... 135

13. Data nilai postes penguasaan materi per indikator kelas kontrol ... 136

14. Data nilai pretes, postes dan N-Gain indikator penguasaan materi Kelas kontrol ... 137

15.Data persentase peningkatan indikator penguasaan materi pada Kelas eksperimen dan kontrol ... 139

16. Analisis data kelas eksperimen dan kontrol ... 140

17. Media Gambar ... 153


(9)

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan bangsa di masa depan. Melalui pendidikan manusia sebagai subjek

pembangunan dapat dididik, dibina dan dikembangkan potensi-potensinya. Berarti pendidikan berfungsi untuk menyiapkan peserta didik untuk terjun ke kancah kehidupan yang nyata. Penyiapan ini berkaitan dengan kedudukan peserta didik sebagai calon warga negara yang baik, warga bangsa dan calon pembentuk keluarga baru, serta mengemban tugas dan pekerjaan kelak dikemudian hari.

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, standar proses dalam pencapaian kompetensi lulusan merupakan salah satu standar yang harus dikembangkan. Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikaan keteladanan, membangun

kemauan dan mengembangkan potensi serta kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif (BSNP, 2007: 14). Berdasarkan Standar Isi Biologi SMA, dikatakan bahwa pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat, sehingga dapat membantu


(10)

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya dan alam sekitar. Biologi sebagai salah satu bidang IPA menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains, sehingga siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses supaya mereka mampu menjelahi dan memahami alam sekitar (BSNP, 2006: 167). Untuk itu dibutuhkan cara pembelajaran yang mengutamakan kepada aktivitas belajar siswa, karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya penguasaan materi yaitu proses pembelajaran di kelas, dimana hal ini ditentukan oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran pada konsep tertentu. Pada umumnya metode pembelajaran biologi di sekolah masih banyak menggunakan metode pembelajaran yang kurang efektif yang cenderung menekankan pada penghafalan fakta. Pelajaran biologi adalah hasil konstruksi (pikiran) manusia berdasarkan pengalaman, pemikiran, dan

penyesuaian dengan lingkungan. Pelajaran biologi di SMA memiliki peranan dan fungsi memberi bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah kepada peserta didik untuk hidup di masyarakat dan mengikuti studi lanjut (Mulyasa, 2005:212).

Kurangnya aktivitas seperti kemampuan mengemukakan pendapat/ ide, kemampuan bertanya, melakukan diskusi, dan mempresentasikan diskusi kelompok. Sebagaimana diungkapkan Sadiman (2003: 93) bahwa pada prinsipnya belajar adalah kegiatan untuk mengubah tingkah laku, dengan


(11)

demikian tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar siswa dapat mempengaruhi penguasaan materi siswa, sehingga rendahnya penguasaan materi siswa diduga terjadi karena strategi pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran kurang sesuai.

Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran biologi di kelas X MA Al-hikmah Bandar Lampung diketahui nilai ujian rata-rata pada materi pokok keanekaragaman hayati yaitu 52, sedangkan standar ketuntasan hasil belajar yang harus dicapai ≥ 70. Dalam proses pembelajarannya metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru Biologi di kelas X MA Al-hikmah Bandar Lampung adalah metode ceramah dan diskusi. Dimana guru tidak

memanfaatkan media gambar sebagai penunjang dalam menyampaikan materi keanekaragaman hayati, sedangkan media gambar sangat berperan dalam menyampaikan suatu materi sehingga materi tersebut lebih mudah dipahami oleh siswa.

Metode ceramah mempunyai kelemahan yaitu pemahaman siswa terhadap materi yang dijelaskan rendah karena siswa hanya memperoleh informasi yang diberikan oleh guru saja, dan diskusi tanpa menggunakan media gambar memiliki beberapa kelemahan yaitu anggota dalam kelompok kurang berpartisipasi dalam diskusi dan anggota dalam kelompok kurang berkomunikasi.

Kurangnya aktivitas seperti kemampuan mengemukakan pendapat/ ide, kemampuan bertanya, melakukan diskusi, dan mempresentasikan diskusi kelompok. Sebagaimana diungkapkan Sadiman (2003: 93) bahwa pada


(12)

prinsipnya belajar adalah kegiatan untuk mengubah tingkah laku, dengan demikian tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.

Materi pokok Keanekaragaman hayati adalah salah satu materi yang diberikan pada siswa MA Al-hikmah kelas X semester 2 dengan standar kompetensi Memahami manfaat keanekaragaman hayati dan kompetensi dasar adalah Mendeskripsikan konsep keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem melalui kegiatan pengamatan. Materi ini cukup sulit dipahami oleh siswa MA kelas X di Al-hikmah sehingga di butuhkan metode pembelajaran yang efektif, karena ditinjau dari karakteristik materi pokok keanekaragaman hayati mengandung materi dan teori yang kompleks. Siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mendefinisikan keanekaragaman hayati, mengklasifikasikan keanekaragaman hayati berdasarkan tingkat gen, jenis dan ekosistem, menjelaskan faktor-faktor yang menentukan keanekargaman hayati, serta mengidentifikasikan kekhasan berbagai tingkat keanekaragaman di lingkungan sekitar.

Berdasarkan masalah di atas, dirasa perlu upaya peningkatan aktivitas belajar dan penguasaan materi dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang sesuai. Salah satu alternatif metode pembelajaran interaktif yang mungkin dapat mengoptimalkan peningkatan aktivitas siswa dan penguasaan materi ialah dengan menggunakan metode diskusi melalui media gambar. Metode diskusi yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah.


(13)

Dalam hal ini diskusi merupakan jalan yang banyak memberi kemungkinan pemecahan terbaik. Selain memberi kesempatan untuk mengembangkan

ketrampilan memecahkan masalah, juga dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat. Metode ini dapat membantu siswa dalam

meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa seperti menggali informasi lebih banyak, mengolah informasi secara cerdas, mengambil keputusan dengan tepat, dan memecahkan masalah dengan arif dan kreatif.

Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling

mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut untuk mampu menggunakan teknologi-teknologi tersebut. Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media

pembelajaran. Media pembelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2007 : 3). Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses komunikasi, yaitu proses


(14)

penyampaian pesan dari sumber pesan melalui media tertentu ke penerima pesan (Sadiman, 2009: 11-12).

Media pembelajaran diharapkan dapat menjadi media komunikasi visual maupun verbal. Salah satu media komunikasi yang dapat digunakan adalah media gambar. Gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks. Media gambar adalah media yang dipergunakan untuk memvisualisasikan atau menyalurkan pesan dari sumber ke penerima (siswa). Pesan yang akan

disampaikan dituangkan ke dalam komunikasi visual, di samping itu media gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. penelitian Astuti (2012 : 2) menunjukkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IIIA di SD Negeri 1 Kampung Baru Bandar Lampung Semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013.

Oleh sebab itu, peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian dengan menggunakan metode diskusi melalui media gambar pembelajaran biologi dalam meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi pokok keanekaragaman hayati.


(15)

Materi keanekaragaman hayati dipilih dalam penelitian ini, karena penyampaiannya selama ini kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, dan guru jarang memanfaatkan media pembelajaran sehingga siswa hanya ditekankan pada menghafal suatu konsep. Dengan

memberdayakan media pembelajaran yang sesuai, diharapkan dapat membantu siswa untuk mencapai standar ketuntasan belajar minimal di sekolah yaitu ≥70.

A.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh penggunaan metode diskusi melalui media gambar terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok

keanekaragaman hayati?

2. Bagaimana pengaruh penggunaan metode diskusi melalui media gambar terhadap penguasaan materi pokok keanekaragaman hayati?

B.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Aktivitas belajar siswa yang belajar dengan menggunakan metode diskusi melalui media gambar pada materi pokok keanekaragaman hayati.

2. Pengaruh penggunaan metode diskusi melaui media gambar terhadap penguasaan materi pokok keanekaragaman hayati.


(16)

C.Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti:

a. memberikan pengalaman meneliti sebagai calon guru dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi.

b. mengetahui tingkat keberhasilan dari pemanfaatan media gambar melalui metode diskusi sehingga memudahkan peneliti dalam penyapaian materi terutama pada materi keanekaragamana hayati.

2. Bagi guru:

a. memberikan alternatif metode pembelajaran dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dan penguasaan materi.

b. meningkatkan kecakapan dalam menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi, situasi dan kondisi lingkungan sekolah.

3. Bagi siswa:

a. memberikan siswa pengalaman belajar yang berbeda dalam mata pelajaran biologi.

b. memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam mencari informasi sendiri

c. sebagai wahana untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan

penguasaan materi sehingga siswa memiliki modal kecakapan hidup yang kelak dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah hidup yang di hadapi.


(17)

4. Bagi Sekolah:

memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

D.Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang akan dikemukakan, maka perlu adanya batasan masalah ruang lingkup yaitu:

1. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pembelajaran yang prosesnya melibatkan suatu kelompok untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah dengan kelompok lain sehingga didapatkan kesepakatan. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif.

2. Media gambar adalah gambar atau foto materi pokok keanekaragaman hayati yang pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran, membantu mereka dalam kemampuan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks lingkungan sekitar sekolah yang digunakan meliputi lingkungan.

3. Aktivitas belajar siswa yang diamati adalah aktivitas (1) mengemukakan pendapat, (2) bertanya, (3) bekerjasama dengan teman dalam

menyelesaikan tugas kelompok, (4) bertukar informasi , (5) membuat kesimpulan materi yang sedang dipelajari.

4. Penguasaan materi pokok keanekaragaman hayati ini diukur berdasarkan nilai yang diperoleh melalui pretes dan postes.


(18)

5. Subyek penelitian adalah siswa kelas XB sebagai kelas eksperimen dan

kelas XC sebagai kelas kontrol di MA AL-hikmah Bandar Lampung

Semester Genap Tahun Pelajaran 2012-2013.

E.Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi bukanlah proses pemindahan pengetahuan secara langsung dari guru ke siswa. Biologi juga bukan hanya merupakan mata pelajaran hafalan, namun juga membutuhkan pemahaman suatu materi. Pada proses belajar siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk

pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar proses pencarian itu berjalan baik.

Belajar sebaiknya dilakukan oleh siswa secara aktif baik individual maupun kelompok, dan guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru mengutamakan keterlibatan aktif secara langsung seperti mendorong siswa mengungkapkan dugaan awal dengan cara mengajukan pertanyaan membimbing, menggunakan media yang secara

langsung dapat digunakan oleh siswa, dan melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran.

Aktivitas belajar siswa adalah hal yang esensial untuk memperoleh keterampilan yang diperlukan guna terbentuknya pikiran operasi formal, gagasan baru dan kemampuan kognitif. Siswa yang berpartisipasi dalam pengalaman nyata atau aktif dalam pembelajaran memiliki kemampuan daya serap lebih tinggi dibanding siswa yang hanya sebagai pengamat. Makin


(19)

banyak indra yang terstimulus, maka makin tinggi kemampuan daya serap siswa, sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan meningkatkan hasil belajar.

Di MA Al-hikmah Bandar Lampung, nilai biologi pada materi pokok keanekaragaman hayati masih rendah. Rendahnya penguasaan materi ini diduga karena guru belum menemukan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi keanekaragaman hayati yaitu yang meliputi keanekaragaman gen, keanekaragaman Jenis, dan keanekaragaman ekosistem.

Penerapan metode diskusi melalui media gambar diduga lebih efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar, karena dengan menggunakan metode dan media, siswa menjadi tidak bosan serta dapat mengembangkan aktivitas dan kreatifitas untuk berfikir, berbicara serta berani berargumen. Dalam metode diskusi, prosesnya melibatkan suatu kelompok untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam

pemecahan masalah dengan kelompok lain sehingga didapatkan kesepakatan.

Media gambar digunakan sebagai media untuk menampilkan obyek biologi yang beragam dan sulit ditemui langsung serta untuk menarik perhatian siswa. Dua unsur diatas diharapkan dapat mengoptimalkan aktivitas belajar siswa sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi pokok keanekaragaman hayati.


(20)

Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukan pada bagan berikut:

Keterangan : X = Penggunaan metode diskusi melalui media gambar, Y1 = Aktivitas siswa,

Y2 = Penguasaan materi

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Penggunaan metode diskusi melalui media gambar berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok keanekaragaman hayati.

2. Penggunaan metode diskusi melalui media gambar berpengaruh terhadap penguasaan materi pokok keanekaragaman hayati.

Y2

X


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam suatu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang sesuatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah.

Menurur Suryosubroto, B (2002:179) dan Djamarah dan Zain (2006:87-88) teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar-mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Dimana Guru memberikan kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah, diantaranya yaitu saling tukar-menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat terjadi juga semuanya aktif, tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja sehingga akan terjadi proses belajar dalam diskusi tersebut.

Forum diskusi dapat diikuti oleh semua siswa di dalam kelas dan dapat pula dibentuk kelompok-kelompok kecil, yang perlu mendapatkan perhatian ialah hendaknya para siswa dapat berpartisipasi secara aktif di dalam setiap forum diskusi. Semakin banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannya, semakin banyak pula yang dapat mereka pelajari, perlu pula diperhatikan


(22)

masalah peranan guru. Terlalu banyak “campur tangan dan “main perintah”

dari guru niscaya siswa tidak akan dapat belajar banyak (Suryosubroto, 2002:179-180).

Diskusi dapat dilakukan dalam bermacam-macam bentuk (tipe) dan dengan bermacam-macam tujuan. Berbagai bentuk diskusi yang terkenal adalah sebagai berikut :

a. The social problema meeting

Para siswa berbincang-bincang memecahkan masalah sosial di kelasnya atau di sekolahnya dengan harapan setiap siswa akan merasa”

terpanggil” untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku, seperti dengan guru atau personel sekolah lainnnya, peraturan-peraturan di kelas atau sekolah, hak-hak dan kewajiban siswa dan sebagainya.

b. The open-ended meeting

Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang berhubungan dengan kehidupan mereka sehari-hari dengan kehidupan mereka di sekolah, dengan sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar mereka, dan sebagainya.

c. The educational-diagnosis meeting

Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang telah diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik dan benar.


(23)

Teknik diskusi sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru) hendak :

1. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada (dimiliki) oleh para siswa. 2. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyalurkan

kemampuannya masing-masing.

3. Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai.

4. Membantu para siswa belajar berpikir teoritis dan praktik lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah.

5. Membantu para siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain).

6. Membantu para siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai

masalah yang di “lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun dari

pelajaran sekolah.

7. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut (Suryosubroto, 2002: 180-181).

Langkah-langkah penggunaan Metode Diskusi

1. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. Judul atau masalah yang akan didiskusikan itu harus dirumuskan sejelas-jelasnya agar dapat dipahami baik-baik oleh setiap siswa.


(24)

2. Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (Ketua, Sekretaris atau pencatat), mengatur tempat duduk, ruangan, saranan, dan sebagainya.

Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang:

a. Lebih memahami atau menguasai masalah yang akan didiskusikan. b. “Berwibawa” dan disenangi oleh teman-temannya.

c. Berbahasa baik dan lancar bicaranya. d. Dapat bertindak tegas, adil dan demokratis. Tugas pimpinan diskusi antara lain ialah: a. Pengatur dan pengarah acara diskusi. b. Pengatur “lalu lintas” percakapan.

c. Penengah dan penyimpul berbagai pendapat.

3. Para siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain (kalau ada lebih dari satu kelompok) menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan lancar. Setiap anggota kelompok harus tahu persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam suasana bebas, setiap anggota harus tahu bahwa hak bicaranya sama.

4. Kemudian setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasilnya yang dilaporkan itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama dari kelompok lain). Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.


(25)

5. Akhirnya para siswa mencatat hasil (hasil- hasil) diskusi, dan guru

mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok sesudah para

siswa mencatatnya untuk “file” kelas (Suryosubroto, 2002:181-182).

Beberapa keuntungan metode diskusi adalah sebagai berikut:

1. Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar.

2. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing.

3. Metode diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah.

4. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri.

5. Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa (Suryosubroto, 2002:185).

Beberapa kelemahan metode diskusi adalah sebagai berikut:

1. Suatu diskusi tak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota- anggotanya.

2. Suatu diskusi memerlukan keterampilan- keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.

3. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberpa siswa yang


(26)

4. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.

5. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.

6. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya.

7. Sering terjadi dalam diskusi murid kurang berani mengemukakan pendapatnya.

8. Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya

(Suryosubroto, 2002:186).

Untuk mengatasi kelemahan tersebut Djajadisastra (dalam Suryosubroto, 2002:186-187) mengemukakan saran mengenai usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain adalah:

1. Murid-murid dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok yang kecil, misalnya lima orang murid setiap kelompok. Kelompok kecil ini harus terdiri dari murid-murid yang pandai dan kurang pandai, yang pandai bicara dan yang kurang pandai bicara, murid laki-laki dan murid perempuan. Hal ini harus diatur benar-benar oleh guru. Disamping itu, harus pula diperhatikan agar murid-murid yang sekelompok itu benar-benar dapat bekerja sama. Dalam setiap kelompok ditetapkan ketuanya.


(27)

2. Agar tidak menimbulkan rasa “kelompok-isme”, ada baiknya bila untuk setiap diskusi dengan topik atau problema baru selalu dibentuk lagi kelompok-kelompok baru dengan cara melakukan pertukaran anggota-anggota kelompok. Dengan demikian semua murid akan pernah

mengalami suasana bekerja bersama-sama dalam satu kelompok dan juga pernah mengalami bekerja sama dengan semua teman sekelasnya.

3. Topik-topik atau problema yang akan dijadikan pokok-pokok diskusi dapat diambil dari buku-buku oelajaran murid, dari surat-surat kabar, dari

kejadian sehari-hari di sekitar sekolah, dan kegiatan di masyarakat yang sedang menjadi pusat perhatian penduduk setempat.

4. Mengusahakan penyesuaian waktu dengan berat topik yang dijadikan pokok diskusi. Membagi-bagi diskusi di dalam beberapa hari atau minggu berdasarkan pembagian topik ke dalam topik-topik yang lebih kecil lagi. Keleluasaan berdiskusi dapat pula dilakukan dengan menyelenggarakan suatu pekan diskusi dimana seluruh pekan itu dipergunakan untuk

mendiskusikan problema-problema yang telah dipersiapkan sebelumnya. 5. Menyiapkan dan melengkapi semua sumber data yang diperlukan, baik

yang tersedia di sekolah maupun yang terdapat di luar sekolah.

Dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tersebut kelemahan metode diskusi dapat dikurangi. Tentu saja, pada akhinya berhasil atau tidaknya penggunaan metode diskusi ini banyak bergantung pada kecakapan guru di dalam membimbing murid-muridnya berdiskusi.


(28)

Salah satu alternatif metode pembelajaran interaktif yang mungkin dapat mengoptimalkan peningkatan aktivitas siswa dan penguasaan materi ialah dengan menggunakan metode diskusi yaitu suatu cara penyampaian bahan pelajaran dan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan masalah. Dalam hal ini diskusi merupakan jalan yang banyak memberi

kemungkinan pemecahan terbaik. Selain memberi kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan memecahkan masalah, juga dalam kehidupan yang demokratis kita diajak untuk hidup bermusyawarah, mencari keputusan-keputusan atas dasar persetujuan bersama. Bagi anak-anak, latihan untuk peranan peserta dalam kehidupan di masyarakat. Metode ini dapat membantu siswa dalam meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa seperti menggali informasi lebih banyak, mengolah informasi secara cerdas, mengambil keputusan dengan tepat, dan memecahkan masalah dengan arif dan kreatif.

B. Media Gambar

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau penghantar. Menurut bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2007:3).

Brigg (dalam Sadiman, 2009:10) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyampaikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Gerlach dan Eli (dalam Arsyad, 2007:3) mengatakan bahwa media


(29)

secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Sedangkan Gagne (dalam Sadiman, 2009:10) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.

Solihatin (2007:23) menyatakan bahwa manfaat media dalam proses

pembelajaran adalah untuk memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga pembelajaran lebih efektif dan efesien. Hamalik (dalam Arsyad, 2007:15) menambahkan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan keinginana dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Berdasarkan pendapat Sadiman (2009:21-22), secara umum media pendidikan mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut :

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti : a. Objek yang terlau besar bisa digantikan dengan gambar, film, atau

model.

b. Objek yang kecil bisa dibantu dengan film, gambar, dan sebagainya. c. Gerak yang terlau lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan


(30)

d. Kejadian yang terjadi di masa lampau bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, dan foto.

3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif siswa. Media pendidikan berguna untuk: a. Menimbulkan kegairahan belajar.

b. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar siswa dengan lingkungan dan kenyataan.

c. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

Sudjana dan Rivai (2010:3) mengungkapkan bahwa ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik, dan lain-lain. Media grafis disebut juga media dua dimensi yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP, dan lain-lain. Keempat, pengunaan lingkungan sekitar sebagai media

pendidikan.

Salah satu media pembelajaran adalah pengunaan gambar. Gambar sangat penting dalam usaha memperjelas pengertian pada peserta didik. Sehingga dengan menggunakan gambar peserta didik dapat lebih memperhatikan terhadap benda-benda atau hal-hal yang belum pernah dilihatnya yang


(31)

berkaitan dengan pelajaran. Gambar dapat membantu guru dalam mencapai tujuan instruksional, karena gambar termasuk media yang mudah dan murah serta besar artinya untuk mempertinggi nilai pengajaran. Karena gambar, pengalaman dan pengertian peserta didik menjadi lebih luas, lebih jelas dan tidak mudah dilupakan, serta lebih konkret dalam ingatan dan asosiasi peserta didik. Adapun manfaat media gambar dalam proses instruksional adalah penyampaian dan penjelasan mengenai informasi, pesan, ide dan sebagainya dengan tanpa banyak menggunakan bahasa-bahasa verbal, tetapi dapat lebih memberikan kesan (Rohani, 1997:76-77).

Gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat. Penting sebab dapat memberi penggambaran visual yang konkrit tentang masalah yang digambarkannya. Gambar membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang terkandung di dalamnya dengan jelas, lebih jelas daripada yang dapat diungkapkan dengan kata-kata, baik yang ditulis maupun yang diucapkan. Supaya gambar mencapai tujuan semaksimal mungkin sebagai alat visual, gambar harus dipilih menurut syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat itu sebagai berikut: (a). gambar harus bagus, jelas, menarik, mudah dimengerti, dan cukup besar untuk dapat memperlihatkan detail, (b) apa yang tergambar harus cukup penting dan cocok untuk hal yang sedang dipelajari atau masalah yang sedang dihadapi, (c) gambar harus benar atau autentik, artinya menggambarkan situasi yang serupa jika dilihat dalam keadaan sebenarnya, (d) kesederhanaan penting sekali. Gambar yang rumit sering mengalihkan perhatian dari hal-hal penting, (e) gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya, (f) warna walau tidak mutlak


(32)

dapat meninggikan nilai sebuah gambar, menjadikannya lebih realistis dan merangsang minat untuk melihatnya. Selain itu, warna dapat memperjelas arti dari apa yang digambarkan. Akan tetapi penggunaan warna yang salah sering menghasilkan pengertian yang tidak benar, (g) ukuran perbandingan penting pula (Hamzah, 1981: 27-28).

Diantara media pendidikan, gambar atau foto adalah media yang paling umum dipakai, gambar merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dimana-mana. Oleh karena itu ada pepatah cina yang

mengatakan sebuah gambar berbicara lebih banyak daripada seribu kata. Bebarapa kelebihan media gambar antara lain:

1. Sifatnya konkrit: gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa di kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek atau peristiwa tersebut. Untuk itu gambar atau foto dapat mengatasinya.

3. Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto. 4. Dapat memperjelas sutu masalah, dalam bidang apa saja, sehingga dapat

mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

5. Murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.


(33)

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, gambar atau foto mempunyai beberapa kelemahan yaitu:

1. Gambar atau foto hanya menekankan persepsi indra mata.

2. Gambar atau foto benda yang terlalau kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

3. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar (Sadiman, dkk, 1996: 29-31).

Menurut Hamzah (1981:30) dan Sadiman (1996:31-32) tehnik dalam

memilih gambar-gambar yang baik, pada lazimnya kriteria kriteria di bawah ini dapat dipergunakan:

a. Keaslian gambar. Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti melihat keadaan atau benda sesungguhnya. Kekeliruan dalam hal ini akan memberikan pengaruh yang tak diharapkan, misalnya gambar yang palsu dikatakan asli.

b. Kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis.

c. Bentuk item. Hendaknya Si pengamat dapat memperoleh tanggapan yang tepat tentang objek-objek dalam gambar.

d. Perbuatan. Gambar hendaknya menunjukkan hal yang sedang melakukan suatu perbuatan. Anak lebih tertarik pada gambar yang kelihatan hidup atau kelihatan bergerak.


(34)

e. Artistik. Segi artistik pada umumnya turut mempengaruhi nilai-nilai gambar itu. Penggunaan gambar tentu saja disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

f. Autentik. Dimana gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya.

C. Aktivitas Belajar

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri Dalam proses belajar diperlukan adanya aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar bila tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar (Hamalik, 2004:171).

Sadiman (2003:100) mengungkapkan bahwa belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proes belajar mengajar merupakam rangkaian


(35)

kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan dapat menunjang prestasi belajar. Siswa yang beraktivitas akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Berikut ini adalah daftar macam-macam kegiatan siswa menurut Diendrich (Sadiman, 2003:101) dan Whipple (Hamalik, 2004: 172-173) sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listeningactivities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram, charta, poster.

6. Motor activities, yang masuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.


(36)

7. Mental activities, sebagai contoh, misalnya: mencari informasi, menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, semangat, bergairah, berani, tegang, gugup.

Penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran menurut Hamalik (2008:91) memiliki manfaat tertentu antara lain: (1) Siswa mencari sendiri informasi dan langsung mengalami sendiri, (2) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek keperibadian siswa, (3) Memupuk

kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok, (4) Siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual, (5) Memupuk disiplin dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat, (6) Membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa, (7) Pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta

menghindarkan terjadinya verbalisme, (8) Pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika.

Dalam setiap pembelajaran selalu ada aktivitas yang dilakukan, hanya kadar keaktifannya yang berbeda. Dimyanti dan Mudjiono (2006: 236-254)


(37)

menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

1. Faktor Intern

Aktivitas belajar dialami siswa sebagai suatu proses. Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa terhadap bahan belajar. Proses belajar dialami oleh siswa dan aktivitas belajar dapa diamati guru. Dalam belajar siswa dapat mengalami masalah-masalah intern, seperti: (1) Sikap terhadap pelajaran, (2) Motivasi belajar, (3) Konsentrasi belajar, (4) Mengolah bahan belajar, (5)

Menyimpan perolehan hasil belajar, (6) Menggali hasil belajar yang telah tersimpan, (7) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, (8) Rasa percaya diri siswa, (9) Intelegensi dan keberhasilan belajar, (10)

Kebiasaan belajar, (11) Cita-cita siswa. 2. Faktor Ekstern

Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu, proses belajar juga dapat terjadi atau menjadi lebih kuat bila didorong oleh lingkungan siswa. Beberapa faktor ekstern yang berpengaruh pada aktivitas belajar siswa, yaitu: (1) Guru sebagai pembina siswa belajar, (2) Prasarana dan sarana pembelajaran, (3) Kebijakan penilaian, (4)

Lingkungan sosial siswa di sekolah, (5) Kurikulum sekolah.

Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.


(38)

D. Penguasaan Materi

Dalam kegiatan pembelajaran tidak lain adalah agar siswa dapat menguasai bahan pelajaran secara tuntas. Keberhasilan pengajaran ditentukan sampai sejauh mana penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang

disampaikan oleh guru (Djamarah dan Zain, 1996:159). Penguasaan materi merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang

dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2010:160).

Dengan materi pelajaran siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Awaluddin, 2008:1).

Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2010:160).

Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif. Menurut Sudijono (2008:50-52), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :


(39)

1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk

mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya.

2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain mamahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan

memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

3. Penerapan atau aplikasi (Application) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan

sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret.

4. Analisis (Analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain. 5. Sintesis (Synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan

kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.


(40)

6. Penilaian atau evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai, atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Thoha (1994:1) evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Arikunto (2010:67) menyatakan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postes atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 2007:195-196). Tingkat penguasaan materi oleh siswa dapat diketahui melalui pedoman penilaian. Bila nilai siswa ≥ 66 maka dikategorikan baik,

bila 55 ≤ nilai siswa < 66 maka dikategorikan cukup baik, dan bila nilai


(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester genap bulan Febuari Tahun Pelajaran 2012/2013 di MA AL-hikmah Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MA AL-hikmah Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XBberjumlah 26 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas XC berjumlah 28 siwa sebagai kelompok kontrol, yang dipilih dengan teknik cluster random sampling (Margono, 2005: 127).

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Kelompok eksperimen diberi perlakuan penerapan metode diskusi melalui media gambar, sementara kelompok kontrol diterapkan metode diskusi tanpa media gambar. Kedua kelompok diberi pretes dan postes yang sama, kemudian hasilnya


(42)

Struktur desain penelitian ini sebagai berikut:

Kelompok pretes perlakuan postes I O1 X O2

II O1 C O2

Keterangan:

I = Kelas eksperimen (kelas X1) II = Kelas kontrol (kelas X2)

X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan metode diskusi dan media gambar C = Perlakuan di kelas kontrol dengan metode diskusi tanpa media gambar O1 = Pretes

O2 = Postes

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Sumber: Hadjar (1999: 335)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut:

1. Pra penelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Membuat surat izin penelitian ke FKIP Universitas Lampung untuk observasi ke sekolah.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah dan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(43)

d. Mengambil data berupa nilai akademik siswa yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.

e. Membuat media pembelajaran yaitu media gambar. Cara membuat media gambar adalah:

1) Membagi materi pokok Keanekaragaman hayati ke dalam 3 submateri yaitu Keanekaragaman gen, Keanekaragaman jenis, dan Keanekaragaman ekosistem.

2) Menentukan gambar dan keterangan yang akan disajikan dalam media gambar untuk tiap submateri.

3) Mendesain gambar untuk dimasukkan ke dalam Lembar Kerja Siswa dengan menggunakan program Microsoft Word.

4) Mencetak gambar dengan menggunakan printer di atas Glossy Photo Paper.

f. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada setiap pertemuan.

g. Membuat lembar observasi aktivitas belajar siswa.

h. Membuat instrumen evaluasi penguasaan materi siswa berupa soal-soal pilihan jamak untuk pretest dan posttest.

i. Membentuk kelompok diskusi yang terdiri dari 5-6 siswa heterogen pada kelas eksperimen dan kontrol, dengan menggunakan data nilai akademik pada materi sebelumnya.


(44)

2. Pelaksanaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi melalui media gambar untuk kelompok eksperimen dan metode diskusi untuk kelompok kontrol. Penelitian ini direncanakan sebanyak dua kali pertemuan.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

2.1 Kelas eksperimen dengan menggunakan metode diskusi melalui media gambar.

1. Pendahuluan

a. Guru memberikan soal pretes berupa soal pilihan jamak pada pertemuan I sebagai penilaian awal penguasaan materi pokok keanekaragaman hayati.

b. Guru membacakan tujuan pembelajaran.

c. Guru menggali pengetahuan awal siswa (apersepsi) dengan memberikan pertanyaan (Pertemuan I) : ”Jika kamu perhatikan wajah dua orang temanmu, baik bentuk mata, hidung, bibir dan lainnya kamu akan menemukan perbedaan, apakah

penyebabnya? (Pertemuan II): Pernahkah kamu, meski satu kali dengan sengaja menghitung dan mengamati organisme yang

ada di sekitar rumah?”, “ Berdasarkan observasimu tersebut,


(45)

d. Guru memberikan motivasi siswa (Pertemuan I): “ dengan kita mempelajari keanekaragaman hayati tingkat gen dan jenis ini, maka kita akan memahami bahwa disekitar kita terdiri atas banyak sekali keseragaman dan keberagaman, sehingga kalian dapat membedakan mana yang merupakan keanekaragaman hayati tingkat gen dan tingkat jenis pada makhluk hidup disekitar kita. (Pertemuan II): “dengan kita mempelajari keanekaragaman hayati tingkat ekosistem, maka kita akan memahami bahwa disekitar kita terdiri atas banyak sekali keseragaman dan keberagaman tingkat ekosistem pada makhluk hidup disekitar kita, dan mempelajari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keanekaragam hayati ini maka kita akan dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan adanya keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis, ekosistem.

e. Guru menyajikan materi sebagai pengantar. Pertemuan pertama membahas submateri keanekaragaman gen, dan

keanekaragaman spesies. Pertemuan kedua membahas submateri keanekaragaman ekosistem.

2. Kegiatan inti

a. Guru menempatkan siswa ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

b. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan sub materi keanekaragaman gen dan


(46)

keanekaragaman spesies (pertemuan I) dan keanekaragaman ekosistem (pertemuan II).

c. Guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan sub materi keanekaragaman gen dan keanekaragaman spesies (pertemuan I) dan keanekaragaman ekosistem (pertemuan II).

d. Guru memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara mengerjakan LKS.

e. Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan LKS secara berkelompok serta membimbing dan menjadi fasilitator bagi kelompok belajar yang kurang mengerti.

f. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas.

g. Guru memberikan kesempatan bagi kelompok lain yang ingin bertanya.

h. Guru membahas kembali dan membenahi hasil diskusi yang telah diperesentasikan dengan konsep yg benar.

3. Penutup

a. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan.

b. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai Konsep yang belum dipahami.


(47)

c. Guru memberikan soal postes yang sama dengan soal pretes pada pertemuan II.

d. Guru meminta siswa untuk mengulangi mempelajari konsep dan mengaitkannya dengan materi selanjutnya.

2.2 Kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi

1. Pendahuluan

a. Guru memberikan soal pretestberupa soal pilihan jamak pada pertemuan pertama sebagai penilaian awal penguasaan materi pokok keanekaragaman hayati.

b. Guru membacakan tujuan pembelajaran.

c. Guru menggali pengetahuan awal siswa (apersepsi) dengan memberikan pertanyaan : (Pertemuan 1), “Menggali

pengetahuan awal siswa ”Jika kamu perhatikan wajah dua orang temanmu, baik bentuk mata, hidung, bibir dan lainnya kamu akan menemukan perbedaan, apakah penyebabnya? “,

(Pertemuan II), “Pernahkah kamu, meski satu kali dengan sengaja menghitung dan mengamati organisme yang ada di

sekitar rumah?”, “ Berdasarkan observasimu tersebut, kamu akan mengetahui bahwa organisme sangat beragam?”.

d. Guru memberikan motivasi siswa (Pertemuan I): “ dengan kita mempelajari keanekaragaman hayati tingkat gen dan jenis ini, maka kita akan memahami bahwa disekitar kita terdiri atas


(48)

banyak sekali keseragaman dan keberagaman, sehingga kalian dapat membedakan mana yang merupakan keanekaragaman hayati tingkat gen dan tingkat jenis pada makhluk hidup disekitar kita. (Pertemuan II): “dengan kita mempelajari keanekaragaman hayati tingkat ekosistem, maka kita akan memahami bahwa disekitar kita terdiri atas banyak sekali keseragaman dan keberagaman tingkat ekosistem pada makhluk hidup disekitar kita, dan mempelajari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keanekaragam hayati ini maka kita akan dapat mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan adanya keanekaragaman hayati tingkat gen, jenis, dan ekosistem. e. Guru menyajikan materi sebagai pengantar. Pertemuan pertama

membahas submateri keanekaragaman gen dan keanekaragaman spesies. Pertemuan kedua keanekaragaman ekosistem.

2. Kegiatan inti

a. Guru menempatkan siswa ke dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 siswa.

b. Guru memberikan LKS (Lembar Kerja Siswa) yang berisi pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan sub materi keanekaragaman gen dan keanekaragaman spesies (pertemuan I) dan keanekaragaman ekosistem (pertemuan II).

c. Guru memberikan petunjuk kepada siswa mengenai cara mengerjakan LKS.


(49)

d. Guru menugaskan siswa untuk mengerjakan LKS secara berkelompok serta membimbing dan menjadi fasilitator bagi kelompok belajar yang kurang mengerti.

e. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok ke depan kelas.

f. Guru memberikan kesempatan bagi kelompok lain yang ingin bertanya.

g. Guru membahas kembali dan membenahi hasil diskusi yang telah diperesentasikan dengan konsep yg benar.

3. Penutup

a. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan.

b. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai konsep yang belum dipahami.

c. Guru memberikan soal postes yang sama dengan soal pretes pada pertemuan II.

d. Guru meminta siswa untuk mengulangi mempelajari konsep dan mengaitkannya dengan materi selanjutnya.


(50)

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data

a) Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa data penguasaan materi pokok

Keanekaragaman hayati yang diperoleh dari nilai pretesdan postes. Pretesdiberikan pada awal pertemuan pertama dan postes pada akhir pertemuan kedua. Kemudian dihitung selisih antara nilai rata-rata pretes dan postes, sehingga diperoleh N-gain, yang kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji t dan Mann-Whitney U.

b) Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data aktivitas belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi melalui media gambar.

2. Teknik Pengambilan Data a) Pretes dan Postes

Data penguasaan materi siswa berupa nilai pretesyang diambil pada awal pertemuan pertama danpostes yang diambil pada akhir

pertemuan kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan berupa soal pilihan jamak.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

S = R NX100


(51)

Keterangan :

S = Nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112)

b)Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Lembar observasi aktivitas belajar siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan

yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi

sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu aktivitas siswa mengemukakan pendapat, bertanya, bekerjasama dengan teman, bertukar informasi dan membuat kesimpulan hasil diskusi. Tabel 1. Lembar observasi aktivitas belajar siswa

Berilah tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai Sumber: Arikunto (2010: 183)

Keterangan kriteria penilaian aktivitas belajar siswa: a) Mengemukakan pendapat/ ide

1. Tidak mengemukakan pendapat /ide (diam saja)

2. Mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok Keanekaragaman hayati 3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan pada

materi pokok Keanekaragaman hayati b) Bertanya

1. Tidak mengajukan pertanyaan

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada materi pokok Keanekaragaman hayati

No Nama

Aspek yang diamati

∑Xi

A B C D E

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1

2 3 4 5


(52)

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan pada materi pokok Keanekaragaman hayati c) Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok

1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja)

2. Bekerjasama dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan pada LKS materi pokok Keanekaragaman hayati 3. Bekerjasama dengan semua anggota kelompok sesuai dengan

permasalahan pada LKS materi pokok Keanekaragaman hayati d) Bertukar informasi

1. Tidak bertukar informasi secara lisan dengan anggota kelompok (diam saja)

2. Bertukar informasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan Keanekaragaman hayati dalam LKS

3. Bertukar informasi secara lisan dengan anggota kelompok untuk memecahkan permasalahan pada LKS materi pokok

Keanekaragaman hayati.

e) Membuat kesimpulan materi yang sedang dipelajari 1. Tidak membuat kesimpulan

2. Membuat kesimpulan tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan materi pokok Keanekaragaman hayati

3. Membuat kesimpulan lengkap dan sesuai dengan materi pokok Keanekaragaman hayati.

F. Teknik Analisis Data 1. Data Penguasaan Materi

Data penelitian berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain. Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:

N-gain � – � �

���� −� � =

Keterangan:

N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain Spost = postscore class averages = rata-rataskor postes Spre = prescore class averages = rata-rataskor pretes Smax = maximum score = skor maksimum

Penguasaan materi siswa dapat digambarkan melalui indikator C1, C2, C3


(53)

1. Memberi skor sesuai rubrik pada lembar penilaian penguasaan materi, kemudian dimasukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Lembar penilaian penguasaan materi siswa

Ket: C1=remember, C2=understand, C 3=apply, C4=analyze, P=pertemuan

Sumber: Arief (2009: 9)

2.Menjumlahkan skor setiap siswa.

3.Menentukan nilai (S) pada setiap indikator penguasaan materi. 4.Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka penguasaan materi

siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria pada tabel 3.

Tabel 3. Kriteria penguasaan materi

Taraf Nilai Rata-Rata Kriteria

80,1 - 100 Sangat Tinggi

60,1 - 80 Tinggi

40,1 - 60 Sedang

20,1 – 40 Rendah

0 – 20 Sangat Rendah

Sumber: Arikunto (2010: 219)

No Nama Skor pada Aspek Penguasaan Materi

C1 C2 C3 C4

1 PI PII PI PII PI PII PI PII

2 3 4 dts.

Nomor soal Jumlah skor Skor maksimal

Nilai Kategori


(54)

Nilai pretes, postes dan N-gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji-t dengan program SPSS Versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan

program SPSS Versi 17. a) Hipotesis

H0: Sampel berdistribusi normal

H1: Sampel tidak berdistribusi normal

b) Kriteria Uji

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5)

2. Uji Homogenitas Data

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan menggunakan program SPSS Versi 17.

a) Hipotesis

H0: Kedua sampel mempunyai varian sama

H1: Kedua sampel mempunyai varian berbeda

b) Kriteria Uji

Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05, maka H0 diterima

Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05, maka H0 ditolak


(55)

3. Uji Mann-Whitney U

a. Hipotesis

H0: Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kontrol sama

H1: Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kontrol tidak

sama b. Kriteria Uji

HO di tolak jika sig < 0,05 dalam hal lainnya HO diterima

Sumber: Pidekso (2009: 166)

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS Versi 17.

1. Uji Kesamaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama

b) Kriteria Uji

Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

2. Uji Perbedaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan


(56)

H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol. b) Kriteria Uji

Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

(Pratisto, 2004: 10)

G. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas belajar siswa.

Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:

1. Menghitung rata–rata skor aktivitas belajar dengan menggunakan rumus:

% 100 x n xi

  Keterangan:

 = Rata-rata skor aktivitas belajar siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh

N = Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2002: 69)

2. Menafsirkan atau menentukan kategori indeks aktivitas belajar siswa sesuai klasifikasi pada tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi persentase aktivitas belajar siswa

Kategori Persentase Aktivitas

Belajar Siswa (%) Kategori

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi Sumber: Hake (dalam Belina, 2008: 27)


(57)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan metode diskusi melalui media gambar mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Keanekaragaman Hayati. 2. Penggunaan metode diskusi melalui media gambar mampu meningkatkan

penguasaan materi pokok Keanekaragaman Hayati.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Penggunaan metode diskusi melalui media gambar dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru untuk mengembangkan kemampuan penguasaan materi siswa pada materi pokok Keanekaragaman Hayati.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan menggunakan media gambar hendaknya lebih ditingkatkan kualitas gambar, kesesuain informasi dengan gambar dan kelengkapan materi, sehingga lebih menarik dan menunjang aktivitas belajar siswa.


(58)

3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan menggunakan metode diskusi hendaknya pada saat diskusi kelompok berlangsung, harus dipantau dengan baik jalannya diskusi, sehingga kondisi kelas tetap kondusif.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustaka: Jakarta

Arief, A. 2009. Kecakapan Hidup Life Skill melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Lus. SIC. Surabaya.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arsyad. 2007. Media Pengajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Astuti, V. 2012. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IIIA SD Negeri 1 Kampung Baru Bandar Lampung Melalui Permainan dan media gambar Matematika. Universitas Lampung. Lampung.

Awaluddin, A. 2008. Materi Ajar. [Online]. http://andhysastera.blogspot.com/. Download: 7 November 2012 Jam 16.10.

Belina, W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP Swasta di Kota Bandung). Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika UPI. Bandung. [Online]. Tersedia:

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0519108-104827/. [15 Juni 2012]

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

_____. 2007. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Daryanto, H. 2007. Evaluasi Pendidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djarmarah dan A. Zain, 1996. Penguasaan Materi. Rieneka Cipta. Jakarta.


(60)

Hadjar, I. 1999. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Raja Grasindo. Jakarta.

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. [Online]. Tersedia:

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [10 November 2012].

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. . 2008. Kurikulum dan pembelajaran. Bumi Aksara. Bandung. Hamzah, B. 1981. Media Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Nursidik,Y. 2008. Metode Diskusi Pembelajaran.http://yahya.metode belajar.com.//akses 30 oktober 2010.

Pidekso, A. 2009. SPSS 17 Untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer. Semarang.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rohani, A. 1997. Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Sadiman, A.S. 1996. Media pendidikan. CV Rajawali. Jakarta.

. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Yogyakarta.

Sadiman, A.S., R. Raharjdo., A. Haryono., dan Rahardjito. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2010. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta.

Slavin, R.E. 2008. Cooperatif Learning : Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media. Bandung.

Solihatin, E. 2007. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.


(61)

Subana, M. dan Sunarti. 1998. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Pustaka Setia. Bandung.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada Jakarta.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi Keenam. PT Tarsito. Bandung. Sudjana, N. dan A. Rivai. 2010. Media Pengajaran. Sinar Baru Algesindo.

Bandung.

Suryosubroto. B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta

Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(1)

H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

b) Kriteria Uji

Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 10)

G. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas belajar siswa.

Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:

1. Menghitung rata–rata skor aktivitas belajar dengan menggunakan rumus:

% 100 x n xi

  Keterangan:

 = Rata-rata skor aktivitas belajar siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh

N = Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2002: 69)

2. Menafsirkan atau menentukan kategori indeks aktivitas belajar siswa sesuai klasifikasi pada tabel 4.

Tabel 4. Klasifikasi persentase aktivitas belajar siswa

Kategori Persentase Aktivitas

Belajar Siswa (%) Kategori

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan metode diskusi melalui media gambar mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Keanekaragaman Hayati. 2. Penggunaan metode diskusi melalui media gambar mampu meningkatkan

penguasaan materi pokok Keanekaragaman Hayati.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan sebagai berikut:

1. Penggunaan metode diskusi melalui media gambar dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru untuk mengembangkan kemampuan penguasaan materi siswa pada materi pokok Keanekaragaman Hayati.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang akan menggunakan media gambar hendaknya lebih ditingkatkan kualitas gambar, kesesuain informasi dengan gambar dan kelengkapan materi, sehingga lebih menarik dan menunjang aktivitas belajar siswa.


(3)

3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan menggunakan metode diskusi hendaknya pada saat diskusi kelompok berlangsung, harus dipantau dengan baik jalannya diskusi, sehingga kondisi kelas tetap kondusif.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, dan Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustaka: Jakarta

Arief, A. 2009. Kecakapan Hidup Life Skill melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Lus. SIC. Surabaya.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Arsyad. 2007. Media Pengajaran. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Astuti, V. 2012. Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IIIA SD Negeri 1 Kampung Baru Bandar Lampung Melalui Permainan dan media gambar Matematika. Universitas Lampung. Lampung.

Awaluddin, A. 2008. Materi Ajar. [Online]. http://andhysastera.blogspot.com/. Download: 7 November 2012 Jam 16.10.

Belina, W. W. 2008. Peningkatan Kecakapan Berpikir Rasional Siswa dalam Pembelajaran Fisika di SMP Pada Pokok Bahasan Pemantulan Cahaya Melalui Model Pembelajaran PBI (Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas VIII di Salah Satu SMP Swasta di Kota Bandung). Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika UPI. Bandung. [Online]. Tersedia:

http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-0519108-104827/. [15 Juni 2012]

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

_____. 2007. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Daryanto, H. 2007. Evaluasi Pendidikan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djarmarah dan A. Zain, 1996. Penguasaan Materi. Rieneka Cipta. Jakarta.


(5)

Hadjar, I. 1999. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Raja Grasindo. Jakarta.

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. [Online]. Tersedia:

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 [10 November 2012].

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. . 2008. Kurikulum dan pembelajaran. Bumi Aksara. Bandung. Hamzah, B. 1981. Media Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Mulyasa, E. 2005. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Nursidik,Y. 2008. Metode Diskusi Pembelajaran.http://yahya.metode belajar.com.//akses 30 oktober 2010.

Pidekso, A. 2009. SPSS 17 Untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer. Semarang.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rohani, A. 1997. Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Sadiman, A.S. 1996. Media pendidikan. CV Rajawali. Jakarta.

. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Yogyakarta.

Sadiman, A.S., R. Raharjdo., A. Haryono., dan Rahardjito. 2009. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2010. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta.

Slavin, R.E. 2008. Cooperatif Learning : Teori, Riset dan Praktek. Nusa Media. Bandung.

Solihatin, E. 2007. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.


(6)

Subana, M. dan Sunarti. 1998. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Pustaka Setia. Bandung.

Sudijono, A. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada Jakarta.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi Keenam. PT Tarsito. Bandung. Sudjana, N. dan A. Rivai. 2010. Media Pengajaran. Sinar Baru Algesindo.

Bandung.

Suryosubroto. B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta

Thoha, M. C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA Persada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 11 26

PENGARUH PENGUNAAN METODE DISKUSI MELALUI MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Studi Eksperimen Siswa Kelas X MA Al Hikmah Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 55

PENGARUH PENGUNAAN METODE DISKUSI MELALUI MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Studi Eksperimen Siswa Kelas X MA Al Hikmah Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 61

PENGARUH PENERAPAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 14 OKU Semester GenapTahun Pelajaran 2012/2013)

0 12 58

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MULTIMEDIA MELALUI METODE DISKUSI TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Talang Padang Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 59

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 4 57

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 48

PENGARUH PENGUNAAN METODE DISKUSI DENGAN MEDIA GAMBAR TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN PADA MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP N 2 Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Semester Ganjil Ta

1 15 72

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 53

PENGARUH MEDIA MAKET TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 60