32
termasuk pelayanan publik yang didanai, diadakan dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggung jawabkan
pelaksanaan tugasnya kepada publik. 5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan
tekhnologi komunikasi dan inmormasi mutkhir agar senantiasa tidak keinggalan dalam kemampuannya menggelola pembelajaran.
Satu hal lagi yang dapat diupayakan untuk peningkatan profesionalisme guru adalah melalui adopsi inovasi atau pengembangan kreatifitas dalam
pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media presentasi komputer dan juga pendekatan-pendekatan baru
bidang tekhnologi pendidikan. Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari
semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan dukunganya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI,
pemerintah dan juga masyarakat.
2.4.2 Peran Guru Penjasorkes
Menjadi guru pendidikan jasmani yang profesional tidak semudah yang dibayangkan orang selama ini. Salah jika ada yang menganggap mereka hanya
dengan modal peluit bisa menjadi guru pendidikan jasmani di sekolah. Bahkan sebaliknya, bahwa untuk menjadi guru pendidikan jasmani yang profesional akan
lebih sulit dibanding menjadi guru mata pelajaran yang lain. Hal ini disebabkan bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani lebih kompleks permasalahannya
dibanding dengan mata pelajaran yang lain. Oleh sebab itu tidak bisa guru mata
33
pelajaran lain diminta untuk mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani atau sebaliknya.
Profesi guru pendidikan jasmani secara umum sama dengan guru mata pelajaran yang lain pada umumnya, namun secara khusus ada letak perbedaan
yang prinsip dan ini merupakan ciri khas tersendiri. Profesionalisasi tenaga kependidikan menjadi kebutuhan yang utama dalam masyarakat jika masyarakat
itu sendiri mengakuinya. Tenaga kependidikan khususnya guru sangat diakui oleh masyarakat jika guru tersebut mempunyai tingkat kredibilitas yang tinggi, yaitu
komitmen, dapat dipercaya, dan profesional dalam bidangnya. Kebutuhan guru pendidikan jasmani yang profesional sangat tinggi, dalam
rangka menanggapi tantangan zaman modern. Seiring dengan itu banyak dinyatakan beberapa praktisi bahwa guru pendidikan jasmani secara umum belum
menunjukkan profesionalnya. Hal itu dapat diberikan beberapa contoh yaitu : guru mengajar hanya duduk di pinggir lapangan, sedangkan siswa suruh latihan sendiri
tanpa ada motivasi, penghargaan, dan perhatian yang serius. Contoh yang lain guru mengajar hanya secara tradisional yaitu tanpa menggunakan media dan
metode yang sesuai dengan yang seharusnya. Guru pendidikan jasmani tugasnya tidak hanya menyampaikan materi yang bersifat fisik dan motorik saja, melainkan
semua ranah harus tersampaikan pada siswanya melalui pembelajaran dan pendidikan yang utuh. Manajemen kelas merupakan kelemahan secara umum bagi
guru pendidikan jasmani ketika mengajar. Padahal terkait dengan manajemen kelas merupakan salah satu syarat yang mutlak untuk keberhasilan pembelajaran.
Untuk membekali calon guru pendidikan jasmani yang profesional, maka perlu
34
mendapatkan bahan-bahan yang terkait dengan profesinya, salah satunya matakuliah Persiapan Profesi Guru Pendidikan Jasmani.
Sedangkan guru penjasorkes adalah guru yang bertugas mengajar pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sekolah yang memilikin tujuan dan
fungsi berdasarkan kompetensinya. Depdiknas, 2003: 3. Untuk guru non penjasorkes bertanggung jawab sepenuhnya pada pola
pembelajaran di kelas, lain dengan guru penjasorkes yang berlandaskan pada peningkatan kualitas fisik dan bakat siswa. Jika dilihat dari jumlah jam mengajar
guru penjasorkes mengampu 24 jam mengajar tidak lebih dibanding dengan guru non penjasorkes yang mengampu minimum 24 jam mengajar serta lebih
bertanggung jawab dalam keberhasilan siswa. Baik guru non penjasorkes dan guru penjasorkes masing-masing memiliki kompetensi guru dan karakteristik sesuai
dengan bidang studi masing-masing . Kesimpulannya bahwa guru non penjasorkes dan guru penjasorkes
memiliki kriteria dan jam mengajar yang berbeda serta memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai standar kurikulum yang berlaku.
2.5 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan