Seni dan Nasionalisme Suwung Membawa Seni Dalam Panggung Nasionalisme Sebuah Tinjauan Sejarah.

9 Visit Indonesia Year yang dimulai tahun 1991 terus berlangsung sampai sekarang dengan tema-tema yang berbeda-beda. 23 Acara kesenian di Istana Kepresidenan juga terus dilakukan. Pertunjukan kesenian daerah di luar negeri juga terus dilakukan, bahkan sekarang jadi lebih bebas tidak hanya mengandalkan program pemerintah. Ini bisa berlangsung langsung dari sanggar atau pelatihan seni dengan cara mencari sponsor di luar negeri. Berbagai festival dunia juga sering diadakan di Indonesia, salah satunya adalah Festival Internasional Bahasa dan Budaya IFLC yang merupakan festival tahunan Turki, tahun ini diadakan di Jakarta, dan diikuti oleh pertunjukan seni dari Indonesia dan Turki. Festival seni Indonesia yang dikemas modern juga dilakukan, seperti Pertunjukan Salam Kreatif : Kolaborasi Budaya dan Seni Kontemporer di Jakarta pada tanggal 14 Oktober 2014 di Taman Ismail Marzuki. Pertunjukan ini diisi oleh seni-seni daerah yang dikemas dengan gaya modern, bahkan musisi muda juga ikut ambil bagian, seperti Sandy Sandoro dan Monita Tahalea. Secara umum keadaan saat ini merupakan keberlanjutan dari keadaan sebelumnya.

3. Seni dan Nasionalisme

“Tunjukan bagaimana engkau menari, dan saya akan mengetahui dari mana asalmu” 24 Kalimat di atas merupakan penggambaran dari begitu banyaknya tari yang terdapat di Indonesia, bahkan sebuah tarian dapat mencirikan daerah asalnya. Tari dan gaya-gaya tari yang ada di Indonesia mungkin sama banyaknya dengan jumlah dialek atau bahasa yang ada. 25 Di tambah lagi dengan kesenian- kesenian lainnya, seperti musik, rupa, dan teater, yang juga mampu mencirikan daerah asalnya, ini merupakan kekayaan budaya yang ada di Indonesia. Dalam hubungannya dengan “penguatan” Nasionalisme, kesenian tradisional memiliki tempat yang penting. Kekayaan yang dimiliki secara utuh dan acara ulang tahun kota Denpasar. Di Banyuwangi yang selama ini tidak begitu terkenal dalam hal pariwisata, semenjak tahun 2012 berhasil menjadikan dirinya sebagai destinasi pariwisata, tentu saja dengan program-program yang dijalankan, salah satunya adalah Banyuwangi Ethno Carnival BEC dan Gandrung Sewu yang menjadi festival bertaraf internasional. 23 Sejak tahun 2011, Visit Indonesia Year berganti nama menjadi “Wonderful Indonesia”. 24 Claire Holt. op.cit., hlm. 115. 25 Ibid., 10 turun temurun yang dimiliki oleh rakyat Indonesia dapat dijadikan sebagai modal dalam pemahaman budaya bangsa, terlebih nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, pemahaman mengenai nilai-nilai yang terkandung di dalam kesenian tradisional menjadi penting. Kesenian tradisional secara umum memiliki nilai lebih jika dibandingkan dengan seni modern. Pertama, seni tradisi biasanya mengandung nilai-nilai atau pesan moral yang memang secara turun temurun diwariskan dan dijadikan bahan pengajaran. Misalnya Gandrung di Banyuwangi yang banyak berisi pesan atau petuah dalam menjalani hidup. Kedua, terdapat unsur kebersamaan, dalam pagelarannya seni tradisi selalu melibatkan masyarakat, baik dalam persiapannya maupun pertunjukannya. Dalam dunia tari, tari tradisi masuk dalam bagian tari komunal, dan salah satu fungsi tari komunal ini adalah integrasi sosial, forum dialog dan kritik sosial, dan pendidikan. 26 Jika dilihat dari fungsi di atas, seni tradisi memiliki fungsi lebih dari sekedar hiburan. Selain itu seni tradisional erat kaitannya dengan sejarah daerah asalnya. Misalnya Lengger di Jember yang erat kaitannya dengan sejarah perkebunan di Jember, dan Gandrung yang dekat dengan sejarah perjuangan orang Banyuwangi melawan penjajah. Kedua hal inilah yang menjadi alasan mengapa seni tradisi layak untuk menjadi bagian dari usaha pemahaman kebangsaan. Apa yang kemudian menjadi penting adalah bagaimana seni baik tradisi maupun modern diposisikan dalam upaya tersebut. Melihat keadaan sekarang yang lebih menempatkan seni tradisi untuk kepentingan hiburan, apalagi seni modern, memang jauh dari upaya di atas. Banyak seni tradisional yang merubah bentuknya untuk kepentingan hiburan, dengan mengesampingkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Terlebih lagi keadaan seni modern, musik misalnya yang paling akrab dengan masyarakat saat ini terutama anak muda, mulai dipertanyakan kualitasnya, sebutan “asal jadi” kerap menjadi penggambaran dari keadaan musik saat ini. 27 Pada tahun 1960-1970-an, musik di luar negeri terutama Amerika dan Inggris muncul gerakan baru, yang dianggap sebagai bagian dari budaya counter 26 I Wayan Dibia, FX. Widaryanto, dan Endo Suanda. Tari Komunal. Jakarta : Lembaga pendidikan Seni Nusantara. 2006, hlm. 232-252. 27 Bagaimana musik saat ini kerap dibandingkan dengan musik-musik tahun 70-an sampai 90-an, yang dianggap lebih “indah”, dan memiliki arti atau pesan dalam karya-karyanya. 11 culture yang muncul di Amerika. Musik mereka banyak berisi pesan-pesan perdamaian, perlawanan dan penggambaran dari keadaan saat itu. Nama-nama seperti Jimmi Hendrix, John Lennon, dan Bob Dylan adalah musisi top saat itu. Lagu “Imagine” karya John Lennon yang dianggap karya paling terkenal dari generasi saat itu, yang sering disebut “flower generation”. 28 Selanjutnya musisi dunia juga sering menjadi bagian dari peristiwa besar semacam itu, seperti U2 yang banyak mengikuti kegiatan-kegiatan amal internasional misalnya berpartisipasi dalam A Conspiracy of Hope Tour sebagai dukungan kepada Amnesti International untuk membantu pengangguran di Irlandia, atau salah satu lagunya “Walk On” yang didekasikan untuk tokoh pro demokrasi Burma “Aung San Suu Kyi”. 29 Lalu bagaimana di Indonesia? Di Indonesia musisi sejenis yang banyak mengisi karyanya dengan kritikan terhadap keadaan sekitar adalah Iwan Fals. Tentu saja bagaimana lagunya “Suara Buat Wakil Rakyat” yang sempat dicekal, masih diingat oleh masyarakat sampai sekarang, dan dijadikan lagu kritikan kepada pemerintah. Musisi mudah juga bermunculan, Slank dengan lagunya Gosip Jalanan, dan Netral “Garuda Di Dadaku” yang biasanya kerap dinyanyikan bersamaan dengan perjuangan atlit- atlit Indonesia, serta yang terakhir adalah Kikan dengan lagunya “Serukan Keadilan” sebagai gambaran dari maraknya kasus korupsi dan upaya pemberantasannya. Selain itu ada juga musisi Indonesia yang mencoba melestarikan lagu-lagu daerah, seperti Tompi dalam album “Symphonic Tales of Indonesia”, ada juga Ananda Sukarlan dengan album “Rapsodia Nusantara”- nya. 30 Hal ini adalah sedikit contoh dari peran seni bersama dengan senimannya 28 Kelompok pendukung Budaya counter culture ini sekarang lebih dikenal dengan kelompok Hipis. 29 U2 adalah band Irlandia. Selain kegiatan tersebut ia bersama musisi terkenal lainnya seperti Sting-The Police, Freddie Mercury-Queen juga ikut dalam live aid band aid untuk mengumpulkan uang guna membantu upaya anti kemiskinan di Ethiopia, meskipun akhirnya upaya ini mendapat kritikan keras. 30 Ini merupakan project Tjut Nyak Deviana Daudsjah, yang menggabungkan musik orchestra dari Orchester der Kulturen Germany dengan vokalisnya Tompi. Terdapat 10 lagu yang dibawakan, seperti Yamko Rambe Yamko, Cublak-Cublak Suweng, dan Keroncong Kemayoran. Sedangkan album Rapsodia Nusantara merupakan aransemen lagu-lagu daerah nusantara, yang dikemas dengan musik jazz permainan piano Ananda Sukarlan. Rapsodia Nusantara ini sampai sekarang sudah berjumlah 15, salah satu contohnya adalah “Rayuan Pulau Kelapa” dan “Kicir- Kicir”. 12 untuk sesuatu yang lebih besar daripada fungsinya sebagai hiburan, meskipun sebenarnya dengan fungsi seperti ini, ia tetap memasukan unsur hiburan di dalamnya. Hal yang sama juga terjadi pada dunia film Indonesia, meskipun sempat dianggap mengalami penurunan kualitas, belakangan ini banyak sineas Indonesia yang memproduksi film-film yang sarat akan pesan moral dan juga berisi kekayaan Indonesia, serta yang berusaha “membuka mata” para penontonnya untuk melihat keadaan di sekitarnya. Contoh yang terbaru adalah “Negri Tanpa Telinga” karya Lola Amaria yang berisi sindiran kepada para koruptor di Indonesia yang dianggap sangat fenomenal dan berani, atau film “Tanah Surga Katanya” karya Herwin Novianto yang menggambarkan keadaan warga Indonesia di perbatasan Malaysia, serta “Alangkah Lucunya Negeri Ini” karya Dedy Mizwar yang banyak berisi sindiran dan penggambaran keadaan masyarakat perkotaan saat ini. Terakhir adalah festival atau kompetisi film dokumenter Eagle Award Documentary Competition yang berusaha melihat Indonesia dalam “lensa film dokumenter”, yang dianggap sebagai bagian dari apa yang mereka sebut “Merangkai Indonesia” atau “Menjadi Indonesia”. Hal-hal seperti inilah yang membuat seni layak dijadikan sebagai cara untuk menguatkan nasionalisme atau kepedulian terhadap Negara dan bangsa. Apa yang ingin disampaikan dari ini adalah, bagaimana dengan seni keadaan bangsa ini dapat disampaikan, dengan seni kekayaan bangsa ini dapat ditunjukkan, dan bagaimana seni mampu memberikan pesan-pesan moral dan mengaktualisasi nilai-nilai nasionalisme. Seni yang tidak terikat oleh etnis ataupun agama dapat menjadi bahasa penghubung dalam menjalin komunikasi, yang sebenarnya adalah langkah awal dari nasionalisme, ditambah lagi seni adalah hal yang mudah diterima dan diingat. Dengan pemahaman atau wawasan seni tradisional kekayaan Indonesia ditunjukan, memperkenalkan daerah-daerah bersama dengan budayanya yang tersebar di Indonesia lewat seni, maka pemahaman tentang keberadaan dan kedudukan bangsapun tercapai. Apa yang tidak boleh dilupakan adalah, dalam seni terdapat unsur yang disebut “penjiwaan”, ini tidak hanya terjadi kepada pelakunya melainkan juga kepada penontonya, unsur yang akan memberikan sebuah pengalaman yang berkesan, yang dapat menyentuh apa yang disebut “sesuatu yang terdalam dari diri 13 manusia”. Misalnya bagaimana seisi stadion mampu terbakar semangatnya, tergerak hatinya ketika menyanyikan lagu “Indonesia Raya” ketika Timnas Indonesia bertanding. Hal-hal yang seperti inilah yang patut untuk dilakukan. Jika ingin melihat pada sejarah bangsa ini, seperti yang ditulis sebelumnya, pada masa pemerintahan Sukarno seni dijadikan sebagai cara untuk menguatkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia, terlepas dari perseteruan yang muncul, apa yang menjadi penting adalah bagaimana seni mendapat tempat, dan dianggap sebagai sesuatu yang penting dalam upaya penguatan nasionalisme. Berkaitan dengan upaya tersebut, peran pemerintah menjadi penting. Pemerintah yang memiliki kekuatan yang paling besar diharapkan serius dalam upayanya membangun rasa nasionalisme dan kebangsaan, yang dalam kasus ini dapat dilakukan dalam dan lewat panggung seni. Perhatian dan komitmen pemerintah dapat menjadi kunci dari sukses tidaknya upaya ini. Misalnya, dukungan pemerintah pada upaya pembelajaran, pagelaran atau pameran seni yang dilakukan seniman-seniman daerah baik di dalam maupun luar negeri, perhatian pemerintah pada upaya publikasi pertunjukan-pertunjukan seni, serta keikutsertaan pemerintah dalam membentuk segmen pasar dengan kondisi yang kondusif untuk berkembangnya seni, terutama seni tradisional. Akan tetapi dengan melihat keadaan sekarang, upaya seperti ini tidaklah lazim dilakukan, saat ini nasionalisme dapat dan mungkin “hanya” dapat disampaikan dan diajarkan lewat mata pelajaran misalnya Pendidikan Kewarganegaraan dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Dalam bahasa Jawa terdapat istilah “Suwung”, yang secara harfiah berarti gila, kurang waras atau kosong, akan tetapi jika ditelaah lebih lanjut dapat diartikan sebagai “merasakan kehadiran sesuatu meskipun tidak atau belum tampak”, mungkin kata ini adalah kata yang cocok untuk menggambarkan upaya membawa seni dalam pemahaman dan penguatan nasionalisme saat ini, yang masih dianggap remeh atau tidak mendapatkan tempatnya.

4. Simpulan