Analisis Pola Kemitraan Pemerintah Daerah dengan Swasta dalam Perspektif Good Corporate Governance (Studi Pada Kemitraan Pemerintah Provinsi Lampung dengan PT. Gunung Madu Plantations)

(1)

A B S T R A C T

Analysis of the Partnership Pattern of Local Government and Private Sector in the Perspective of Good Corporate Governance (Study in Partnership of

Lampung Provincial Government with PT Gunung Madu Plantations).

By :

Yahnu Wiguno Sanyoto

The purpose of this study is to analyze the partnership pattern of local government and private sector in the perspective of Good Corporate Governance, through studies in the partnership pattern of Lampung Provincial Government with PT Gunung Madu Plantations, thereby building partnerships with the private sector as domestic and foreign investors once created a synergistic relationship (the interrelation and interaction), both horizontally, vertically or diagonally between the government-private-community as the elements of good governance.

The research method that used in this thesis is qualitative research method with qualitative descriptive approach. The technique for determining the informants by using purposive sampling based on the consideration of certain criteria. data collection combines the techniques of interview, documentation, observation, and using data analysis with reduction step, data display and data verification.

The result of the discussion can be concluded that the Government of Lampung Province has partnered with the private sector who invest in the Province of Lampung. The partnership patterns that developed up till now between the Government of Lampung Province with the private sector can be seen from the policy aspects that form the pattern of monopolistic partnerships, institutional aspects that form the pattern of competitive partnerships, infrastructure aspects that form the pattern of collaborative partnerships, human resource aspects of forming a


(2)

Based on the 5 (five) developing partnership pattern, can be classified into 3 (three) alternative patterns of (a) the pattern of policies relating to policy and institutional aspects; (b) pattern involving the preservation of the infrastructure and resources nature and the environment; (c) the pattern of welfare-related aspects of human resources.

Keywords : good governance, good corporate governance, corporate social responsbility, partnership.


(3)

A B S T R A K

Analisis Pola Kemitraan Pemerintah Daerah dengan Swasta dalam Perspektif Good Corporate Governance (Studi Pada Kemitraan Pemerintah Provinsi

Lampung dengan PT. Gunung Madu Plantations)

O l e h :

Yahnu Wiguno Sanyoto

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola kemitraan Pemerintah Daerah dengan swasta dalam perspektif Good Corporate Governance melalui studi pada kemitraan Pemerintah Provinsi Lampung dengan PT Gunung Madu Plantations sehingga terbangun kemitraan dengan pihak swasta sebagai investor dalam maupun luar negeri sekaligus tercipta hubungan yang sinergis (interelasi dan interaksi), baik secara horizontal, vertikal maupun diagonal antara pemerintah-swasta-masyarakat sebagai elemen-elemen good governance.

Metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini yaitu metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif-kualitatif. Teknik penentuan informan dilakukan secara purposive sampling yang didasarkan pada pertimbangan kriteria-kriteria tertentu. Teknik pengumpulan data mengkombinasikan antara teknik wawancara, dokumentasi, observasi, serta menggunakan teknik analisis data dengan tahap reduksi, display data dan verifikasi data.

Hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Provinsi Lampung telah bermitra dengan pihak swasta yang menanamkan modalnya di Provinsi Lampung. Pola-pola kemitraan yang berkembang selama ini antara Pemerintah Provinsi Lampung dengan swasta dapat dilihat dari aspek kebijakan yang membentuk pola kemitraan monopolistik, aspek kelembagaan yang membentuk pola kemitraan kompetitif, aspek infrastruktur yang membentuk pola kemitraan kolaboratif, aspek sumber daya manusia yang membentuk pola kemitraan akomodatif-partisipatif,


(4)

Berdasarkan 5 (lima) pola kemitraan yang telah berkembang, dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) pola alternatif yaitu (a) pola kebijakan yang menyangkut aspek kebijakan dan kelembagaan; (b) pola kelestarian yang menyangkut aspek infrastruktur dan sumber daya alam dan lingkungan; (c) pola kesejahteraan yang menyangkut aspek sumber daya manusia.

Kata kunci : tata kelola yang baik, tata kelola perusahaan yang baik, tanggung jawab sosial perusahaan, kemitraan.


(5)

PEMERINTAH DAERAH DENGAN SWASTA

DALAM PERSPEKTIF

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

(STUDI PADA KEMITRAAN PEMERINTAH PROVINSI

LAMPUNG DENGAN PT.

GUNUNG MADU PLANTATIONS

)

(HASIL PENELITIAN)

OLEH :

YAHNU WIGUNO SANYOTO

0926021052

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2011


(6)

(7)

(8)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR BAGAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Kegunaan Penelitian ... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Konsep Kemitraan ... 13

2.1.1. Prinsip-Prinsip Kemitraan ... 16

2.1.2. Tujuan Kemitraan ... 18

2.1.2. Pola – Pola Kemitraan ... 20

2.2. Tinjauan Tentang Pemerintah dan Pemerintahan ... 26

2.2.1. Azas-Azas Pemerintahan Umum ... 29

2.2.2. Fungsi Pemerintahan ... 31

2.2.3. Model Penyelenggaraan Pemerintahan ... 33

2.3. Pemerintah Daerah ... 34

2.3.1. Azas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah ... 35

2.3.2. Tujuan Keberadaan Pemerintahan Daerah ... 36

2.3.3. Tinjauan Tentang Otonomi Daerah ... 37

2.3.4. Dasar Hukum Otonomi Daerah ... 42

2.3.5. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Otonomi Daerah ... 43

2.3.6. Tujuan Pemberian Otonomi Daerah ... 43

2.4. Aparatur Pemerintah Daerah... 45

2.5. Pengertian Governance ... 47

2.5.1. Pengertian Good Governance ... 51

2.5.2. Pengertian Good Corporate Governance ... 53

2.5.2.1. Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance .... 56

2.5.2.1.1. Transparansi ... 56

2.5.2.1.2. Akuntabilitas ... 57

2.5.2.1.3. Responsibilitas ... 58


(9)

ii

2.6.1. Pengertian Corporate Social Responsibility ... 64

2.6.2. Bentuk-Bentuk Corporate Social Responsibility ... 69

2.6.3. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility ... 72

2.7. Kerangka Pikir ... 75

BAB III. METODE PENELITIAN ... 78

3.1. Tipe Penelitian ... 78

3.2. Fokus Penelitian ... 80

3.3. Lokasi Penelitian ... 81

3.4. Penentuan Informan ... 82

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 83

3.5.1. Wawancara ... 84

3.5.2. Dokumentasi ... 85

3.5.3. Observasi ... 86

3.6. Teknik Analisis Data ... 87

BAB IV. GAMBARAN UMUM ... 89

4.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung ... 89

4.1.1. Sekilas Tentang Sejarah Provinsi Lampung ... 89

4.1.2. Potensi Provinsi Lampung ... 95

4.1.2.1. Lokasi yang Strategis ... 96

4.1.2.2. Kedudukan dalam Kebijaksanaan Nasional ... 97

4.1.2.3. Potensi Alam ... 97

4.1.2.4. Keanekaragaman Suku Bangsa ... 99

4.1.2.5. Dukungan Wilayah Belakang ... 99

4.1.2.6. Pusat Koleksi dan Distribusi ... 102

4.1.2.7. Aksesibilitas yang Semakin Baik ... 103

4.1.2.8. Pengembangan Transhipment Point Akibat Perkembangan Akses ... 104

4.1.3. Visi dan Misi Provinsi Lampung Tahun 2025 ... 105

4.1.3.1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang Berdaya Saing dan Bertaqwa .. 106

4.1.3.2. Membangun dan Meningkatkan Perekonomian Daerah serta Mengoptimalkan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan ... 107

4.1.3.3. Membangun dan Meningkatkan Kualitas Infrastruktur Wilayah untuk Pengembangan dan Pembangunan Wilayah serta Daya Saing Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat ... 108

4.1.3.4. Mewujudkan Kinerja Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Sesuai dengan Prinsip-Prinsip Good Governance (Tata Pemerintahan yang Baik) .. 109


(10)

iii 4.1.3.6. Melestarikan dan Mengembangkan Nilai-

Nilai Luhur, Seni, dan Budaya Daerah ... 110

4.2. Gambaran Umum Pemerintah Provinsi Lampung ... 111

4.3. Gambaran Umum Informan ... 114

4.4. Gambaran Umum Perusahaan Swasta di Provinsi Lampung ... 116

4.5. Gambaran Umum PT Gunung Madu Plantations ... 126

4.5.1. Sejarah PT Gunung Madu Plantations ... 126

4.5.2. Visi dan Misi PT Gunung Madu Plantations ... 130

4.5.3. Struktur Organisasi PT Gunung Madu Plantations ... 131

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 135

5.1. GCG dan CSR ... 135

5.2. Kemitraan dan CSR ... 141

5.3. Kemitraan Pemerintah Provinsi Lampung dengan Swasta (PT Gunung Madu Plantations) ... 145

5.3.1. Kesiapan Pemerintah Provinsi Lampung Bermitra dengan Swasta ... 145

5.3.1.1. Aspek Kebijakan ... 146

5.3.1.2. Aspek Kelembagaan ... 152

5.3.1.3. Aspek Infrastruktur ... 154

5.3.1.4. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) ... 156

5.3.1.5. Aspek Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan Hidup (LH) ... 159

5.3.2. Kendala-Kendala Pemerintah Provinsi Lampung dalam Bermitra dengan Swasta ... 161

5.3.2.1. Aspek Kebijakan ... 161

5.3.2.2. Aspek Kelembagaan ... 167

5.3.2.3. Aspek Infrastruktur ... 170

5.3.2.4. Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) ... 174

5.3.2.5. Aspek Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan Hidup (LH)... 175

5.3.3. Implementasi CSR di PT Gunung Madu Plantations ... 178

5.3.3.1. Implementasi CSR Bidang Lingkungan Hidup (Planet) ... 180

5.3.3.2. Implementasi CSR Bidang Sosial (People) ... 184

5.3.3.3. Implementasi CSR Bidang Ekonomi (Profit) .... 192

5.3.4. Alternatif Pola Kemitraan Pemerintah Provinsi Lampung dengan Swasta (PT Gunung Madu Plantations) ... 195

5.3.4.1. Kemitraan Pemerintah – Dunia Usaha ... 205

5.3.4.2. Kemitraan Masyarakat – Dunia Usaha ... 209

5.3.4.3. Kemitraan Pemerintah – Masyarakat – Dunia Usaha ... 218


(11)

iv 6.2. Saran ... 229 DAFTAR PUSTAKA


(12)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Good Governance dan Good Corporate Governance di Asia (2001) .. 1

2. Implementasi CSR yang telah dilakukan PT Gunung Madu Plantations... 10

3. Perbedaan Undang-Undang Tentang Pemerintahan Daerah Pada Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi ... 45

4. Perbedaan Istilah Government dan Governance ... 49

5. Kegiatan Corporate Social Responsibility ... 74

6. Struktur Organisasi Dinas Pemerintah Provinsi Lampung ... 113

7. Struktur Organisasi Lembaga Teknis Daerah/Kantor Pemerintah Provinsi Lampung ... 114

8. Gambaran Umum Informan ... 114

9. Daftar Perusahaan di Provinsi Lampung ... 116

10. Perkembangan Realisasi Proyek PMDN di Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung (s/d Juni 2009) ... 124

11. Perkembangan Realisasi Proyek PMA di Kabupaten/Kota Se-Provinsi Lampung (s/d Desember 2009) ... 125

12. Manfaat Pelaksanaan CSR Bagi Perusahaan ... 143

13. Masalah-Masalah Utama dalam Melakukan Aktivitas Usaha di Indonesia ... 162

14. Lalu Lintas Komoditas Impor di Pelabuhan Panjang – Lampung Per Triwulan I Tahun 2011 ... 175


(13)

(14)

vii

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1. Hubungan Pemerintah, Swasta, dan Rakyat ... 63

2. Kerangka Pikir ... 77

3. Teknik Analisis Data ... 88

4. Struktur Organisasi PT Gunung Madu Plantations ... 132

5. Manfaat Implementasi GCG ... 136

6. Model Kerjasama Stakeholders ... 145

7. Alur Prosedur Penanaman Modal di Daerah ... 149

8. Masalah Pengembangan Ekonomi Daerah di Indonesia ... 163

9. Hubungan Antara SD, CSR, dan 3P ... 179

10. Permodelan Pola Kemitraan antara Perusahaan, Pemerintah, dan Lembaga Pendidikan Bagi Pengembangan dan Keberlanjutan Pembangunan Daerah dan Bisnis Perusahaan ... 199

11. Program CSR Melalui Pola Kemitraan Perusahaan, Pemerintah dan Lembaga Pendidikan Bagi Berkurangnya/Teratasinya Masalah Pengembangan Ekonomi Daerah di Provinsi Lampung ... 204

12. Perhitungan Harga Tebu di Pabrik PT GMP dengan Sistem Jual Beli Tebu ... 213

13. Perhitungan Harga Tebu di Pabrik PT GMP dengan Sistem Bagi Hasil ... 215

14. Triple Bottom Lines ... 219

15. Agents of Development ... 220


(15)

viii 18. Nilai – Nilai Etis dalam Kemitraan ... 222


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Budimanta, Arif. Dkk. 2004. Corporate Social Responsibility. Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD). Jakarta.

Bungin Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Prenada Media Group. Jakarta.

Damayanti, Mia Nur. 2009. Kajian Pelaksanaan Kemitraan dalam Meningkatkan Pendapatan Antara Petani Semangka di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah dengan CV. Bimandiri. IPB Press. Bogor.

Deshinta, Menallya. 2006. Peranan Kemitraan Terhadap Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam Broiler. IPB Press. Bogor

Dwipayana, Ari. Dkk. 2003. Membangun Good Governance di Desa. IRE Press. Yogyakarta.

Effendi, Muh. Arief. 2009. Good Corporate Governance : Teori dan Implementasi. Salemba Empat. Jakarta.

Faisal, dan Sparadley. 1990. Format-Format Penelitian Sosial. PT. Rajawali Perss. Jakarta.

Febriyanti, Diah. 2010. Good Corporate Governance sebagai Pilar Implementasi Corporate Social Responsibility (Studi Kasus Pada PT. Bank X.Tbk). Universitas Diponegoro Press. Semarang.

Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Hafsah, Muhammad Jafar. 1999. Kemitraan Usaha. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Huberman, Michael dan Miles Matthew. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press.


(17)

Makhya, Syarief. 2004. Ilmu Pemerintahan: Telaahan Awal (Buku Ajar). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Moleng, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University. Yogyakarta.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru) Jilid 1 dan 2 Rineka Cipta. Jakarta.

________________. 2005. Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan. Rineka Cipta. Jakarta.

Nurcholis Hanif. 2005. Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Grasindo. Jakarta.

Praseto, Siko. 2010. Pengaruh Sikap Penerima Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Citra Perusahaan (Corporate Image). Universitas Lampung. Bandarlampung.

Poerwanto. 2010. Corporate Social Responsibility : Menjinakan Gejolak Sosial di Era Pornografi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Ramayana, Reza dan Jalal. 2007. Kemitraan Tiga Sektor (tri-sector partnership) untuk Pembangunan Berkelanjutan di Kabupaten-Kabupaten di Madura. Lingkar Studi CSR. Jakarta.

Sanyoto, Yahnu Wiguno. 2006. Pemahaman Aparatur Pemerintah Kota Bandarlampung Terhadap Prinsip-Prinsip Good Governance. Unila Press. Bandarlampung.

Sarundajang. 2002. Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Sedarmayanti. 2004. Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik). Mandar Maju. Bandung.

________________. 2007. Good Governance dan Good Corporate Governance. Mandar Maju. Bandung.


(18)

Kepemerintahan yang Baik). Refika Aditama. Bandung.

Siregar, Doli D. 2004. Manajemen Aset. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Gaya Media. Yogyakarta.

Sumarto, Hetifah. 2004. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Susanto, A.B. 2009. Reputation – Driven Corporate Social Responsibility. Erlangga. Jakarta.

Syafiie, Inu Kencana. 2001. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Refika Aditama. Bandung.

Syahriani, dan Syakrani. 2009. Implementasi Otonomi Daerah dalam Perspektif Good Governance. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Thoha, Miftah. 2004. Birokrasi dan Politik di Indonesia. Raja Grafindo. Jakarta. Wahyudi, Isa dan Busyra Azheri. 2008. Corporate Social Responsibility : Prinsip,

Pengaturan & Implementasi. SETARA Press. Malang.

Wibisono, Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Fascho Publishing. Gresik.

Widodo, Joko. 2001. Good Governance Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi. Insan Cendekia. Surabaya.

---Kamus dan Panduan---

---. 2009. Panduan Umum Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. 2006. Komite Nasional Kebijakan Governance. Jakarta


(19)

Direktori Peluang Investasi di Provinsi Lampung Tahun 2008 – 2009. 2009. Pemerintah Provinsi Lampung. Bandarlampung.

Investa “Media Investasi Provinsi Lampung”. 2010. Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Lampung. Bandarlampung.

---Makalah dan Artikel---

Abeng, Emil. 2010. ACFTA, Antara Harapan dan Realitas. Kompas. Jakarta.

Susetyo. 2005. Metode Penelitian Kualitatif (Makalah). Disampaikan pada Pelatihan Metodologi Penelitian Program Hibah Kompetisi A2 Umum Jurusan Ilmu Pemerintahan.

Solihin, Dadang. 2008. Tantangan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat di Era Otonomi Daerah. Disampaikan pada Bintek Lembaga Pendidikan Keuangan Daerah Indonesia DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara.

Thoha, Miftah. 2002. Reformasi Birokrasi Indonesia (Makalah). Bappenas. Jakarta. Radar Lamteng. GMP Buka Program Kemitraan Mandiri. 24 Maret 2010.

Lampung Post. Pelabuhan : Gerbang Ekonomi Lampung (Artikel). 13 Agustus 2010. ___________. Dana Perbaikan Jalan Lampung Rp883 Miliar (Artikel). 04 Januari

2011.

___________. Lampung Layak Jadi Percontohan Produksi Gula (Artikel). 02 Februari 2011.

___________. Pengusaha Minta Izin Dipermudah (Artikel). 02 Februari 2011. Tribun Lampung. Jalan Rusak Provinsi Lampung (Artikel). 05 Februari 2011. Lampung Post. Ada Indikasi CSR Jadi Bancakan Pejabat (Artikel). 03 Maret 2011. ___________. CSR Tidak Bisa Dipaksakan (Artikel). 04 Maret 2011.


(20)

___________. Sebulan Setelah Panen Petani Terima Duit. Edisi Nomor 098/VII/Februari 2010.

___________. Kajian CSR dan SD Terhadap UU No. 40 Tahun 2007 Terhadap PT (Opini). Edisi Nomor 104/VIII/September 2010.

___________. Menimba Ilmu Hingga Negeri Brazil (Artikel). Edisi Nomor 105/VIII/Oktober 2010.

___________. PT GMP Peduli Merapi dan Mentawai (Artikel). Edisi Nomor 105/VIII/Oktober 2010.

---Dokumen dan Peraturan Perundang-Undangan---

Undang – Undang Dasar 1945 Amandemen Keempat. 2002.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup.

Ketetapan MPR RI Nomor VII/MPR/2001 Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 Tentang Rekomendasi Kebijakan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah.


(21)

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 Tentang Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009.

Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung Nomor 12 Tahun 2008 Tentang

Penggantian Biaya Administrasi Perizinan.

Data Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Lampung. 2009.

Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Lampung 2010-2015.

---Artikel Website---

http://www.bappenas.go.id http://www.transparansi.or.id

http://www.bunghatta.ac.id/artikel-134-8-best-practice-good-corporate-governance-dalam-meningkatkan-sinergi-dan-kinerja-stakeholders-dalam.html/

diakses Minggu, 20 Juni 2010 Pukul. 23.27 WIB.

http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2011010207512914 diakses Senin, 03 Januari 2011 Pukul. 14.53 WIB.

http://warnalampung.wordpress.com/2011/01/31/jadi-jembatan-hubungan-masyarakat-perusahaan/ diakses Minggu, 20 Februari 2011 Pukul. 06.08 WIB. http://www.radarlamteng.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=1&arti


(22)

(23)

(24)

IV. GAMBARAN UMUM

4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung

4.1.1 Sekilas tentang Sejarah Provinsi Lampung

Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 03/1964 yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964.

Sebelum itu, Provinsi Lampung merupakan Keresidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 Maret 1964 tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta warna corak kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khasanah ada budaya di Nusantara yang tercinta ini. Oleh karena itu, pada zaman VOC daerah Lampung tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.

Tatkala Banten di bawah pimpinan Sultan Agung Tirtayasa (1651 – 1683) Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC di perairan Jawa, Sumatera, dan Maluku. Sultan Agung ini dalam upaya meluaskan wilayah kekuasaan


(25)

Banten mendapat hambatan karena dihalang-halangi VOC yang bercokol di Batavia. Putra Sultan Agung Tirtayasa yang bernama Sultan Haji diserahi tugas untuk menggantikan kedudukan mahkota Kesultanan Banten.

Dengan kejayaan Sultan Banten pada saat itu tentu saja tidak menyenangkan VOC, oleh karenanya VOC selalu berusaha untuk menguasai Kesultanan Banten. Usaha VOC ini berhasil dengan jalan membujuk Sultan Haji sehingga berselisih paham dengan ayahnya Sultan Agung Tirtayasa. Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Haji meminta bantuan VOC dan sebagai imbalannya Sultan Haji akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung kepada VOC. Akhirnya, pada tanggal 07 April 1682 Sultan Agung Tirtayasa disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten.

Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan Sultan Haji menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Haji tertanggal 27 Agustus 1682 yang isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.

Pada tanggal 29 Agustus 1682, iring-iringan armada VOC dan Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan membawa surat mandat dari Sultan Haji dan ia mewakili Sultan Banten.

Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini ternyata tidak berhasil dan ia tidak mendapatkan lada yang dicari-carinya. Agaknya perdagangan langsung antara VOC


(26)

dengan Lampung yang dirintisnya mengalami kegagalan, karena ternyata tidak semua penguasa di Lampung begitu saja tunduk kepada kekuasaan Sultan Haji yang bersekutu dengan kompeni, tetapi banyak yang masih mengakui Sultan Agung Tirtayasa sebagai Sultan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh. Sementara itu, timbul keragu-raguan dari VOC apakah benar Lampung berada di bawah kakuasaan Sultan Banten kemudian baru diketahui bahwa penguasaan Banten atas Lampung tidak mutlak. Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut “Jenang” atau kadang-kadang Gubernur hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada). Sedangkan penguasa-penguasa Lampung asli yang terpencar-pencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut “Adipati” secara hierarkis tidak berada di bawah koordinasi penguasaan Jenang/Gubernur. Jadi, penguasaan Sultan Banten atas Lampung adalah dalam hal garis pantai saja dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil-hasil bumi terutama lada, dengan demikian jelas hubungan Banten – Lampung adalah dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya.

Selanjutnya, pada masa Raffles berkuasa (1811) ia menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung. Pada masa itu pula (1817), posisi Radin Inten semakin kuat dan oleh karenanya Belanda merasa khawatir dan mengirimkan ekspedisi kecil di pimpin oleh Assisten Residen Krusemen yang menghasilkan persetujuan :


(27)

1. Radin Inten memperoleh bantuan keuangan dari Belanda sebesar f. 1.200 setahun;

2. Kedua saudara Radin Inten masing-masing akan memperoleh bantuan pula sebesar f. 600 tiap tahun;

3. Radin Inten tidak diperkenankan memperluaskan lagi wilayah selain dari desa-desa yang sampai saat itu berada di bawah pengaruhnya.

Tetapi persetujuan tersebut tidak pernah dipatuhi oleh Radin Inten dan ia tetap melakukan perlawanan-perlawanan terhadap Belanda. Oleh sebab itu, pada tahun 1825 Belanda memerintahkan Leliever untuk menangkap Radin Inten, namun dengan cerdik Radin Inten dapat menyerbu benteng Belanda dan membunuh Leliever dan anak buahnya. Akan tetapi pada saat itu Belanda sedang menghadapi Perang Diponegoro (1825 – 1830), maka Belanda tidak dapat berbuat apa-apa terhadap peristiwa itu.

Tahun 1825, Radin Inten meninggal dunia dan digantikan oleh putranya Radin Imba Kusuma. Setelah Perang Diponegoro selesai pada tahun 1930 Belanda menyerbu benteng Radin Imba Kusuma, tetapi tidak berhasil mendudukinya. Baru pada tahun 1934 setelah Asisten Residen diganti oleh perwira militer Belanda dan dengan kekuasaan penuh, maka benteng Radin Imba Kusuma berhasil dikuasai. Radin Imba Kusuma menyingkir ke daerah Lingga, namun penduduk Lingga ini menangkapnya dan menyerahkan kepada Belanda. Radin Imba Kusuma di buang ke Pulau Timor.


(28)

Secara bersamaan, pada masa itu rakyat di pedalaman tetap melakukan perlawanan, “Jalan Halus” dari Belanda dengan memberikan hadiah-hadiah kepada pemimpin-pemimpin perlawanan rakyat Lampung ternyata tidak membawa hasil. Belanda tetap merasa tidak aman, sehingga Belanda membentuk tentara sewaan yang terdiri dari orang-orang Lampung sendiri untuk melindungi kepentingan-kepentingan Belanda di daerah Teluk Betung dan sekitarnya. Perlawanan rakyat yang digerakkan oleh putra Radin Imba Kusuma sendiri yang bernama Radin Inten II tetap berlangsung terus, sampai akhirnya Radin Inten II ini ditangkap dan dibunuh oleh tentara-tentara Belanda yang khusus didatangkan dari Batavia.

Sejak itu, Belanda mulai leluasa menancapkan kakinya di daerah Lampung. Perkebunan mulai dikembangkan yaitu penanaman kaitsyuk, tembakau, kopi, karet dan kelapa sawit. Terkait dengan kepentingan pengangkutan hasil-hasil perkebunan itu maka tahun 1913 dibangun jalan kereta api dari Teluk Betung menuju Palembang. Hingga menjelang Indonesia merdeka, 17 Agustus 1945 dan periode perjuangan fisik setelah itu, putra Lampung tidak ketinggalan ikut terlibat dan merasakan betapa pahitnya perjuangan melawan penindasan penjajah yang silih berganti. Sehingga pada akhirnya pada tahun 1964 Keresidenan Lampung ditingkatkan menjadi Daerah Tingkat I Provinsi Lampung.

Secara geografis, Provinsi Lampung terletak pada 103o40’ sampai 105o50’ Bujur Timur dan 6o45’ sampai 3o45’ Lintang Selatan. Daerah Provinsi Lampung meliputi


(29)

areal 35.288,35 km2 termasuk pulau-pulau yang terletak pada bagian sebelah ujung tenggara pulau Sumatera, dan dibatasi oleh batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Di sebelah utara dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu;  Di sebelah selatan dengan Selat Sunda;

 Di sebelah timur dengan Laut Jawa;

 Di sebelah barat dengan Samudera Indonesia.

Posisi tersebut menempatkan Provinsi Lampung sebagai pintu gerbang antara pulau Jawa dan Sumatera. Letaknya yang strategis, menjadikan Daerah ini sebagai daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Provinsi Lampung, beribukota di Bandar Lampung yang memiliki luas 192,2 km2. Selain sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial politik, pendidikan dan kebudayaan, juga merupakan pusat kegiatan perekonomian, pusat perdagangan, industri, dan pariwisata.

Sejak tahun 1999, wilayah Provinsi Lampung telah dimekarkan menjadi 14 daerah Kabupaten/Kota. Pada tahun 2007, jumlah penduduk Provinsi Lampung tercatat sebesar 7.289.767 jiwa. Selama tahun 1990-2000 laju pertumbuhan penduduk mencapai 0,98%; dan pada tahun 2000-2006 mengalami penurunan menjadi 0,84%. Pada tahun 2005 terdapat 86 Desa, 174 Kelurahan, dan 180 Kecamatan, sedangkan tahun 2008 terdapat 2.153 Desa, 174 Kelurahan, dan 204 Kecamatan119. Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Lampung meliputi :

119


(30)

1. Kabupaten Lampung Barat dengan Ibukota Liwa; 2. Kabupaten Tanggamus dengan Ibukota Kota Agung; 3. Kabupaten Lampung Timur dengan Ibukota Sukadana; 4. Kabupaten Lampung Tengah dengan Ibukota Gunung Sugih; 5. Kabupaten Lampung Utara dengan Ibukota Kotabumi; 6. Kabupaten Way Kanan dengan Ibukota Blambangan Umpu; 7. Kabupaten Tulang Bawang dengan Ibukota Menggala; 8. Kota Bandar Lampung;

9. Kota Metro;

10. Kabupaten Lampung Selatan dengan Ibukota Kalianda; 11. Kabupaten Pesawaran dengan Ibukota Gedong Tataan; 12. Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan Ibukota Panaragan; 13. Kabupaten Mesuji dengan Ibukota Mesuji;

14. Kabupaten Pringsewu dengan Ibukota Pringsewu;

4.1.2 Potensi Provinsi Lampung

Provinsi Lampung memiliki prospek yang kuat untuk berkembang menjadi daerah yang besar dalam skala regional, nasional bahkan nasional. Analisis potensi Provinsi Lampung berikut, yang mendukung antara lain adalah (1) lokasi geografis yang sangat strategis, (2) kedudukan yang dituju dalam kebijaksanaan nasional dan regional, (3) pemandangan alam yang indah yang dapat dimanfaatkan untuk menarik wisatawan, (4) keanekaragaman suku bangsa (multi ethnic), dan (5) dukungan wilayah sekitarnya (hinterland) yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan Provinsi Lampung.


(31)

4.1.2.1 Lokasi yang Strategis

Provinsi Lampung menempati posisi geografis yang sangat strategis. Dari segi jarak, kedudukan kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung terhadap kota-kota besar seperti Jakarta dan wilayah pertumbuhan ekonomi Jabodetabek, Banten, serta Jawa Barat menjadikannya salah satu pilihan bagi relokasi dan tempat limpahan kegiatan ekonomi dari wilayah tersebut. Dalam kaitan ini, Provinsi Lampung menjadi bagian dari poros pertumbuhan Pantai Utara Jawa dan bagian dari proses perkembangan Pulau Jawa bagian barat.

Dalam kedudukannya kini, Provinsi Lampung menjadi salah satu unggulan untuk menjadi pusat pertumbuhan Sumatera bagian selatan. Lokasinya di ujung selatan Pulau Sumatera akan memantapkan posisinya sebagai pintu gerbang utama Pulau Jawa dengan Sumatera.

Kedudukan Provinsi Lampung pada posisi geografis yang strategis ini didukung pula oleh aksesibiltas yang tinggi. Provinsi Lampung dapat dicapai melalui jalan raya Trans Sumatera, transportasi laut melalui Pelabuhan Bakauheni dan Pelabuhan Panjang, serta jalur udara melalui Bandar Udara Radin Inten II yang berjarak lebih kurang 18 km dari ibukota provinsi. Provinsi Lampung pun memiliki posisi yang menguntungkan terhadap obyek dan daya tarik wisata nasional maupun internasional, seperti Gunung Krakatau, Pelatihan Gajah Way Kambas dan lain sebagainya.


(32)

4.1.2.2 Kedudukan dalam Kebijaksanaan Nasional

Kebijakan nasional dan regional menetapkan Provinsi Lampung sebagai pusat pertumbuhan nasional dan merupakan orientasi bagi pusat pengembangan antar daerah. Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi potensial, Provinsi Lampung dapat dijadikan kawasan andalan di Pulau Sumatera dengan sektor unggulan: perdagangan, jasa, akomodasi, pariwisata, industri kerajinan, agroindustri, dan industri manufaktur, transportasi selain sebagai pusat aktivitas pemerintahan.

Berbagai kebijaksanaan di atas, mempertimbangkan kedudukan Provinsi Lampung sebagai pintu gerbang pergerakan roda ekonomi dari dan ke Pulau Jawa yang didukung dengan adanya jalur lintas Trans Sumatera, Pelabuhan Panjang, serta rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda.

Dalam perkembangan terakhir terungkap adanya pandangan ke depan bagi Provinsi Lampung untuk berkembang tidak sekedar sebagai hinterland Jakarta dan Banten, melainkan menjadi salah satu simpul distribusi barang dan jasa nasional melalui Kota Bandar Lampung. Hal ini selaras dengan arah kebijaksanaan penataan ruang nasional, regional dan lokal untuk Provinsi Lampung.

4.1.2.3 Potensi Alam

Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 juncto Nomor 32 Tahun 2004 pasal 18 ayat 4, Provinsi memiliki kewenangan untuk mengelola sumberdaya di wilayah laut paling jauh 12 mil dari garis pantai ke arah laut lepas dan atau ke arah perairan kepulauan,


(33)

sedangkan wilayah kabupaten/kota mempunyai kewenangan untuk mengelola sepertiga bagian dari wilayah provinsi. Apabila wilayah laut antara dua provinsi kurang dari 24 mil, kewenangan untuk mengelola sumberdaya di wilayah laut dibagi sama jarak atau diukur sesuai prinsip garis tengah dari wilayah antar dua provinsi. Mengacu pada perundangan tersebut, secara geografis Provinsi Lampung memiliki panjang garis pantai 1.105 km termasuk 69 pulau kecil dan besar (CRMP, 1998). Luas wilayah pesisir dan pantai diperkirakan + 16.625,3 km2 laut yang merupakan wilayah kewenangan kabupaten/kota dan provinsi.

Kota Bandar Lampung sebagai cermin Provinsi Lampung mempunyai laut dan perbukitan dengan pemandangan yang indah merupakan potensi kekayaan dan anugerah Tuhan yang harus dikelola dengan benar, menjadikan kota Bandar Lampung sebagai ecocity, di perlukan upaya dan tahapan tindakan dalam menata kawasan pemukiman, perbukitan dan laut yang selaras dengan lingkungan alami, potensi Teluk Lampung sebagai lumbung perikanan dapat dilakukan dengan memperbaiki/memperkecil upaya-upaya merusak dan mengelola pembuangan limbah dari sungai-sungai yang masuk ke Teluk Lampung, dan dilanjutkan dengan tindakan konservasi terumbu karang yang berkelanjutan.

Wilayah pesisir merupakan peralihan ekosistem darat dan kelautan. Luas wilayah pesisir Lampung mencapai 440.010 Ha dan berada dalam wilayah 184 desa pesisir. Secara garis besar wilayah pesisir tersebut adalah: Pesisir Barat (104.111 Ha dengan panjang garis pantai 210 km), Pesisir Timur (316.347 Ha dengan panjang garis pantai 270 km), Pesisir Teluk Lampung (48.630 Ha dengan panjang garis pantai 160 km


(34)

termasuk Selat Sunda), dan Pesisir Teluk Semangka (62.250 Ha dengan panjang garis panjang 200 km), wilayah pesisir sebesar 531.428 Ha atau mencapai 15,02 % dari seluruh wilayah Lampung.

4.1.2.4 Keanekaragaman Suku Bangsa

Salah satu ciri khas Provinsi Lampung adalah keanekaragaman suku bangsanya. Sejak dimulainya program transmigrasi dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera khususnya ke Provinsi Lampung, penduduk Lampung terdiri dari berbagai suku bangsa. Dengan keanekaragaman suku bangsanya, Lampung dikenal sebagai negeri yang ruwa jurai (dua unsur) karena dihuni oleh masyarakat asli dan pendatang. Keanekaragaman suku bangsa ini harus dipandang sebagai potensi atau kekuatan untuk membangun Provinsi Lampung, dalam arti Provinsi Lampung menjadi semakin mudah beradaptasi dan menerima pendatang baru, sehingga juga semakin mudah menerima pengaruh pembangunan bagi wilayahnya.

4.1.2.5 Dukungan Wilayah Belakang

Provinsi Lampung didukung oleh hinterland yang merupakan wilayah penghasil perikanan, perkebunan dan lokasi berbagai industri. Dengan wilayah 35.376.50 km2, Provinsi Lampung dijuluki wilayah unggulan, sentra pertumbuhan industri baru dan pintu gerbang lintas Jawa-Sumatera. Provinsi Lampung tumbuh menjadi wilayah penyangga bagi kegiatan pertanian dan industri pengolah hasil pertanian. Tanaman perkebunan telah memperlihatkan perkembangan yang berarti sehingga sebagian


(35)

diantaranya mampu menjadi salah satu pemasok produk nasional. Komoditi yang memegang peranan penting adalah gula, kelapa, lada, dan kopi robusta.

Provinsi ini segera akan menjadi daerah produsen gula terbesar di Indonesia yang mampu memasok 40% kebutuhan gula nasional, setelah berbagai daerah produsen di Pulau Jawa menghadapi keterbatasan lahan tebu. Iklim industri gula yang sehat sejak dua tahun terakhir menjadikan Lampung sebagai lumbung gula nasional, disamping produk gula tetes yang diekspor. Selain gula, Provinsi Lampung juga diharapkan mampu memasok kebutuhan daging segar. Sub sektor peternakan juga tumbuh pesat melalui pola PIR dan didukung pihak swasta melalui program kemitraan. Sub sektor perikanan juga mencatat perkembangan yang positif, terutama untuk komoditi udang yang diternak di pertambakan.

Kegiatan industri yang terkait dengan hasil produksi pertanian selama ini relatif berkembang, dan Provinsi Lampung kini menjadi salah satu sentra agroindustri pada skala nasional, dengan kopi dan lada sebagai komoditi tradisional andalan. Namun demikian propinsi ini juga menunjukkan kecenderungan diminati oleh industri manufaktur dan kimia baik dalam rangka PMDN maupun PMA sebagai limpahan kegiatan industri di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Banten dan Jawa Barat yang semakin padat. Peran pihak swasta dalam perkembangan Provinsi Lampung terlihat dari arus investasi yang tinggi, dimana lebih dari separuhnya ditujukan untuk bidang pertanian dan agroindustri.


(36)

Sebagai pusat kegiatan Provinsi Lampung, sekitar 12,4% lebih penduduk Provinsi berada di Kota Bandar Lampung. Berbagai pelayanan bagi wilayah yang lebih luas disediakan oleh Kota Bandar Lampung, baik dalam bidang pemerintahan, niaga, jasa keuangan, pendidikan, dan sebagainya.

Peran sebagai pusat pertumbuhan ditunjang oleh rencana peningkatan aksesibilitas dari dan ke ibukota provinsi yaitu Kota Bandar Lampung. Dalam upaya mewujudkan tercapainya mekanisme sistem pusat pertumbuhan di Provinsi Lampung, ada tiga jalur lintas sumatera, yaitu :

 Jalur lintas tengah, mulai pelabuhan Bakauheni—Bandar Lampung— Kotabumi dan selanjutnya ke Muara Enim;

 Jalur lintas barat, mulai dari Bandar Lampung—Kota Agung—Liwa dan selanjutnya ke Provinsi Bengkulu;

 Jalur lintas timur, mulai Pelabuhan Bakauheni—Menggala—Kayu Agung dan seterusnya hingga ke Palembang. yang semuanya melintasi Bandar Lampung. Di samping itu, Bandar Lampung siap berfungsi sebagai transhipment point dari berbagai model angkutan. Hal ini didukung oleh berbagai rencana pengembangan dalam sistem transportasi regional. Rencana pembangunan Selat Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera akan memperlancar aliran pergerakan penumpang dan barang/jasa antar pulau Jawa dan Sumatera. Pelabuhan Panjang melengkapi sistem angkutan antar-model bagi seluruh Provinsi Lampung dan Sumatera Bagian Selatan. Gagasan jaringan kereta api Trans Sumatera menjadi salah


(37)

satu alternatif sarana pergerakan antar-model. Adanya rencana pembangunan jaringan jalan tol ke arah Palembang juga akan turut mendukung kelancaran aksesibilitas tersebut.

Kecenderungan perkembangan menunjukkan proses relokasi kegiatan ekonomi dari Pulau Jawa bagian Barat ke Lampung. Bahkan untuk beberapa sektor ditetapkan kebijaksanaan menjadikan Lampung sebagai basis produksi nasional. Hal ini menjadikan Provinsi Lampung potensial sebagai pusat distribusi barang dan jasa untuk wilayah Sumatera Bagian Selatan.

4.1.2.6 Pusat Koleksi dan Distribusi

Dengan lokasi yang strategis secara geografis, ketersediaan akses memadai, dan jalur transportasi yang mendukung serta kelengkapan fasilitas penunjangnya, menjadikan Provinsi Lampung potensial sebagai pusat koleksi dan distribusi berbagai barang dan jasa.

Perkembangan sektor ekonomi, khususnya pertanian di wilayah Provinsi Lampung maupun Sumatera bagian Selatan, mendorong fungsi Bandar Lampung sebagai pusat koleksi dan distribusi berbagai komoditi yang dihasilkan oleh wilayah belakangnya. Fungsi sebagai pusat koleksi dan distrribusi berbagai komoditi yang dihasilkan oleh Sumatera bagian Selatan dilangsungkan oleh rencana pengembangan jaringan jalan tol dan kereta api, jaringan jalan Trans Sumatera, serta rencana pengembangan pelabuhan Panjang. Kelengkapan fasilitas yang tersedia juga mendukungnya sebagai pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa pada berbagai skala pelayanan.


(38)

4.1.2.7 Aksesibilitas yang Semakin Baik

Kecenderungan pergerakan Pulau Jawa—Sumatera yang memberikan indikasi peranan penting kegiatan sosial dan ekonomi keduanya menempatkan Provinsi Lampung pada posisi sentral. Sampai saat ini jumlah arus lalu lintas antara Pulau Jawa dan Sumatera melalui Pelabuhan Merak—Bakauheni menunjukkkan pertumbuhan yang terus meningkat. Kota Bandar Lampung sebagai pusat pertumbuhan akan memperoleh pengaruh yang signifikan dari pergerakan tersebut melalui kemungkinan peningkatan investasi di sektor regional, nasional, dan internasional. Provinsi Lampung akan menjadi salah satu alternatif pilihan setelah Jakarta dan Jawa Barat serta Banten.

Untuk menampung peningkatan arus pergerakan dan mangatasi persoalan lalu lintas yang selama ini ada, pemerintah dan swasta telah merencanakan membangun Jembatan Selat Sunda (JSS) untuk menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera. Mega-proyek ini sangat prospektif karena pertumbuhan aliran penumpang dan barang/jasa antar kedua pulau tersebut sangat tinggi, selama hampir satu dekade meningkat hingga 100%. Rencana pembangunan jembatan ini akan memberikan dampak pada peningkatan aksesibilitas dan berlanjut pada peningkatan aliran pergerakan orang dan barang/jasa antara Pulau Jawa dan Sumatera.

Pembangunan jembatan Selat Sunda ini akan menggantikan peran transportasi laut yang selama ini dilakukan oleh kapal penyeberangan melalui pelabuhan Merak— Bakauheni. Jembatan ini direncanakan memiliki panjang 24 km dan melintasi


(39)

beberapa pulau kecil di Selat Sunda. Walaupun perspektif waktu pembangunan jembatan Selat Sunda berjangka panjang, namun rencana jembatan tersebut perlu dipertimbangkan dalam perkembangan Provinsi Lampung ke depan.

Untuk mendukung pergerakan antara pulau Jawa dan Sumatera direncanakan pembangunan prasarana transportasi darat mencakup jaringan arteri primer, jalan tol dan kereta api. Jalan tol direncanakan di bagian timur Provinsi Lampung ke arah Palembang sebagai kelanjutan jalur Jawa—Sumatera. Arteri primer sebagai bagian Trans Sumatera dilengkapi jalur lintas barat dan lintas timur ke Provinsi Bengkulu dan ke Sumatera Selatan. Gagasan pembangunan jalur kereta api Trans Sumatera hingga Sumatera Utara akan berada pada sisi pantai timur. Bandar Lampung sebagai salah satu pusat jaringan pergerakan nasional melengkapi dirinya dengan pembangunan Pelabuhan Panjang yang diarahkan sebagai pelabuhan ekspor-impor dan antar-pulau. Kondisi fisik perairan pelabunan memungkinkan pengembangan sebagai gerbang internasional.

4.1.2.8 Pengembangan Transhipment Point akibat Perkembangan Akses

Peran Provinsi Lampung sebagai pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa didukung oleh Pelabuhan Panjang yang telah diminati oleh berbagai pihak untuk dikembangkan sebagai pelabuhan antar negara, terutama dalam konteks regional Sumatera Bagian Selatan. Peranan yang dituju oleh pelabuhan ini adalah sebagai pelabuhan ekspor bagi komoditi dan produk yang dihasilkan oleh Sumatera bagian


(40)

Selatan. Pilihan ini mempertimbangkan posisi strategis Pelabuhan Panjang sebagai gerbang lintas kawasan ekonomi penting yaitu Jakarta dan Banten..

Untuk mendukung peran Pelabuhan Panjang sebagai pintu gerbang ekspor-impor bagi Sumatera bagian Selatan, perlu dibangun berbagai sarana dan prasarana penunjang, diantaranya adalah pembangunan terminal peti kemas dan curah yang kompetitif terhadap Pelabuhan lainnya seperti Tanjung Priok, Bojonegara dan Palembang serta mendorong pertumbuhan investasi di bidang jasa kargo.

4.1.3 Visi dan Misi Provinsi Lampung 2025

Proses perumusan visi dan misi Provinsi Lampung telah berhasil memotivasi stakeholders untuk berpartisipasi dan terlibat aktif dalam proses perumusan visi provinsi dan penyusunan program strategis yang ingin di capai dalam mewujudkan tercapainya visi Provinsi Lampung tahun 2025 menjadi :

Terwujudnya Lampung yang Maju, Unggul, Berdaya Saing, dan Sejahtera

Visi ini dibangun dengan penuh semangat untuk membangun dan mengangkat Provinsi Lampung menjadi provinsi yang unggul dan berdaya saing dalam skala nasional dan menjadikan masyarakatnya sejahtera. Keunggulan dan berdaya saing dijadikan batu penjuru dan acuan penilaian keberhasilan pembangunan provinsi dengan indikator terlaksananya prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance) dan demokratis; terwujudnya Lampung yang unggul dan berdaya saing dalam tata kehidupan bermasyarakat yang sejahtera, semakin bertaqwa, berkarakter,


(41)

berpendidikan; dan tingginya partisipasi dunia usaha dalam pembangunan daerah; serta diterapkannya penegakan hukum yang berkeadilan.

Visi tersebut dibangun sebagai upaya menggerakkan pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, serta seluruh stakeholder di Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menjadikan Lampung sebagai provinsi unggulan; mengantarkan masyarakat Lampung yang sejahtera dan siap bersaing dalam pasar bebas, dengan tetap mempertahankan jatidiri daerah dan bangsa yang berkeadilan dan bertaqwa. Melalui visi itu, wawasan peningkatan dayasaing dan keunggulan Provinsi Lampung serta kesejahteraan dan ketakwaan masyarakat yang demokratis merupakan upaya menyeluruh (comprehensive) yang harus didukung seluruh stakeholder pembangunan. Pada akhirnya nanti, visi ini diharapkan membawa perubahan kearahj kemajuan dan perbaikan dalam semua aspek kehidupan masyarakat dan daerah. 4.1.3.1 Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang Berdaya Saing dan

Bertaqwa

Pelaksanaan misi ini dilandasi oleh kesadaran bahwa keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia (SDM) dan kebijakan pembangunan dengan paradigma pembangunan kualitas pendidikan, kecerdasan, kesehatan dan gizi, ketaqwaan, dan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia tersebut dilakukan melalui peningkatan kualitas dan perluasan cakupan pelayanan pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, pelatihan, penguasaan teknologi, dan pengembangan pendidikan dan latihan yang berkewiraswastaan. Selain dari itu diarahkan pula untuk meningkatkan kualitas


(42)

kehidupan keagamaan dan kerukunan hidup beragama. Melalui misi ini akan disinerjikan semua potensi yang dimiliki oleh pemerintah dan masyarakat melalui keterpaduan kebijakan dan pendekatan, program kerja, dan alokasi anggaran.

4.1.3.2 Membangun dan Meningkatkan Perekonomian Daerah serta Mengoptimalkan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan

Misi ini ditujukan untuk membangun dan mengoptimalkan seluruh potensi ekonomi daerah dalam rangka memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Melalui misi ini akan disinergikan semua potensi dari semua pelaku ekonomi, dunia usaha, lembaga keuangan bank dan non bank, koperasi, dan kelembagaan dalam rangka membangun ekonomi kerakyatan yang memiliki daya saing.

Potensi pertanian terus digali dengan mengembangkan pembangunan pertanian berbasisi agribisnis, agroindustri dan kemitraan agribisnis yang sinergik dalam semua sektor pembangunan pertanian dan ekonomi. Pembangunan agribisnis dan agroindustri tetap menjadi primadona dan prioritas daerah dengan didukung mantapnya ketahanan pangan, pengembangan sektor industri perdagangan dan jasa . Kebijakan ekonomi dengan pendekatan kemitraan yang sinerjik dan saling menguntungkan antara petani/masyarakat dan pengusaha seperti diungkapkan terdahulu akan terus dikembangkan untuk membangun perekonomian yang tangguh dan berdayasaing tersebut dengan melibatkan UKMK.


(43)

Misi ini ditujukan pula untuk mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup (hutan, tanah, air, fauna dan flora) secara bijaksana sehingga semua aktivitas pembangunan tidak merusak lingkungan, yang pada akhirnya akan menurunkan daya dukung lingkungan untuk menopang hajat hidup seluruh masyarakat dalam jangka panjang. Keberhasilan pelaksanaan misi ini sangat tergantung dari komitmen politik (kebijakan) dan peran serta masyarakat. Oleh karena itu, maka pendekatan yang dilakukan dimulai dari membangun kesadaran (public awareness); membangunan komitmen, kebijakan dan perencanaan tata ruang, serta keterpaduan program pelestarian lingkungan hidup.

4.1.3.3 Membangun dan Meningkatkan Kualitas Infrastruktur Wilayah untuk Pengembangan dan Pembangunan Wilayah serta Daya Saing Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat

Misi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan cakupan pelayanan prasarana dan sarana (infrastructure) transportasi, pengairan, energi listrik, dan telekomunikasi, serta prasarana dasar pemukiman dan wilayah perkotaan. Infrastruktur wilayah dibangun tidak hanya berorientasi pada pusat kegiatan ekonomi di Pulau Jawa tetapi juga di wilayah Sumatera, nasional, dan Asia Tenggara, serta pasar global. Kota-kota pertumbuhan baru dan mandiri dikembangkan seirama dengan pengembangan infrastruktur nasional seperti jalan toll Bakauheni-Terbanggi Besar, Jembatan Nusantara (Selat Sunda), jalan lintas timur (jalintim), tengah (jalinteng), dan barat (jalinbar), serta membangun infrastruktur baru sebagai akses keluar jalan lintas barat melalui pelabuhan baru ferry roro di Tanggamus menuju Merak.


(44)

Kota-kota baru dan pemukiman baru dikembangkan untuk menjadikan habitat hidup manusia Indonesia yang layak huni dan lestari lengkap dengan semua kebutuhan prasarana dasarnya. Kota-kota pertumbuhan baru tersebut adalah di Bakauheni, Sidomulyo, Tegineneng, termasuk pengembangan Kota Baru Lampung di Natar. Misi ini menunjukkan pula bahwa pengembangan infrastruktur daerah tersebut diatas dilakukan dengan kerjasama swasta dan atau BUMN ataupun investor asing dengan melibatkan perusahaan daerah, untuk menghadapi era globalisasi, membangun dayasaing dan keunggulan daerah, serta dalam rangka meningkatkan efisiensi pembangunan daerah.

4.1.3.4 Mewujudkan Kinerja Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Sesuai dengan Prinsip-Prinsip Good Governance (Tata Pemerintahan yang Baik)

Misi ini dimaksudkan untuk mencapai kondisi tata kepemerintahan yang baik, yaitu tata kepemerintahan dilaksanakan dengan transparan, didukung oleh aparatur dan tata pemerintahan yang akuntabel, profesional, efisien dan efektif, dan berkeadilan. Dengan tercapainya hal ini, maka akan tercipta kondisi yang kondusif untuk semakin memperkuat rasa persatuan dan kesatuan oleh seluruh elemen masyarakat daerah yang pada akhirnya akan semakin memantapkan kohesivitas dalam kerangka Negera Kesatuan Republik Indonesia.

Misi ini merupakan pelaksanaan tugas Pemerintah Pusat yang didelegasikan kepada Pemerintah Provinsi dan tugas-tugas provinsi yang melekat untuk membangun


(45)

kesinerjian, keterpaduan, keharmonisan pembangunan, pemerintahan, dan pelayanan kemasyarakatan pemerintahan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Untuk membangun hal itu akan dilakukan secara intensif kesinergian dan keterpaduan kegiatan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan serta pelayanan ke masyarakat oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi dalam rangka mewujudkan provinsi yang unggul dan berdayasaing. Pada pelaksanaannya dilakukan kerjasama kebijakan dan pelaksanaan pembangunan, pemerintahan, dan kemasyarakatan yang harmonis antara pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, sehingga akan semakin cepat terwujudnya Provinsi Lampung yang berkeunggulan dan berdayasaing .

4.1.3.5 Menciptakan Ketentraman dan Ketertiban serta Mendukung Penegakan Supremasi Hukum yang Berkeadilan.

Misi ini dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan Pemerintah Provinsi dalam menciptakan keamanan dan ketertiban masayarakat melalui penegakan hukum yang dimotori oleh aparat penegak hukum yang bersih dan adil serta didukung oleh seluruh masyarakat. Keberhasilan misi ini akan memberikan rasa aman bagi semua warga masyarakat dan dunia usaha sehingga semua aktivitas sosial, ekonomi dan budaya dapat tumbuh dan berkembang secara transparan, bersih, maju, berkeadilan dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

4.1.3.6 Melestarikan dan Mengembangkan Nilai-Nilai Luhur, Seni, dan Budaya Daerah

Misi ini ditujukan untuk membangun budaya masyarakat yang berkarakter positif dan kondusif terhadap pembaharuan dan pembangunan. Arti budaya disini mencakup arti


(46)

yang luas, yaitu mencakup pola berpikir, pola bersikap, pola bertindak dan pola bermasyarakat. Melalui rekayasa budaya yang diarahkan untuk membangun karakter yang positif, maka diharapkan masyarakat Lampung akan lebih mandiri dan siap menghadapi keterbukaan dan persaingan pada era global. Melalui misi ini diharapkan: (1) terjaganya tradisi, kelestarian, dan keberagaman budaya daerah di Provinsi Lampung; (2) terjaganya ketahanan budaya daerah; dan (3) terinventarisasinya cagar budaya daerah.

4.2. Gambaran Umum Pemerintah Provinsi Lampung

Pelaksanaan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Pemerintah Lampung termasuk di dalamnya perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi visi provinsi didukung oleh Pegawai Negeri Sipil yang berjumlah 7.402 orang.

Struktur organisasi Pemerintah Provinsi Lampung adalah sebagai berikut: 1. Sekretariat Daerah, terdiri atas:

a. Asisten Bidang Pemerintahan (Asisten I);

b. Asisten Bidang Perekonomian, Keuangan, dan Pembangunan (Asisten II); c. Asisten Kesejahteraan Rakyat (Asisten III);

d. Asisten Bidang Administrasi Umum (Asisten IV); e. Biro Tata Pemerintahan Umum;

f. Biro Otonomi Daerah; g. Biro Hukum;


(47)

i. Biro Perekonomian;

j. Biro Administrasi Pembangunan; k. Biro Sosial;

l. Biro Pemberdayaan Perempuan; m. Biro Mental Spiritual;

n. Biro Umum;

o. Biro Perlengkapan dan Aset; p. Biro Organisasi.

2. Sekretariat DPRD, terdiri atas: a. Staf Ahli Bidang Pemerintahan; b. Staf Ahli Bidang Pembangunan;

c. Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia. 3. Sekretariat Provinsi, terdiri atas :

a. Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan; b. Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID);

c. Unit Pelayanan Terpadu Perizinan (UPTP);

d. Badan Narkotika dan Penanggulangan HIV/AIDS; e. Badan Penanggulangan Bencana (BPB);

f. Badan Perlindungan Anak dan KdRT;

g. Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI); h. Komisi Pemilihan Umum (KPU);


(48)

4. Dinas Daerah, terdiri atas:

Tabel 6. Struktur Organisasi Dinas Pemerintah Provinsi Lampung

No Nama Dinas Jumlah Pegawai

(Orang)

(1) (2) (3)

1 Dinas Pendidikan 307

2 Dinas Pemuda dan Olahraga 74

3 Dinas Kesehatan 317

4 Dinas Sosial 207

5 Dinas Tenaga Kerja, Kependudukan, dan Transmigrasi 372

6 Dinas Perhubungan 199

7 Dinas Komunikasi dan Informatika 57

8 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata 177

9 Dinas Pekerjaan Umum 957

10 Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 95

11 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 190

12 Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura 502

13 Dinas Perkebunan 324

14 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan 102

15 Dinas Kelautan dan Perikanan 129

16 Dinas Kehutanan 184

17 Dinas Pertambangan dan Energi 94

18 Dinas Pendapatan 303

Jumlah 4.590

Sumber : BKD Provinsi Lampung, Mei 2009.

Setiap Dinas Daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang dibantu oleh seorang Wakil Kepala Dinas. Di samping itu terdapat Bagian Tata Usaha yang membawahi 3-4 Sub Bagian, Unit Pelaksana Teknis (UPT), Cabang Dinas, serta Kelompok Jabatan Fungsional. Dinas-dinas tersebut di atas tidak terletak dalam satu wilayah yang merupakan suatu komplek pemerintahan Pemerintah Provinsi Lampung. Instansi-instansi tersebut tersebar di berbagai wilayah di Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung, sehingga jika mengurus perizinan dalam berbagai aspek kehidupan menjadi tidak efektif dan tidak efisien.


(49)

5. Lembaga Teknis Daerah, terdiri atas:

Tabel 7. Struktur Organisasi Lembaga Teknis Daerah/Kantor Pemerintah Provinsi Lampung

No Nama Lembaga Teknis Daerah / Kantor

Jumlah Pegawai (Orang)

(1) (2) (3)

1 Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah 95

2 Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah 51

3 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Daerah 48

4 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup 60

5 Badan Ketahanan Pangan 60

6 Badan Penanaman Modal Daerah 48

7 Badan Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi 97 8 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa 59

9 Badan Pendidikan dan Pelatihan Daerah 82

10 Badan Perwakilan Pemerintah Provinsi Lampung 34

11 Rumah Sakit Umum 873

12 Inspektorat Daerah 93

13 Badan Kepegawaian Daerah 74

14 Satuan Polisi Pamong Praja 70

15 Rumah Sakit Jiwa 129

Jumlah 1.873

Sumber : BKD Provinsi Lampung, Mei 2009.

4.3. Gambaran Umum Informan

Informan dalam penelitian ini sebanyak 10 (sepuluh) orang yaitu: Tabel 8. Gambaran Umum Informan

No. Nama Instansi Jabatan/

Pekerjaan

Masa Kerja

Tingkat Pendidikan

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Masri Yahya

Badan Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Terpadu Sekretaris Badan

29


(50)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

2. Belly Pahlupi

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kepala Sub Bidang Pemerintahan dan Kemasyarakatan 10

Tahun S1

3. Marlina Jayasinga Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kasubbid Edukasi, Komunikasi dan Pemberdayaan Masyarakat 21

Tahun S2

4. Ratna Meilia Sari Biro Perekonomian Kepala Bagian Pengembangan Perekonomian 24

Tahun S2

5. Bahrum Biro Administrasi Pembangunan

Kepala Bagian Fisik dan Prasarana

19

Tahun S2

6. A. Fauzi Rizal Pemerintah Desa

Gunung Batin Ilir Kepala Desa

3

Tahun S1

7. Khairul Anwar Majid

Pemerintah Desa

Mataram Udik Pjs. Kepala Desa

10

Bulan SLTA 8. A. Tantowi

Jauhari

Pemerintah Desa

Mataram Ilir Sekretaris Desa

16

Tahun SLTP 9. Istiahady

Pemerintah Desa Gunung Batin

Udik

Sekretaris Desa 3

Tahun SLTA

10. Mukaram -

Penjaga Sekretariat Desa, Masyarakat Desa Gunung Batin Ilir

4

Tahun SD

11. Ngadiran -

Wiraswasta, Masyarakat Desa

Mataram Udik

14

Tahun SLTA

12. Suhaimi -

Wiraswasta, Masyarakat Desa

Mataram Ilir

15

Tahun SLTA 13. Ahmad

Juanda -

Wiraswasta, Masyarakat Desa

Gunung Batin Udik

2

Tahun SLTA Sumber : Hasil Penelitian, Desember 2010 – Maret 2011.


(51)

4.4. Gambaran Umum Perusahaan Swasta di Provinsi Lampung

Efektivitas Pemerintah Daerah sangat bergantung pada kerjasama para aktor non pemerintah dan pada penggabungan antara kapasitas negara dengan surnberdaya non pemerintah. Intinya adalah bahwa agar dapat efektif, pemerintah harus menggabungkan kapasitas mereka dengan kapasitas berbagai aktor non pemerintah, yang salah satunya adalah swasta. Berikut ini adalah daftar perusahaan yang terdapat di Provinsi Lampung.

Tabel 9. Daftar Perusahaan di Provinsi Lampung.

No Perusahaan Alamat Bidang Usaha Lokasi Usaha

(1) (2) (3) (4) (5)

1 Acidatama Lampung Chemical Industry, PT. Graha Kencana Building Lt.8 Jl.Perjuangan No.88 Kebon Jeruk-Jakarta Barat Ethanol, Asam asetat Lampung Tengah

2 Agro Putra Abadi, PT.

Jl. Jend. Sudirman

Kav.45-46 Jakarta Selatan

Perkebunan tebu : Gula rafinasi, raw sugar, molasses

Lampung Selatan dan Lampung Utara 3 Aman Jaya

Perdana, PT.

Jl. Ir. Sutami KM.7

Bandarlampung

PKO, PKE, CPO. Bandarlampung 4 Andatu Lestari

Plywood, PT.

Jl Raya Srengsem KM.11 Panjang-Bandarlampung Industri kayu: plywood dan blackboard Bandarlampung 5 Austasia

Stockfeed, PT.

- Wisma

Mellenia Lt.5 Jl. MT. Haryono Kav.16 Jaksel - Jl. Ir. Sutami

KM.13 Tanjungbintang-Lampung Selatan Industri pemotongan hewan, pengolahan dan pengawetan daging Lampung Timur


(52)

(1) (2) (3) (4) (5) 6 Bangun Lampung

Jaya, PT.

Jl. Ikan Kakap No.9/12 Telukbetung Penambangan marmer dan pengolahannya Lampung Selatan 7 Bangun Nusa

Indah Lampung, PT.

Jl. Ikan Kakap No.9/12 Telukbetung Perkebunan kelapa, coklat serta pengolahannya. Tulangbawang 8 Barat Selatan

Makmur Investindo, PT.

Jl. KH. A. Dahlan No.200 Pahoman-Bandarlampung

Perkebunan kelapa sawit

Tulangbawang 9 Berindo Jaya, PT. Jl.

Soekarno-Hatta Km.3,4 Way Laga Bandar Lampung

Pengolahan biji kopi Bandarlampung

10 Budi Mutu Prima, PT.

Jl. Ikan Kakap No.9/12 Telukbetung

Industri obat nyamuk padat

Bandarlampung 11 Budi Sari Bumi,

PT.

Jl. Ikan Kakap No.9/12 Telukbetung

Bihun Bandar

Lampung 12 Bumi Sumber

Sari Sakti, PT.

Jl. Kebon Sirih No.39 Kebon Sirih-Jakarta Pusat

Perkebunan kelapa sawit & industri minyak kasar (minyak makan) dr nabati : perkebunan tandan buah segar, inti sawit (palm kernel), CPO.

Lampung Tengah

13 Charoen Pokphand Jaya Farm, PT. Desa Bumi Agung, Kec. Tegineneng Pesawaran Pembibitan ayam bibit untuk menghasilkan DOC bibit niaga Pesawaran

14 Coca-Cola Bottling Indonesia, PT.

Jl. Ir Sutami KM.13,5

Lampung Selatan

Minuman bersoda Lampung Selatan 15 Garuda Food

Putra Putri Jaya, PT.

Jl. Ir. Sutami KM.6 Desa Campang Raya Kec. Sukabumi Industri makanan dari kedelai. Bandarlampung


(53)

(1) (2) (3) (4) (5) 16 Great Giant

Pineapple, PT.

Jl. KH. M. Salim No.28 Way Lunik Telukbetung-Bandar Lampung Perkebunan nanas, industri pengalengan nanas, bahan pemanis, perkebunan ubi kayu, dan industri tepung tapioka.

Lampung Tengah

17 Grobest Indo Makmur, PT. Galeri Niaga Maditerania D&G, Pantai Indak Kapuk, Penjaringan Jakarta Utara Pembenihan, pembesaran, dan pengolahan ikan dan udang

Lampung Selatan & Bandarlampung

18 Gula Putih Mataram, PT.

- Jl. Cut Mutia No.52

Bandarlampung - Bandar

Mataram, Desa Mataram Udik

Perkebunan tebu : gula SHS, molasses

Lampung Tengah

19 Gunung Aji Jaya, PT.

da. PT. United Tractor

Jl. Teuku Umar No.79 Gedung

Meneng-Bandarlampung

Perkebunan coklat dan pengolahan biji coklat

Lampung Tengah

20 Gunung Madu Plantations, PT.

Jl. Gatot Subroto No.108

Garuntang-Bandarlampung

Perkebunan tebu : gula pasir, molasses

Lampung Tengah 21 Hanjung

Indonesia, PT.

Jl . Soekarno-Hatta KM.11,5 Srengsem,

Panjang-Bandarlampung

Mesin peralatan pabrik kimia, alat pengangkat/ pengangkut, konstruksi baja

Bandarlampung

22 Harapan Tani Bhakti, PT.

Jl. M. Salim No.28 Way Lunik, Panjang-Bandarlampung

Perkebunan Kelapa dan coklat : kopra; tempurung; coklat.

Lampung Tengah


(54)

(1) (2) (3) (4) (5) 23 Hikari Lampung

Permai, PT.

Jl. KH. A. Dahlan No.20 Pahoman-Bandarlampung

Budidaya mutiara Tanggamus 24 Indo Cafco, PT. Jl. Ir Sutami

KM.5 Kubang, Way Gubak-Bandarlampung Ekspor barang dagangan Bandarlampung

25 Indo Lampung Distilery, PT.

Jl. Cut Mutia No.52

Bandarlampung

Industri ethanol Lampung Tengah 26 Indo Lampung

Perkasa, PT.

Jl. Cut Mutia No.52

Bandarlampung

Perkebunan terpadu dengan industri gula: gula putih, tetes, gula murni.

Tulangbawang

27 Indofood Sukses Makmur, PT.

Jl. Ir. Sutami KM.15 Desa Campang Raya Kec. Sukabumi

Industri mie instan, bumbu masak, minyak bumbu, dan powder concentrate.

Lampung Selatan 28 Indokom

Samudra Persada, PT.

Jl Ir. Sutami KM.9 Lampung Selatan

Pengolahan udang, ikan, pabrik es, dan cold storage

Lampung Timur, Lampung Selatan 29 Indonesia Ethanol

Industry, PT.

Graha Indramas Lt.12 Jl Aip II KS Tubun Raya No.77 Slipi Palmerah, Jakarta Barat

Industri fuel ethanol Lampung Tengah

30 Indonesia Pelleting, PT.

Jl. Ir. Sutami KM.13

Tanjungbintang-Lampung Selatan

Industri pakan ternak dan minyak ekstraksi : tapioka pellet dan pakan ternak

Lampung Selatan

31 Inti Sentosa Alam Bahtera, PT.

Jl. Yos Sudarso Pelabuhan

Panjang-Bandarlampung

Jasa bongkar muat dan jasa

pergudangan

Bandarlampung

32 Japfa Comfeed Indonesia Tbk, PT.

Jl. Ir. Sutami KM. 18

Tanjungbintang-Lampung Selatan

Industri makanan ternak, perternakan ayam; jagung kering

Lampung Tengah, Lampung Selatan, Lampung Timur


(55)

(1) (2) (3) (4) (5) 33 Kartika Dharma

Permai, PT. (Hotel Sahid)

Jl. Yos Sudarso No. 75

Telukbetung-Bandarlampung

Perhotelan Bandarlampung

34 Karya Canggih Mandiri Utama, PT.

Jl. KH. A. Dahlan No.200 Pahoman-Bandarlampung

Perkebunan kelapa sawit : minyak kelapa (TBS), CPO, inti sawit.

Lampung Barat

35 Keong Nusantara Abadi, PT.

Jl. Desa Bumi Sari Kec. Natar-Lampung Selatan

Industri makanan dan minuman dalam kaleng, industri pengharum ruangan

Lampung Selatan 36 Kirim Miwon

Foods, PT

Jl. Desa Gunung Pasir Jaya, Sekampung Udik-Lampung Timur

Industri bumbu masak dan penyedap masakan

Lampung Timur 37 Kwarta Sarana

Utama, PT.

Jl. Wolter

Monginsidi No.70 Bandarlampung

Perhotelan Bandarlampung 38 Kyokko Shinju

Indonesia, PT.

Cuku Batu, Desa Hurun, Kec. Padang Cermin

Budidaya mutiara Lampung Selatan 39 Lampung Inter

Pertiwi, PT.

Jl. KH. A. Dahlan No.200 Pahoman-Bandarlampung

Perkebunan kelapa sawit : minyak kelapa (TBS), CPO, inti sawit.

Tulangbawang

40 Mardec Way Kanan, PT.

Jl. Prof. M. Yamin No.23 Rawa Laut-Bandarlampung

Industri karet remah (crum rubber)

Way Kanan

41 Masula Agung Garbhamas, PT.

Jl. Sultan Agung Tirtayasa, KM.6 Campang Raya-Bandarlampung Pembotolan/ pengisian LPG Bandarlampung

42 Mira Rantih, PT. Jl. KH. A. Dahlan No.195

Bandarlampung

Perkebunan coklat & kelapa hybrida : coklat, kopra, biji coklat, CCO, bungkil, coacoal, kelapa, ubi kayu.


(56)

(1) (2) (3) (4) (5) 43 Multi Breeder

Adirama, PT.

Jl. Ir. Sutami KM.9 Campang Raya,

Bandarlampung

Pembibitan ayam Tanggamus

44 Nedcoffee Indonesia Makmur Jaya, PT.

Jl. Sukarno Hatta KM 7 Campang Raya Tanjung Karang Timur – Bandarlampung

Industri pengolahan kopi

Bandarlampung

45 Nestle Indonesia, PT. Jl. Raya Bakauheni Km.13Panjang, Bandar Lampung Industri pengolahan kopi Bandarlampung

46 Nusantara Tropical Fruit, PT.

- Jl. KH.M. Salim No.28 Way Lunik Telukbetung-Bandar Lampung

- Rajabasa Lama Kec. Labuhan Ratu-Lampung Tengah

Perkebunan pisang Lampung Timur

47 Palm Lampung Persada, PT.

Jl. Ir. Sutami KM.7

Bandarlampung

Perkebunan kelapa sawit : TBS kelapa sawit, CPO, inti sawit

Way Kanan

48 Parindo Permai, PT.

Jl. Raya

Kotabumi Km.35 Kel. Bumi Agung Kec. Tegineneng-Kabupaten Pesawaran

Industri panel kayu Lampung Utara

49 Pemuka Sakti Manis Indah, PT.

Kec. Pakuon Ratu Way Kanan

Perkebunan tebu dan pabrik gula

Way Kanan 50 Perkebunan

Nusantara VII, PT.

- Jl. P. Jayakarta No.117/A1 Jakarta - Jl. Ki Agus

Anang No.2

Panjang-Bandarlampung

Perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahannya : minyak sawit, inti sawit, crum rubber

Lampung Tengah, Lampung Selatan


(57)

(1) (2) (3) (4) (5) 51 Phillips Seafood

Indonesia, PT.

Jl. Ir. Sutami KM.7

Bandarlampung

Pengolahan

makanan hasil laut

Bandarlampung 52 Prima Langgeng

Dian Agung, PT.

Jl. Yos Sudarso No.225 Bumi Waras-Telukbetung Selatan

Jasa angkutan peti kemas

Bandarlampung

53 Santosa Agrindo, PT.

Jl. M. Salim No.24 Panjang-Bandarlampung

Penggemukan sapi potong, pegolahan daging, pembibitan, dan budidaya tenak

Bandarlampung

54 Sari Segar Husada, PT.

Jl. Raya Kalianda KM.16 Tarahan, Bandarlampung.

Desicaet C, CCD, bungkil, kopra, nata de coco, raw nata.

Lampung Selatan 55 Sierad Produce

Tbk, PT.

Jl. Ir. Sutami KM.12 Desa Tanjungbintang-Lampung Selatan Industri pakan ternak dan pengeringan jagung Lampung Selatan 56 Sinar Laut, CV. Soekarno-Hatta

KM.6

Bandarlampung

Sabun cuci, CPO Bandarlampung 57 Sorini Agro Asia

Corporindo Tbk, PT.

Desa Tambah Subur Kec Way Bungur, Lampung Timur

Tepung tapioka Lampung Timur 58 South East Asia

Pipe, PT

Desa Sumur Kec.

Ketapang-Lampung Selatan

Industri pipa baja las luruh

Lampung Selatan 59 Sumber Indah

Perkasa, PT.

Jl. Sultan Agung Tirtayasa No.6 Bandarlampung Perkebunan kelapa sawit terpadu dengan unit pengolahannya menjadi minyak sawit (CPO) dan inti sawit serta pembangunan tangki penyimpanan/ dermaga dan angkutan khusus kelapa sawit. Tulangbawang


(58)

(1) (2) (3) (4) (5) 60 Surya Bayu Sakti,

PT. (Hotel Sheraton) Jl. Wolter Monginsidi No.175 Bandarlampung

Perhotelan Bandarlampung

61 Sweet Indo Lampung, PT.

Jl. Cut Mutia No.52

Bandarlampung

Perkebunan tebu dan industri gula

Tulangbawang 62 Taba Bukit

Asam, PT.

Jl. Raya Kalianda KM.14 Panjang - Bandarlampung

Penambangan batubara

Bandarlampung 63 Tanjungenim

Lestari, PT.

Jl. Soekarno Hatta Km. 14

Srengsem, Bandar Lampung

Industri bubur kertas Bandarlampung

64 Teguhwibawa Bhaktipersada, PT. Jl. Laks. Malahayati No.62C Telukbetung-Bandarlampung

Industri tapioka Tulangbawang

65 Tekniko Indonesia, PT.

Jl. P. Tirtayasa No.88 Campang

Raya-Bandarlampung

Jasa kontraktor di bidang sipil, elektronik, mekanikal dan industri fabrikasi dan pelapisan baja

Bandarlampung

66 Toyota Bio Indonesia, PT.

Jl. Raya Tanjung Bintang Desa Serdang

Industri pakan ternak dan tanaman pangan (palawija)

Lampung Selatan 67 Tunas Baru

Lampung, PT.

Jl. Ikan Kakap No.9/12 Telukbetung

Perkebunan kelapa sawit dan

pengolahannya : CPO, inti sawit, minyak goreng sawit, minyak goreng kelapa, stearin, FFA, bungkil kelapa. Lampung Tengah, Bandarlampung

68 Tunas Baru Lampung, PT.

Jl. Ikan Kakap No.9/12 Telukbetung Perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya Lampung Tengah, Bandarlampung 69 Ve Wong Budi

Indonesia, PT.

Jl. Ikan Kakap No.9/12 Telukbetung

Industri MSG Lampung Tengah


(59)

(1) (2) (3) (4) (5) 70 Wahan Bumi

Kencana, PT.

Jl. Ir. Sutami KM.5 No.23 Way Laga, Panjang-Bandarlampung

Eksport Bandarlampung

71 Way Kandis, PT. Jl. Hi. Komarudin No.9 Rajabasa

Raya-Bandarlampung

Crum rubber Bandarlampung

72 Wira Tapioka Mandiri, PT.

Jl. Soekarno-Hatta KM.6 No.1

Sukarame-Bandarlampung

Industri tapioka Lampung Selatan Sumber : Badan Penanaman Modal Provinsi Lampung, 2009.

Perkembangan realisasi proyek Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) dari perusahaan-perusahaan di atas berdasarkan Kabupaten/Kota disajikan pada Tabel 10 dan 11 di bawah ini.

Tabel 10. Perkembangan Realisasi Proyek PMDN di Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung (s/d Juni 2009).

No Kabupaten/Kota Jumlah Proyek Nilai Investasi (x Rp1.000.000,00)

(1) (2) (3) (4)

1 Bandarlampung 37 651.005.664

2 Lampung Selatan 43 3.987.155.430

3 Lampung Tengah 24 1.969.736.720

4 Lampung Utara 15 538.095.606

5 Lampung Barat 1 82.893.345

6 Lampung Timur 6 146.941.633

7 Tulang Bawang 9 1.193.981.030

8 Tanggamus 6 171.381.354

9 Way Kanan 4 355.254.040

10 Metro 1 1.489.414

11 Pesawaran 2 352.823

Jumlah 148 9.098.287.059


(60)

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 10 dapat diketahui bahwa perkembangan realisasi proyek penanaman modal dalam negeri sampai dengan bulan Juni 2009, paling banyak terdapat di Lampung Selatan yaitu sebanyak 43 proyek. Sedangkan daerah yang jumlah proyek penanaman modal dalam negerinya paling sedikit adalah Kabupaten Lampung Barat dan Kota Metro, yaitu sebanyak 1 proyek.

Tabel 11. Perkembangan Realisasi Proyek PMA di Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung (s/d Desember 2009).

No Kabupaten/Kota Jumlah Proyek Nilai Investasi (US$)

(1) (2) (3) (4)

1 Bandarlampung 27 131.930.608

2 Lampung Selatan 13 17.162.833

3 Lampung Tengah 11 329.951.402

4 Lampung Utara 3 4.984.000

5 Lampung Barat 0 0

6 Lampung Timur 3 95.280.443

7 Tulang Bawang 3 49.206.474

8 Tanggamus 2 13.800

9 Way Kanan 1 102.199.905

10 Metro 0 0

11 Pesawaran 0 0

Jumlah 63 730.729.465

Sumber : Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Lampung, 2009.

Sementara itu, perkembangan realisasi proyek penanaman modal asing sebagaimana yang terlihat pada Tabel 11 dapat diidentifikasi bahwa jumlah proyek penanaman modal asing sampai dengan Desember 2009, paling banyak terdapat di Kota Bandarlampung, dengan jumlah proyek sebanyak 27 proyek. Sedangkan jika dilihat dari nilai investasi, daerah yang paling banyak nilai investasi modal asingnya adalah Kabupaten Lampung Tengah yaitu U$ 329.951.402 sekalipun jumlah proyeknya hanya 11 proyek.


(1)

lokal. Kemitraan ini diwujudkan secara umum dalam program community development untuk membantu peningkatan kesejahteraan umum masyarakat setempat dalam kurun waktu yang cukup panjang. Melalui program ini, diharapkan masyarakat akan menerima manfaat keberadaan perusahaan yang digunakan untuk menopang kemandiriannya bahkan setelah perusahaan berhenti beroperasi;

3. Penanganan kelestarian lingkungan, yang dimulai dari lingkungan perusahaan sendiri, termasuk melakukan penghematan penggunaan listrik, air, kertas, dan lain sebagainya sampai penanganan limbah akibat kegiatan perusahaan agar tidak mencemari lingkungan sekitar kantor, pabrik, dan atau lahan;

4. Investasi sosial yang sering diartikan secara sempit sebagai kegiatan amal perusahaan. Makna sesungguhnya adalah perusahaan memberi dukungan finansial dan non-finansial terhadap kegiatan sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh kelompok/organisasi lain yang pada akhirnya akan menunjang kegiatan bisnis perusahaan karena perusahaan melalui investasi sosial akan dapat menuai citra yang positif (corporate image).

2.6.3. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility

Berkaitan dengan ruang lingkup CSR tersebut, John Elkingston’s berdasarkan pengertian atau rumusan CSR sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya mengelompokkan ruang lingkup CSR atas tiga aspek yang meliputi kesejahteraan


(2)

atau kemakmuran ekonomi (economic prosperity), peningkatan kualitas lingkungan (environmental quality), dan keadilan sosial (social justice).102

Bila dirinci lebih lanjut dari ketiga aspek triple bottom line, maka muatan kegiatannya dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Kegiatan Corporate Social Responsibility

No Aspek/Ruang Lingkup Muatan

(1) (2) (3)

1 Sosial

Pendidikan, pelatihan, kesehatan, perumahan, penguatan kelembagaan (secara internal, termasuk kesejahteraan karyawan) kesejahteraan sosial, olahraga, pemuda, wanita, agama, kebudayaan, dan sebagainya.

2 Ekonomi

Kewirausahaan, kelompok usaha bersama/unit mikro kecil dan menengah (KUB/UMKM), agrobisnis, pembukaan lapangan pekerjaan, infrastruktur ekonomi dan usaha produktif lainnya.

3 Lingkungan

Penghijauan, reklamasi lahan, pengelolaan air, pelestarian alam, ekowisata penyehatan lingkungan, pengendalian polusi, serta penggunaan produksi dan energy secara efisien.

Sumber : Isa Wahyudi dan Busyra Azheri (2008 : 45)103

Pada sisi lain, Broadshaw dan Vogel (1981) juga menyatakan bahwa ada tiga dimensi dari garis besar ruang lingkup CSR yaitu104:

1. Corporate philantrophy adalah usaha-usaha amal yang dilakukan oleh suatu perusahaan, dimana usaha-usaha amal ini tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan normal perusahaan. Usaha-usaha amal ini dapat berupa tanggapan langsung perusahaan atas permintaan dari luar

102 Isa Wahyudi dan Busyra Azheri, “Corporate Social Responsibility

: Prinsip, Pengaturan &

Implementasi”, SETARA Press, Malang, 2008, hal. 44.

103

Ibid, hal. 45.

104


(3)

yayasan untuk mengelola usaha amal tersebut;

2. Corporate responsibility adalah usaha-usaha sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan ketika sedang mengejar profitabilitas sebagai tujuan perusahaan;

3. Corporate policy adalah berkaitan dengan bagaimana hubungan perusahaan dengan pemerintah yang meliputi posisi suatu perusahaan dengan adanya berbagai kebijaksanaan pemerintah yang mempengaruhi baik bagi perusahaan atau masyarakat secara keseluruhan.

Menurut Jack Mahoney, sedikitnya ruang lingkup CSR dapat dibedakan menjadi empat105, yaitu :

1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas;

2. Keuntungan ekonomis yang diperoleh perusahaan;

3. Memenuhi aturan hukum yang berlaku, baik yang berkaitan dengan kegiatan usaha maupun kehidupan sosial masyarakat pada umumnya; 4. Menghormati hak dan kepentingan stakeholders atau pihak terkait yang

mempunyai kepentingan langsung maupun tidak langsung dari aktivitas perusahaan.

105


(4)

Mengingat begitu luasnya ruang lingkup CSR, maka Siregar membaginya atas dua ruang lingkup utama106, yaitu :

1. Tanggung jawab institusional atau structural berupa tanggung jawab perusahan terhadap lingkungan sekitar yang terikat oleh peraturan perundang-undangan. Tanggung jawab sosial ini dicirikan dengan adanya sanksi positif atau formal dari pemerintah apabila tidak diindahkan;

2. Tanggung jawab kognitif atau interaksional yaitu tindakan sosial sukarela yang tidak terikat oleh peraturan perundang-undangan, tetapi dianggap penting atau dikerjakan oleh perusahaan, baik oleh kebutuhan inheren produksi perusahaan maupun oleh panggilan moral, sosial, dan kemanusiaan. Tanggung jawab sosial ini dicirikan absennya sanksi positif apabila tidak diindahkan, tetapi dalam hal ini akan berlaku sanksi sosial atau formal lainnya.

Atas dasar beberapa ruang lingkup CSR tersebut, maka CSR menjadi hal yang harus dikonkritkan, baik demi terciptanya suatu kehidupan sosial yang baik maupun demi kelangsungan dan keberhasilan kegiatan bisnis perusahaan itu sendiri.

2.7 Kerangka Pikir

Good corporate governance adalah merupakan salah satu bentuk implementasi good governance di bidang korporasi. Ketika kita telah menemukan kembali cara yang tepat dalam menjalankan roda ekonomi (produksi – keuangan – distribusi) masyarakat yang dikemas dalam pola kemitraan pemerintah – swasta, maka

106


(5)

lingkungan pemerintah maupun swasta.

Di masa yang akan datang, peran pemerintah akan menjadi semakin berkurang/kurang dominan, sehingga pemerintah lebih berperan sebagai regulator atau fasilitator guna menciptakan iklim kondusif bagi pelaksanaan proses pembangunan nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peran pemerintah yang semakin berkurang akan mengakibatkan dunia usaha (swasta) dan masyarakat memiliki peran yang sama untuk ikut serta dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan dan merumuskan kebijakan publik. Maka dari itu, peran pemerintah, dunia swasta, dan masyarakat menjadi lebih seimbang, karena dunia usaha dan masyarakat mengawasi kinerja pemerintah, sehingga dapat mendukung pemerintahan untuk lebih demokratis dan lebih berkualitas.

Perubahan pola pikir, sikap dan ketrampilan (skill) setelah mengetahui apa makna yang terkandung dalam good corporate governance akan berbuah penguatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat sehingga menjadikan mereka mampu untuk berdaya saing dan mampu menjadikan keunggulan komparatif yang mereka miliki menjadi keunggulan yang kompetitif di dunia usaha. Para pelaku good corporate governance, dalam hal ini khususnya Pemerintah Provinsi Lampung – PT. Gunung Madu Plantations (GMP) harus mampu memberdayakan masyarakat di sekitar lingkungannya melalui pengembangan kemitraan/CSR dan mampu melindungi mereka dari aspek kebijakan, kelembagaan, infrastruktur, sumber daya manusia dan sumber daya alam. Hal ini dikarenakan implementasi program kemitraan/CSR sangat erat kaitannya dengan upaya mewujudkan dan peduli


(6)

terhadap kemiskinan yang pada akhirnya mampu menjamin berlanjutnya pembangunan lingkungan serta dapat mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Secara singkat kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Bagan 2 berikut:

Bagan 2. Kerangka Pikir

Kemitraan :

Pemerintah Provinsi Lampung - Swasta Birokrasi Pemerintahan

Aspek Ekonomis 1. Produksi 2. Keuangan 3. Pemasaran

Alternatif Pengembangan Kemitraan (Corporate Social Responsibility/CSR) Implementasi Tata Nilai

(Good Corporate Governance) 1. Transparansi 2. Akuntabilitas 3. Responsibilitas 4. Independen 5. Kesetaraan

Model – Model Pengembangan Kemitraan

Aspek SDA Aspek

SDM Aspek

Infrastruktur Aspek

Kelembagaan Aspek


Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMITRAAN PEMERINTAH KOTA DAN SWASTA DALAM PENGADAAN RUANG TERBUKA HIJAU (Studi tentang kemitraan Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan PT. Beiersdorf dalam Pengadaan Merbabu Family Park di Kota Malang)

1 26 35

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PEMERINTAH KABUPATEN DAN SWASTA DALAM PEMBANGUNAN LAMONGAN PLAZA (Studi di Pemerintah Kabupaten Lamongan)

0 7 3

IMPLEMENTASI POLA KEMITRAAN PT. GUNUNG MADU PLANTATIONS DENGAN MASYARAKAT DESA GUNUNG BATIN UDIK KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

2 37 86

POLA KEMITRAAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG DENGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) (Studi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PengrajinKeripik di Sentra Industri Keripik Jalan Pagar Alam Bandar Lampung)

4 59 154

Analisis Pola Kemitraan Pemerintah Daerah dengan Swasta dalam Perspektif Good Corporate Governance (Studi Pada Kemitraan Pemerintah Provinsi Lampung dengan PT. Gunung Madu Plantations)

0 10 27

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTUSAN PETANI BERALIH KEMITRAAN DALAM BERUSAHATANI (Kasus Petani Kemitraan Tebu di PT. Gunung Madu Plantations Beralih ke Kemitraan Ubi Kayu di Pabrik Bumi Waras)

1 32 109

Kajian Kemitraan Badan Karantina Pertanian Dengan Pemerintah Daerah Jawa Timur

0 20 104

Kontrak Pelayanan Antara Sektor Swasta Dan Pemerintah Dari Persaingan Untuk Kemitraan Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong.

0 1 17

Good Governance dalam Pemerintah Daerah

0 0 9

Pola Kemitraan Antara Pemerintah, Masyarakat Dan Swasta Dalam Implementasi Kemitraan Pengembangan Ekonomi Lokal (KPEL) Repository - UNAIR REPOSITORY

1 1 193