SIMPULAN DAN SARAN Analisis Pola Kemitraan Pemerintah Daerah dengan Swasta dalam Perspektif Good Corporate Governance (Studi Pada Kemitraan Pemerintah Provinsi Lampung dengan PT. Gunung Madu Plantations)

cuma-cuma, poliklinik, taman kanak-kanak TK, sekolah dasar SD, sekolah menengah pertama SMP. Juga masjid, gereja, sarana olahraga, warung-warung, toko-toko koperasi, bank, fasilitas ATM, serta gedung- gedung pertemuan. Masyarakat dari desa sekitar GMP dapat ikut memanfaatkan fasilitas-fasilitas ini. GMP pun berusaha menjaga hubungan baik yang sudah terjalin melalui pembinaan kemitraan tebu; bantuan- bantuan fisik seperti masjid, kantor kepala kampung, listrik, peralatan kantor, pengerasan jalan, jembatan, dan lain-lain; pertandingan olahraga; juga bantuan air bersih kepada warga sekitar ketika musim kemarau terus berlangsung; Kedua, bidang ekonomi, antara lain adalah dengan menginisiasi program kemitraan tebu rakyat di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Utara, Way Kanan, dan Kabupaten Tulangbawang. Disamping memasyarakatkan pertanian tebu, kemitraan dengan pola bagi hasil dan petani mandiri juga merupakan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat; dan ketiga, bidang lingkungan hidup, antara lain konservasi tanah dan air, penggunaan SDA secara bijaksana, pengendalian hama secara hayati, eksplorasi ekologis, pemilihan teknologi ramah lingkungan, dan mengutamakan 5R dalam pengelolaan limbah. Tahapan penanganan limbah 5R, yaitu : a Refine alternatif ramah lingkungan; b Reduce pengurangan besar polutan; c Reuse pemakaian kembali; d Recycle pemanfaatan lain; dan e Retrieve to energy Sebagai bahan bakar. Sementara limbah padat dan limbah cair dari pabrik juga dikelola lagi sehingga bermanfaat, bahkan secara ekonomis sangat menguntungkan. Limbah padat berupa ampas tebu bagasse misalnya, dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar ketel uap boiler untuk penggerak mesin pabrik dan pembangkit tenaga listrik untuk perumahan karyawan, perkantoran, dan peralatan irigasi. Oleh sebab itu, pabrik dan pembangkit listrik Gunung Madu tidak menggunakan bahan bakar minyak BBM, baik saat musim giling on season maupun tidak giling off season. Limbah padat lain adalah endapan nira yang disebut blotong filter cake dan abu. Blotong, abu, dan bagasse dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kompos, yang digunakan lagi di kebun sebagai penyubur tanah. Limbah cair yang dikeluarkan pabrik dikelola melalui dua tahapan. Pertama , penanganan di dalam pabrik in house keeping. Sistem ini dilakukan dengan cara mengefisienkan pemakaian air dan penangkap minyak oil trap serta pembuatan bak penangkap abu bagasse ash trap. Kedua , penanganan setelah limbah keluar dari pabrik, melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL. 4. Alternatif yang dapat dikembangkan dalam kemitraan Pemerintah Daerah dengan swasta adalah pola kebijakan, kelestarian, dan kesejahteraan dengan pelibatan stakeholders, yaitu pola kemitraan yang menempatkan mitra sebagai subyek dan dalam paradigma common interest. Prinsip simbiosis mutualisme sangat terlihat pada ketiga pola ini. Perusahaan mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, pemerintah memberikan iklim investasi yang kondusif bagi dunia usaha, masyarakat memberikan dukungan positif kepada perusahaan, dan stakeholders berperan dalam hal perencanaan, pelaksanaan sampai pengendalian program kemitraan CSR. Bahkan bisa jadi, mitra dilibatkan pada pola hubungan resource based partnership dimana mitra diberi kesempatan menjadi bagian dari shareholders. Skenario ini dapat menimbulkan sense of belonging , membangun kepercayaan yang semakin tinggi high trust, high security level serta hubungan sinergis antara subyek-subyek dalam paradigma common interest.

6.2 Saran

Kemitraan antara kalangan dunia usaha, pemerintah, dan masyarakat mesti lebih ditingkatkan lagi. Maka dari itu saran yang dapat penulis berikan antara lain: 1. Pemerintah Daerah harus mampu berperan sebagai : 1 Entrepreneur yang berarti pemerintah harus mampu mengoptimalisasi pemanfaatan asset sehingga menghasilkan profit maksimum dan dapat mensejahterakan masyarakat di daerahnya; 2 Koordinator yang memiliki peran untuk melibatkan instansi pemerintah lainnya, dunia usaha, dan masyarakat dalam menyusun strategi pembangunan di daerahnya; 3 Fasilitator, artinya harus dapat memfasilitasi ide-ide dari pihak lain, yang bermanfaat bagi pembangunan daerah dan dapat diimplementasikan sebagai bentuk upaya memberdayakan masyarakat di daerah; dan 4 Stimulator, artinya Pemerintah Daerah harus mampu memberikan stimulant dalam rangka penciptaan dan pengembangan usaha di daerah. Pemerintah harus merevisi atau mengamandemen segera Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas sekaligus membuat peraturan pelaksanaan CSR dalam bentuk Peraturan Pemerintah sesuai dengan amanat Undang-Undang agar dapat dijadikan acuan bagi perusahaan untuk melaksanakannya secara efektif, tepat, dan terukur. Sementara itu, Pemerintah Daerah dapat berperan sebagai sebuah institusi regulator di tingkat lokal yang memfasilitasi ”arena permainan” demi pencapaian target pembangunan berkelanjutan. 2. Pemerintah harus mempersiapkan beberapa strategi pengembangan untuk menyikapi kendala-kendala yang dihadapi, seperti: a. Strategi pengembangan dunia usaha yang dapat ditempuh dengan cara: 1. Penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi dunia usaha, melalui pengaturan dan kebijakan yang memberikan kemudahan bagi dunia usaha demi berkembangnya program CSR yang digelar kalangan dunia usaha sehingga terwujudlah public, privat, and community partnership . Ujungnya jelas, bila rasa kebersamaan sudah kuat, kesemuanya dapat tumbuh berkembang secara sustain; 2. Pembuatan skala pemasaran bersama untuk menghindari skala yang tidak ekonomis dalam produksi, peningkatan daya saing terhadap produk impor, peningkatan sikap kerjasama antar pelaku usaha; 3. Pembuatan sistem informasi terpadu yang didukung oleh perangkat teknologi informasi secara online , dimaksudkan untuk memudahkan masyarakatinvestor mendapatkan informasi dari Pemerintah Daerah dalam kaitannya dengan dunia usaha, seperti : perizinan, perencanaan daerah, perencanaan ekonomi daerah, Izin Mendirikan Bangunan IMB, dan sebagainya. b. Strategi pengembangan sumber daya manusia yang dapat dilakukan dengan cara : 1. Pelatihan dengan sistem customized training yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan pemberi kerja. Lembaga Pendidikan Kerja LPK atau Balai Latihan Kerja BLK sebaiknya diarahkan kepada sistem pelatihan model ini karena jaminan mendapatkan pekerjaan lebih besar; 2. Pembuatan bank keahlian skillbanks yang berisi data orang yang menganggur di suatu daerah dengan kualifikasi atau keahlian tertentu, sehingga akan mempermudah perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan dengan kualifikasi tertentu; 3. Penciptaan iklim yang mendukung peningkatan SDM seperti : lembaga-lembaga kursus, lembaga-lembaga pendidikan dan keterampilan, dan sebagainya; 4. Perusahaan swasta yang ada di daerah membuka kesempatan lowongan pekerjaan kepada masyarakat untuk dididik lebih lanjut guna menguasai keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut. c. Strategi pengembangan berbasis masyarakat dengan melibatkan lima aktor penting dalam otonomi daerah seperti : BUMNBUMD, Pemerintah Daerah, investor swasta nasionalasing, pengusaha daerah, dan masyarakat sendiri. Dalam memberdayakan masyarakat di daerah perusahaan sebaiknya tidak hanya menekuni core business-nya saja akan tetapi juga harus menekuni bisnis lain dalam kaitannya dengan potensi daerah di mana perusahaan tersebut berada; d. Strategi balance scorecard, yang mengarahkan manajemen dan organisasi baik pemerintah itu sendiri maupun swasta secara keseluruhan dari empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan dengan suatu kesadaran bahwa segala sesuatu harus diukur. 3. Perusahaan, dalam mengimplementasikan aktivitas CSR-nya, sedapat mungkin memaksimalkan potensinya untuk melakukan program CSR secara komprehensif dan berkesinambungan. Program CSR yang berkelanjutan diharapkan akan dapat membentuk atau menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri. Bisnis yang ramah CSR akan memunculkan rasa kecintaan para stakeholder. Sementara itu, masyarakat dapat berperan proaktif dengan memberi input yang baik pada perusahaan dan siap berpartisipasi aktif menyukseskan program CSR. Setiap kegiatan CSR akan melibatkan semangat sinergi dari semua pihak secara terus menerus membangun dan menciptakan kesejahteraan dan pada akhirnya akan tercipta kemandirian dari masyarakat yang terlibat dalam program tersebut. 4. Membangun dan memperkuat integrasi, sinkronisasi, dan sinergisitas yang intens antara stakeholders dalam perencanaan sampai implementasi program CSR. Hal ini dikarenakan, pencapaian keberhasilan dalam melakukan program CSR memerlukan komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua pihak yang peduli terhadap program- program CSR. Program CSR menjadi begitu penting karena kewajiban manusia untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia di masa datang. 5. Penelitian ini memiliki keterbatasan, baik dari sisi konseptual teoritis, metodologis maupun operasional teknis termasuk variasi sumber data. Maka dari itu, perlu dilakukan penelitian lebih mendalam dan berkelanjutan baik dalam kerangka konsep, metodologis maupun operasional teknis sehingga lebih mampu mengungkapkan berbagai persoalan dalam pengembangan model-model kemitraanCSR.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kemitraan Kemitraan dilihat dari perspektif etimologis diadaptasi dari kata partnership, dan berasal dari akar kata partner. Partner dapat diterjemahkan “pasangan, jodoh, sekutu, atau kampanyon”. Sedangkan partnership diterjemahkan menjadi persekutuan atau perkongsian 10 . Bertolak dari sini maka kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu, atau tujuan tertentu, sehingga dapat memperoleh hasil yang baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Sementara kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Dari arti kata mitra ini, Hafsah 1999 11 menjelaskan pengertian kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh 10 Ambar Teguh Sulistiyani, “Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan”, Gaya Media, Yogyakarta, 2004, hal 129. 11 Muhammad Jafar Hafsah, “Kemitraan Usaha”, Pustaka Sinar Harapan , Jakarta, 1999, hal. 43. adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Hal demikian sesuai dengan pendapat Ian Linton 12 yang mengatakan bahwa Kemitraan adalah sebuah cara melakukan bisnis di mana pemasok dan pelanggan berniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Menurut Anwar dalam Handoko 2003 13 , pembangunan ekonomi dengan pola kemitraan dapat dianggap sebagai usaha yang paling menguntungkan maximum social benefit , terutama ditinjau dari pencapaian tujuan pembangunan jangka panjang. Hal ini didasari oleh perwujudan cita-cita pola kemitraan untuk melaksanakan sistem perekonomian gotong royong antara mitra yang kuat dari segi permodalan, pasar, dan kemampuan teknologi bersama petani golongan lemah yang tidak berpengalaman. Tujuannya adalah meningkatkan produktivitas usaha dan kesejahteraan atas dasar kepentingan bersama. Secara ekonomi, kemitraan didefinisikan sebagai 14 : 1. Esensi kemitraan terletak pada kontribusi bersama, baik berupa tenaga labour maupun benda property atau keduanya untuk tujuan kegiatan ekonomi. Pengendalian kegiatan dilakukan bersama dimana pembagian keuntungan dan kerugian distribusi diantara dua pihak yang bermitra. Burrns,1996 dalam Badan Agribisnis Departemen Pertanian,1998; 2. “Partnership atau Alliance” adalah suatu asosiasi yang terdiri dari dua orang atau usaha yang sama-sama memiliki sebuah perusahaan dengan tujuan untuk mencari laba. Winardi, 1971 dalam Badan Agribisnis Departemen Pertanian, 1998; 3. Kemitraan adalah suatu persekutuan dari dua orang atau lebih sebagi pemilik bersama yang menjalankan suatu bisnis mencari keuntungan. Spencer, 1977 dalam Badan Agribisnis Departemen Pertanian,1998; 4. Suatu kemitraan adalah suatu perusahaan dengan sejumlah pemilik yang menikmati bersama keuntungan-keuntungan dari perusahaan dan masing- masing menanggung liabilitas yang tidak terbatas atas hutang-hutang 12 Ibid. hal. 10. 13 Ibid. hal. 12. 14 Mia Nur Damayanti , “Kajian Pelaksanaan Kemitraan Dalam Meningkatkan Pendapatan Antara Petani Semangka di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah dengan CV. Bimandiri ”, IPB Press, Bogor,

2009, hal 18.

perusahaan. McEachern, 1988 dalam Badan Agribisnis Departemen Pertanian,1998. Sementara itu, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pasal 1 Ayat 13 mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar 15 . Kesemua definisi tersebut di atas, ternyata belum ada satu definisi yang memberikan definisi secara lengkap tentang kemitraan. Hal tersebut disebabkan karena para sarjana mempunyai titik fokus yang berbeda dalam memberikan definisi tentang kemitraan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memandang kemitraan sebagai suatu jalinan kerjasama usaha untuk tujuan memperoleh keuntungan. Berbeda dengan Muhammad Jafar Hafsah dan Ian Linton yang memandang kemitraan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Tetapi dengan adanya perbedaan pendapat diantara para sarjana ini maka akan saling melengkapi diantara pendapat sarjana yang satu dengan yang lainnya, dan apabila dipadukan maka akan menghasilkan definisi yang lebih sempurna, bahwa kemitraan merupakan jalinan kerjasama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperbesar dan saling menguntungkan. Dalam 15 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Undang- Undang ini disusun dengan maksud untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Secara umum struktur dan materi dari Undang-Undang ini memuat tentang ketentuan umum, asas, prinsip dan tujuan pemberdayaan, kriteria, penumbuhan iklim usaha, pengembangan usaha, pembiayaan dan penjaminan, kemitraan, dan koordinasi pemberdayaan, sanksi administratif dan ketentuan pidana. Undang-Undang ini diundangkan di Jakarta pada tanggal 04 Juli 2008 sebagai Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. kerjasama tersebut tersirat adanya satu pembinaan dan pengembangan, hal ini dapat terlihat karena pada dasarnya masing-masing pihak pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan, justru dengan kelemahan dan kelebihan masing-masing pihak akan saling melengkapi dalam arti pihak yang satu akan mengisi dengan cara melakukan pembinaan terhadap kelemahan yang lain dan sebaliknya. 2.1.1 Prinsip – Prinsip Kemitraan Prinsip – prinsip kemitraan yang melekat pada pengertian secara konsep maupun yuridis adalah sebagai berikut : 1. Prinsip saling memerlukan. Menurut John L. Mariotti 16 kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya. Pemahaman akan keunggulan yang ada akan menghasilkan sinergi yang bedampak pada efisiensi, turunnya biaya produksi dan sebagainya. Penerapannya dalam kemitraan, perusahaan besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan yang kecil. Sebaliknya perusahaan yang lebih kecil, yang umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi, permodalan dan sarana produksi melalui teknologi dan sarana produksi yang dimiliki oleh perusahaan besar. Maka dalam hal ini sebenarnya ada saling memerlukan atau ketergantungan diantara kedua belah pihak yang bermitra. 16 John L. Mariotti dalam Muhammad Jafar Hafsah, “Kemitraan Usaha”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1999, hal. 51. 2. Prinsip saling memperkuat. Sebelum kedua belah pihak memulai untuk bekerjasama, akan pasti ada sesuatu nilai tambah yang ingin diraih oleh masing-masing pihak yang bermitra. Nilai tambah ini selain diwujudkan dalam bentuk nilai ekonomi seperti peningkatan modal dan keuntungan, perluasan pangsa pasar, tetapi juga ada nilai tambah yang non ekonomi seperti peningkatan kemapuan manajemen, penguasaan teknologi dan kepuasan tertentu. Keinginan ini merupakan konsekuensi logis dan alamiah dari adanya kemitraan. Keinginan tersebut harus didasari sampai sejauh mana kemampuan untuk memanfaatkan keinginan tersebut dan untuk memperkuat keunggulan- keunggulan yang dimilikinya, sehingga dengan bermitra terjadi suatu sinergi antara para pelaku yang bermitra sehingga nilai tambah yang diterima akan lebih besar. Oleh karena itu, terjadi saling isi mengisi atau saling memperkuat dari kekurangan masing-masing pihak yang bermitra. Berdasarkan motivasi ekonomi tersebut maka prinsip kemitraan dapat didasarkan pada saling memperkuat. Kemitraan juga mengandung makna sebagai tanggung jawab moral, hal ini disebabkan karena bagaimana pengusaha besar atau menengah mampu untuk membimbing dan membina pengusaha kecil mitranya agar mampu berdaya mengembangkan usahanya sehingga menjadi mitra yang handal dan tangguh didalam meraih keuntungan untuk kesejahteraan bersama. Hal ini harus disadari juga oleh masing-masing pihak yang bermitra yaitu harus memahami bahwa mereka memiliki perbedaan, menyadari keterbatasan masing- masing, baik yang berkaitan dengan manajemen, penguasaan ilmu

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMITRAAN PEMERINTAH KOTA DAN SWASTA DALAM PENGADAAN RUANG TERBUKA HIJAU (Studi tentang kemitraan Dinas Kebersihan dan Pertamanan dengan PT. Beiersdorf dalam Pengadaan Merbabu Family Park di Kota Malang)

1 26 35

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PEMERINTAH KABUPATEN DAN SWASTA DALAM PEMBANGUNAN LAMONGAN PLAZA (Studi di Pemerintah Kabupaten Lamongan)

0 7 3

IMPLEMENTASI POLA KEMITRAAN PT. GUNUNG MADU PLANTATIONS DENGAN MASYARAKAT DESA GUNUNG BATIN UDIK KECAMATAN TERUSAN NUNYAI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

2 37 86

POLA KEMITRAAN PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG DENGAN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VII (PERSERO) (Studi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) pada PengrajinKeripik di Sentra Industri Keripik Jalan Pagar Alam Bandar Lampung)

4 59 154

Analisis Pola Kemitraan Pemerintah Daerah dengan Swasta dalam Perspektif Good Corporate Governance (Studi Pada Kemitraan Pemerintah Provinsi Lampung dengan PT. Gunung Madu Plantations)

0 10 27

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPUTUSAN PETANI BERALIH KEMITRAAN DALAM BERUSAHATANI (Kasus Petani Kemitraan Tebu di PT. Gunung Madu Plantations Beralih ke Kemitraan Ubi Kayu di Pabrik Bumi Waras)

1 32 109

Kajian Kemitraan Badan Karantina Pertanian Dengan Pemerintah Daerah Jawa Timur

0 20 104

Kontrak Pelayanan Antara Sektor Swasta Dan Pemerintah Dari Persaingan Untuk Kemitraan Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Sorong.

0 1 17

Good Governance dalam Pemerintah Daerah

0 0 9

Pola Kemitraan Antara Pemerintah, Masyarakat Dan Swasta Dalam Implementasi Kemitraan Pengembangan Ekonomi Lokal (KPEL) Repository - UNAIR REPOSITORY

1 1 193