Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian Prinsip Keterbukaan

hukum modern. Individu secara hukum bertanggungjawab tidak hanya jika secara obyektif harmful effect dilakukan secara terlarang, tetapi juga jika akibat perbuatan tersebut telah dimaksudkan walaupun tanpa niat yang salah, atau jika akibat tersebut terjadi tanpa adanya maksud atau direncanakan oleh individu pelaku. Namun sanksinya mungkin berbeda dalam kasus yang berbeda-beda. Suatu sikap mental deliquent tersebut, atau disebut mens rea, adalah suatu elemen delik. Elemen ini disebut dengan terma kesalahan fault dalam arti lebih luas disebut dolus atau culpa. Ketika sanksi diberikan hanya terhadap delik dengan kualifikasi psikologis inilah disebut dengan pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan responsibility based on fault atau culpability. Dalam hukum modern juga dikenal bentuk lain dari kesalahan yang dilakukan tanpa maksud atau perencanaan, yaitu kealpaan negligance. Kealpaan adalah suatu delik omisi, dan per- tanggungjawaban terhadap kealpaan lebih merupakan pertanggungjawaban absolut dari pada culpability.

1.7.3 Asas Itikad Baik Dalam Perjanjian

Asas itikad baik dalam bahasa hukumnya disebut de goedetrow. Asas ini berkaitan dengan pelaksanaan suatu perjanjian. Mengenai asas itikad baik ini, terdapat dalam Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata yang menentukan “ persetujuan- persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Itikad baik dapat dibedakan dalam pengertian subjektif dan objektif. Itikad baik dalam segi subjektif, berarti kejujuran. Hal ini berhubungan erat dengan sikap batin seseorang pada saat membuat perjanjian. Artinya sikap batin seseorang pada saat dimulainya suatu perjanjian itu seharusnya dapat membayangkan telah dipenuhinya syarat-syarat yang diperlukan. Itikad baik dalam segi objektif, berarti kepatuhan, yang berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian atau pemenuhan prestasi dan cara melaksanakan hak dan kewajiban haruslah mengindahkan norma-norma kepatuhan dan kesusilaan.

1.7.4 Prinsip Keterbukaan

Pengertian Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten, perusahaan publik, dan pihak lain yang tunduk pada undang undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh informasi material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap putusan pemodal terhadap efek dimaksud dan atau harga dari efek tersebut. Sedangkan informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian, atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pda bursa efek dan atau keputusan pemodal, calon pembeli atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut. Dan mengenai perusahaan terbuka sebagai mana dijelaskan dalam peraturan Bapepam LK nomor IX.H.1 tentang pengambilalihan perusahaan terbuka, angka 1 huruf a. adalah perusahaan publik atau perusahaan yang telah melakukan penawaran umum saham atau efek bersifat ekuitas lainnya. 12 Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti dalam pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa dari pasar modal itu sendiri. Keterbukaan informasi merupakan salah 12 Pompe, Sebastian Reksodiputro, Marjono, 2010, Ikhtisar Ketentuan Pasar Modal, The Indonesia Netherlands National Legal Reform Program NLRP, Jakarta, h. 25 satu karakteristik khusus yang dikenal dalam bidang pasar modal. Di dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal mengamanatkan kepada setiap pelaku kegiatan pasar modal terutama pada Emiten danatau Perusahaan Publik agar senantiasa menjalankan prinsip keterbukaan dalam menjalankan kegiatan pasar modal dengan baik. Yang mana pelaksanaan prinsip keterbukaan tersebut dapat diimplementasikan melalui penyampaian informasi atau fakta material terkait usaha atau efeknya. Hal tersebut juga dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi nasabah untuk melakukan penanaman modal di suatu perusahaan tertentu, sehingga secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan efek. Dalam perjalanannya emiten dan atau perusahaan publik pasti melakukan bentuk-bentuk aksi korporasi Corporate Action. Aksi korporasi tersebut baik berupa pembagian deviden, penerbitan saham bonus, dan lain sebagainya. Bapepam LK dan Bursa Efek telah mengatur agar dalam menjalankan aksi korporasinya emiten danatau perusahaan publik tetap memperhatikan prinsip keterbukaan guna mencegah adanya kerugian bagi pemangku kepentingan stakeholders. Kepatuhan melaksanakan prinsip keterbukaan merupakan kunci utama dalam menciptakan pasar modal yang adil dan efisien. Prinsip keterbukaan menjadi persoalan yang sangat penting di pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Penegasan dan pengertian mengenai prinsip keterbukaan juga telah ditentukan dalam ketentuan Pasal 1 angka 25 Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang mana menyatakan : “Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang- undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh Informasi Material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.” Tujuan dari prinsip keterbukaan ini perlu dilakukan untuk menciptakan efisiensi dalam transaksi efek agar dapat memberikan informasi secara transparan, adil, dan bijaksana. Tanpa kewajiban keterbukaan ini mustahil tercipta pasar efisien. Keterbukaan dalam transaksi efek menyangkut seluruh informasi mengenai keadaan usahanya yang meliputi aspek keuangan, hukum, manajemen, dan harta kekayaan perusahaan yang akan melakukan emisi saham di bursa.

1.8 Metode Penelitian