bantuan tenaga kerja tambahan. Pendidikan terutama pendidikan non-formal misalnya  kursus  kelompok  tani,  penyuluhan,  atau  studi  banding  akan
membuka  pemikiran  peternak,  menambah  keterampilan  dan  pangalaman peternak dalam mengelola usahataninya.
Jumlah  tenaga  kerja  dalam  keluarga  akan  berpengaruh  pada  biaya, semakin  banyak  menggunakan  tenaga  kerja  keluarga  maka  semakin  sedikit
biaya  yang  dikeluarkan  untuk  mengupah  tenaga  kerja  luar  keluarga.  Petani dengan  lahan  sempit  dengan  tenaga  kerja  keluarga  yang  tersedia,  dapat
menyelesaikan pekerjaan usahataninya tanpa menggunakan tenaga kerja luar yang diupah sehingga biaya per usahatani menjadi rendah.
Modal  yang  tersedia  berhubungan  langsung  dengan  peran  petani sebagai  manajer  dan  juru  tani  dalam  mengelola  usahataninya.  Jenis
komoditas  yang  akan  diusahakan  tergantung  modal  karena  ada  komoditas yang  padat  modal  sehingga  memerlukan  biaya  yang  cukup  tinggi  untuk
mengusahakannya Suratiyah, 2006.
2.8  Kepuasan Peternak
Tingkat  kepuasan  petenak  terhadap  pelaksanaan  usaha  kemitraan merupakan salah satu faktor yang secara tidak lansung berkontribusi terhadap
keberlanjutan  usaha kemitraan. Kepuasan peternak tersebut dipengaruhi oleh berbagai  faktor  baik  internal  maupun  eksternal,  yang  nantinya  bisa  menjadi
indikator keberhasilan suatu usaha kemitraan. Kepuasan  adalah  perasaan  senang  atau  kecewa  seseorang  yang
muncul  setelah  membandingkan  antara  persepsi  atau  kesannya  terhadap kinerja  suatu  produk  dan  harapan-harapannya.  Kepuasan  merupakan  fungsi
dari  kinerja  dan  harapan.  Jika  kinerja  berada  di  bawah  harapan  berarti seseorang tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan berarti seseorang amat
puas  atau  senang  Kotler,  2000.  Dalam  usaha  kemitraan,  peternak  plasma juga akan menunjukkan tingkat kepuasaannya sesuai dengan kondisikinerja
perusahaan inti. Rangkuti  2003  mengartikan  kepuasan  pelanggan  sebagai  respon
pelanggan  terhadap  ketidaksesuaian  antara  tingkat  kepentingan  sebelumnya dan kinerja yang dirasakan setelah pemakaian. Sedangkan Sumarwan 2004,
menyatakan  bahwa  kepuasan  pelangan  merupakan  suatu  the  expectacy disconfirmation  model.  Dalam  teori  ini  dijelaskan  bahwa  kepuasan  dan
ketidakpuasan  konsumen  merupakan  dampak  dari  perbandingan  antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh
konsumen  dari  produk  atau  jasa  yang  dibeli  tersebut.  Demikian  pula  pada usaha kemitraan, dimana peternak plasma yang bertindak sebagai konsumen
dari  perusahaan  inti  juga  akan  selalu  membandingkan  antara  harapan peternak sebelum bergabung dengan  yang sesungguhnya diperoleh  peternak
setelah bergabung, seperti pelayanan maupun pendapatan yang diperoleh. Terdapat  delapan  faktor  yang  mempengaruhi  kepuasan  pelanggan,
yaitu: nilai, harapan, daya saing, persepsi pelanggan, harga, citra, pelayanan dan situasi pelayanan Rangkuti, 2003.
1 Nilai Sumarwan  2004  mendefinisikan  nilai  sebagai  kepercayaan  atau
segala sesuatu  yang dianggap penting oleh seseorang atau masyarakat. Nilai bisa  berarti  sebuah  kepercayaan  tentang  sesuatu  hal,  namun  nilai  bukan
hanya  kepercayaan.  Nilai  mengarahkan  seseorang  untuk  berperilaku  yang
sesuai  dengan  budayanya.  Nilai  berlangsung  lama  dan  sulit  berubah.  Nilai tidak terkait dengan suatu objek atau situasi.
Nilai didefinisikan sebagai pengkaji secara menyeluruh manfaat nilai dari  suatu  produk.  Nilai  didasarkan  pada  persepsi  pelanggan  atas  apa  yang
telah diterima oeh pelanggan dan yang telah diberikan oleh produk tersebut. Pelanggan  membutuhkan  pelayanan  serta  manfaat  dari  produk  yang
dikonsumsinya Rangkuti, 2003. 2 Harapan
Harapan  pelanggan  diyakini  memiliki  peranan  yang  besar  dalam menetukan  mutu  produk  barang  atau  jasa  dan  kepuasan  pelanggan.  Pada
dasarnya  terdapat  hubungan  yang  erat  antara  penentuan  mutu  dan  kepuasan pelanggan.  Dalam  mengevaluasi,  pelanggan  akan  menggunakan  harapannya
sebagai  standar  atau  acuan.  Dengan  demikian  harapan  pelanggan  yang melatar  belakangi  mengapa  dua  organisasi  pada  bisnis  yang  sama  dapat
dinilai berbeda oleh pelanggannya Tjiptono, 2002. Rangkuti  2003  menambahkan  tentang  tingkat  kepentingan  atau
harapan  pelanggan  sebagai  keyakinan  pelanggan  sebelum  mencoba  atau membeli suatu produk atau jasa. Hal ini  yang  akan dijadikan standar dalam
menilai kinerja produk jasa tersebut. 3 Daya saing
Suatu produk jasa atau barang harus memiliki daya saing yang tinggi agar dapat menarik pelanggan. Produk memiliki daya saing bila keunggulan
produk  tersebut  dibutuhkan  pelanggan.  Keunggulan  suatu  produk  jasa terletak  pada  keunikan  atau  mutu  pelayanan  produk  jasa  tersebut  pada
pelanggan,  maka  supaya  dapat  bersaing  harus  mempunyai  keunikan dibandingkan dengan produk lain yang sejenis Rangkuti, 2003.
4 Persepsi Pelanggan Rangkuti  2003  mendefinisikan  persepsi  pelanggan  sebagai  proses
dimana  individu  memilih,  mengorganisasikan  dan  mengartikan  stimulus yang  diterima  melalui  alat  inderanya  menjadi  suatu  makna.  Meskipun
demikian,  makna  dari  proses  suatu  persepsi  tersebut  juga  dipengaruhi  oleh pengalaman masa lalu individu yang bersangkutan. Proses persepsi terhadap
suatu  jasa  tidak  mengharuskan  pelangan  tersebut  mengunakan  jasa  tersebut terlebih  dahulu.  Persepsi  merupakan  cara  seseorang  melihat  realitas  di  luar
dirinya  atau  di  dunia  sekelilingnya.  Dalam  hal  ini,  konsumen  sering  kali memutuskan  pembelian  suatu  produk  berdasarkan  persepsinya  terhadap
produk atau jasa tersebut Sumarwan, 2004. 5 Harga
Harga  rendah  menimbulkan  persepsi  produk  atau  jasa  tersebut mutunya  rendah.  Harga  yang  terlalu  rendah  mengakibatkan  persepsi
pelanggan  kurang  percaya  terhadap  produsen.  Sebaliknya,  harga  tinggi menimbulkan persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa tersebut bermutu
tinggi. Namun harga yang terlalu tinggi berakibat pada hilangnya pelanggan Rangkuti, 2003.
6 Citra Rangkuti  2003  menyatakan  bahwa  citra  buruk  menimbulkan
persepsi  produk  tidak  bermutu,  sehingga  pelanggan  mudah  marah  apabila terjadi  kesalahan  sedikitpun.  Sebaiknya,  citra  yang  bagus  terhadap  suatu
produk menimbulkan anggapan bahwa produk tersebut bermutu baik.
7 Tahap Pelayanan Kepuasan  pelanggan  ditentukan  oleh  berbagai  jenis  pelayanan  yang
didapatkan  pelanggan  selama  pelanggan  menggunakan  beberapa  tahapan pelayanan tersebut Rangkuti, 2003.
8 Situasi Pelayanan Situasi  pelayanan  dikaitkan  dengan  kondisi  internal  pelanggan,
sehingga  mempengaruhi  kinerja  pelayanan.  Sedangkan  kinerja  pelayanan ditentukan  oleh  pelanggan,  proses  pelayanan  dan  lingkungan  fisik  dimana
pelayanan diberikan Rangkuti, 2003. Menurut  Rangkuti  2003  salah  satu  faktor  yang  menentukan
kepuasan  pelanggan  adalah  mutu  pelayanan  yang  terdiri  dari  lima  dimensi pelayanan, yaitu:
1 Keandalan reliability, yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang
dijanjikan dengan terpercaya dan akurat. 2
Ketanggapan  responsiveness,  yaitu  kemampuan  untuk  membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat.
3 Jaminan  assurance,  yaitu  pengetahuan,  kesopanan  karyawan  dan
kemampuannya untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. 4
Empati emphaty, yaitu kesediaan untuk peduli, memberikan perhatian pribadi bagi pelanggan.
5 Berwujud  tangibles,  yaitu  penampilan  fisik,  peralatan  dan  personil,
serta materi komunikasi.
2.9 Loyalitas Peternak