Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok
ANALISIS KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI PLASMA KEMITRAAN
POLA INTI PLASMA DI KOTA DEPOK
SKRIPSI
ARIO PRIAMBODO H34087007
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
(2)
iii RINGKASAN
ARIO PRIAMBODO. Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUPREHATIN).
Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub sektor ini bisa memberikan nilai tambah bagi pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa jauh kemampuan kita untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin di bangun di masa depan adalah yang mempunyai peranan besar bagi sektor pertanian Indonesia, karena dapat meningkatkan dan memperbaiki perekonomian dalam negeri yaitu sebagai sumber pendapatan, menyediakan lapangan kerja, dan meningkatkan nilai tambah dalam sektor hasil peternakan.
Pendekatan melalui peningkatan sektor peternakan merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan bagi pembangunan pertanian, hal ini dapat dibuktikan tidak hanya dengan laju pertumbuhan PDB melainkan dengan adanya perkembangan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia akan komoditi peternakan dalam penyediaan bahan pangan protein hewani. Hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya konsumsi protein hewani pada dua tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi protein hewani disukung dengan kontribusi dari peningkatan Konsumsi daging yang cukup besar pada masyarakat Indonesia.
Berdasarkan potensi dari subsektor peternakan unggas khususnya usahaternak ayam broiler dan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh peternak maka diperlukan terbentuknya kerjasama dalam agribisnis peternakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Kerjasama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak-peternak kecil, hal ini tidak saja bertujuan untuk meningkatkan pendapatan peternak tetapi bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan daging ayam broiler dalam dimensi jumlah, kualitas, waktu, dan keterjangkauan.
Keberhasilan kemitraan tidak hanya terhenti pada partisipasi atau keikutsertaan peternak plasma ayam broiler dalam memelihara ternak saja, tetapi ke dalam bentuk partisipasi yang lebih luas baik dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan, monitoring maupun sampai memanfaatkan hasilnya. Keberhasilan kemitraan usahaternak ayam
broiler antara peternak plasma ayam broiler dan perusahaan inti terbentuk oleh adanya dukungan dari beberapa faktor-faktor yang menentukan peternak ayam broiler untuk melakukan kemitraan. Faktor-faktor tersebut diantaranya karakteristik peternak ayam
broiler dalam melakukan kemitraan dan beberapa alasan peternak ayam broiler melakukan kemitraan seperti jaminan pemasaran, kemudian karena tersedia DOC, saprodi, produktivitas yang tinggi, adanya petugas pendamping dan karena adanya keikutsertaan peternak lain dalam melakukan kemitraan ( Purnaningsih, 2007).
(3)
iv Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan salah satunya bahwa di Kota Depok merupakan salah satu sentra pengembangan kemitraan oleh Dinas Peternakan Jawa Barat, sehingga menarik untuk dijadikan tempat penelitian. Responden yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan kemitraan ayam
broiler di Kota Depok terdiri dari peternak plasma ayam broiler dan peternak mandiri ayam broiler. Dalam penentuan responden yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan proses identifikasi rumah usaha peternakan ayam broiler berdasarkan data Dinas Peternakan dan BPS Kota Depok pada tahun 2010 yang diperoleh hasil dimana seluruh peternak plasma dan peternak mandiri ayam broiler berjumlah 993 peternak ayam broiler. Kemudian dilakukan penarikan sampel yang akan dijadikan responden diambil dari populasi peternak ayam broiler dengan jumlah responden keseluruhan sebanyak 90 peternak ayam broiler.
Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik acak kelompok (cluster random sampling), awalnya penarikan sampel untuk peternak plasma dan
peternak mandiri menggunakan cluster random sampling, namun terdapat beberapa kendala di lapangan yaitu sulitnya menjangkau tempat peternak plasma dan peternak mandiri melakukan budidaya, maka peneliti melakukan pengambilan sampel pada responden peternak plasma dan mandiri dengan menggunakan metode snowballing. Peternak plasma dan mandiri dipilih dengan cara menanyakan pada rumah tangga peternak ayam broiler tersebut apakah ada rumah tangga yang memelihara ayam broiler
baik plasma maupun mandiri di daerah tersebut.
Karakteristik peternak plasma dalam melakukan kemitraan ayam broiler
menggunakan model analisis regresi logistik. Model regresi logistik merupakan suatu model analisis yang dibangun untuk mendeskripsikan besarnya peluang variabel respon pada suatu kategori tertentu atau lebih dengan satu atau lebih peubah bebas berskala kategori atau interval (Harmini, 2009). Variabel dependent-nya adalah karakteristik peternak yaitu Y= 1, jika melakukan kemitraan dan Y =0, jika tidak melakukan kemitraan. Data penelitian berhasil dikumpulkan dari 90 orang responden peternak yang berada di Kota Depok yang tersebar di empat kecamatan di Kota Depok yang memiliki jumlah populasi terbanyak di Kota Depok. Karakteristik peternak yang akan dikaji meliputi pengelompokan peternak berdasarkan umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler, jumlah tanggungan keluarga, prioritas usaha, dan luas kandang.
Adapun variabel-variabel yang signifikan pada taraf nyata lima persen dari hasil analisis regresi logistik biner ada dua variabel yaitu variabel prioritas usaha dan luas kandang. Hal ini dapat dilihat dari p-value 0.025 dan 0.002 dimana nilai masing-masing variabel tersebut lebih kecil dari 5 persen (p< 0,05).
Variabel yang tidak signifikan dan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan peternak ayam broiler melakukan kemitraan pada taraf nyata lima persen adalah umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler dan jumlah tanggungan keluarga.
(4)
v ANALISIS KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI
PLASMA KEMITRAAN
POLA INTI PLASMA DI KOTA DEPOK
ARIO PRIAMBODO H34087007
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
(5)
vi Judul Skripsi : Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai
Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok Nama : Ario Priambodo
NIM : H34087007
Disetujui, Pembimbing
Suprehatin, SP, MAB NIP. 19800107 200501 1001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908.198403.1.002
(6)
vii PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dala teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2011
Ario Priambodo H34087007
(7)
viii RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Mei 1986 sebagai anak kedua dari pasangan Endang Syarifudin dan Sri Murdiningsih. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara. Penulis mulai mengikuti dan mengenal dunia pendidikan di TK. Taman Firdaus. Kemudian penulis mengikuti pendidikan sekolah dasar di SD Negeri Depok Baru I dan lulus pada tahun 1999. Pendidikan tingkat pertama yang ditempuh oleh penulis di SMPN 10 Depok dan lulus pada tahun 2002. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan SMA Al-Azhar Plus Bogor dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, Direktorat Program Diploma melalui jalur USMI, pada Program Studi Manajemen Agribisnis, dan diselesaikan pada tahun 2008. Kemdian penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana dengan diterima pada Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada Tahun 2009
Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Bogor sebagai Sekretaris Umum. Penulis pun pernah bekerja sebagai Administrasi Kredit dan IT di salah satu KSP Artama Dana Bersama dan bekerja part time di Morrigan Service sebagai Mystery Shop di Jakarta Selatan. Untuk saat ini penulis sedang bekerja di BPS Kota Depok sebagai Koordinator Statistik Kecamatan khususnya di Kecamatan Sukmajaya Kota Depok.
(8)
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang ditulis mengambil topik mengenai “Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok”. Keputusan peternak plasma dalam melakukan suatu kerjasama kemitraan, karena dalam usaha kemitraan peternak merupakan pelaksana kegiatan budidaya, yang pada akhirnya dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yang bekerjasama. Kepuasan juga akan bermuara pada loyalitas sehingga jalinan kerjasama yang kuat dapat tercapai.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini.
Semoga segala hal yang berkaitan dengan isi penulisan penelitian ini dapat bermanfaat kepada khalayak ramai, agar ilmu yang sudah terbukukan ini dapat terus berkembang dan menjadi berguna.
Bogor, Desember 2011
(9)
x UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi akhir ini. Namun, penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan-dukungan berbagai pihak yang diberikan kepada penulis, diantaranya yaitu :
1. Allah S.W.T, tuhan pemilik raga dan jiwa, pencipta alam semesta, dan inti kehidupan bagi penulis.
2. Nabi Besar Muhammad S.A.W, pemimpin mulia umat manusia di dunia. Atas inspirasi dan rasa cinta bagi baginda rasul, nabi penutup akhir jaman.
3. Ibu (Sri Murdiningsih) dan Ayah (Endang Syarifudin) juga kakak saya (Andhini Widiasari) dan Adik (Rizqi Yanuar Ramadhani) yang telah memberikan kasih sayang tulus penuh cinta, doa dan perhatian serta dukungan moril juga materil yang sangat berarti bagi penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi.
4. Suprehatin, SP, MAB sebagai dosen pembimbing, terima kasih atas bimbingan, pengarahan, ilmu pengetahuan, dan dukungan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.
5. Jajat Mulyana, selaku pemilik K.B.T.M PD Ayam Broiler “
Sari Rasa ” yang telah membantu memberikan informasi mengenai kemitraan di
Kota Depok.
6. Para peternak plasma ayam broiler dan peternak mandiri di Kota Depok yang telah bersedia memberikan tempat dan dijadikan objek untuk melaksanakan kegiatan penelitian.
7. Para tenaga kerja dan Seluruh staf K.B.T.M PD Ayam Broiler
“ Sari Rasa ”, PT. Seribu Sari Indah , Arpa Poultry, PT. PVC, Barji yang telah membantu dengan data dan pengetahuan teknis mengenai kemitraan.
8. Para tenaga kerja dan seluruh star BPS Kota Depok dan Dinas Peternakan Kota Depok yang telah membantu dengan data dan pengetahuan.
(10)
xi 9. Fahmi Abidin Achmad, Dinar Asteria PS, Pandiyuda Kawsha Libo, Welfrin C. Panggabean, Nita Romlah, Vita Novianthi, Sri Mella Putrika dan rekan-rekan mahasiswa ekstensi agribisnis angkatan 6 .
10.Untuk sahabat saya Aditya Prasetya, Firman Hudaya, dan Hendri Susilo atas kebersamaannya dan semangatnya.
11.Sekretariat Ekstensi Agribisnis, yang telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam administrasi.
12.Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu atas dukungan bantuan dan doanya.
Semoga kebaikan yang diberikan Bapak/Ibu serta rekan-rekan sekalian mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin.
Bogor, Desember 2011
(11)
xii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Gambaran Umum Usahaternak Ayam Broiler ... 11
2.2 Faktor Pendukung Pertumbuhan Ayam Broiler ... 15
2.2.1 Lokasi Peternakan ... 15
2.2.2 Kandang dan Peralatan Kandang ... 15
2.2.3 Day Old Chick (DOC) ... 17
2.2.4 Makanan ... 18
2.2.5 Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin ... 18
2.3 Penelitian Terdahulu ... 20
III KERANGKA PEMIKIRAN ... 24
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 24
3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha ... 24
3.1.2 Jenis-Jenis Kemitraan Usaha ... 25
3.1.3 Manfaat dan Masalah Kemitraan ... 26
3.1.4 Syarat Keberhasilan Kemitraan ... 29
3.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemitraan Usaha.... 32
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 33
IV METODE PENELITIAN ... 35
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 35
4.3 Metode Pengumpulan Data ... 36
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 38
4.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemitraan Peternak Ayam Broiler di Kota Depok ... 38
(12)
xiii
1 Uji Kesesuain Model Logisik ... 40
2 Interprestasi Koefesien ... 41
4.6 Definisi Operasional ... 41
V GAMBARAN LOKASI PENELITIAN ... 43
5.1 Gambaran Umum Kota Depok ... 43
5.1.2 Keadaan Perekonomian ... 43
5.1.3 Keadaan Geografis ... 44
5.1.4 Kondisi Kependudukan ... 45
5.2 Peran Pemerintah Kota Depok Terhadap Kemitraan Ayam Broiler ... 46
5.3 Karakteristik Peternak Ayam Broiler ... 47
5.4 Karakteristik Usahaternak Ayam Broiler Peternak Responden 53 5.4.1 Alasan Usahaternak Ayam Broiler ... 53
5.4.2 Pengalaman Bermitra ... 54
5.4.3 Sumber Informasi Megenai Perusahaan Inti ... 54
5.4.4 Alasan Peternak Plasma Ayam Broiler Melakukan Kemitraan ... 55
5.4.5 Manfaat Bergabung dengan Perusahaan Inti ... 56
VI KARAKTERISTIK PETERNAK AYAM BROILER SEBAGAI PLASMA KEMITRAAN ... 58
6.1 Gambaran Umum Kemitraan di Kota Depok... 58
6.1.1 Pola Kemitraan Usaha ... 58
6.1.2 Sistem dan Prosedur Penerimaan Mitra ... 62
6.1.3 Syarat-Syarat Calon Peternak Plasma ... 65
6.1.4 Hak dan Kewajiban Peternak Plasma ... 66
6.1.5 Hak dan Kewajiban Pihak Inti ... 67
6.1.6 Kendala dalam Pelaksanaan Kemitraan ... 68
6.2 Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan ... 69
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
7.1 Kesimpulan ... 73
7.2 Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
LAMPIRAN ………... 78
(13)
xiv DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Pertumbuhan PDB Subsektor Peternakan di Indonesia atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2004-2009 ... 1
2. Rata-Rata Konsumsi Daging, Telur dan Susu di Indonesia Tahun 2004-2009 ... 2
3. Populasi Sub Sektor Peternakan di Indonesia Tahun 2005-2010 ... 3
4. Populasi Ayam Broiler Menurut Propinsi Tahun 2005 – 2010 ... 4
5. Populasi Ternak Ayam Ras Pedaging atau Broiler Menurut Kecamatan di Kota Depok (ekor) Tahun 2005-2010 ... 6
6. Produksi Daging, Susu dan Telur di Kota Depok Tahun 2007-2009 ... 6
7. Kemitraan Usahaternak Ayam Broiler di Kota Depok Tahun 2005-2010 ... 8
8. Kandungan Gizi Daging Ayam ... 13
9. Luas Kandang Ayam Broiler (Fadillah et al, 2007) ... 16
10.Jens Alat Pemanas Berdasarkan Sumber Energinya (Fadillah et al, 2007) ... 17
11.Program Pemberian Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin pada Ayam Broiler ... 19
12.Manfaat Kemitraan Usaha Peternakan dari Perspektif Peternak dan Perusahaan Inti ... 28
13.Jenis Data dan Sumber Data ... 36
14.Peternak Responden Berdasarkan Umur ... 48
15.Peternak Responden Berdasarkan Lama Pendidikan ... 49
(14)
xv 16.Peternak Responden Berdasarkan Lama Usahaternak
Ayam Broiler ... 50
17.Peternak Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 51
18.Peternak Responden Berdasarkan Prioritas Usaha ... 52
19.Peternak Responden Berdasarkan Luas Kandang ... 53
20.Alasan Peternak Responden Usahaternak ayam Broiler ... 53
21.Pengalaman Bermitra ... 54
22.Sumber Informasi Mengenai Perusahaan Inti ... 55
23.Alasan Peternak Plasma Ayam Broiler Melakukan Kemitraan ... 56
24.Manfaat Bergabung Dengan Perusahaan Inti ... 57
25.Daftar Salah Satu Perusahaan Inti di Kota Depok ... 58
26.Perbedaan Hak dan Kewajiban Perusahaan Inti dan Peternak Mitra dari Lima Sistem Kemitraan di Kota Depok ... 64
27.Karakteristik Peternak Plasma Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan di Kota Depok ... 69
(15)
xvi DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Mekanisme Kemitraan Usaha
(Eaton 2001 dalam Iqbal 2008) ... 31 2. Alur Kerangka Pemikiran Penelitian
Tentang Analisis Karakteristik Peternakan Ayam Broiler
Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok .... 33 3. Bagan Pola Kemitraan Usaha di Kota Depok ………....59
(16)
xvii DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kuesioner Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler
Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma Depok ... 74 2. Analisis Regresi Logistik Biner
Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler
Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma Depok ... 81 3. Gambar Peralatan dan Kegiatan ... 79 4. Salah Satu Bentuk Perjanjian Kontrak Antara Perusahaan
Inti Dengan Peternak Plasma di Kota Depok... 81
(17)
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub sektor ini bisa memberikan nilai tambah bagi pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa jauh kemampuan kita untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin di bangun di masa depan adalah yang mempunyai peranan besar bagi sektor pertanian Indonesia, karena dapat meningkatkan dan memperbaiki perekonomian dalam negeri yaitu sebagai sumber pendapatan, menyediakan lapangan kerja, dan meningkatkan nilai tambah dalam sektor hasil peternakan. Pembangunan sub sektor peternakan dalam bidang ekonomi dapat dilihat dari tiga tahun terakhir telah berhasil memberikan kontribusi PDB yang terus melonjak secara konsisten, dilihat dari tiap tahunya khususnya pada tahun 2006 hingga 2008 dan pertumbuhan PDB peternakan pada tahun 2008 sebesar 3,89 persen dapat melebihi tingkat pertumbuhan tanaman perkebunan dan kehutanan (Tabel 1) .
Tabel 1. Pertumbuhan PDB Subsektor Peternakan di Indonesia atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2009
Kelompok Komoditi
Nilai PDB (Persen)
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tanaman Bahan Makanan
2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20
Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03
Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08
Kehutanan 1,28 -1,47 -2,85 -1,10 -0,39 -0,37
Perikanan 5,56 5,87 6,90 5,39 4,81 5,05
(18)
2 Pendekatan melalui peningkatan sektor peternakan merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan bagi pembangunan pertanian, hal ini dapat dibuktikan tidak hanya dengan laju pertumbuhan PDB melainkan dengan adanya peran sektor peternakan khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein hewani. Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya makanan bergizi seiring dengan meningkatnya pengetahuan, taraf hidup, dan pendapatan sehingga mendorong meningkatnya kebutuhan akan protein hewani. Hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya konsumsi protein hewani pada dua tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi protein hewani disukung dengan kontribusi dari peningkatan Konsumsi daging yang cukup besar pada masyarakat Indonesia. Konsumsi daging pada masyarakat Indonesia mengalami peningkatan sebesar tujuh persen pada tahun 2005, pada tahun 2006-2007 mengalami peningkatan sebesar empat persen, pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar tiga persen, sedangkan pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar delapan persen. Hal tersebut dapat terjadi karena salah satu sub sektor peternakan khususnya pada sub sektor peternakan unggas mengalami wabah penyakit avian influenza di Indonesia pada akhir 2008 dan awal 2009 (Tabel 2).
Tabel 2. Rata-Rata Konsumsi Daging, Telur dan Susu di Indonesia Tahun 2004-2009
Tahun Konsumsi Daging Perkembangan (%)
Konsumsi Telur dan Susu
Perkembangan (%)
2004 2,54 - 2,38 -
2005 2,61 7 2,71 33
2006 2,65 4 2,51 -20
2007 2,69 4 3,23 72
2008 2,72 3 3,05 -18
2009 2,64 -8 2,96 -9
(19)
3 Salah satu keberhasilan dari peningkatan tingkat konsumsi daging pada masyarakat Indonesia adalah kontribusi dari subsektor peternakan unggas pada dasarnya peternakan unggas mempunyai prospek yang sangat baik untuk dikembangkan, baik dalam skala besar maupun kecil. Pembangunan peternakan unggas di indonesia dapat dilihat dari perkembangan jumlah populasinya. Berdasarkan data statistik bahwa jumlah populasi usahaternak ayam broiler dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, yaitu tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, dan 2009 masing-masing berjumlah 811.189 ekor, 830.527 ekor, 891.659 ekor, 902.052 ekor, 991.281 ekor, dan 1.249.953 ekor dengan persentase rata-rata 9,3 persen. Perkembangan usahaternak ayam broiler berkembang di berbagai propinsi di Indonesia, salah satunya adalah propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu propinsi dari propinsi yang menghasilkan populasi ayam broiler
terbesar di Indonesia (Tabel 3 dan Tabel 4).
Tabel 3. Populasi Sub Sektor Peternakan di Indonesia Tahun 2005-2010 (000 ekor)
Jenis Peternakan
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sapi Potong 10.569 10.875 11.515 12.257 12.760 13.633
Sapi Perah 361 369 374 458 475 495
Kerbau 2.128 2.167 2.086 1.931 1.933 2.005
Kuda 387 398 401 393 399 409
Kambing 13.409 13.790 14470 15.147 15.815 16.821
Domba 8.327 8.980 9.514 9.605 10.199 10.932
Babi 6.801 6.218 6.711 6.338 6.975 7.212
Ayam Buras 278.954 291.085 272.251 243.423 294.964 268.957
Ayam Ras Petelur 84.790 100.202 111.489 107.955 99.768 102.841
Ayam Ras Pedaging
811.189 830.527 891.659 902.052 991.281 1.249.952
Itik 32.402 32.481 35.867 38.840 42.318 45.292
(20)
4 Daerah asal pemasukan usahaternak ayam broiler di Jawa Barat berasal dari Sukabumi, Bogor, Cianjur, Karawang, Cikampek, dan Depok. Daerah pemasarannya meliputi Bogor, Depok, Bekasi dan Sukabumi (dalam daerah Jawa Barat) sedangkan pemasaran keluar propinsi Jawa Barat yaitu meliputi Banten, Lampung, Palembang dan DKI Jakarta.
Perkembangan populasi usahaternak ayam broiler di Jawa Barat tidak terlepas dari permasalahan yang menjadi dilema bagi peternak dan sulit dipecahkan oleh peternak yaitu aspek pasar, permodalan, teknologi dan penyediaan sarana produksi yang tidak seimbang dengan harga jual produksi, sehingga membuat peternak takut mengambil risiko untuk mengembangkan usahaternak ayam broiler dengan skala produksi lebih besar.
Tabel 4. Populasi Ayam Broiler Menurut Propinsi Tahun 2005-2010
Propinsi
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Jawa Barat 328. 015 335.680 343.954 369.121 417.373 455.258
Jawa Timur 162.781 166.036 119.525 182.375 140.006 55.634
Jawa Tengah 50.356 50.575 61.258 65.314 54.643 58.351
Sumatra Utara 38.045 51.219 42.763 51.615 42.891 43.063
DI Yogyakarta 17.326 18.192 25.360 25.613 5.128 5.276
Sumber : BPS (2010)
Berdasarkan potensi dari subsektor peternakan unggas khususnya usahaternak ayam broiler dan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh peternak maka diperlukan terbentuknya kerjasama dalam agribisnis peternakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Kerjasama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak-peternak kecil, hal ini tidak saja bertujuan untuk meningkatkan pendapatan peternak tetapi bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan daging ayam broiler dalam dimensi jumlah, kualitas, waktu, dan keterjangkauan. Dalam hal ini pemerintah telah melakukan peranya dalam pemberdayaan masyarakat melalui
(21)
5 pola kemitraan PIR (perusahaan inti rakyat) dengan sentra perkembangan peternakan unggas khususnya pada peternakan ayam broiler yang saat ini berada di Jawa Barat (Direktorat Jenderal Peternakan, 2001 dalam Binaukm, 2010).
Pemberdayaan masyarakat melalui pola kemitraan PIR dengan sentra perkembangan peternakan unggas khususnya pada peternakan ayam broiler yang saat ini berada di Jawa Barat sudah memberikan nilai tambah bagi peternak ayam broiler,
salah satunya adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan dan memperluas kesempatan kerja di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Barat, termasuk juga di Kota Depok.
Nilai tambah dari adanya pola kemitraan PIR di Kota Depok dapat dilihat dari perkembangan populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler di Kota Depok. Dilihat dari dua tahun terakhir perkembangan populasi ayam broiler pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase sebesar tujuh persen sedangkan pada tahun 2008 populasi ayam broiler mengalami peningkatan yang cukup besar dengan persentase sebesar 34 persen. Sedangkan pada tahun 2009 populasi ayam broiler mengalami penurunan menjadi 677.482 dengan persentase sebesar 6 persen. Pada tahun 2010 perkembangan populasi ayam broiler kembali mengalami peningkatan menjadi 1.559.451 ekor. Populasi ternak ayam ras pedaging atau broiler dapat dilihat pada Tabel 5.
Selain itu dilihat dari produksi ayam broiler di Kota Depok mengalami perkembangan pada tahun 2007 produksi ayam broiler mampu menghasilkan 3.996.750 Kg dan pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 4.621.630 Kg dengan persentase sebesar 15 persen. Peningkatan populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler Sedangkan pada tahun 2009 produksi ayam broiler mengalami penurunan menjadi 3.197.400 Kg dengan persentase sebesar 30 persen. Produksi daging, susu dan telur di Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 6.
(22)
6 Tabel 5. Populasi Ternak Ayam Ras Pedaging atau Broiler Menurut Kecamatan di
Kota Depok (ekor) Tahun 2005-2010 Kecamatan
Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sawangan 178.954 191.085 200.000 705.449 299.438 750.957
Pancoran Mas 84.790 90.202 65.489 141.090 68.044 190.130
Sukmajaya 45.342 53.527 80.000 548.682 103.700 249.952
Cimanggis 32.402 32.481 50.000 313.533 151.000 292.500
Beji - - - 50.162 16.700 32.400
Limo 8.700 9.560 10.000 62.707 38.600 43.512
Kota Depok 350.188 376.855 405.000 1.821.626 677.482 1.559.451
Sumber : BPS Kota Depok (2010)
Tabel 6. Produksi Daging, Susu dan Telur di Kota Depok Tahun 2007-2009
Jenis Produksi Satuan
Tahun
2007 2008 2009
Daging
Daging Sapi
Daging Kerbau
Daging Kambing
Daging Domba
Daging Ayam Ras Petelur
Daging Ayam Broiler Daging Ayam Kampung
Daging Itik
Kg 1.982.882 63.261 66.690 90.450 166.400 3.996.750 199.837 18.250 2.776.851,32 493,90 61.253,61 74.315,52 21,90 4.621.630 1.728 15.002 6.367.124,80 104.766,50 157.915,20 63.935 0,00 3.197.400 4.083,20 66.167,20
Susu Liter 2.660.850 2.359.500,00 2.556.588,00
Telur
Telur Ayam Ras Petelur
Telur Ayam Kampung
Telur Itik
Butir 423.050.847 9.705.058 1.470.585 28.800.000 5.870.916 2.240.316 44.917.875 646.163 699.504
(23)
7 Fluktuatif naik turunya populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler
di Kota Depok dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya masa pemeliharaan ayam broiler yang cukup singkat antara lima sampai enam minggu, teknologi yang
mudah di adopsi dan minat masyarakat yang cukup tinggi terhadap usahaternak ayam broiler, dan adanya wabah flu burung yang terjadi di akhir 2008 dan di awal
2009. Dilihat dari adanya penurunan dari tingkat populasi ayam broiler dan hasil produksi ayam broiler pada tahun 2009 di Kota Depok tidak mempengaruhi partisipasi masyarakat Kota Depok terhadap usahaternak ayam broiler, usahaternak ayam broiler
terus diminati oleh masyarakat Kota Depok baik dengan usaha mandiri maupun kemitraan.
1.2 Perumusan Masalah
Kemitraan agribisnis dapat diartikan sebagai jalinan kerjasama dua atau lebih pelaku agribisnis yang saling menguntunkan. Tujuan yang ingin dicapai melalui kemitraan adalah meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, serta memperluas kesempatan kerja. Kemitraan diharapkan menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya agribisnis peternakan terutama mengatasi masalah peternak yang kurang dalam hal permodalan, teknologi, pasar dan manajemen.
Kasus kemitraan yang terjadi dalam usaha ayam broiler adalah kerjasama yang terjadi antara perusahaan inti dan peternak. Peranan perusahaan cukup besar terutama dalam menyediakan sarana produksi dan menampung hasil, melihat biaya yang dikeluarkan untuk usahaternak ayam sangat besar. Manfaat atau keuntungan diharapkan dirasakan oleh kedua belah pihak yang bermitra, namun tak jarang manfaat atau keuntungan tersebut hanya dirasakan oleh satu pihak saja, biasanya pihak perusahaan.
Masalah yang terkadang dijumpai adalah hubungan kemitraan yang tidak saling menguntungkan, hal ini terjadi karena perusahaan memiliki posisi yang lebih kuat dibandingkan dengan peternak dalam hal permodalan, teknologi, pasar, dan manajemen sehingga peternak seolah-olah dijadikan pekerja oleh perusahaan inti persoalan lainnya bagi peternak plasma adalah pengalaman selama mengikuti kemitraan tidak selalu memperoleh pelayanan yang memuaskan. Peternak tidak mempunyai
(24)
8 kekuatan tawar dalam hal penetapan harga kontrak, dalam penyediaan DOC, sering bermasalah dengan kualitas DOC yang kurang baik namun peternak hanya bisa menerima meskipun begitu, perkembangan hubungan kemitraan terus meningkat. Tabel 7. Kemitraan Usahaternak Ayam Broiler di Kota Depok Tahun 2005-2010
Tahun Jumlah Perusahaan Mitra
Jumlah Peternak Plasma
Jumlah Peternak Mandiri
2005 4 155 53
2006 4 165 59
2007 5 172 152
2008 5 321 294
2009 6 355 315
2010 7 548 445
Sumber : Dinas Peternakan Kota Depok (Diolah)
Berdasarkan data Laporan Tahunan Dinas Peternakan Kota Depok, hubungan kemitraan di Kota Depok mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 2,44 persen
Keberhasilan kemitraan tidak hanya terhenti pada partisipasi atau keikutsertaan peternak plasma ayam broiler dalam memelihara ternak saja, tetapi ke dalam bentuk partisipasi yang lebih luas baik dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan, monitoring
maupun sampai memanfaatkan hasilnya. Keberhasilan kemitraan usahaternak ayam broiler antara peternak plasma ayam broiler dan perusahaan inti terbentuk oleh adanya dukungan dari beberapa faktor-faktor yang menentukan peternak ayam
broiler untuk melakukan kemitraan. Faktor-faktor tersebut diantaranya karakteristik peternak ayam broiler dalam melakukan kemitraan dan beberapa alasan peternak ayam broiler melakukan kemitraan seperti jaminan pemasaran, kemudian karena tersedia DOC, saprodi, produktivitas yang tinggi, adanya petugas pendamping dan karena adanya keikutsertaan peternak lain dalam melakukan kemitraan ( Purnaningsih, 2007).
(25)
9 Hal ini yang mendorong untuk mengkaji lebih dalam tentang karakteristik peternak ayam broiler dalam melakukan kemitraan dan pelaksanaan kemitraan khususnya kemitraan antara peternak dengan perusahaan inti yang dilihat dari adanya tingkat partisipasi masyarakat Kota Depok yang cukup besar dengan diringin munculnya wabah penyakit avian influenza pada tahun 2009.
Partisipasi diartikan tidak hanya menyumbang tenaga, tetapi partisipasi harus diartikan yang lebih luas, yaitu harus menyangkut taraf perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan. Mengingat begitu pentingnya karakteristik peternak ayam broiler sebagai plasma kemitraa di Kota Depok maka sangatlah perlu untuk mengetahui karakteristik apa yang paling dominan yang mempengaruhi berjalannya kemitraan di Kota Depok antara peternak plasma ayam broiler dengan perusahaan inti.
Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan di atas, maka beberapa permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana karakteristik peternak mitra di Kota Depok dalam melakukan kemitraan?
2) Bagaimana gambaran pelaksanaan kemitraan antara peternak plasma dengan perusahaan inti di Kota Depok?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
1) Mengetahui karakteristik peternak mitra di Kota Depok dalam melakukan kemitraan
3) Mengetahui gambaran pelaksanaan kemitraan antara peternak plasma dengan perusahaan inti di Kota Depok
(26)
10 1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat antara lain :
1) Informasi ilmiah yang sangat berharga untuk pengembangan kemitraan di daerah lain
2) Bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi para pelaku kemitraan dalam rangka menyempurnakan kinerja pelaksanaan yang telah berlangsung
3) Bahan masukan bagi instansi terkait yang berhubungan dengan pengembangan kemitraan di masa yang akan dating
(27)
11 II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha peternakan Ayam Broiler
Ayam ras merupakan jenis ras unggul dari hasil persilangan antara bangsa-bangsa ayam yang dikenal memiliki daya produktivitas yang tinggi terhadap produksi daging (karkas) dan telur. Jenis-jenis ayam ras unggul ini merupakan final stock yang didatangkan dari luar negeri (Samadi, 2010).
Menurut Samadi (2010) secara umum, ayam ras memiliki faktor keturunan atau faktor genetis yang baik yaitu umumnya bertubuh besar, memiliki pertumbuhan yang cepat, produksi daging dan telur tinggi, serta memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk protein (daging dan telur) tinggi. Pada dasarnya, ayam ras dibedakan menjadi tiga tipe yaitu :
1) Tipe pedaging (ayam ras pedaging atau broiler) 2) Tipe petelur ( ayam ras petelur atau layer) 3) Tipe dwiguna (ayam ras pedaging dan petelur)
Dari ketiga tipe ayam ras tersebut, yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah tipe pedaging (ayam ras pedaging atau broiler) dan tipe petelur (ayam ras petelur atau layer). Oleh karena itu, di dalam masyarakat ayam ras hanya dikenal dua tipe yaitu ayam ras pedaging dan ayam ras petelur.
Menurut keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 940/Kpts/OT.210/10/97, usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau
budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit atau ternak potong, telur, susu serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkan.
Ayam ras pedaging atau yang lebih dikenal masyarakat dengan nama ayam
broiler adalah merupakan jenis ras unggul hasil dari persilangan (perkawinan) antara ayam jantan ras White Cornish dari Inggris dengan ayam betina dari ras Plymouth rock
(28)
12 dari Amerika. Hasil dari persilangan ras tersebut menghasilkan anak-anak ayam yang memiliki pertumbuhan badan cepat dan memiliki daya alih (konversi) pakan menjadi produk daging yang tinggi, artinya dengan jumlah pakan yang dikonsumsi sedikit mampu bertumbuh dengan sangat cepat. Namun, daya alih pakan menjadi telur sangat rendah. Oleh karena itu, ayam broiler lebih cocok atau menggantungkan bila diternakan sebagai penghasil daging. Hal ini dikarenakan dengan pakan yang hemat mampu mengubahnya menjadi produk daging dengan sangat cepat (Samadi, 2010)
Sedangkan menurut Rasyaf (2006) Ayam ras pedaging disebut juga ayam
broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an, dimana pemegang kekuasaan merencanakan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.
Rasyaf (1999) juga mengemukakan bahwa cirri khas ayam broiler adalah rasanya enak dan pengolahannya mudah tetapi mudah hancur dalam proses perebusan yang lama. Daging ayam merupakan sumber protein yang berkualitas bila dilihat dari kandungan gizi. Daging ayam dengan berat 100 gram mengandung di dalamnya 18,20 gram protein dan 404,00 kalori yang berguna untuk menambah energy. Kandungan gizi yang terkandung daam ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 8. Berbagai cirri khas yang telah diuraikan sebelumnya, membuat usaha ternak ayam broiler banyak diminati. Selain karena periode produksi dan panen yang cepat serta kandungan gizi yang lengkap, usahanya pun dapat dilakukan dalam berbagai skala, baik skala besar maupun skala kecil.
(29)
13 Tabel 8. Kandungan Gizi Daging Ayam
Nilai gizi per 100 gram Jumlah
Kalori (kkal) 404,00
Protein (gram) 18,20
Lemak (gram) 25,00
Kolesterol (mg) 60,00
Vitamin A (mg) 243,00
Vitamin B1 (gram) 0,80
Vitamin B6 (gram) 0,16
Asam Linoleat (mg) 6,20
Kalsium (gram) 14,00
Posfor (mg) 200,00
Menurut Yunus, et al (2007), peluang investasi agribisnis ayam broiler
memiliki prospek yang cukup cerah untuk masa yang akan datang. Investasi ayam
broiler di sub sektor peternakan sangat prospektif karena terdapat beberapa kecenderungan, yaitu :
1) Daging unggas makin diminati oleh konsumen dengan alasan kesehatan (kandungan kolesterol relatif lebih rendah)
2) Konsumsi daging per kapita karena harga relatif murah
3) Produksi daging dalam negeri hampir seluruhnya dikonsumsi di dalam negeri, bahkan terjadi kekurangan supply sehingga terjadi impor, baik ternak besar maupun daging ayam
4) Daging ayam broiler menempati posisi pertama dalam pemenuhan permintaan dan konsumsi daging
Berdasarkan Keppres No 22 tahun 1990 dinyatakan bahwa perusahaan berskala besar juga dapat melakukan budidaya ayam ras dengan skala dibebaskan dengan syarat melakukan pembinaan ke peternak rakyat. Usaha ternak dilakukan pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan perusahaan pemotongan ayam, pabrik pakan, dan perusahaan perdagangan sarana produksi ternak.
(30)
14 Usaha peternakan ayam broiler dikembangkan dengan kecenderungan ke arah integritas vertikal dengan pertimbangan banyaknya usaha ternak skala kecil, keuntungan yang diperoleh dan mengurangi risiko usaha. Integritas vertikal merupakan bagian dari struktur industri tipe industrial dimana seluruh bidang pada satu alur produk disatukan dalam satu kelompok usaha yang kemudian dengan unit agribisnis industrial (UAI). UAI mengintregasikan subsistem agribisnis hulu, usahaternak, hilir dan jasa penunjang. 1) Subsistem hulu
Industri hulu dalam peternakan ayam broiler merupakan kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (sapronak) yang berkaitan dengan pembudidayaan ayam broiler (Pambudy, 1999). Subsistem ini merupakan bagian awal dari agribisnis dan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi agar usaha dapat berjalan dengan lancer. Industri pakan, obat-obatan, mesin dan peralatan serta pembibitan merupakan bagian dari subsistem ini.
2) Subsistem usahaternak
Subsistem usahaternak inilah hasil dari industri hulu yng digunakan untuk menghasilkan komoditas ternak. Pelaksanaan pola kemitraan pelaku utama dari subsistem usahaternak adalah peternak plasma dan perusahaan inti berperan penting dalam mengajarkan dan mengontrol proses budidaya serta penerapan manajemen yang baik dalam proses tersebut (Pambudy, 1999).
3) Subsistem Hilir
Subsitem hilir menurut Pambudy (1999) adalah kegiatan mengolah komoditas peternakan primer menjadi produk olahan baik dalam bentuk antara
(intermediate product) maupun dalam bentuk akhir (finished product) beserta kegiatan perdagangan dan distribusinya
4) Subsistem jasa penunjang
Subsistem jasa penunjang merupakan bagian yang menyediakan jasa penunjang bagi ketiga subsistem agar kegiatan UAI berjalan lancer. Subsistem jasa penunjang mencakup bidang keuangan, infrastruktur, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan konsultasi agrbisnis hingga kebijakan pemerintah baik mikro, regional dan perdagangan internasional (Pambudy, 1999)
(31)
15 2.2 Faktor Pendukung Pertumbuhan Ayam Broiler
Menurut Rasyaf (2006), keunggulan ayam broiler akan terbentuk bila didukung oleh lingkungan karena sifat genetis saja tidak menjamin keunggulan itu akan terlihat. Hal-hal yang mendukung keunggulan ayam broiler seperti berikut ini :
2.2.1 Lokasi Peternakan
Lokasi peternakan sebagai tempat kegiatan proses industri peternakan harus sesuai dengan syarat kehidupan ayam broiler. Lokasi yang kurang cocok dengan kehidupan ayam broiler dapat menyebabkan produksi daging rendah walaupun ayam yang diternakkan merupakan ras unggul. Selain dari aspek lingkungan hidup, penentuan lokasi peternakan sebaiknya juga harus memperhatikan aspek teknis, sosial ekonomi, hukum, analisa mengenai dampak lingkungan (Samadi, 2010).
Menurut Rasyaf (2006) ada beberapa kriteria dalam penentuan lokasi peternakan, yaitu :
1) Lokasi untuk peternakan ayam broiler sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan, atau dipilih tempat yang sunyi.
2) Lokasi peternakan hendaknya tidak jauh dari pusat pasokan bahan baku dan lokasi pemasaran.
3) Lokasi yang dipilih sebaiknya termasuk areal agribisnis agar terhindar dari pengusuran.
2.2.2 Kandang dan Peralatan Kandang
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pendirian kandang diantaranya adalah arah kandang, ukuran kandang, bentuk dan konstruksi kandang, dan ventilasi kandang. Kandang yang baik adalah kandang yang arahnya menghadap timur atau barat. Tujuannya adalah untuk mencegah masuknya sinar matahari dalam jumlah yang banyak dan waktu yang lama (Fadillah et al, 2007). Ukuran kandang disesuaikan dengan jumlah populasi ayam yang akan diproduksi. Luas kandang ayam broiler
(32)
16 Tabel 9. Luas Kandang Ayam Broiler (Fadillah et al, 2007)
Umur Ayam
Broiler (Minggu)
Luas per Ekor (Cm2)
Luas Tempat Pakan per Ekor (Cm2)
Luas Tempat Minum per Ekor (Cm2)
0-4 4-8
279 697
2,5 2,5
0,5 0,5
Bentuk dan konstruksi kandang didasarkan pada kegunaan dan rencana usaha yang akan dijalankan. Bentuk kandang dapat dibagi berdasarkan lantainya. Bentuk kandang berdasarkan lantainya yaitu tipe lantai (floor types) dan tipe sangkar (cage types). Kandang yang baik adalah kandang yang memiliki ventilasi udara yang baik. Kandang ayam harus bebas dari segala penghalang sehingga udara dapat lebih mudah masuk ke kandang. Salah satu kendala beternak ayam broiler di daerah beriklim tropis adalah tingginya temperatur udara. Temperatur di daerah tropis adalah 22-39oC. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap produktivitas ayam broiler. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tingginya temperatur udara adalah memasang kipas angin, membuat hujan buatan, menanam pohon di sekitar kandang, menanam rumput atau tanaman pendek di sekitar kandang, dan sebagainya (Fadillah et al, 2007).
Menurut Fadillah et al (2007), peralatan kandang yang digunakan dalam usahaternak ayam broiler adalah tempat pakan, tempat minum, peralatan pemanas, dan peralatan lainnya seperti drum air, ember, garpu pembalik sekam, dan gerobak pengangkut pakan. Tempat pakan yang sering digunakan adalah berbentuk tabung dengan kapasitas 5-7 kg. Tempat minum ayam broiler memiliki beberapa tipe yaitu galon manual atau galon otomatis. Tempat pakan dan minum tersebut harus selalu dijaga kebersihannya serta tata letak dan ketinggiannya harus benar. Peralatan pemanas selama periode pemanasan (umur 1-14 hari) terdiri dari pemanas (brooder) dan lingkaran pelindung. Jenis pemanas sangat beragam tergantung dari sumber energi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 9.
(33)
17
Tabel 10. Jenis Alat Pemanas Berdasarkan Sumber Energinya (Fadillah et al, 2007)
Sumber Energi Alat Pemanas Kapasitas Jenis Pemanas (Ekor)
Minyak Tanah Gas LPG Batu Bara Listrik Sekam
Kompor
Gasolec dan Regulator Kompor
Lampu 40-100 watt Kompor
250-700 1000-1500
750-1200 100-250 100-500
2.2.3 Day Old Chick (DOC)
Menurut Rasyaf (2006), salah satu kunci sukses memelihara ayam broiler
adalah memilih bibit ayam yang berkualitas. Bibit ayam (DOC) yang beredar di Indonesia bukan berasal dari strain yang dikembangkan khusus untuk daerah tropis, tetapi bibit yang telah diperbaikai (up grade) kualitas genetiknya yang dikembangkan di daerah subtropis. Dengan kata lain, DOC tersebut akan memunculkan potensi genetiknya jika lingkungan yang dibutuhkan untuk perkembangan DOC terpenuhi. Adapun ciri-ciri DOC yang berkualitas, yaitu :
1) DOC terlihat aktif, mata cerah, dan lincah. 2) Kaki besar dan basah seperti berminyak. 3) Bulu cerah, tidak kusam, dan penuh 4) Keadaan tubuh ayam normal
5) Berat badan sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 gram.
Dari bibit ayam (DOC) yang berkualitas, serta dukungan lingkungan yang memadai, produksi ayam broiler komersial akan mencapai pertumbuhan yang baik.
(34)
18 2.2.4 Makanan
Produksi daging yang tinggi dan berkualitas baik dari usaha beternak ayam
broiler dapat dicapai bila makanan yang diberikan ternak berkualitas baik dan diberikan dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan ternak. Makanan yang berkualitas adalah pakan yang memiliki kandungan zat gizi (nutrient) yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral dalam jumlah seimbang. Kekurangan salah satu gizi tersebut dapat menyebabkan proses metabolism tubuh terganggu, ternak menjadi lemah dan rentan terhadap penyakit, dan ternak tumbuh kerdil (Samadi, 2010).
Pertumbuhan yang sangat cepat tidak akan tampak bila tidak didukung dengan ransum yang mengandung protein dan asam amino yang seimbang sesuai kebutuhan ayam. Ransum juga harus masuk sempurna ke dalam tubuh ayam. Misalnya ransum itu bau tengik atau peternak salah menimbangnya maka jumlah unsur nutrisi yang masuk ke dalam usus dan kelak di serap tubuh ayam menjadi berkurang. Akibatnya akan sama, kemampuan ayam yang prima tidak tampak (Rasyaf, 2006).
2.2.5 Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin
Obat-obatan, vaksin, dan vitamin merupakan faktor produksi dalam usahaternak ayam broiler yang cukup penting. Program pengobatan dilakukan pada ayam yang telah terdeteksi terkena penyakit. Beberapa contoh antibiotik yang dapat dipakai untuk mengatasi penyakit pada ayam broiler diantaranya adalah Salynomycin, Sulfonamida, Tetracycline, Nitrofuran, Quinolon, Aminocilycoside, Betalactam, Macrolide, dan Cloramphenicol. Pemberian obat secara umum dapat dilakukan melalui
tiga cara, yaitu melalui air minum, melalui pakan, dan melalui suntikan (Fadillah et al, 2007).
Program vaksinasi merupakan cara yang digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit. Vaksinasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap berbagai penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri. Cara melakukan vaksinasi diantaranya adalah melalui tetes mata, tetes hidung, mulut, suntik daging, suntik bawah kulit, tusuk jarum, melalui air minum, pakan, dan
(35)
19
(ND Live), Vaksin Gumboro (IBD Live), dan Vaksin Tetelo 2 (ND Live) (Samadi, 2010). Program pemberian obat-obatan, vaksin dan vitamin pada ayam broiler
disajikan dalam Tabel 13.
Tabel 11. Program Pemberian Obat-Obatan, Vaksin dan Vitamin pada Ayam Broiler
Umur Ayam
Broiler (Hari)
Keterangan Jenis Obat, Vaksin dan Vitamin Dosis 1-3 4 5-6 7-8 9 10-12 14-18 19 19-20 21-23 24-29 30-31
Obat dan gula (pagi hari 1) Vitamin dan gula
(siang hari 2) Obat, gula dan vitamin (pagi dan siang hari 3)
Vaksin ND Vitamin Air putih Vitamin Pencegahan/pengobatan Vitamin Vaksin Vitamin Pengobatan/pencegahan Vitamin Vitamin Colamox Elektrovit Colamox Elektrovit Colamox NDG dan NDLS
Elektrovit Air putih Elektrovit Colibact Elektrovit NDLS Elektrovit Roxine Biovit elektrovit 10 gram 10 gram 10 gram 10 gram 10 gram 1 vial/botol 25 gram - 35 gram 40 gram 50 gram 1 vial/botol 60 gram 70 gram 15 gram 100 gram
(36)
20 2.3 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang akan disajikan oleh peneliti adalah penelitian yang membahas berbagai macam karakteristik dari peternak plasma yang mendorong untuk melakukan kegiatan kemitraan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang lebih mendalam dan rinci khususnya dalam melihat letak titik kritis karakteristik utama dari pelaku kemitraan. Untuk itu diperlukan beberapa sumber bacaan (referensi) yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian. Bentuknya adalah berupa jurnal, skripsi, tesis, dan desertasi yang menjadikan topik kemitraan yang menjadi bahasan utamanya.
Penelitian yang dilakukan Rahman (2009) menjelaskan bahwa munculnya dorongan peternak untuk bekerjasama dengan perusahaan mitra akan tergantung pada besarnya harapan yang akan terwujud, apabila tujuan dari kegiatan tersebut tercapai. Dilihat dari karakteristik internal dan eksternal diduga memiliki hubungan yang menentukan alasan peternak dalam menjaga kesinambungan kerjasama. Unsur karakteristik internal dalam penelitian Rahman (2009) meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak ayam broiler, lama bermitra dan prioritas berusahaternak ayam broiler. Adapun karakteristik eksternalnya meliputi interaksi dengan dengan perusahaan inti, pelayanan sapronak, keseimbangan insentif dan risiko serta kejelasan peraturan kemitraan. Dari hasil analisis bahwa karakteristik internal prioritas usaha memiliki hubungan nyata. Sedangkan umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak ayam broiler dan lama bermitra tidak berhubungan nyata. Dilihat dari karakteristik eksternal peternak bahwa pelayanan sapronak, keseimbangan isentif dan risiko, dan peraturan kemitraan memiliki hubungan yang nyata. Sedangkan interaksi peternak dengan inti tidak berhubungan nyata.
Berbeda penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2009) yang membahas mengenai analisis pendapatan dan tingkat kepuasaan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan ayam broiler yang mengambil studi kasus kemitraan PT X di Yogyakarta, di dalam penelitian ini dapat di identifikasi mengenai karakteristik peternak plasma yang antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pengalaman beternak. Tidak hanya karakteristik peternak plasma tetapi karakteristik usahaternak
(37)
21 ayam broiler peternak responden diantaranya skala usaha ternak, pekerjaan di luar usahaternak ayam broiler, alasan beternak ayam, lama beternak ayam broiler, lama bermitra dengan PT X, alasan bermitra dengan PT X, sumber informasi mengenai PT X, umur panen, status kepemilikan lahan dan kandang dan manfaat bergabung dengan perusahaan kemitraan. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden peternak berjenis kelamin laki-laki (94 persen), berusia 25-35 tahun (54 persen), pendidikan SMA (52 persen), jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang (42 persen), jumlah ternak yang dipelihara antara 2.000-10.000 ekor (84 persen), peternak memiliki pekerjaan lain di luar usahaternak ayam (52 persen), pengalaman beternak kurang dari lima tahun (62 persen), status kepemilikan lahan milik sendiri (96 persen), alasan
beternak ayam karena sebagai pekerjaan utama (44 persen), alasan bermitra dengan PT X adalah untuk meningkatkan keuntungan ( 58 persen), lama bermitra dengan PT X selama satu tahun (36 persen), sumber informasi mengenai PT X didapatkan
langsung dari pihak perusahaan ( 48 persen) dan manfaat yang diperoleh dengan kemitraan adalah risiko usaha rendah (30 persen).
Penelitian yang dilakukan oleh Firwiyanto (2008) tidak berbeda jauh dengan penelitian Lestari (2009), dapat dilihat bahwa penelitian ini membahas mengenai anlisis pendapatan dan tingkat kepuasaan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan ayam
broiler kasus kemitraan peternak plasma Rudi Jaya PS Sawangan Depok. Dari penelitian ini dapat di identifikasi mengenai karakteristik peternak yang dibedakan berdasarkan usia, tingkat pendidikan, lama beternak dan status usaha. Bedasarkan hasil wawancara pada penelitian ini menghasilkan berusia 20 sampai 35 (55 persen) berusia 35 sampai 50 tahun (45 persen), pendidikan formal peternak mitra sebagian besar tamatan SMP dan perguruan tinggi (30 persen) lulusan SMA (25 persen) lulusan SD (15 persen), pengalaman beternak peternak mitra sebagian besar antara 5 sampai 10 tahun (60 persen) dibawah lima tahun (15 persen) diatas 10 tahun (25 persen), berdasarkan status usaha peternak mitra sebagian besar sebagai usaha utama (70 persen) usaha sampingan untuk peternak mitra sebagian besar dilakukan oleh peternak sistem bagi hasil (30 persen) dimana sebagian besar wiraswasta.
(38)
22 Berbeda dengan Penelitian yang dilakukan Marliana (2008) dengan komoditi yang berbeda dari penelitian Rahman (2009), Lestari (2009) dan Firwiyanto (2008). Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan meliputi umur, pengalaman, keluarga, pendidikan, produktivitas, pendapatan, luas lahan dan kualitas. Dari hasil uji yang dilakukan Marlina (2008) menunjukkan bahwa dari delapan variabel yang dianalisis terdapat tiga peubah bebas yang berpengaruh nyata atau signifikan terhadap keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan yaitu variabel pengalaman, pendidikan terakhir, dan produktivitas. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan menjadi mitra yaitu variabel jumlah umur, anggota keluarga, pendapatan dan luas lahan.
Penelitian yang dilakukan Simmons (2002) tidak berbeda jauh dengan penelitian Marliana (2008) dapat di identifikasi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi petani kecil dalam melakukan kemitraan usaha agribisnis di Negara berkembang, bahwa sebagian besar faktor-faktor yang mempengaruhi petani kecil dalam melakukan kemitraan di Negara berkembang di karenakan faktor kemudahan dalam mengakses pasar, kemudahan akses pinjaman, meminimalkan risiko, meningkatkan kesempatan kerja khususnya bagi keluarga dan kemudahan dalam memperoleh informasi. Kemitraan di Negara berkembang memiliki potensi untuk dapat meningkatkan kesejahteraan bagi petani kecil, dikarenakan faktor lingkungan dan manajemen kemitraan. Unsur-unsur yang terdapat pada faktor lingkungan meliputi kekuatan pasar, kebijakan pemerintah khususnya pada ekonomi makro, teknologi modern yang dapat mempengaruhi produksi, dan kepemilikan lahan. Sedangkan unsur-unsur yang terdapat pada faktor manajemen yaitu adanya seleksi petani kontrak dan resolusi konflik. Adanya kemitraan usaha di Negara berkembang dapat memberikan manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung yang dapat diterima oleh petani kecil dari kemitraan usaha agribisnis yaitu akses pasar, pengelolaan manajemen risiko dan lapangan kerja bagi keluarga serta manfaat tidak langsung yang diterima oleh petani kecil adalah pemberdayaan wanita dan peningkatan komersial.
Dari kelima penelitian terdahulu dapat ditarik sebuah benang merah yang
(39)
23 beberapa karakteristik dari pelaku kemitraan yang sesuai terhadap isi dari penelitian ini yaitu, prioritas usaha, pengalaman bermitra, pendidikan terakhir dan produktifitas dan dilihat dari karakteristik usahaternak ayam broiler peternak responden diantaranya skala usaha ternak, pekerjaan di luar usahaternak ayam broiler, alasan beternak ayam, lama beternak ayam broiler, lama bermitra, alasan bermitra dengan, sumber informasi mengenai perusahaan inti, umur panen, status kepemilikan lahan dan kandang dan manfaat bergabung dengan perusahaan kemitraan.
Dilihat dari penelitian terdahulu terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan dalam hal karakteristi pada pelaku kemitraan tetapi tidak semua karakteristik dapat berpengaruh secara nyata dalam kenyataannya, untuk itu dalam penelitian ini akan digunakan karakteristik peternak ayam broiler sebagai plasma kemitraan di Kota Depok salah satunya pada karakteristik peternak adalah umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler, jumlah tanggungan keluarga, prioritas usahaternak ayam
broiler, dan luas kandang sedangkan pada karakteristik usahaternak ayam broiler
peternak adalah alasan usahaternak ayam broiler, pengalaman bermitra, sumber informasi mengenai perusahaan inti, alasan peternak plasma ayam broiler melakukan kemitraan dan manfaat bergabung dengan perusahaan inti.
(40)
24 III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha
Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah atau besar (perusahaan mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat (LIPTAN, 2000).
Menurut Kartasasmita (1996) dalam Saptana, et al (2009) kemitraan usaha terutama dalam dunia usaha adalah hubungan antar pelaku usaha yang di dasarkan pada ikatan usaha saling menguntungkan dalam hubungan antar pelaku usaha yang di dasarkan pada ikatan usaha yang saling menguntungkan dalam hubungan kerja yang sinergis, yang hasilnya bukanlah suatu zero-sum-game, tetapi positive-sum game atau
win-win situation. Dengan perkataan lain kemitraan usaha merupakan hubungan kerjasama antar usaha yang sejajar, dilandasi prinsip saling menunjang dan saling menghidupi berdasarkan asas kekeluargaan dan kebersamaan.
Kemitraan usaha agribisnis atau pertanian kontrak adalah hubungan bisnis usaha pertanian yang melibatkan satu atau sekelompok orang atau badan hukum dengan satu atau kelompok orang atau badan hukum lainnya, dimana masing-masing pihak memperoleh penghasilan dari usaha bisnis yang sama atau saling berkaitan dengan tujuan terciptanya keseimbangan, keselarasan dan saling melaksanakan etika bisnis menurut Suwandi (1995) dalam Iqbal (2008).
Kemitraan usaha agribisnis merupakan suatu perjanjian antara perusahaan dan petani yang didalamnya terdapat beberapa kesepakatan antara kedua belah pihak. Kesepakatan umum yang biasa dilakukan oleh perusahaan yaitu menyediakan sejumlah dukungan proses produksi, antara lain pasokan input dan penyediaan konsultasi teknis. Sebaliknya, pihak petani dipersyaratkan untuk menyediakan komoditas spesifik berdasarkan standar mutu dan jumlah yang ditentukan oleh pihak perusahaan.
(41)
25 Selanjutnya pihak perusahaan juga di haruskan memberikan komitmen di dalam mendukung proses produksi dan produksi yang dihasilkan oleh petani (ACIAR, 2009).
Menurut Erappa, S (2006) dalam ACIAR (2009) perjanjian kemitraan usaha agribisnis mencakup tiga wilayah, antara lain :
1) Pasar, perusahaan dan petani menyepakati penjualan dan pembelian yang akan dilaksanakan di masa depan.
2) Sumberdaya, perusahaan menyepakati untuk menyediakan input dan dukungan teknis
3) Spesifikasi proses produksi, petani menyepakati untuk mengikuti persyaratan oleh pihak perusahaan dalam melaksanakan kegiatan proses produksi
Sementara itu menurut Patrick et al (2004) dalam ACIAR (2009) kemitraan usaha agribisnis merupakan sebuah sistem intermediasi produksi dan pemasaran, yang membagi risiko produksi dan pemasaran di antara pihak agribisnis dengan petani. Hal ini dapat dilihat sebagai cara untuk mengurangi biaya transaksi yang tinggi yang diakibatkan oleh kegagalan pasar atau pemerintah di dalam menyediakan input-input yang dibutuhkan (misalnya, kredit, asuransi, informasi, prasarana dan faktor-faktor produksi) serta institusi pasar.
3.1.2 Jenis-Jenis Kemitraan Usaha
Menurut Daryanto, A (2007) Dalam pengembangan usaha kecil disektor peternakan di Indonesia, terdapat beberapa pola atau bentuk kemitraan antara usaha kecil atau petani dengan pengusaha besar, yang dapat digolongkan sebagai berikut : 1) Pola kemitraan inti plasma yaitu hubungan kemitraan antara kelompok mitra
dengan perusahaan mitra, dimana kelompok mitra bertindak sebagai plasma inti. Perusahaan mitra membina kelompok mitra dalam hal penyediaan dan penyiapan lahan (kandang), pemberian saprodi (sapronak), pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi, pembiayaan, dan bantuan lain seperti efisiensi dan produktifitas usaha.
(42)
26 2) Pola kemitraan sub kontrak yaitu hubungan kemitraan antar kelompok mitra dengan perusahaan mitra dimana kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.
3) Pola kemitraan dagang umum yaitu hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Dalam pola ini pihak yang terlibat adalah pihak pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas tertentu. Penerapan pola banyak dijumpai pada kegiatan agribisnis hortikultura, dimana kelompok tani hortikultura bergabung dalam bentuk koperasi kemudian bermitra dengan swalayan atau kelompok supermarket. Pihak kelompok tani berkewajiban memasok barang-barang dengan persyaratan dan kualitas produk yang telah disepakati bersama.
4) Pola kemitraan kerjasama operasional, yaitu hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dengan perusahaan mitra. Umumnya kelompok mitra adalah kelompok yang menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja. Sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen dan pengadaaan sarana produksi lainnya. Terkadang perusahaan mitra juga berperan sebagai penjamin pasar dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan. Pola ini sering diterapkan pada usaha perkebunan tebu, tembakau, sayuran dan pertambakan. Dalam pola ini telah diatur tentang kesepakan pembagian hasil dan risiko.
3.1.3 Manfaat dan Masalah Kemitraan Usaha
Dua pelaku utama dalam kemitraan usaha agribisnis adalah petani dan perusahaan inti. Manfaat utama dari kesepakatan kontrak yang diterima petani adalah adanya jaminan dari perusahaan inti untuk membeli hasil produksi berdasarkan spesifikasi parameter kuantitas dan kualitas tertentu. Berikutnya, kemitraan usaha agribisnis juga dapat membantu agribisnis dalam mempermudah akses terhadap teknis dan jasa penyuluhan yang sebelumnya relatif kurang atau tidak dapat diperoleh petani. Disamping itu, melalui kemitraan usaha agribisnis, agribisnis diharapkan dapat mengatur dan mengurus kredit ke lembaga perbankan komersial untuk pembelian sarana produksi. Singkatnya, manfaat potensial yang dirasakan petani dalam kemitraan antara lain dalam hal penyediaan sarana dan jasa produksi, akses terhadap fasilitas kredit,
(43)
27 introduksi teknologi tepat guna, transfer keterampilan, jaminan struktur harga, akses terhadap pasar (Iqbal, 2008), kemudahan dalam memperoleh informasi dan meningkatkan kesempatan kerja khususnya bagi keluarga (Simmons, 2002).
Adanya kerjasama kemitraan dalam bidang peternakan dapat menguntungkan kedua belah pihak yaitu perusahaan dan peternak. Kontrak kemitraan memungkinkan adanya dukungan yang lebih luas serta dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan minimnya informasi. Kontrak kemitraan bagi perusahaan (inti) memberikan manfaat antara lain meningkatkan keuntungan dari penjualan produk, dan keuntungan dari pembelian sarana produksi peternakan serta omset penjualan dan permintaan pasar tetap dapat dipenuhi. Sebagian besar petani merasakan manfaat dari terjalinya kemitraan itu sendiri, terutama adanya jaminan pemasaran dari perusahaan inti, selain itu terciptanya lapangan kerja baru, harga penjualan stabil karena dijamin perusahaan, tidak diperlukan modal sendiri, risiko kerugian kecil dan tambahan pengetahuan bagi peternak menurut Mulyantono (2003) dalam Priyono, B.S, et al (2004). Lengkapnya, manfaat yang diterima peternak dan perusahaan inti dalam kemitraan usaha peternakan dapat disimpulkan pada Tabel 12.
Perlu digarisbawahi bahwa kemitraan dapat diperoleh beberapa manfaat sebagaimana dikemukakan di atas, dalam prakteknya kemitraan ditemui beberapa permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat dikategorikan sebagai dampak negatif dari implementasi kemitraan itu sendiri (Iqbal, 2008)
Ranti Lucky (2010) dalam Agrina (2010) menyatakan bahwa melakukan kemitraan kemungkinan besar bagi peternak plasma dapat mengalami kerugian apabila kualitas dan kuantitas sapronak yang diberikan oleh perusahaan inti kurang bagus, pembayaran sisa hasil usaha yang lambat, penentuan panen yang dominan, dan fluktuasi harga yang sebagian besar ditentukan oleh perusahaan inti. Hal tersebut dapat dicegah dengan mempertimbangkan beberapa hal sebelum melakukan kemitraan dengan perusahaan inti, yaitu peternak terlebih dahulu mengetahui penggunaan sapronak dan peternak harus membandingkan dengan perusahaan inti lain dengan cara membandingkan brosur (penawaran) harga kontrak dari perusahaan inti
(44)
28 Tabel 12. Manfaat Kemitraan Usaha Peternakan dari Perspektif Peternak dan
Perusahaan Inti
No Peternak Perusahaan Mitra
1
2
3
4
5
Sarana produksi dan jasa pelayanan disediakan oleh perusahaan inti
Kemitraan usaha dilaksanakan melalui pola kredit yang di fasilitasi perusahaan inti
Kemitraan usaha biasanya dilengkapi dengan introduksi teknologi baru, sehingga peternak dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru
Peternak memperoleh kepastian harga lebih awal, sehingga peternak dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru
Membuka peluang pasar yang sebelumnya tidak bisa di akses peternak
Kemitraan usaha dengan peternak lebih bisa diterima secara politis (politically acceptable) dibandingkan kerjasama kemitraan usaha dengan perusahaan lain Kerjasama dengan peternak dapat menghindari keterbatasabn perusahaan inti dalam pengusahaan lahan
Produksi lebih terjamin dibandingkan membeli di pasar dan perusahaan inti dapat mengurangi risiko karena tanggung jawab usaha produksi berada di tangan peternak
Kualitas produksi dapat diperoleh secara konsisten dibandingkan membeli produk di pasar
Dalam pelaksanaan kemitraan usaha ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan, misalnya bagi perusahaan inti bisa terjadi over supply apabila panen terjadi bersamaan. Sementara bagi peternak tidak bisa antara lain penetapan harga jual oleh perusahaan menyebabkan peternak tidak mendapatkan keuntungan maksimal, peternak tidak bisa memasarkan hasil produknya ke pihak lain karena terikat perjanjian dengan pihak inti (Priyono, B.S, et al 2004)
Dibalik harapan dan keberhasilan atas kemitraan, beberapa masalah timbul dalam implementasi (penerapannya)1. Beberapa masalah yang menggangu kelancaran pelaksanaan kemitraan antara lain :
1
(45)
29 1) Terjadinya pelanggaran perjanjian baik dilakukan oleh perusahaan inti maupun
petani
2) Masalah alih teknologi yang berjalan setengah-setengah menyebabkan tingkat produktivitas rendah
3) Latar belakang petani yang beragam, sehingga sering terjadi beberapa masalah seperti petani tidak menguasai teknologi dan teknis budidaya
Selain itu menurut Priyono, B.S, et al (2004) menyatakan terdapat beberapa faktor penghambat keberhasilam kemitraan, antara lain :
1) Ada beberapa aturan yang tidak termuat dalam surat perjanjian. 2) Harga sapronak baru diketahui pada saat pelunasan.
3) Peternak tidak mengetahui cara perhitungan bonus. 4) Penyuluhan yang dilakukan pihak inti tidak menyeluruh. 5) Jadwal pengisian bibit tidak tepat waktu.
6) Jadwal pemanenan kadang tidak tepat waktu. 3.1.4 Syarat Keberhasilan Kemitraan Usaha
Menurut Priyono, B.S, et al (2004), peternak menilai bahwa pelaksanaan kemitraan sejauh ini bisa berjalan baik karena ada beberapa faktor pendukungnya, antara lain :
1) Adanya perjanjian tertulis yang mengikat ke dua belah pihak. 2) Kredit diberikan dalam bentuk sapronak bukan uang tunai. 3) Sapronak diantar langsung ke lokasi kandang.
4) Pembimbingan oleh tenaga ahli dari perusahaan inti.
Secara garis besar, kemitraan usaha antara mitra dengan perusahaan inti dijalin dalam suatu mekanisme perjanjian dengan memperhatikan aspek-aspek yang berhubungan dengan kondisi prasarana dan sarana, komponen kegiatan, dan dukungan
(46)
30 kebijakan pemerintah. Pada akhirnya, harmonisasi mekanisme kontrak dapat memberikan umpan balik bagi kedua belah pihak yang menjalin kontrak (Iqbal, 2008).
Menurut Eaton (2001) dalam Iqbal (2008) paling sedikit ada tiga aspek kemitraan usaha yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu koordinasi produksi, pengelolaan budidaya, dan pola hubungan dengan mitra. Jika ketiga aspek ini tidak dijalankan secara sinergis, maka implementasi kemitraan usaha sulit berjalan mulus. Koordinasi produksi terkait dengan lokasi usaha agribisnis, seleksi mitra, formasi kelompok kerja, pengaturan sarana dan prasarana produksi dan kredit berikut pendistribusiannya, dan pengaturan pembelian produksi. Pengelolaan budidaya meliputi jasa penyuluhan, transfer teknologi, jadwal produksi, dan pelatihan. Sementara pola hubungan dengan peternak mencakup partisipasi dan eksistensi forum organisasi mitra. Hal tersebut dapat digambarkan pada Gambar 1.
Menurut Simmons (2002) bahwa keberhasilan kemitraan usaha adanya dukungan dari faktor lingkungan dan adanya manajemen kemitraan. Unsur-unsur yang terdapat pada faktor lingkungan dipengaruhi oleh adanya kekuatan pasar, kebijakan pemerintah khususnya pada ekonomi makro, teknologi modern yang dapat mempengaruhi produksi, dan kepemilikan lahan. Sedangkan manajemen kemitraan biasanya dipengaruhi oleh seleksi petani kontrak dan resolusi konflik.
(1)
86 E. BONUS IP
IP 260-IP 280,99 . Rp. 50 / ekor IP 281-IP 300,99 Rp. 70 / ekor IP > 301 Rp. 100 / ekor F. BONUS SELISIH, HARGA PASAR
Pihak ke dua akan mendapatkan 20% bonus selisih harga pasar jika harga penjualan ayam di atas harga kontrak. Dengan syarat IP > 285.
'
PERATURAN-PERATURAN
1. Harga garansi ini dapat berubah jika terjadi perubahan harga DOC atau pakan. 2. Peternak dilarang menjual sarana produksi yang diberikan oleh PS. Apabila
dilanggar dan terbukti, maka peternak akan dikenakan sanksi dan akan diproses oleh pihak yang berwajib. Perusahaan juga berhak untuk tidak memberikan hasil beberasan.
3. Jika dalam perhitungan panen ada selisih dengan atasan yang tidak jelas atau dijual maka peternak wajib mengganti 2x harga kontrak dari total rata-rata ayam terpanen. 4. Jika ayam sakit atau kualitasnya jelek, maka INTI akan melakukan pemotongan
harga garansi tergantung kondiai ayam. Harga garansi tersebut di atas HANYA BERLAKU UNTUK AYAM SEHAT.
5. Waktu pengangkatan ayam sepenuhnya ditentukan oleh INTI. Peternak yang ingin menentukan sendiri waktu pengangkatan ayam, akan diberikan sanksi pemotongan harga daging ayam besar.
6. Jumlah pemakaian pakan harus sesuai dengan standar perusahaan, apabiia di bawah standar maka kekurangan tesebut akan diperhitungkan sebagai pemakaian pakan. 7. Apabila ditemukan peternak menggunakan pakan selain pakan dari inti, maka inti
berhak mengurangi peternak & tidak mendapatkan bonus harga pasar.
Depok, ……….
Menyetujui,
Materai 6.000
(2)
87
PERHITUNGAN HARGA MITRA - 41
K.B.T.M.
PD. AYAM BROILER “SARI RASA”
DOC TANGGAL : 17 MEI 2011
BROILER
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
Nama Lengkap : ……… Kampung / Desa / Kecamatan : ……… Dengan ini menyatakan bersedia mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Ketentuan harga (Ayam Sehat) :
DOC : Rp. 3.500,-/e PAKAN : - Starter : Rp. 6.000,-/kg
- Finisher : Rp. 5.950,-/kg Harga ayam besar / kg (menurut rata-rata umur ayam normal) :
1.10 kg-1.199 kg : Rp. 13.150,- /kg 1.20 kg-1.299 kg : Rp. 12.725,- /kg 1.30 kg-1.399 kg : Rp. 12.775,- /kg 1.40 kg-1.499 kg : Rp. 12.605,- /kg 1.50 kg-1.599 kg : Rp. 12.700,- /kg 1.60 kg-1.699 kg : Rp. 12.800,- /kg 1.70 kg-1.799 kg : Rp. 12.650,- /kg 1.80 kg-1.899 kg : Rp. 12.635,- /kg 1.90 kg-2.00kg : Rp. 12.535,- /kg >2.01 kg : Rp. 12.935,- /kg Bonus Uang Minyak
IP 280-299.99 : Rp. 70.000 / 1000 ekor IP 300-319.99 : Rp. 90.000 / 1000 ekor IP >320 : Rp. 110.000 / 1000 ekor Bonus Mortalitas ( % kematian )
% Mort 0.00 % - 2.00 % : Rp. 75,- /ekor (syarat IP > 285) % Mort 2.01 % - 3.00% : Rp. 50,- /ekor (syarat IP > 285) % Mort 3.01 % - 4.00 % : Rp. 25,- /ekor (syarat IP > 285) Bonus Bobot Besar Rp. 200,- /kg
Syarat Bobot Rata-Rata > 2.00 kg Syarat FC < 1.75
(3)
88 1. Harga garansi ini dapat berubah sewaktu-waktu jika terjadi perubahan harga DOC
atau makanan ternak.
2. Jika ayam sakit atau kualitas jelek, maka INTI akan melakukan pemotongan harga garansi tergantung dari kondisi ayam.
3. Harga garansi tersebut diatas hanya berlaku untuk ayam sehat
4. Waktu pengangkatan ayam, sepenuhnya ditentukan oleh INTI. Apabila peternak ingin menentukan sendiri waktu pengangkatan ayam, maka akan diberi sanksi pemotongan harga daging ayam besar.
5. Tidak boleh pinjam-meminjam / over bpn pakan maupun obat. Apabila terjadi pinjam meminjam, maka itu merupakan tanggung jawab peternak masing-masing dan tidak akan diperhitungkan pada beberesan.
6. Peternak wajib untuk afkir doc di umur max 7 hari. 7. Pemakaian pakan harus menurut standar yang ada.
Menyetujui, Depok,
(4)
89
SURAT PERNYATAAN
Nama : Alamat :
Dengan ini menyatakan, bahwa saya :
1. Akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan manajemen pemeliharaan ayam sesuai dengan prosedur yang berlaku di KBTM Sari Rasa.
2. Akan selalu berkordinasi secara berkesinambungan dengan Technikal Service agar hasil produksi bisa selalu optimal.
3. Tidak akan melakukan tindakan yang bisa merugikan pihak KBTM Sari Rasa, seperti menjual Sapronak (Doc, Pakan, Obat-obatan serta Ayam). Dan apabila saya terbukti melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia untuk dituntut sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dalam keadaan sehat walafiat, dan tanpa ada tekanan dari pihak manapun
Depok, ………
Yang Membuat Pernyataan KBTM Sari Rasa
(5)
iii RINGKASAN
ARIO PRIAMBODO. Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan SUPREHATIN).
Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub sektor ini bisa memberikan nilai tambah bagi pertanian Indonesia. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa jauh kemampuan kita untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin di bangun di masa depan adalah yang mempunyai peranan besar bagi sektor pertanian Indonesia, karena dapat meningkatkan dan memperbaiki perekonomian dalam negeri yaitu sebagai sumber pendapatan, menyediakan lapangan kerja, dan meningkatkan nilai tambah dalam sektor hasil peternakan.
Pendekatan melalui peningkatan sektor peternakan merupakan salah satu pendekatan yang dapat diandalkan bagi pembangunan pertanian, hal ini dapat dibuktikan tidak hanya dengan laju pertumbuhan PDB melainkan dengan adanya perkembangan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia akan komoditi peternakan dalam penyediaan bahan pangan protein hewani. Hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya konsumsi protein hewani pada dua tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi protein hewani disukung dengan kontribusi dari peningkatan Konsumsi daging yang cukup besar pada masyarakat Indonesia.
Berdasarkan potensi dari subsektor peternakan unggas khususnya usahaternak ayam broiler dan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh peternak maka diperlukan terbentuknya kerjasama dalam agribisnis peternakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Kerjasama tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak-peternak kecil, hal ini tidak saja bertujuan untuk meningkatkan pendapatan peternak tetapi bertujuan untuk mewujudkan ketersediaan daging ayam broiler dalam dimensi jumlah, kualitas, waktu, dan keterjangkauan.
Keberhasilan kemitraan tidak hanya terhenti pada partisipasi atau keikutsertaan peternak plasma ayam broiler dalam memelihara ternak saja, tetapi ke dalam bentuk partisipasi yang lebih luas baik dalam pengambilan keputusan, pelaksanaan, monitoring maupun sampai memanfaatkan hasilnya. Keberhasilan kemitraan usahaternak ayam broiler antara peternak plasma ayam broiler dan perusahaan inti terbentuk oleh adanya dukungan dari beberapa faktor-faktor yang menentukan peternak ayam broiler untuk melakukan kemitraan. Faktor-faktor tersebut diantaranya karakteristik peternak ayam broiler dalam melakukan kemitraan dan beberapa alasan peternak ayam broiler melakukan kemitraan seperti jaminan pemasaran, kemudian karena tersedia DOC, saprodi, produktivitas yang tinggi, adanya petugas pendamping dan karena adanya keikutsertaan peternak lain dalam melakukan kemitraan ( Purnaningsih, 2007).
(6)
iv Penelitian ini akan dilaksanakan di beberapa peternak plasma ayam broiler di Kota Depok. Penentuan lokasi penelitian dilakukan atas dasar pertimbangan salah satunya bahwa di Kota Depok merupakan salah satu sentra pengembangan kemitraan oleh Dinas Peternakan Jawa Barat, sehingga menarik untuk dijadikan tempat penelitian. Responden yang digunakan untuk mengetahui pelaksanaan kemitraan ayam broiler di Kota Depok terdiri dari peternak plasma ayam broiler dan peternak mandiri ayam broiler. Dalam penentuan responden yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan proses identifikasi rumah usaha peternakan ayam broiler berdasarkan data Dinas Peternakan dan BPS Kota Depok pada tahun 2010 yang diperoleh hasil dimana seluruh peternak plasma dan peternak mandiri ayam broiler berjumlah 993 peternak ayam broiler. Kemudian dilakukan penarikan sampel yang akan dijadikan responden diambil dari populasi peternak ayam broiler dengan jumlah responden keseluruhan sebanyak 90 peternak ayam broiler.
Sampel dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik acak kelompok (cluster random sampling), awalnya penarikan sampel untuk peternak plasma dan
peternak mandiri menggunakan cluster random sampling, namun terdapat beberapa kendala di lapangan yaitu sulitnya menjangkau tempat peternak plasma dan peternak mandiri melakukan budidaya, maka peneliti melakukan pengambilan sampel pada responden peternak plasma dan mandiri dengan menggunakan metode snowballing. Peternak plasma dan mandiri dipilih dengan cara menanyakan pada rumah tangga peternak ayam broiler tersebut apakah ada rumah tangga yang memelihara ayam broiler baik plasma maupun mandiri di daerah tersebut.
Karakteristik peternak plasma dalam melakukan kemitraan ayam broiler menggunakan model analisis regresi logistik. Model regresi logistik merupakan suatu model analisis yang dibangun untuk mendeskripsikan besarnya peluang variabel respon pada suatu kategori tertentu atau lebih dengan satu atau lebih peubah bebas berskala kategori atau interval (Harmini, 2009). Variabel dependent-nya adalah karakteristik peternak yaitu Y= 1, jika melakukan kemitraan dan Y =0, jika tidak melakukan kemitraan. Data penelitian berhasil dikumpulkan dari 90 orang responden peternak yang berada di Kota Depok yang tersebar di empat kecamatan di Kota Depok yang memiliki jumlah populasi terbanyak di Kota Depok. Karakteristik peternak yang akan dikaji meliputi pengelompokan peternak berdasarkan umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler, jumlah tanggungan keluarga, prioritas usaha, dan luas kandang.
Adapun variabel-variabel yang signifikan pada taraf nyata lima persen dari hasil analisis regresi logistik biner ada dua variabel yaitu variabel prioritas usaha dan luas kandang. Hal ini dapat dilihat dari p-value 0.025 dan 0.002 dimana nilai masing-masing variabel tersebut lebih kecil dari 5 persen (p< 0,05).
Variabel yang tidak signifikan dan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan peternak ayam broiler melakukan kemitraan pada taraf nyata lima persen adalah umur, lama pendidikan, lama usahaternak ayam broiler dan jumlah tanggungan keluarga.