Pendidikan Agama Islam Pada Masa Jepang

71 Gerakan organisasi pendidikan Islam yang berkembang tersebut merupakan langkah awal berkembangnya pula lembaga pendidikan Islam. Bila diklasifikasikan bentuk dan jenis lembaga pendidikan Islam pada masa penjajahan Belanda pada awal dan pertengahan abad ke-20, adalah sebagai berikut: 1 Lembaga pendidikan pesantren yang masih berpegang secara utuh kepada budaya dan tradisi pesantren, yakni mengajarkan kitab-kitab klasik semata-mata. 2 Lembaga pendidikan sekolah-sekolah Islam, di lembaga ini di samping mengajarkan ilmu-ilmu umum sebagai materi pokoknya, juga mengajarkan ilmu-ilmu agama. 3 Lembaga pendidikan madrasah, lembaga ini mencoba mengadopsi sistem pesantren dan sekolah, dengan menampilkan sistem baru. Yaitu ada unsur-unsur yang diambil dari pesantren dan ada pula dari sekolah. 32 Jenis-jenis lembaga pendidikan pada zaman Belanda ini merupakan perkembangan pendidikan secara agamis. Lembaga pendidikan yang bergerak di lembaga pendidikan pesantren membuktikan bahwa Indonesia kuat akan nilai-nilai luhur bangsa.

b. Pendidikan Agama Islam Pada Masa Jepang

Tentang sikap penjajah Jepang terhadap pendidikan Islam ternyata lebih lunak, sehingga ruang gerak pendidikan Islam lebih bebas ketimbang pada zaman pemerintahan kolonial Belanda. Masalahnya, Jepang tidak begitu menghiraukan kepentingan agama, yang penting bagi mereka adalah demi keperluan memenangkan perang, dan kalau perlu pemuka agama lebih diberikan keleluasan dalam mengembangkan pendidikannya. Berlainan dengan kolonial Belanda, di samping bertindak sebagai kaum penjajah, tetapi ada misi lain yang tidak kalah penting yang mereka emban yaitu misi agama Kristen, dan untuk ini tentu saja agama Islam yang menjadi mayoritas penduduk pribumi sekaligus sebagai penentang pertama kehadirannya, harus ditekan dengan berbagai cara, dan kalau perlu dilenyapkan sama sekali. Karena berseberangan dengan Belanda itulah 32 Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta: Kencana, 2014 h. 36. 72 Jepang berusaha menarik simpati umat Islam dengan menempuh beberapa kebijaksanaan, di antaranya: 1 Kantor Urusan Agama yang ada pada zaman Belanda disebut Kantoor Voor Inlandsche Zaken yang dipimpin oleh orientalis Belanda, diubah oleh Jepang menjadi Kantor Shumuka yang dipimpin oleh ulama Islam sendiri yaitu KH. Hasyim Asy’ari, dan di daerah-daerah juga disebut Sumuka. 2 Pondok pesantren yang besar-besar seringkali mendapat kunjungan dan bantuan dari pembesar-pembesar Jepang. 3 Sekolah Negeri diberi pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan ajaran agama. 4 Di samping itu pemerintah Jepang mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah untuk memberikan latihan dasar kemiliteran bagi pemuda Islam. Barisan ini dipimpin oleh KH. Zainal Arifin. 5 Pemerintah Jepang mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang dipimpin oleh KH. Wahid Hasyim, Kahar Muzakar, dan Bung Hatta. 6 Para ulama bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin nasionalis diizinkan membentuk barisan Pembela Tanah Air Peta. 7 Umat Islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang disebut Majelis Islam A’la Indonesia MIAI yang bersifat kemasyarakatan. 33 Perkembangan pendidikan Islam masa Jepang bukan hanya satu bidang saja, melainkan seluruh yang mengikutsertakan kemajuan lembaga pendidikan Islam. Perkembagan pendidikan Islam masa Jepang mulai dari organisatoris keagamaan juga kekuatan pemuda Islam yang bersatupadu demi kemajuan dan kebesaran Islam di Indonesia.

c. Pendidikan Agama Islam Di Indonesia Mulai Tahun 1945 Hingga