Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003

80 reformasi sekitar tahun 1998, yang salah satu agendanya adalah perubahan dan pembaruan dalam bidang pendidikan, sebagaimana yang menjadi tema kritik para pemerhati pendidikan dan diharapkan oleh banyak pihak.

3. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003

Selanjutnya pada tahun 2003 ditetapkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang selanjutnya disebut dengan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 ini pasal yang diperdebatkan adalah pasal 12 ayat 1 a. yang menyebutkan bahwa pendidikan agama adalah hak setiap peserta didik. Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidikan yang seagama. 41 Dalam bagian penjelasan diterangkan pula bahwa pendidik atau guru agama yang seagama dengan peserta didik difasilitasi atau disediakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 41 ayat 3. Undang-Undang ini juga sekaligus mengubur bagian dari UU No. 21989 dan Peraturan Pemerintah, No. 291990, tentang tidak wajibnya sekolah dengan latar belakang agama tertentu misalnya Islam mengajarkan pendidikan agama yang dianut siswa misalnya pelajaran agama Katolik untuk siswa yang beragama Katolik. Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 mewajibkan sekolahyayasan Islam untuk mengajarkan pendidikan Katolik untuk siswa yang menganut agama Katolik. Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 inilah yang menjadi pijakan hukum dan konstitusional bagi penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah-sekolah, baik negeri maupun swasta. Pada pasal 37 ayat 1 disebutkan bahwa `kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama.`Dalam penjelasan atas pasal 37 ayat 1 ini ditegaskan, `pendidikan agama 41 Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Memahami Paradigma Baru, h. 40. 81 dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. 42 Pelaksanaan pendidikan agama di sekolah umum, juga diatur dalam undang-undang baik yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan, biaya pendidikan, tenaga pengajar, kurikulum dan komponen pendidikan lainnya. Ketua Majelis Pertimbangan dan Pemberdayaan Pendidikan Agama dan Keagamaan, MP3A Departemen Agama menambahkan, pelaksanaan pendidikan agama harus memperhatikan lima prinsip dasar, di antaranya: pertama, pelaksanaan pendidikan agama harus mengacu pada kurikulum pendidikan agama yang berlaku sesuai dengan agama yang dianut peserta didik. Kedua, pendidikan agama harus mampu mewujudkan keharmonisan, kerukunan dan rasa hormat internal agama yang dianut dan terhadap pemeluk agama lain. Ketiga, pendidikan agama harus mendorong peserta didik untuk taat menjalankan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan agama sebagai landasan etika dan moral dalam berbangsa dan bernegara. Perjalanan kebijakan pendidikan Indonesia belum berakhir, pada tahun 2004 pemerintah menetapkan kurikulum berbasis kompetensi KBK. Kehadiran kurikulum berbasis kompetensi pada mulanya menumbuhkan harapan akan memberi keuntungan bagi peserta didik karena dianggap sebagai penyempurnaan dari metode cara belajar siswa aktif CBSA. Namun dari sisi mental maupun kapasistas guru tampaknya sangat berat untuk memenuhi tuntutan ini. Pemerintah juga sangat kewalahan secara konseptual, ketika pemerintah bersikeras dengan pemberlakukan ujian nasional, sehingga kurikulum berbasis kompetensi KBK segera diganti dan disempurnakan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP. Kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP masih berlaku sampai sekarang. 42 Ibid. h.79 82 Pembinaan dan pengembangan pendidikan madrasah dalam rangka peningkatan akses dan mutunya, pada saat ini dikoordinasikan oleh Direktorat Pendidikan Madrasah pada Ditjen Pendidikan Islam.

5. Pendidikan Agama Islam Sebagai Mata Pelajaran