commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara berkelanjutan membuat dunia semakin menyatu. Adanya perkembangan dalam berbagai bidang seperti ilmu
pengetahuan, telekomunikasi, teknologi informasi, jaringan transportasi dan sektor- sektor kehidupan lainnya menyebabkan arus info semakin mudah dan lancar antara
individu atau kelompok, sehingga telah membawa perubahan yang besar dan telah memberikan kontribusi terhadap perekonomian internasional. Semula hubungan
ekonomi internasional hanya diwarnai oleh pertukaran barang, kemudian migrasi sumber daya manusia, transaksi jasa lalu lintas perbatasan dan selanjutnya, arus
modal dan pembiayaan antar negara semakin berperan dalam percaturan ekonomi internasional. Fenomena tersebut tidak dapat berdiri sendiri terpisah dari yang lain,
namun lalu lintas barang dan pertukaran sumber daya internasional, jasa dan modal adalah saling berkaitan dan terdapat ketergantungan satu sama lain. Salah satu
kegiatan ekonomi tersebut adalah perdagangan internasional, yang merupakan perdagangan antara penduduk negara satu dengan penduduk negara lain atas dasar
kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar individu satu dengan individu lain, antara individu dengan pemerintah suatu negara lain, atau
pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Globalisasi perekonomian akan membuka peluang masuknya produk-produk
global ke dalam pasar domestik, dan sebaliknya juga membuka peluang perdagangan dari dalam negeri ke pasar internasional. Oleh karena itu, salah satu cara agar
Indonesia dapat memanfaatkan peluang tersebut adalah dengan melakukan ekspor untuk produk-produknya. Ekspor, menurut undang-undang Kepabeanan Nomor 10
commit to user
2
tahun 1995 mempunyai pengertian untuk mengeluarkan barang dari daerah pabean. Daerah pabean merupakan wilayah untuk mengawasi arus lalu lintas barang, baik
yang dibawa dari luar negeri atau dimasukkan ke luar negeri, terkait dengan sistem dan prosedur yang harus dilaksanakan oleh orang atau perusahaan yang terlibat dalam
perdagangan internasional tersebut. Di dalam proses ekspor sangatlah dibutuhkan dokumen-dokumen yang dapat
membantu kelancaran eksportir dalam mengekspor produk-produk dagangannya. Salah satu dokumen tersebut adalah Surat Keterangan Asal Certificate Of Origin,
yang disingkat dengan SKA. SKA merupakan dokumen penunjang yang membuktikan bahwa produk yang di ekspor tersebut berasal, dihasilkan, dan diolah di
Indonesia sehingga negara yang menjadi tujuan ekspor tidak ragu dalam menerima ekspor Indonesia. Selain itu, SKA juga berfungsi sebagai persyaratan dalam
memperoleh preferensi keringanan bea masuk yang disertakan pada barang ekspor tertentu untuk memperoleh fasilitas pembebasan atau seluruh bea masuk yang
diberikan oleh suatu negara atau kelompok negara tertentu. Dengan adanya pematuhan dan pemanfaatan SKA sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh
negara tujuan ekspor merupakan peluang bagi Indonesia untuk lebih dapat meningkatkan ekspor. Mengingat peran SKA sebagai dokumen penunjang sangat
penting, maka pengamatan ini penting untuk dilakukan. Di Surakarta, instansi yang bertugas dalam menerbitkan SKA adalah
Departemen Perdagangan Luar Negeri di Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Selama ini pelayanan yang diberikan oleh Disperindag cukup baik, para petugas
memberikan pelayanan dengan ramah, dan berusaha untuk tepat waktu karena pada dasarnya petugas sangatlah mengerti dan memahami bahwa dokumen SKA yang
dibutuhkan eksportir sangatlah penting. Dengan adanya kemudahan dalam pengurusan SKA menjadikan Disperindag menjadi isntansi pemerintah yang berperan
penting dalam mendukung dan mendorong peningkatan ekspor di daerah Surakarta. Berdasarkan pertimbangan bahwa terjadi peningkatan dan pertimbangan terhadap
penggunaan SKA yang mengakibatkan adanya kecenderungan penyalahgunaan
commit to user
3
pemakaian SKA yang semakin bertambah dan proses penerbitan SKA yang harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi ,maka terjadi perubahan mengenai
mekanisme penerbitan surat keterangan asal, sehingga peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 17M-DAGPER92005 tentang penerbitan surat keterangan
asal certificate of origin, untuk barang ekspor Indonesia diubah menjadi Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 43M-DAGPER102007 tentang penerbitan surat
keterangan asal untuk barang ekspor Indonesia. Perubahan tersebut berpengaruh terhadap proses penerbitan SKA, yaitu pengurusan penerbitan SKA yang dulu
dilakukan dengan cara manual tanpa menggunakan teknologi informasi sekarang dapat dilakukan dengan sistem otomasi. Perubahan tersebut kemungkinan akan
membuat para eksportir atau pihak-pihak lain yang memerlukan surat keterangan asal sebagai dokumen pendukung ekspornya akan kebingungan mengenai proses
penerbitan surat keterangan asal yang baru. Untuk itulah penulis memilih judul Penerbitan Surat Keterangan Asal Sebagai
Dokumen Ekspor Oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, sehingga diharapkan dengan adanya Tugas Akhir ini dapat mengurangi
ketidakpahaman para eksportir atau pihak-pihak tertentu yang memerlukan untuk penerbitan surat keterangan asal.
B. Perumusan Masalah