Penerbitan surat keterangan asal sebagai dokumen ekspor oleh dinas perindustrian dan perdagangan Kota Surakarta oktiyana
PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL SEBAGAI DOKUMEN EKSPOR OLEH DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
KOTA SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Sebutan Vokasi Ahli Madya (A.Md.) Dalam Bidang
Manajemen Administrasi
Oleh :
OKTIYANA DWI NINGRUM D1509066
PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN ADMNINISTRASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
(2)
(3)
commit to user iii
(4)
commit to user
PERNYATAAN
Nama : Oktiyana Dwi Ningrum NIM : D 1509066
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang berjudul :
PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL SEBAGAI DOKUMEN EKSPOR OLEH DISPERINDAG KOTA SURAKARTAadalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tugas akhir tersebut diberi tandacitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tugas akhir dan gelar yang saya peroleh dari tugas akhir tersebut.
(5)
commit to user v
HALAMAN M O T T O
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh yang lain dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”. (Q. S Alam Nasrah : 6, 7, 8)
“Pengetahuan tanpa agama adalah lumpuh, agama tanpa ilmu pengetahuan adalah buta, dan ilmu dan agama adalah wajah yang cantik dan tampan”
(Albert Einstein)
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, Karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi,
Dan sekali-kali kamu tidak akan setinggi gunung” (AL Isra : 37)
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba. Karena di dalam mencoba itulah, kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk BERHASIL” (Penulis)
(6)
commit to user
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan rasa cinta dan ketulusan hati, tugas akhir ini kupersembahkan untuk :
● Kedua Orang Tua Ku tercinta yang tiada putus asa akan do’a, kasih sayang dan pengorbanannya serta yang selalu mengharap keberhasilan buah hatinya ini..
.
● Kakakku yang selalu mendukung selama ini.
● Mas Bayu Susilo, terimakasih atas semangat dan dukungannya.
(7)
commit to user vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Alhamdulillahi Robbil’Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir yang berjudul : PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL SEBAGAI DOKUMEN EKSPOR OLEH DISPERINDAG KOTA SURAKARTA.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya di Jurusan Manajemen Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan, pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Drs.Suryatmojo, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan, petunjuk, nasehat, dan bimbingan.
2. Ibu Asal Wahyuni Erlin Mulyadi, S.Sos.MPA selaku penguji yang telah memberikan nasihat dalam perbaikan tugas akhir ini.
3. Ibu Endang Sri Rejeki selaku pembimbing pada saat kuliah kerja magang di Disperindag yang telah memberikan banyak bantuan.
4. Seluruh staff Disperindag Kota Surakarta, khususnya departemen perdagangan luar negeri atas bantuannya selama penulis melaksanakan kuliah kerja magang.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Manajemen Administrasi FISIP UNS atas segala ilmu yang diberikan selama penulis kuliah.
6. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas sebelas Maret Surakarta.
7. Teman-teman terdekat : Susi, Sriyono, Wawan, Komenk, Edwin, Agus, Luchy, terimakasih atas dukungannya selama ini.
(8)
commit to user
8. Ketua Program DIII Manajemen Administrasi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan terbuka untuk perbaikan tugas akhir ini kedepannya. Semoga tugas akhir ini berguna serta bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
(9)
commit to user ix DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL………... PERSETUJUAN………... PENGESAHAN………... PERNYATAAN………... HALAMAN MOTTO………...
HALAMAN PERSEMBAHAN……....………...
KATA PENGANTAR………...……….... DAFTAR ISI...………... DAFTAR GAMBAR………...
DAFTAR TABEL....……….………..
ABSTRAK...
BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Balakang Masalah……….………... B. Perumusan Masalah……….………... C. Tujuan Penelitian...……….………... D. Manfaat Penelitian...……….………... BAB II. LANDASAN TEORI………...
A. Dokumen Ekspor………..
B. Surat Keterangan Asal sebagai Dokumen Ekspor……… C. Prosedur Penerbitan Surat Keterangan Asal………. BAB III. METODE PENGAMATAN………...………... A. Jenis Pengamatan………... B. Lokasi Penelitian... C. Sumber Data………... D. TeknikPengumpulan Data………...
i ii iii iv v vi vii ix xi xii xiii 1 1 3 4 4 5 5 6 7 11 11 11 12 13
(10)
commit to user
E. TeknikAnalisis Data ………... BAB IV. DESKRIPSI LEMBAGA... A. Visi dan Misi………..……….. B. Struktur Organisasi……….……….. BAB V. PEMBAHASAN………..
A. Surat Keterangan Asal yang Diterbitkan Oleh Disperindag………
B. Penerbitan Surat Keterangan
Asal……….
C. Hambatan dalam Penerbitan SKA………..……….
BAB VI. PENUTUP………..
A. Kesimpulan………..
B. Saran-saran………..
DAFTAR PUSTAKA……….. LAMPIRAN
13 15 15 16 20 26 38 39 42 42 43
(11)
commit to user xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 2 3 4 5 6
Struktur Organisasi Disperindag Surakarta………... Bidang Kesekretariatan…... Bidang Perdagangan………... Bidang Perindustrian………... Skema Penerbitan SKA dengan Cara Manual……… Skema Penerbitan SKA dengan Sistem Otomasi………
15 16 17 18 32 37
(12)
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1 2 3
SKA Preferensi... SKA Non Preferensi………... Perbedaan Penerbitan dengan Cara Manual dan Sistem Otomasi…..
19 23 38
(13)
commit to user xiii ABSTRAK
OKTIYANA DWI NINGRUM D1509066, PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL SEBAGAI DOKUMEN EKSPOR OLEH DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA SURAKARTA. Program Diploma III Manajemen Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian Tugas Akhir ini adalah untuk memperoleh gambaran lebih mendalam mengenai surat keterangan asal yang diterbitkan oleh Disperindag Kota Surakarta, dan penerbitannya serta hambatan yang dihadapi Disperindag dalam menerbitkan SKA dan solusi untuk mengatasinya. Surat Keterangan Asal ini sangat penting artinya sebagai salah satu dokumen penunjang dalam pelaksanaan ekspor. Metode pengamatan yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil melalui wawancara dan observasi secara langsung dengan para staff Bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, sedangkan data sekunder diperoleh melalui buku-buku, kepustakaan, dokumentasi, dan keterangan-keterangan lain yang berhubungan dengan masalah penelitian yang digunakan sebagai pelengkap dan pendukung dari data primer.
Hasil dari pengamatan ini menunjukkan bahwa terdapat dua jenis SKA yang diterbitkan oleh Disperindag, yaitu SKA Preferensi dan SKA Non Preferensi. Penerbitan SKA ini dapat dilakukan dengan cara manual tanpa menggunakan teknologi informasi dan dengan sistem otomasi dengan menggunakan teknologi informasi. Permasalahan pokok yang masih sering dihadapi oleh Disperindag adalah kurangnya pengetahuan tentang penerbitan SKA oleh para eksportir. Namun demikian Disperindag telah mempunyai program untuk mengatasi permasalahan tersebut. Saran yang dapat diberikan yaitu Disperindag sebagai instansi yang bertanggung jawab dalam proses penebitan SKA sebaiknya meningkatkan koordinasi dan sosialisasi tentang tata cara penerbitan SKA pada masyarakat pelaku ekspor untuk menunjang kelancaran kegiatan ekspor di Surakarta.
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara berkelanjutan membuat dunia semakin menyatu. Adanya perkembangan dalam berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, telekomunikasi, teknologi informasi, jaringan transportasi dan sektor-sektor kehidupan lainnya menyebabkan arus info semakin mudah dan lancar antara individu atau kelompok, sehingga telah membawa perubahan yang besar dan telah memberikan kontribusi terhadap perekonomian internasional. Semula hubungan ekonomi internasional hanya diwarnai oleh pertukaran barang, kemudian migrasi sumber daya manusia, transaksi jasa lalu lintas perbatasan dan selanjutnya, arus modal dan pembiayaan antar negara semakin berperan dalam percaturan ekonomi internasional. Fenomena tersebut tidak dapat berdiri sendiri terpisah dari yang lain, namun lalu lintas barang dan pertukaran sumber daya internasional, jasa dan modal adalah saling berkaitan dan terdapat ketergantungan satu sama lain. Salah satu kegiatan ekonomi tersebut adalah perdagangan internasional, yang merupakan perdagangan antara penduduk negara satu dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar individu satu dengan individu lain, antara individu dengan pemerintah suatu negara lain, atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
Globalisasi perekonomian akan membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik, dan sebaliknya juga membuka peluang perdagangan dari dalam negeri ke pasar internasional. Oleh karena itu, salah satu cara agar Indonesia dapat memanfaatkan peluang tersebut adalah dengan melakukan ekspor untuk produk-produknya. Ekspor, menurut undang-undang Kepabeanan Nomor 10
(15)
tahun 1995 mempunyai pengertian untuk mengeluarkan barang dari daerah pabean. Daerah pabean merupakan wilayah untuk mengawasi arus lalu lintas barang, baik yang dibawa dari luar negeri atau dimasukkan ke luar negeri, terkait dengan sistem dan prosedur yang harus dilaksanakan oleh orang atau perusahaan yang terlibat dalam perdagangan internasional tersebut.
Di dalam proses ekspor sangatlah dibutuhkan dokumen-dokumen yang dapat membantu kelancaran eksportir dalam mengekspor produk-produk dagangannya. Salah satu dokumen tersebut adalah Surat Keterangan Asal (Certificate Of Origin), yang disingkat dengan SKA. SKA merupakan dokumen penunjang yang membuktikan bahwa produk yang di ekspor tersebut berasal, dihasilkan, dan diolah di Indonesia sehingga negara yang menjadi tujuan ekspor tidak ragu dalam menerima ekspor Indonesia. Selain itu, SKA juga berfungsi sebagai persyaratan dalam memperoleh preferensi (keringanan bea masuk) yang disertakan pada barang ekspor tertentu untuk memperoleh fasilitas pembebasan atau seluruh bea masuk yang diberikan oleh suatu negara atau kelompok negara tertentu. Dengan adanya pematuhan dan pemanfaatan SKA sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh negara tujuan ekspor merupakan peluang bagi Indonesia untuk lebih dapat meningkatkan ekspor. Mengingat peran SKA sebagai dokumen penunjang sangat penting, maka pengamatan ini penting untuk dilakukan.
Di Surakarta, instansi yang bertugas dalam menerbitkan SKA adalah Departemen Perdagangan Luar Negeri di Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Selama ini pelayanan yang diberikan oleh Disperindag cukup baik, para petugas memberikan pelayanan dengan ramah, dan berusaha untuk tepat waktu karena pada dasarnya petugas sangatlah mengerti dan memahami bahwa dokumen SKA yang dibutuhkan eksportir sangatlah penting. Dengan adanya kemudahan dalam pengurusan SKA menjadikan Disperindag menjadi isntansi pemerintah yang berperan penting dalam mendukung dan mendorong peningkatan ekspor di daerah Surakarta. Berdasarkan pertimbangan bahwa terjadi peningkatan dan pertimbangan terhadap penggunaan SKA yang mengakibatkan adanya kecenderungan penyalahgunaan
(16)
pemakaian SKA yang semakin bertambah dan proses penerbitan SKA yang harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi ,maka terjadi perubahan mengenai mekanisme penerbitan surat keterangan asal, sehingga peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 17/M-DAG/PER/9/2005 tentang penerbitan surat keterangan asal (certificate of origin), untuk barang ekspor Indonesia diubah menjadi Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 43/M-DAG/PER/10/2007 tentang penerbitan surat keterangan asal untuk barang ekspor Indonesia. Perubahan tersebut berpengaruh terhadap proses penerbitan SKA, yaitu pengurusan penerbitan SKA yang dulu dilakukan dengan cara manual tanpa menggunakan teknologi informasi sekarang dapat dilakukan dengan sistem otomasi. Perubahan tersebut kemungkinan akan membuat para eksportir atau pihak-pihak lain yang memerlukan surat keterangan asal sebagai dokumen pendukung ekspornya akan kebingungan mengenai proses penerbitan surat keterangan asal yang baru.
Untuk itulah penulis memilih judul Penerbitan Surat Keterangan Asal Sebagai Dokumen Ekspor Oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta, sehingga diharapkan dengan adanya Tugas Akhir ini dapat mengurangi ketidakpahaman para eksportir atau pihak-pihak tertentu yang memerlukan untuk penerbitan surat keterangan asal.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan yang telah penulis ungkapkan di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja jenis Surat Keterangan Asal yang diterbitkan oleh Disperindag Kota Surakarta?
2. Bagaimanakah penerbitan Surat Keterangan Asal sebagai dokumen ekspor oleh Disperindag Kota Surakarta?
3. Hambatan-hambatan apakah yang dihadapi oleh Disperindag dalam melakukan penerbitan SKA dan bagaimana solusi dalam menghadapi hambatan tersebut?
(17)
B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Tujuan operasional
Untuk mengetahui jenis dan penerbitan SKA oleh Disperindag Kota Surakarta serta hambatan yang dihadapi Disperindag dalam melakukan penerbitan SKA, dan solusi yang dilakukan dalam menghadapi hambatan tersebut.
2. Tujuan Fungsional
Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pembaca maupun instansi, dan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Baik pihak yang memerlukan izin penerbitan maupun pihak yang memberikan izin penerbitan SKA terkait masalah penerbitan SKA.
3. Tujuan Individual
Diajukan untuk memenuhi syarat untuk memperoleh sebutan ahli madya pada Program Diploma III Manajemen administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat pengamatan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kegiatan pengamatan. Manfaat dari hasil pengamatan ini adalah :
1. Mengetahui gambaran yang lebih jelas dan terperinci tentang penerbitan SKA di Disperindag Kota Surakarta.
2. Menambah jumlah referensi bacaan di perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Menambah informasi kepada masyarakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya tentang peranan Disperindag sebagai lembaga yang menerbitkan SKA.
(18)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dokumen Ekspor
Kata dokumen berasal dari kata bahasa inggris yaitu document. Dokumen adalah surat-surat yang tertulis atau tercetak yang dapat di gunakan sebagai bukti keterangan. Dokumen berisikan suatu informasi atau menjelaskan sesuatu, yang berbentuk tulisan maupun lisan. Dokumen ekspor merupakan surat-surat keterangan yang harus dilengkapi pada saat melakukan ekspor. (www.scribd.com). Dokumen ekspor merupakan penunjang dalam kelancaran kegiatan perdagangan internasional (ekspor impor), baik yang dikeluarkan pengusaha, perbankan, pelayaran, dan instansi lainnya . Semua dokumen yang menyangkut kegiatan tersebut harus dibuat dan diteliti dengan seksama. Dokumen-dokumen dalam perdagangan internasional tersebut dapat d i b e d a k a n m e n j a d i b e b e r a p a m a c a m .
Dokumen ekspor yang penting dalam perdagangan internasional antara lain Letter Of Credit(L/C), yaitu suatu surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan importir yang ditujukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi relasi importir tersebut yang memberikan hak kepada eksportir untuk menarik wesel-wesel atas importir yang bersangkutan. Dokumen ekspor lainnya adalah Bill Of Lading (B/L), merupakan surat tanda terima barang yang telah dimuat dikapal laut dan juga merupakan tanda bukti kepemilikan barang atas adanya kontrak atau perjanjian pengangkutan barang melalui laut. Dokumen ekspor berikutnya adalahinvoice, yaitu suatu dokumen penting dalam perdagangan internasional karena dengan adanya invoice maka dapat dilihat berapa jumlah wesel yang dapat ditarik, misalnya jumlah penutupan asuransi dan penyelesaian segala bea masuk.
(19)
B. Surat Keterangan Asal sebagai Dokumen Ekspor
Ekspor merupakan suatu kegiatan dalam perdagangan internasional, dimana terdapat kebijakan dan aturan-aturan yang mengatur tentang pelaksanaan kegiatan ekspor tersebut. Pengertian ekspor yaitu kegiatan usaha dalam memperjualbelikan suatu barang dengan melintasi daerah pabean, sehingga pelaksanaannya harus sesuai dengan kebijakan dan aturan yang telah ditetapkan (PPEI, 2003:3). Diantaranya adalah berdasarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No 118/MPP/Kep/2/2003 yang berisi bahwa kegiatan ekspor dapat dilakukan oleh perusahaan atau perorangan yang telah memiliki Tanda Daftar Usaha atau SIUP, Izin usaha dari Departemen Teknis berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan Tanda Daftar Perusahaan. Kebijakan dan peraturan lainnya tentang pelaksanaan ekspor adalah dengan adanya dokumen pendukung sebagai persyaratan dalam melakukan ekspor yaitu Surat Keterangan Asal (SKA), menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan SKA adalah suatu dokumen ekspor berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian bilateral, regional dan multilateral serta ketentuan sepihak yang diberlakukan oleh suatu negara tertentu yang wajib menyertakan SKA pada waktu barang ekspor Indonesia akan memasuki wilayah negara tersebut yang digunakan untuk membuktikan, bahwa barang tersebut benar-benar berasal, dihasilkan dan di olah di Indonesia (Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Dirjend Perdagangan Luar Negeri).
Menurut Roselyne Hutabarat SKA adalah surat keterangan yang digunakan sebagai dokumen penyerta pada saat dilakukannya kegiatan ekspor, sebagai bukti bahwa barang yang dimaksud berasal, dihasilkan atau diolah di Indonesia (Roselyne H, 1996 :114). Status dokumen ekspor SKA adalah sebagai dokumen penyerta barang ekspor Indonesia yang akan memasuki wilayah negara tertentu dan fungsinya untuk membuktikan bahwa barang tersebut benar-benar berasal, dihasilkan dan diolah di Indonesia. (Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktorat Fasilitas Ekspor Impor, 2002:3). Dengan disertai dengan keterangan asal barang, yaitu kriteria atau persyaratan yang
(20)
ditetapkan baik dalam perjanjian regional, bilateral, dan multilateral maupun ketentuan sepihak dari suatu negara tertentu, yang wajib dipenuhi oleh suatu barang ekspor untuk dapat diterbitkan SKA-nya oleh pemerintah atau instansi di negara asal barang tersebut (Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktorat Fasilitas Ekspor Impor, 2002:3) yang harus dituangkan dalam formulir SKA, yaitu daftar isian SKA yang telah dibakukan baik dalam bentuk, ukuran dan warna kertas, serta isinya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sebagai dokumen ekspor, SKA mempunyai beberapa manfaat yaitu untuk mendapatkan preferensi (pengurangan/penghapusan) bea masuk bagi komoditi Indonesia, untuk menetapkan Negara Asal Barang (Country of Origin), untuk memenuhi persyaratan pencairan L/C terhadap pembiayaan ekspor yang menggunakan L/C, data realisasi ekspor, data realisasi kuota, dan pelacakan tuduhan dumping.
C. Prosedur Penerbitan Surat Keterangan Asal
Prosedur merupakan bagian dari suatu perencanaan, dimana perencanaan tersebut dibuat oleh pimpinan organisasi dan diperlukan dalam menentukan tahapan pelaksanaan rencana yakni petunjuk pelaksanaan yang bersifat deskriptif karena dapat membantu dalam pelaksanaan koordinasi dengan jalan menyediakan petunjuk tindakan pada situasi yang berulang-ulang muncul. Harold Koontz (1989:24) memberikan pengertian tentang prosedur sebagai berikut :
“Prosedur adalah rencana yang menetapkan metode penanganan yang dibutuhkan untuk aktivitas-aktivitas yang akan datang. Ia merupakan pedoman untuk bertindak, bukan untuk berfikir, dan ia menguraikan cara yang tepat untuk menyelesaikan kegiatan tertentu. Ia merupakan urut-urutan kronologis dari tindakan-tindakan yang dibutuhkan”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), terdapat dua pengertian tentang prosedur yaitu tahap-tahap kegiatan untuk suatu aktivitas, dan metode langkah demi langkah secara eksak dalam memecahkan suatu problem. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa prosedur penerbitan SKA
(21)
adalah tata cara, aturan, atau ketentuan yang berisi tahapan atau urut-urutan yang wajib dilaksanakan dan ditaati baik oleh instansi penerbit SKA maupun oleh eksportir pemohon SKA. Ketentuan atau aturan tersebut sangat bermanfaat dalam berlangsungnya proses penerbitan SKA. Ada beberapa manfaat atas ketentuan, aturan, dan tata cara dalam proses penerbitan SKA antara lain untuk memudahkan dalam melakukan pengawasan, memudahkan pendelegasian dan penempatan tanggung jawab, memungkinkan penghematan personalia, membantu dalam melakukan koordinasi.
Proses penerbitan SKA dilakukan oleh instansi-instansi terkait yang bertanggungjawab dalam penerbitan SKA sebagai dokumen ekspor, yaitu instansi atau lembaga yang ditetapkan oleh menteri dan diberi kewenangan untuk menerbitkan SKA. Menurut Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 43/M-DAG/PER/10/2007, tentang instansi atau lembaga yang ditetapkan sebagai instansi penerbit SKA yaitu disebutkan pada :
1) Pasal 9 a. Ayat 1 yang berisi bahwa instansi atau lembaga yang membidangi perdagangan pada pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang selanjutnya disebut sebagai instansi atau lembaga yang telah memenuhi pertimbangan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan penerbitan SKA.
b. Ayat 2 berisi tentang penetapan instansi atau lembaga sebagai instansi penerbit SKA sesuai dengan apa yang telah disebutkan pada ayat 1 harus dilakukan oleh Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri atas nama menteri.
2) Pasal 10 berisi bahwa berdasarkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan penerbitan SKA, Direktur Jenderal atas nama menteri dapat: menetapkan penambahan atau pengurangan instansi sebagai instansi penerbit SKA, dan menetapkan instansi penerbit SKA tertentu yang diberi kewenangan untuk menerbitkan SKA.
(22)
3) Disebutkan dalam pasal 13, bahwa eksportir dapat memilih tempat untuk mengajukan permohonan penerbitan SKA pada instansi penerbit SKA berdasarkan lokasi atau wilayah kerja instansi penerbit SKA yaitu :
a. Instansi penerbit SKA yang tempat kerjanya mencakup tempat barang diproduksi.
b. Instansi penerbit SKA yang wilayah kerjanya mencakup tempat Bank Devisa sebagai korespondensi bank dari eksportir.
c. Instansi penerbit SKA yang wilayah kerjanya mencakup tempat Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang mengeluarkan PEB atau tempat dimana PEB mendapat persetujuan ekspor dari pejabat Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dari pelabuhan ekspor.
d. Instansi penerbit SKA yang wilayah kerjanya mencakup tempat pembelian barang.
e. Instansi penerbit SKA yang wilayah kerjanya mencakup tempat pemberangkatan atau pengiriman barang.
Penerbitan SKA sendiri mempunyai dua maksud, yang pertama sebagai dokumen yang membuktikan bahwa barang ekspor tersebut berasal, dihasilkan dan diolah di Indonesia. Dokumen ini dipersyaratkan oleh negara pengimpor. Dan yang kedua adalah sebagai dokumen untuk memperoleh fasilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk impor yang diberikan oleh suatu negara atau kelompok negara tertentu. Artinya, barang ekspor Indonesia bisa saja masuk ke negara pemberi preferensi meskipun tidak dilengkapi dengan SKA preferensi, hanya saja tidak berhak mendapatkan keringanan bea masuk.(www.indag-ska.co.id). Dalam menerbitkan SKA, harus diketahui terlebih dahulu dokumen-dokumen apa saja yang diperlukan sebagai dokumen pendukung untuk memperoleh SKA. Dokumen-dokumen tersebut antara lain :
1. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) yaitu dokumen yang dikeluarkan oleh pihak Bea Cukai di pelabuhan muat dan sebagai dokumen utama yang diperlukan pada awal proses kegiatan ekspor.
(23)
2. B/L(Bill Of Lading)yaitu dokumen yang ditandatangani oleh kapten kapal atau pemilik kapal dan agennya yang menjelaskan tentang barang yang dimuat dan syarat-syarat pengangkutannya.
3. AWB(Air Way Bill)merupakan surat perjanjian pengangkutan barang eksportir dengan perusahaan penerbangan yang telah disetujui oleh kedua belah pihak dengan ongkos angkut dari pelabuhan muat hingga pelabuhan tujuan.
4. Cargo Receipt, barang yang diekpsor melalui jalur darat dapat menggunakan surat perjanjian berupacargo receipt.
5. Invoice yaitu suatu dokumen yang diterbitkan oleh eksportir mengenai harga dan uraian barang yang sesuai dengan jenis yang tercantum dalamsaleskontrak atau perjanjian jual beli.
6. Packing Listmerupakan catatan mengenai jumlah, ukuran, berat, tipe, dan lain-lain dalam daftar barang-barang yang dimasukkan dalam peti atau tempat lainnya.
7. Struktur Biaya per Unit dalam Dollar Amerika Serikat yang berisi uraian dari total nilai yang terdapat dalam invoice yang penulisannya dalam dollar Amerika.
(24)
BAB III
METODE PENGAMATAN
Setelah memperoleh sedikit gambaran tentang penelitian melalui latar belakang masalah, perumusan masalah serta tinjauan pustaka dari berbagai literatur,maka berikut ini akan diuraikan hal-hal tentang teknik pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, dan teknik analisis data.
A. Jenis Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan untuk penulisan tugas akhir ini berawal dari pokok permasalahan yaitu untuk mengetahui tentang surat keterangan asal sebagai dokumen ekspor,bagaimana penerbitannya dan hambatan yang dihadapi dalam proses pelaksanaan penerbitan surat keterangan asal tersebut. Pengamatan ini sifatnya menggali, menelusuri masalah-masalah atau kendala yang ada sekaligus memberikan penjelasan tentang penerbitan surat keterangan asal oleh Disperindag.
Jenis pengamatan ini merupakan pengamatan deskripsi kualitatif. Sutopo (2002:183) yang mengemukakan bahwa melalui pengamatan ini akan dapat memberikan berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi yang teliti dan penuh nuansa yang lebih berharga daripada sekedar pernyataan jumlah ataupun frekuensi dalam bentuk angka.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat melakukan penelitian dan tempat diperolehnya sejumlah data yang dibutuhkan dari masalah yang diamati. Lokasi penelitian ini terletak di jalan Yosodipuro No 164 Surakarta. Pada lokasi ini penulis melakukan tugas pada bagian kesekretariatan, perdagangan dan perindustrian.
(25)
C. Sumber Data
Untuk memperoleh laporan pengamatan yang terarah maka diperlukan adanya data yang lengkap dan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi sehingga dapat dipercaya kebenarannya. Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber, meliputi :
1. Informan
Informan atau narasumber sangat penting peranannya sebagai orang yang memiliki informasi, narasumber bukan hanya sekedar memberikan tanggapan yang diminta peneliti, tetapi ia juga lebih memilih arah dan selera yang menyajikan informasi (Sutopo,2002:50). Data dari informan diperoleh melalui wawancara yang dilakukan selama magang.
2. Peristiwa atau aktivitas
Informasi dapat juga dikumpulkan melalui suatu peristiwa, aktivitas, atau perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan masalah yang diamati. Namun, tidak semua peristiwa dapat diamati secara langsung, kecuali merupakan suatu aktivitas yang masih berlangsung pada saat penelitian dilakukan (Sutopo, 2002:51). Data yang diperoleh melalui peristiwa atau aktivitas ini dilakukan melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktivitas yang terkait.
3. Dokumen atau Arsip
Dokumen atau arsip merupakan bahan tertulis yang berhubungan dengan suatu peristiwa ataupun aktivitas tersebut. Dokumen bisa berupa rekaman tertulis tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan aktivitas tertentu (Sutopo,2002:54). Dalam pengamatan ini penulis memperoleh data dari dokumen dan arsip yang terkait dengan permasalahan pengamatan.
(26)
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara / Interview
Wawancara merupakan salah satu sumber data yang paling penting dalam penelitian kualitatif berupa manusia sebagai narasumber (Sutopo,2002:58). Teknik pengumpulan data ini dilakukan untuk memperoleh keterangan melalui komunikasi, tanya jawab, dan berhadapan langsung dengan informan yang dapat memberikan informasi mengenai jenis SKA yang diterbitkan di Disperindag, prosedur penerbitannya, serta hambatan yang dihadapi oleh Disperindag dalam menerbitkan SKA. Wawancara yang dilakukan mengacu pada pedoman wawancara yang telah di siapkan sebelumnya.
2. Dokumen tertulis dan Arsip
Dokumen tertulis dan arsip merupakan salah satu sumber data yang memiliki peranan penting dalam penelitian kualitatif. Yang menjadi Sasaran kajian adalah latar belakang atau peristiwa yang terjadi di masa lampau dan sangat berkaitan dengan kondisi atau peristiwa di masa kini yang sedang di teliti (Sutopo,2002:69). Dalam pengamatan ini penulis mengambil dokumen berupa buku pedoman dan file yang terdapat pada instansi.
E. Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data ini penulis menggunakan model analisis interaktif. Analisis data merupakan model analisis yang menggunakan tiga tahap yaitu mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Menurut Sutopo (2002:186) ketiga komponen tersebut dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu siklus.
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstrak data. Prosesnya diawali sebelum pengumpulan data dan berlangsung sejak peneliti melakukan pemilihan masalah. Penyajian data merupakan suatu rangkaian deskripsi dalam bentuk yang disusun dengan pertimbangan masalah yang sedang
(27)
diamati. Sajian data selain dalam bentuk narasi kalimat, juga meliputi berbagai gambar, jaringan kerja, dan tabel sebagai pendukung narasi. Penarikan kesimpulan yaitu setelah proses reduksi dan penyajian data, maka tahap selanjutnya adalah penarikan kesimpulan.
Dari analisis data di atas penulis melakukan reduksi data dengan cara membuat ringkasan data-data yang telah dikumpulkan yang berhubungan dengan masalah penerbitan SKA. Dalam melakukan penyajian data penulis menyajikan data dilapangan dalam bentuk narasi, tabel dan juga gambar sebagai data pendukung. Penulis melakukan penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan setelah melakukan proses verifikasi data.
(28)
BAB IV
DESKRIPSI LEMBAGA
Disperindag sangat penting peranannya sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah dibidang perindustrian dan perdagangan dalam mengembangkan perekonomian daerah. Dalam menjalankan perananannya Disperindag mempunyai beberapa tugas antara lain : menyelenggarakan tata usaha dinas, menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan untuk mengembangkan pengusaha industri, mengembangkan pembinaan perdagangan di dalam dan luar negeri, melakukan pengawasan terhadap badan usaha milik daerah, serta perlindungan terhadap konsumen.
A. Visi dan Misi
Sebagai organisasi yang baik, dalam menjalankan tugasnya Disperindag mempunyai visi dan misi sebagai pedomannya. Visi merupakan suatu pernyataan yang ringkas tentang cita-cita organisasi dan berisikan arahan tentang apa yang akan diperbuat oleh organisasi tersebut di masa yang akan datang. Untuk mewujudkan visi tersebut maka suatu organisasi perlu melakukan pengembangan misi yang akan dijalani dalam setiap aktivitas. Misi merupakan penetapan tujuan dan sasaran organisasi mencakup kegiatan tertentu yang akan dilakukan, dalam upaya mencapai visi yang telah ditetapkan.
Visi Misi Dinas Perindustrian dan perdagangan yaitu :
Terwujudnya Kota Solo sebagai kota perdagangan dan industri yang berwawasan lingkungan dan budaya, dengan sasaran :
1. Menciptakan kesempatan bagi masyarakat luas untuk bekerja di sektor perdagangan dan industri dengan tetap memperhatikan lingkungan menurut norma-norma yang berlaku sesuai dengan budaya Kota Solo.
(29)
2. Meningkatkan kelancaran proses pendistribusian barang dan jasa untuk diperdagangkan di dalam dan luar negeri.
B. Struktur Organisasi
Suatu organisasi perlu memiliki sumber daya manusia yang berkualitas untuk dapat memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Pembagian tugas dan wewenang sangat diperlukan agar dapat mewujudkan hal tersebut, untuk itu diperlukan adanya struktur organisasi dengan tujuan agar tugas dan wewenang tersebut dapat berjalan dengan baik dan tidak saling tumpah tindih.
Struktur Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta adalah :
Gambar 1
Struktur Organisasi Disperindag Surakarta
Sumber : Peraturan Walikota surakarta Nomor 21 Tahun 2008
Struktur organisasi Disperindag terdiri dari beberapa bidang yaitu bidang Kesekretariatan, Bidang Perindustrian, Bidang Perdagangan, Bidang Perlindungan dan Pengawasan Konsumen. Setiap Bidang mempunyai tugas dan fungsinya
masing-Kepala Dinas B. Perindustrian Industri Kecil Industri Menengah &Besar B. Perdaganga n Sekretariat Dalam Negeri Luar Negeri B. Pengawasan &Perlindunga n Konsumen Pengawasan Perlindunga n konsumen Keuangan Perencanaan,Evalua si&perlengkapan Umum&Kepega-waian
(30)
masing, namun dalam menjalankan tugasnya harus tetap menjalin kerjasama yang baik dalam masing-masing bidang agar tujuan bersama dapat tercapai.
Gambar 2
Bidang Kesekretariatan
Sumber : Peraturan Walikota surakarta Nomor 21 Tahun 2008
Bidang Kesekretariatan mempunyai fungsi dalam penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bagian perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian. Setiap bagian dalam kesekretariatan memliki tugas masing-masing yaitu :
1. Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan untuk kebijakan teknis, penyiapan perlengkapan dalam menunjang kebijakan yang ada, melakukan evaluasi dan pelaporan.
2. Bagian Keuangan mempunyai tugas dalam pengelolaan keuangan, verifikasi, pembukuan dan akuntansi di lingkungan dinas.
3. Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas untuk mengelola admistrasi kepegawaian, hukum, humas, organisasi dan tata laksana, ketatausahaan, dan perlengkapan di lingkungan dinas.
Sekretariat
Keuangan Perencanaan,Evalu-asi&perlengkapan
Umum&Kepega-waian
(31)
Gambar 3 Bidang Perdagangan
Sumber : Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21 tahun 2008
Bidang Perdagangan mempunyai fungsi sebagai pelaksana pembinaan untuk perdagangan di dalam dan luar negeri, serta kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Setiap bagian dalam perdagangan mempunyai tugasnya masing-masing yaitu :
1. Perdagangan Dalam Negeri mempunyai tugas untuk mendata harga kebutuhan pokok dalam negeri, menyusun dan melaksanakan program pembinaan dan pengembangan perdagangan dalam negeri, memfasilitasi program kemitraan perdagangan dan pembentukan asosiasi perdagangan.
2. Perdagangan Luar Negeri mempunyai tugas untuk menyusun dan melaksanakan program pembinaan dan pengembangan perdagangan luar negeri, memfasilitasi program kemitraan antar eksportir dengan industri perdagangan kecil dan menengah, melaksanakan pembinaan teknis perdagangan internasional, melaksanakan penerbitan dokumen ekspor impor (Certificate Of Origin).
B. Perdagangan
(32)
Gambar 4 Bidang Perindustrian
Sumber : Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21 Tahun 2008
Bidang Perindustrian mempunyai fungsi dalam melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang industri kecil, dan industri menengah besar. Setiap bagian dalam perindustrian mempunyai tugasnya masing-masing yaitu :
1. Industri kecil mempunyai tugas untuk menyelenggarakan pelatihan keterampilan teknik industri, menyelenggarakan dan memfasilitasi kegiatan pameran dan promosi bidang industri kecil, dan memfasilitasi pembinaan mutu atau kualitas hasil industri kecil.
2. Industri menengah dan besar mempunyai tugas untuk melaksanakan program pembinaan dan pengembangan industri menengah dan besar, memfasilitasi program kemitraan antar pengusaha dan mengklarifikasi jenis industri, memfasilitasi magang dan alih teknologi industri menengah dan besar, dan memfasilitasi pelatihan keterampilan teknik industri menengah dan besar.
B. Perindustrian
Industri Kecil Industri
(33)
BAB V PEMBAHASAN
A. Surat Keterangan Asal yang Diterbitkan Oleh Disperindag
Disperindag Surakarta merupakan salah satu instansi yang berwenang dalam menerbitkan surat keterangan asal, hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 43/M-DAG/PER/10/2007 tentang instansi atau lembaga yang ditetapkan sebagai instansi penerbit SKA. Menurut keterangan dari staf departemen perdagangan luar negeri di Disperindag, ada dua jenis surat keterangan asal yang diterbitkan oleh Disperindag sebagai salah satu dokumen penyerta ekspor. Yang pertama adalah jenis surat keterangan asal preferensi, surat keterangan asal preferensi merupakan jenis dokumen SKA yang berfungsi sebagai persyaratan dalam memperoleh preferensi yang disertakan pada barang ekspor tertentu untuk memperoleh fasilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk ekspor. SKA preferensi ini diberikan oleh oleh suatu negara atau kelompok negara tertentu, sesuai dengan data yang ada di Disperindag SKA Preferensi terbagi dalam beberapa macam SKA yaitu :
Tabel 1 SKA Preferensi
No Nama SKA Negara Tujuan Kegunaan
1. Generalized System
of Preference
Certificate of
Origin Form “A”
Kanada, Jepang, Selandia Baru, Norwegia, Swiss, Amerika Serikat, Bulgaria, Ceko, Hongaria, Polandia, Rusia, Austria, Belgia, Denmark, Perancis, Finlandia, Jerman, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Pertugis, Spanyol,
Untuk memperoleh preferensi atau keringanan dan penghapusan bea masuk
(34)
Swedia, Inggris, dan Yunani.
2. ASEAN Common
Effective
Preferential Tariff Scheme Certificate of Origin Form
“D”
Brunei Darussalam, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Cambodia.
Untuk mendapatkan preferensi antara negara ASEAN
3. Certificate in
Regard to
Traditional
Handicrafts Batik Fabrics of Cotton
Jepang Untuk ekspor
hasil kerajinan batik tradisional yang terbuat dari kain kapas
4. Certificate in
Regard to Certain Handicrafts
Products
Austria, Belgia, Denmark, Perancis, Finlandia, Jerman, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Portugis, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Yunani
Untuk ekspor barang-barang kerajinan nontekstil
5. Certificate Relating
to Silk Cotton
Handloom Products
Austria, Belgia, Denmark, Perancis, Finlandia, Jerman, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Portugis, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Yunani
Untuk ekspor barang kerajinan tangan yang terbuat dari bahan sutera atau kapas yang termasuk dalam cakupan model barang-barang kerajinan masyarakat Eropa
6. Industrial Crafts
Certification (ICC)
Australia Untuk ekspor
barang yang termasuk
“Industrial
Crafts
(35)
7. Global System of
Trade Preference
Certificate of
Origin
Aljazair, Argentina, Bangladesh, Benin, Bolivia, Kamerun, Chili, Kolombia, Kuba, Korea Utara, Ekuador, Mesir, Ghana, Guine, Haiti, India, Indonesia, Iran, Irak, Libya, Malaysia, Meksiko,
Maroko, Mozambique,
Nikaragua, Nigeria, Pakistan, Peru, Philipina, Qatar, Korea Selatan, Rumania, Singapura, Sri Lanka, Sudan, Thailand, Tunisia, Tanzania, Urugay,
Venezuela, Vietnam,
Yugoslavia, Guyana, dan Zimbabwe
Untuk ekspor barang-barang tertentu yang termasuk dalam daftar barang-barang yang telah diberikan keringanan bea masuk kepada sesama negara berkembang peserta “ Global System Of Trade
Preferences”
yang telah ditetapkan oleh menteri
keuangan
8. Certificate of
Handicrafts Goods
Kanada Untuk ekspor
barang-barang kerajinan
9. Certificate of
Authenticity Tobacco
Austria, Belgia, Denmark, Perancis, Finlandia, Jerman, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Portugis, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Yunani
Untuk mengekspor tembakau
10. ASEAN-China Free
Trade Area
Preferencial Tariff
Certificate of
origin
China Untuk mendapat
preferensi di negara ASEAN dan China
Sumber : Data Disperindag yang telah dikelola oleh penulis
Jenis SKA kedua yang diterbitkan oleh Disperindag adalah SKA Non Preferensi. SKA Non Preferensi merupakan jenis dokumen SKA yang berfungsi
(36)
sebagai dokumen pengawasan atau dokumen penyerta asal barang yang disertakan pada barang ekspor untuk dapat memasuki wilayah suatu negara tertentu.Sesuai dengan data yang ada di Disperindag SKA Non Preferensi dapat dibagi menjadi beberapa macam SKA, yaitu :
Tabel 2 SKA Non Preferensi
No Nama SKA Negara Tujuan Kegunaan
1. ICO Certificate of
Origin
Semua negara tujuan Untuk ekspor kopi ke semua negara tujuan anggota ICO maupun bukan anggota ICO
2. Export Certificate Austria, Belgia, Denmark,
Perancis, Finlandia, Jerman, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Portugis, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Yunani
Untuk ekspor maniok yang kuotanya telah ditetapkan oleh komisi Uni Eropa
3. Fisheriesh
Certificate of
Origin
Amerika Serikat Sebagai
dokumen
penyerta ekspor hasil perikanan dari jenis tertentu
4. Certificate Of
Origin for Import
of Agricultural
Products into the European
Economic Community
Austria, Belgia, Denmark, Perancis, Finlandia, Jerman, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Portugis, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Yunani
Untuk ekspor produk
pertanian tertentu
5. Commercial
Invoice
Amerika Serikat Untuk ekspor
tekstil dan produk tekstil
(37)
yang terbuat dari kapas, serat buatan
campuran sutera, dan serat alam lainnya selan kapas yang telah dikenakan kuota
6. Certificate of
Origin Form “K”
Kanada Untuk ekspor
tekstil dan produk tekstil yang terkena kuota
7. Export Licence
(Textile Products)
Austria, Belgia, Denmark, Perancis, Finlandia, Jerman, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Portugis, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Yunani
Untuk ekspor tekstil dan produk tekstil yang terkena kuota
8. Certificate of
Origin Form “N”
Norwegia Untuk ekspor
tekstil dan produk tekstil yang terkena kuota
9. Certificate in
Regard to
Handlooms
Handicrafts and
Traditional Textile
Product of The
cottage Industry
Austria, Belgia, Denmark, Perancis, Finlandia, Jerman, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Portugis, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Yunani
Untuk ekspor kain tenun, kerajinan dari tekstil
10. Certificate in
Regard to
Handlooms Textile Handicraft
Traditional
Indonesians Batik
and Traditional
Norwegia Untuk ekspor
barang kerajinan tangan dari tekstil industri pedesaan
(38)
Textile Products of
the Cottage
Industry
11. Certificate of
Origin (Textile
Products)
Austria, Belgia, Denmark, Perancis, Finlandia, Jerman, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda, Portugis, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Yunani
Untuk ekspor tekstil dan produk tekstil
12. Republic of
Indonesia
Department of
Industry and Trade
Certificate of
origin Form “B”
Semua negara apabila mewajibkan
Untuk ekspor semua produk dari Indonesia
13. Certificate De Pais De Origin
Meksiko Untuk ekspor
produk tekstil, pakaian jadi dan alas kaki
Sumber : Data Disperindag yang telah dikelola oleh penulis
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staff perdagangan luar negeri (Daglu) di Disperindag terdapat perbedaan dari kedua jenis SKA tersebut dilihat dari fungsinya. SKA Preferensi berfungsi sebagai persyaratan bagi barang ekspor tertentu untuk memperoleh fasilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruh bea masuk. SKA Non preferensi berfungsi sebagai dokumen pengawas dan dokumen penyerta bagi barang ekspor untuk dapat memasuki suatu wilayah negara tertentu, sesuai dengan yang dipersyaratkan.
(39)
B. Penerbitan Surat Keterangan Asal
Penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA) merupakan suatu ketentuan yang terdiri dari beberapa tahapan yang harus ditaati dan wajib dilakukan baik bagi eksportir yang memerlukan SKA maupun instansi penerbit yang berwenang dalam menerbitkan SKA. Berdasarkan dokumen yang ada di Disperindag, ada beberapa pihak yang terkait dalam penerbitan SKA, antara lain eksportir, pihak lain berupa badan usaha, surveyor, petugas pelayanan formulir, petugas penerimaan penguruan SKA, Kepala Seksi Perdagangan Luar Negeri, Kepala Sub Dinas Perdagangan, dan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Surakarta.
1. Eksportir yaitu badan usaha atau perseorangan yang melakukan ekspor. Eksportir dapat terbagi dalam beberapa macam, yang pertama eksportir umum merupakan eksportir yang telah mempunyai SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) dan melakukan ekspor barang dagangannya, yang kedua eksportir produsen yaitu eksportir yang mengekspor barang produksinya sendiri yang telah memiliki ijin industri atau ijin teknis dari departemen perdagangan. Selanjutnya adalah eksportir terdaftar, eksportir ini telah mendapatkan pengakuan dari menterei perdagangan untuk mengekspor barang-barang yang diatur ekspornya.(www.indag-ska.co.id).
2. Pihak-pihak lain yang memerlukan SKA, dapat berupa badan usaha atau perseorangan bukan eksportir melainkan badan usaha atau perseorangan yang bergerak dibidang jasa penerbitan surat keteranga asal.
3. Surveyor adalah petugas yang mempunyai tugas untuk meneliti mengenai kebenaran dan kelengkapan dokumen yang diserahkan oleh eksportir.
4. Petugas pelayanan formulir yang bertugas dalam memberikan pelayanan kepada eksportir dalam pembelian formulir SKA.
5. Petugas penerimaan pengurusan SKA adalah petugas yang bertugas untuk melayani eksportir dalam penerimaan formulir SKA yang telah diisi dan pengambilan formulir SKA yang telah diterbitkan.
(40)
6. Kepala Seksi Perdagangan Luar Negeri (Kasi Daglu) yaitu pejabat di Disperindag yang bertugas menyatakan kebenaran dan kelengkapan atas formulir SKA yang diajukan oleh eksportir.
7. Kepala Sub Dinas Perdagangan (Kasubdin Perdagangan) yaitu pejabat di Disperindag yang bertugas memberikan paraf persetujuan atas kebenaran dan kelengkapan dari formulir SKA yang diajukan oleh eksportir.
8. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) yaitu pejabat di Disperindag yang mengesahkan formulir SKA.
Penerbitan SKA telah diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 43/M-DAG/PER/10/2007 tentang penerbitan surat keterangan asal (certificate of origin)untuk barang ekspor Indonesia yang telah ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 2007 yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara manual dan dengan sistem otomasi, hal tersebut seperti yang telah dikemukakan oleh staff Daglu Disperindag. Sesuai dengan hasil wawancara dengan salah satu staff Daglu Disperindag, penerbitan surat keterangan asal dengan cara manual telah dilaksanakan oleh Disperindag selama bertahun-tahun. Hal tersebut membuat banyak eksportir yang memerlukan SKA lebih menyukai untuk menggunakan cara manual dibanding dengan sistem otomasi yang baru saja dilaksanakan pada tahun 2007. Cara manual yang digunakan dalam penerbitan SKA yaitu dengan melakukan proses penyimpanan, dan pengisian SKA serta kegiatan lainnya yang terkait dalam penerbitan SKA yang dilakukan tanpa menggunakan teknologi informasi. Sesuai dengan dokumen yang ada di Disperindag ada beberapa tahapan dalam penerbitan SKA dengan cara manual, yaitu :
a) Memperoleh Formulir SKA
Eksportir yang memerlukan SKA dapat memperoleh formulir SKA dengan membeli pada petugas pelayanan formulir SKA. Eksportir dapat membeli formulir SKA dengan harga Rp.5000,- dengan menyerahkan dokumen pelengkap berupa fotocopy PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) dan form permohonan SKA yang telah diisi. Eksportir yang memerlukan SKA dapat memperoleh formulir SKA sesuai
(41)
dengan jumlah B/L (Bill of Lading) atau AWB (Air Way Bill) atau Cargo Receipt yang terdapat dalam PEB. Jadi, apabila dalam satu PEB terdapat dua B/L, AWB atau Cargo Receipt, maka formulir yang didapat sebanyak dua lembar.
b) Pencatatan Nomor
Petugas pelayanan formulir SKA kemudian akan mencatat nomor seri formulir SKA. Pencacatan nomor SKA tersebut terletak pada sudut kiri bawah form permohonan SKA dan memberikannya kepada eksportir yang memerlukan SKA.
c) Pengisian SKA
Setelah memperoleh formulir SKA, eksportir yang memerlukan SKA wajib mengisi formulir SKA dengan cara diketik dan menggunakan huruf yang sama dalam bahasa inggris secara jelas, lengkap dan benar sesuai dengan kolom-kolom yang terdapat dalam formulir tersebut. Pengisian tersebut mempunyai beberapa ketentuan dalam pengisian formulir SKA. Ketentuannya antara lain tidak boleh terdapat adanya coretan dan apabila terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam pengisian formulir SKA maka harus diganti dengan formulir SKA yang baru, setiap angka yang menunjukkan jumlah harus diikuti dengan huruf(wording) dalam tanda kurung, misalnya 200(two hundred)tons.
Ketentuan berikutnya apabila pengisian kalimat pada kolom uraian barang tidak penuh satu baris, maka setelah akhir kalimat harus diberi tanda penutup berupa tanda bintang (*) sampai pada batas akhir baris tersebut, sedangkan kolom uraian barang yang tidak dipakai atau diisi seluruhnya maka ruangan yang masih tersisa harus diberi garis penutup berbentuk huruf “Z”. Apabila pengisian formulir SKA pada kolom uraian barang tidak cukup maka dapat digunakan formulir SKA tanbahan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan yang pengisiannya hanya kolom uraian barang, pernyataan eksportir dan pengesahan pejabat instansi penerbit SKA.
d) Penyerahan Formulir SKA
Eksportir yang memerlukan SKA tersebut kemudian menyerahkan formulir SKA yang telah diisi kepada petugas penerimaan pengurusan SKA. Penyerahan tersebut harus dilengkapi dengan dokumen-dokumen pendukung. Dokumen-dokumen
(42)
pendukung tersebut harus sesuai dengan ketentuan barang yang akan di ekspor. Untuk barang yang dikenakan ketentuan ekspor harus dilengkapi dengan fotocopy PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) yang telah disahkan oleh petugas kantor pelayanan Bea dan Cukai dipelabuhan muat atau lembar cetak PEB yang dibuat dengan pertukaran data elektronik dengan dilampiri lembar asli persetujuan ekspor, lembar asli B/L (Bill of Lading) atau fotocopi AWB (Air Way Bill) atau fotocopy Cargo Receipt, Invoice, Packing List.Barang yang dibebaskan dari ketentuan ekspor harus dilengkapi dengan kuitansi pembelian, fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi penduduk Indonesia atau paspor bagi warga negara asing atau surat kuasa dari pemilik barang apabila pelaksanaannya menggunakan perusahaan jasa titipan.
Khusus untuk ekspor barang yang menggunakan SKA form A harus dilengkapi dengan fotocopy PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) yang telah disahkan oleh petugas Bea dan Cukai di pelabuhan muat atau lembar cetak PEB yang dibuat dengan cara pertukaran data elektronik dengan dilampiri lembar asli persetujuan ekspor, lembar asli B/L(Bill of Lading) atau fotocopy AWB (Air Way Bill) atau fotocopy Cargo Receipt, Invoice, Packing List, struktur biaya per Unit dalam Dollar Amerika Serikat, dan surat penegasan bila jenis barang yang akan di ekspor sama dengan sebelumnya, pernyataan permohonan SKA Form A apabila permohonan SKA adalah eksportir produsen (eksportir yang menangani sendiri ekspor hasil produksinya), pernyataan permohonan SKA Form A dan pernyataan produsen bila pemohon SKA bukanlah eksportir produsen.
Kelengkapan dokumen yang khusus digunakan untuk ekspor barang yang menggunakan SKA Form D, E, dan GSTP (Global System of Trade Preferences) harus dilengkapi dengan struktur biaya per unit dalam Dollar Amerika Serikat. Dan untuk barang tertentu yang tidak disertai SKA preferensi atau SKA yang dipersyaratkan secara khusus berdasarkan kesepakatan internasional wajib disertai dengan SKA Form B dan harus dilengkapi dengan fotocopy PEB (Pemberitahuan ekspor Barang) yang telah disahkan oleh petugas kantor pelayanan Bea dan Cukai di pelabuhan muat atau lembar cetak PEB yang dibuat dengan cara pertukaran data
(43)
elektronik dengan dilampiri lembar asli persetujuan ekspor, lembar asli B/L (Bill of Lading), atau fotocopy AWB (Air Way Bill) atau fotocopy Cargo Receipt, surat pernyataan permohanan SKA,Invoice, Packing List.
e) Pemeriksaan Formulir SKA
Formulir dan dokumen pendukung tersebut kemudian akan diperiksa oleh petugas penerimaan pengurusan SKA. Pemeriksaan formulir SKA mencakup kebenaran dan kelengkapan dan mencatatnya di kartu kendali. Pencatatan tersebut dengan maksud agar barang yang diekspor memenuhi ketentuan asal barang, pelaksaan ekspornya didukung dengan dokumen yang benar, pengisian mengenai uraian barang sesuai dengan dokumen yang diserahkan.
f) Penyerahan kepada Kasi Daglu
Apabila telah memenuhi persyaratan, maka formulir dan dokumen pendukung tersebut diberikan kepada Kepala Seksi Perdagangan Luar Negeri (kasi Daglu). Formulir yang telah diberikan kepada Kasi Daglu kemudian diberi pernyataan bahwa data tersebut benar dan lengkap.
g) Penyerahan Kepada Kasubdin Perdagangan
Setelah formulir diberi pernyataan oleh Kasi Daglu, selanjutnya formulir diserahkan kepada Kasubdin Perdagangan. Formulir SKA yang telah diserahkan kepada Kepala Sub Dinas Perdagangan (Kasubdin Perdagangan) akan mendapatkan paraf persetujuan.
h) Pengesahan Formulir SKA
Formulir SKA yang telah mendapatkan paraf persetujuan tersebut kemudian disahkan dengan ditandatangani dan diberi cap atau stempel oleh pejabat yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menandatangi SKA pada masing-masing instansi. Pejabat yang dimaksud adalah pejabat yang menangani perdagangan luar negeri, yang terdiri dari pejabat penandatanganan SKA yaitu pejabat yang diberi kekuasaan penuh dalam melakukan penandatanganan SKA, biasanya kepala dari instansi penerbit. Selanjutnya pejabat penandatanganan pengganti I yaitu pejabat yang diberi kekuasaan untuk menandatangani SKA bila pejabat penandatanganan
(44)
SKA berhalangan dalam menandatangani SKA yaitu Kasubdin. Bila Kasubdin perdagangan juga berhalangan dalam menandatangani formulir SKA tersebut, maka penandatanganan formulir SKA akan diserahkan kepada kepala Pejabat penandatangan Pengganti II yaitu Kasi Daglu.
i) Penerbitan SKA
Bagi permohonan SKA yang telah memenuhi persyaratan dan telah memperoleh pengesahan dari Kadisperindag, maka SKA-nya dapat diterbitkan selambat-lambatnya dalam satu hari kerja. Satu hari kerja disini maksudnya adalah dimulainya jam kerja mulai pukul 07.30 sampai dengan 15.30, sebagai contoh apabila permohonan diajukan pada pukul 07.30 maka dapat diterbitkan selambat-lambatnya pukul 15.30. Namun, bila permohonan diajukan pukul 10.00 maka dapat diterbitkan selambat-lambatnya pada pukul 10.00 pada hari kerja berikutnya.
Bagi permohonan yang tidak memenuhi persyaratan, maka Disperindag akan memberikan tanggapan dengan pemberitahuan secara tertulis mengenai penolakan penerbitan SKA dengan disertai alasan penolakan tersebut, selambat-lambatnya satu hari kerja sejak tanggal diterimanya permohonan dari eksportir yang memerlukan SKA.
Menurut salah satu staff Daglu Disperindag, penerbitan surat keterangan asal dengan cara manual biasanya digunakan apabila terjadi keadaan yang tidak diinginkan. Keadaan yang tidak diinginkan tersebut seperti pemadaman listrik, atau kerusakan sarana dan prasarana dalam melakukan proses penerbitan, misalnya komputer yang digunakan. Untuk lebih jelasnya, penerbitan surat keterangan asal dengan cara manual di Disperindag dapat digambarkan sebagai berikut :
(45)
Gambar 5
Skema Penerbitan SKA dengan Cara Manual
Sumber : Dokumen yang ada di Dipserindag yang telah dikelola oleh penulis Petugas Pelayanan
Formulir SKA
a
Eksportir yang memerlukan
SKA b
c Mengisi Formulir
d
Petugas Penerimaan Pengurusan SKA
e
Diteliti Kelengkapannya
f
KASI DAGLU
g
KASUBDIN PERDAGANGAN
h
KADISPERINDAG
i
Diterbitkan i
(46)
Penerbitan surat keterangan asal dengan sistem otomasi telah digunakan oleh Disperindag sejak tahun 2007 setelah diterbitkannya peraturan menteri Perdagangan Nomor: 43/M-DAG/PER/10/2007 pada tanggal 22 Oktober 2007 hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh staff Daglu. Penerbitan surat keterangan asal dengan sistem otomasi dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi dalam proses penyimpanan dan pengisian SKA serta kegiatan lainnya yang terkait dalam proses penerbitan SKA. Sesuai dengan hasil wawancara dengan staff Daglu Disperindag, sistem otomasi dapat dilakukan dengan tiga cara. Yang pertama dengan menggunakan media penyimpanan elektronik yaitu permohonan penerbitan SKA dengan menyampaikan data SKA dan dokumen pendukung melalui media penyimpanan elektronik, seperti CD atauflash disk.
Kemudian penerbitan dengan menggunakan e-mail, yaitu permohonan penerbitan SKA dengan menyampaikan data SKA dan dokumen pendukung melalui e-mail. Selanjutnya, dengan menggunakan sistem jaringan on line yang dapat digunakan dengan mengisi dan menyampaikan data SKA serta dokumen pendukung melalui situs website pelayanan penerbitan SKA on line.(www.skaservice.com). Menurut staff Disperindag, tujuan dari diterapkannya sistem ini adalah untuk membangun database serta melakukan penelusuran asal barang yang diekspor dari Indonesia.
Penerbitan SKA dengan sistem otomasi tidak dapat dilaksanakan apabila terjadi keadaan yang tidak diinginkan seperti bencana alam, kebakaran, pemadaman listrik, dan terjadi kerusakan atau pencurian atas sarana maupun prasarana pendukung sistem otomasi hal tersebut seperti yang telah dikemukakan oleh salah satu staff Daglu. Keadaan tersebut pastinya akan mengakibatkan penerbitan SKA dengan menggunakan sistem otomasi pada Instansi Penerbit SKA tidak dapat dilaksanakan, maka penerbitan SKA dapat dilakukan dengan menggunakan cara manual sampai keadaan tersebut dapat diatasi. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan salah satu staff Daglu, penerbitan SKA dengan sistem otomasi sebenarnya lebih praktis dibandingkan dengan cara manual, akan tetapi banyak eksportir yang memerlukan
(47)
SKA masih merasa kebingungan apabila menggunakan sistem ini. Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai sistem penerbitan dengan menggunakan teknologi oleh para eksportir. Berdasarkan dokumen yang ada di disperindag ada beberapa tahapan dalam penerbitan SKA dengan sistem otomasi, yaitu :
a) Memperoleh Formulir SKA
Eksportir yang memerlukan SKA datang ke Disperindag dengan membawa data SKA dan dokumen pendukung yang telah disimpan dalam media penyimpanan elektronik. Media penyimpanan tersebut dapat berupa CD atau flash disk yang kemudian diserahkan kepada surveyor, dokumen pendukung harus disesuaikan dengan ketentuan barang yang akan diekspor. Untuk barang yang dikenakan ketentuan ekspor, dokumen yang dilampirkan dapat berupa fotocopy PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) yang telah disahkan oleh petugas kantor pelayanan Bea dan Cukai di pelabuhan muat atau lembar cetak PEB yang dibuat dengan cara pertukaran data elektronik dengan dilampiri lembar asli persetujuan ekspor, lembar asli B/L (Bill of Lading) dan fotocopy AWB (Air Way Bill) atau fotocopy Cargo Receipt,Invoice,danPacking List. U
Untuk barang yang dibebaskan dari ketentuan ekspor dapat menggunakan dokumen berupa kuitnasi pembelian, fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan paspor untuk warga negara asing atau surat kuasa apabila pelaksanaannya menggunakan perusahaan jasa titipan. Apabila barang yang akan diekspor menggunakan SKA Form A maka menggunakan dokumen khusus berupa fotocopy PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) yang telah disahkan oleh petugas kantor pelayanan Bea dan Cukai di pelabuhan muat atau lembar cetak PEB yang dibuat dengan cara pertukaran data elektronik dengan dilampiri dengan lembar asli persetujuan ekpsor, lembar asli B/L (Bill of Lading) dan AWB (Air Way Bill) atau fotocopyCargo Receipt, Invoice, Packing List, Struktur biaya per Unit dalam Dollar Amerika Serikat, surat penegasan bila jenis barang yang akan diekspor sama dengan sebelumnya, pernyataan permohonan SKA Form A bila pemohon SKA adalah
(48)
eksportir produsen (eksportir yang menangani barang ekspor hasil produksinya), pernyataan permohonan SKA Form A dan pernyataan produsen bila pemohon SKA bukan eksportir produsen. Apabila pengekspor menggunakan SKA Form D, E, dan
GSTP(Global System of Trade Preference)maka dokumen harus dilengkapi dengan
struktur biaya per Unit dalam Dollar Amerika Serikat.
Barang tertentu yang tidak disertai SKA preferensi atau SKA yang dipersyaratkan secara khusus berdasarkan kesepakatan internasional, maka wajib disertai dengan SKA Form B dengan dilampiri dokumen berupa fotocopy PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) yang telah disahkan oleh petugas pelayanan Bea dan Cukai di pelabuhan muat atau lembar cetak PEB yang dibuat dengan cara pertukaran data elektronik dengan dilampiri persetujuan asli ekspor, lembar asli B/L (Bill of Lading) dan AWB (Air Way Bill) atau fotocopy Cargo Receipt, surat pernyataan permohonan SKA,Invoice, Packing List.
b) Pemeriksaan Formulir SKA
Setelah kelengkapan dokumen sesuai dengan ketentuan barang dilengkapi selanjutnya akan diproses oleh surveyor. Petugas surveyor kemudian akan memproses data yang ada dalam media penyimpanan elektronik dan meneliti kelengkapan SKA tersebut.
c) Pencetakan Formulir SKA
Bila data yang diserahkan oleh eksportir telah lengkap dan benar, maka surveyor dapat mengisi formulir SKA. Setelah melakukan pengisian formulir surveyorakan mencetaknya dan menyerahkan formulir SKA tersebut kepada petugas penerimaan dan pengurusan SKA di Disperindag. Surveyor akan memberitahukan kepada eksportir via phone mengenai kelengkapan data tersebut, apabila data yang diserahkan oleh eksportir belum lengkap dan benar.
d) Penyerahan Kepada Kasi Daglu
Petugas penerimaan pengurusan SKA di Disperindag kemudian melakukan pemeriksaan ulang dan mencatatnya di kartu kendali. Pencatatan di kartu kendali tersebut dengan maksud agar barang yang diekspor memenuhi ketentuan asal barang.
(49)
Pelaksaan ekspornya juga harus didukung dengan dokumen yang benar, pengisian mengenai uraian barang sesuai dengan dokumen yang diserahkan. Bila formulir SKA telah sempurna, maka data tersebut diberikan kepada kepala seksi perdagangan luar negeri (Kasi Daglu) untuk dinyatakan bahwa formulir tersebut benar dan lengkap.
e) Pemberian Paraf
Formulir SKA yang telah benar, akan diserahkan kepada Kepala Sub Dinas Perdagangan (Kasubdin Perdagangan). Untuk formulir yang sudah benar kelengkapannya akan mendapatkan paraf persetujuan.
f) Penandatanganan Formulir SKA
Formulir SKA yang telah mendapatkan paraf persetujuan tersebut kemudian disahkan dengan ditandatangani dan diberi cap atau stempel oleh pejabat yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk menandatangi SKA pada masing-masing instansi. Pejabat yang dimaksud adalah pejabat yang menangani perdagangan luar negeri, yang terdiri dari pejabat penandatanganan SKA yaitu pejabat yang diberi kekuasaan penuh dalam melakukan penandatanganan SKA, biasanya kepala dari instansi penerbit.
Selanjutnya pejabat penandatanganan pengganti I yaitu pejabat yang diberi kekuasaan untuk menandatangani SKA bila pejabat penandatanganan SKA berhalangan dalam menandatangani SKA yaitu Kasubdin. Bila Kasubdin perdagangan juga berhalangan dalam menandatangani formulir SKA tersebut, maka penandatanganan formulir SKA akan diserahkan kepada kepala Pejabat penandatangan Pengganti II yaitu Kasi Daglu.
g) Penerbitan SKA
Permohonan SKA yang telah memenuhi persyaratan dan telah memperoleh pengesahan dari Kadisperindag, maka SKA-nya dapat diterbitkan selambat-lambatnya dalam satu hari kerja. Satu hari kerja disini maksudnya adalah dimulainya jam kerja mulai pukul 07.30 sampai dengan 15.30, sebagai contoh apabila permohonan diajukan pada pukul 07.30 maka dapat diterbitkan selambat-lambatnya pukul 15.30. Namun, bila permohonan diajukan pukul 10.00 maka dapat diterbitkan
(50)
selambat-lambatnya pada pukul 10.00 pada hari kerja berikutnya. Namun bagi permohonan yang tidak memenuhi persyaratan, maka Disperindag akan memberikan tanggapan dengan pemberitahuan secara tertulis mengenai penolakan penerbitan SKA dengan disertai alasan penolakan tersebut, selambat-lambatnya satu hari kerja sejak tanggal diterimanya permohonan dari eksportir yang memerlukan SKA.
Berdasarkan hasil wawancara dengan staff Daglu di Disperindag, penerbitan surat keterangan asal dengan sistem otomasi yang melaluie-maildan jaringanon line akan lebih memudahkan bagi para eksportir yang memerlukan penerbitan SKA karena lebih praktis. Selain itu, juga memberi manfaat yang lebih kepada petugas penerbitan dalam melakukan penelusuran mengenai asal barang yang diekspor dari Indonesia, serta untuk memenuhi permintaan penerbitan SKA yang cukup banyak setiap harinya. Namun, seperti yang telah diungkapkan oleh staff Daglu hal tersebut masih saja terkendala dengan pengetahuan para eksportir yang terkadang kurang mengerti tentang teknologi dalam menunjang pelaksanaan penerbitan SKA. Untuk lebih jelasnya mengenai penerbitan SKA dengan sistem otomasi dapat digambarkan sebagai berikut :
(51)
Gambar 6
Skema Penerbitan SKA dengan Sistem otomasi
Sumber : Data Disperindag yang telah dikelola oleh penulis
Berdasarkan hasil wawancara dengan staff Daglu di disperindag, penerbitan surat keterangan asal dengan cara manual dan dengan sistem otomasi yang menggunakan media penyimpanan media elektronik terdapat suatu perbedaan. Pada dasarnya tahapan pada kedua penerbitan tersebut sama. Perbedaan antara kedua
Surveyor
b
Memproses Data
c
Petugas Penerimaan & Pengurusan SKA
d
KASI DAGLU
e
Kasubdin Perdagangan
f Kadisperindag
g Diterbitkan
f a
Eksportir yang memerlukan
(52)
penerbitan tersebut tidak begitu mencolok, tapi ada beberapa perbedaan yang dapat dilihat antara lain :
Tabel 3
Perbedaan Penerbitan dengan Cara Manual dan Sistem Otomasi Penerbitan Surat Keterangan Asal
Cara Manual Sistem otomasi
Dokumen diserahkan tanpa
menggunakan media
penyimpanan elektronik
Dokumen diserahkan dengan menggunakan media penyimpanan elektronik
Dokumen diserahan
bersamaan dengan formulir SKA
Dokumen diserahkan pada awal proses penerbitan SKA
Formulir SKA diisi oleh pemohon
Formulir SKA diisi olehsurveyor
Sumber : Data Disperindag yang telah dikelola oleh penulis
C. Hambatan dalam Penerbitan SKA
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staff Daglu di Disperindag dalam melakukan penerbitan SKA, seringkali Disperindag mengalami beberapa hambatan yang dapat memperlambat kelancaran proses penerbitan SKA. Hambatan tersebut bisa berasal dari eksportir yang ingin menerbitkan SKA atau dari instansi dan pihak negara tujuan ekspor itu sendiri. Adanya keraguan atas keabsahan atau kebenaran data SKA dari pihak yang menjadi tujuan ekspor, merupakan salah satu dari hambatan yang sering dihadapi oleh Disperindag yang kemudian akan dilakukan permintaan penerbitan surat verifikasi untuk dimintai jawaban verifikasi dari Disperindag hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh staff Daglu di Disperindag.
(53)
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 43/M-DAG/PER/10/2007, Verifikasi merupakan suatu proses penyidikan atau penelitian yang dilakukan atas permintaan pemerintah di negara tujuan ekspor barang kepada instansi penerbit atas keabsahan dan kebenaran pengisian dokumen SKA tersebut. Terjadinya verifikasi dapat disebabkan karena adanya keraguan pihak negara tujuan ekspor terhadap SKA yang telah diterbitkan tentang keabsahan atau kebenaran formulir (tanda tangan pejabat dan cap stempel dinas), kebenaran data dan informasi yang dicantumkan dalam SKA, maupun persyaratan untuk memenuhi ketentuan asal barang yang telah berlaku. Staff Daglu di Disperindag mengungkapkan bahwa untuk mengatasi permasalahan tersebut, Disperindag melakukan upaya dengan cara meneliti kembali bukti dokumen pendukung, pengadaan bahan baku, dan proses pengerjaan barang ke perusahaan eksportir yang bersangkutan. Apabila dijumpai kendala dalam proses penelitian maka, Disperindag dapat berkonsultasi dengan Direktorat Ekspor, Direktorat Hubungan Bilateral atau Direktorat Hubungan Perdagangan multilateral dan Regional. Setelah diperoleh jawaban atas permintaan verifikasi, Disperindag akan mengirimkannya langsung kepada pihak negara tujuan dengan tembusan kepada instansi penerbit tingkat pusat dan Direktorat Ekspor.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu unsur utama dalam kemajuan suatu negara, sehubungan dengan hal tersebut kendala yang paling sering dihadapi oleh Disperindag adalah kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat sebagai pelaku ekspor tentang tata cara penerbitan SKA terutama dengan sistem otomasi, hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh staff Daglu di Disperindag. Padahal SKA mempunyai peranan yang penting sebagai salah satu dokumen ekspor, dimana tanpa adanya SKA maka akan menghambat kelancaran kegiatan ekspor sehingga dapat menjadi kendala dalam proses kegiatan perdagangan internasional. Salah satu staff Daglu di Disperindag mengungkapkan bahwa Disperindag telah menyusun berbagai program untuk mengatasi kendala tersebut, diantaranya adalah dengan melaksanakan sosialisasi maupun seminar mengenai kebijakan tentang tata cara dalam melakukan penerbitan SKA terutama dengan
(54)
menggunakan sistem otomasi yang menggunakan teknologi dalam pelaksanaan penerbitannya kepada masyarakat sebagai pelaku ekspor. Dapat juga dengan melakukan koordinasi program untuk pengembangan ekspor dengan instansi terkait, maupun asosiasi dan pengusaha pelaku ekspor.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor: 43/M-DAG/PER/10/2007 tentang instansi penerbitan SKA sebagai instansi yang berwenang dalam melakukan penerbitan SKA, Disperindag harus memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan kepada masyarakat pelaku ekspor. Namun, hal tersebut masih terkendala dengan kurangnya teknologi sebagai unsur utama dalam melakukan proses penerbitan misalnya komputer sebagai sarana penunjang dalam proses penerbitan SKA hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh staff Daglu di Disperindag. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staff Daglu di disperindag, upaya yang dapat dilakukan Disperindag khususnya Departemen Luar Negeri adalah dengan melakukan koordinasi dengan kepala instansi terkait dengan permasalahan tersebut sehingga dapat meningkatkan kinerja para staff dalam melakukan penerbitan SKA.
(55)
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
Surat Keterangan Asal (SKA) merupakan suatu dokumen ekspor berdasarkan kesepakatan dalam perjanjian bilateral, regional, dan multilateral serta kesepakatan sepihak dari suatu negara yang wajib menyertakan SKA pada saat barang ekspor akan memasuki wilayah negara tersebut. SKA penting keberadaannya sebagai dokumen pelengkap dalam perdagangan internasional. Ada dua jenis SKA yang diterbitkan oleh Disperindag sebagai instansi yang berwenang dalam menerbitkan SKA, ada SKA Preferensi untuk mendapatkan keringanan bea masuk ekspor dan SKA Non Preferensi sebagai dokumen pengawas dan penyerta asal barang untuk dapat memasuki wilayah suatu negara tertentu.
Dalam menerbitkan SKA sesuai dengan peraturan menteri perdagangan RI nomor: 43/M-DAG/PER/10/2007 tentang penerbitan surat keterangan asal. Disperindag dapat menerbitkan SKA dengan dua cara, yang pertama penerbitan SKA dengan cara manual yang merupakan suatu cara yang digunakan dalam proses penyampaian dan pengisian formulir, pengolahan data, penyimpanan dan pengadministrasian SKA serta kegiatan lainnya yang terkait dalam penerbitan SKA tanpa menggunakan teknologi informasi. Yang mempunyai beberapa tahapan, antara lain pemohon membeli formulir yang diperlukan kemudian diisi sesuai dengan ketentuan, setelah itu formulir dan dokumen pendukung diserahkan kepada petugas untuk diperiksa dan dikoreksi, kemudian formulir SKA diserahkan kepada petugas yang berkepentingan untuk diberi paraf persetujuan, setelah mendapatkan pengesahan formulir SKA dapat diterbitkan setelah ditandatangani oleh pejabat penandatanganan SKA.
(1)
Gambar 6
Skema Penerbitan SKA dengan Sistem otomasi
Sumber : Data Disperindag yang telah dikelola oleh penulis
Berdasarkan hasil wawancara dengan staff Daglu di disperindag, penerbitan
surat keterangan asal dengan cara manual dan dengan sistem otomasi yang
menggunakan media penyimpanan media elektronik terdapat suatu perbedaan. Pada
dasarnya tahapan pada kedua penerbitan tersebut sama. Perbedaan antara kedua
Surveyor
b
Memproses Data
c
Petugas Penerimaan
& Pengurusan SKA
d
KASI DAGLU
e
Kasubdin Perdagangan
f
Kadisperindag
g
Diterbitkan
f
a
Eksportir yang
memerlukan
(2)
penerbitan tersebut tidak begitu mencolok, tapi ada beberapa perbedaan yang dapat
dilihat antara lain :
Tabel 3
Perbedaan Penerbitan dengan Cara Manual dan Sistem Otomasi
Penerbitan Surat Keterangan Asal
Cara Manual
Sistem otomasi
Dokumen diserahkan tanpa
menggunakan
media
penyimpanan elektronik
Dokumen
diserahkan
dengan
menggunakan
media
penyimpanan
elektronik
Dokumen
diserahan
bersamaan dengan formulir
SKA
Dokumen diserahkan pada awal proses
penerbitan SKA
Formulir
SKA
diisi
oleh
pemohon
Formulir SKA diisi oleh
surveyor
Sumber : Data Disperindag yang telah dikelola oleh penulis
C. Hambatan dalam Penerbitan SKA
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staff Daglu di Disperindag
dalam melakukan penerbitan SKA, seringkali Disperindag mengalami beberapa
hambatan yang dapat memperlambat kelancaran proses penerbitan SKA. Hambatan
tersebut bisa berasal dari eksportir yang ingin menerbitkan SKA atau dari instansi
dan pihak negara tujuan ekspor itu sendiri. Adanya keraguan atas keabsahan atau
kebenaran data SKA dari pihak yang menjadi tujuan ekspor, merupakan salah satu
dari hambatan yang sering dihadapi oleh Disperindag yang kemudian akan dilakukan
permintaan penerbitan surat verifikasi untuk dimintai jawaban verifikasi dari
Disperindag hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh staff Daglu di Disperindag.
(3)
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:
43/M-DAG/PER/10/2007, Verifikasi merupakan suatu proses penyidikan atau penelitian
yang dilakukan atas permintaan pemerintah di negara tujuan ekspor barang kepada
instansi penerbit atas keabsahan dan kebenaran pengisian dokumen SKA tersebut.
Terjadinya verifikasi dapat disebabkan karena adanya keraguan pihak negara tujuan
ekspor terhadap SKA yang telah diterbitkan tentang keabsahan atau kebenaran
formulir (tanda tangan pejabat dan cap stempel dinas), kebenaran data dan informasi
yang dicantumkan dalam SKA, maupun persyaratan untuk memenuhi ketentuan asal
barang yang telah berlaku. Staff Daglu di Disperindag mengungkapkan bahwa untuk
mengatasi permasalahan tersebut, Disperindag melakukan upaya dengan cara meneliti
kembali bukti dokumen pendukung, pengadaan bahan baku, dan proses pengerjaan
barang ke perusahaan eksportir yang bersangkutan. Apabila dijumpai kendala dalam
proses penelitian maka, Disperindag dapat berkonsultasi dengan Direktorat Ekspor,
Direktorat Hubungan Bilateral atau Direktorat Hubungan Perdagangan multilateral
dan Regional. Setelah diperoleh jawaban atas permintaan verifikasi, Disperindag
akan mengirimkannya langsung kepada pihak negara tujuan dengan tembusan kepada
instansi penerbit tingkat pusat dan Direktorat Ekspor.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu unsur utama dalam
kemajuan suatu negara, sehubungan dengan hal tersebut kendala yang paling sering
dihadapi oleh Disperindag adalah kurangnya pemahaman dan pengetahuan
masyarakat sebagai pelaku ekspor tentang tata cara penerbitan SKA terutama dengan
sistem otomasi, hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh staff Daglu di
Disperindag. Padahal SKA mempunyai peranan yang penting sebagai
salah satu
dokumen ekspor, dimana tanpa adanya SKA maka akan menghambat kelancaran
kegiatan ekspor sehingga dapat menjadi kendala dalam proses kegiatan perdagangan
internasional. Salah satu staff Daglu di Disperindag mengungkapkan bahwa
Disperindag telah menyusun berbagai program untuk mengatasi kendala tersebut,
diantaranya adalah dengan melaksanakan sosialisasi maupun seminar mengenai
kebijakan tentang tata cara dalam melakukan penerbitan SKA terutama dengan
(4)
menggunakan sistem otomasi yang menggunakan teknologi dalam pelaksanaan
penerbitannya kepada masyarakat sebagai pelaku ekspor. Dapat juga dengan
melakukan koordinasi program untuk pengembangan ekspor dengan instansi terkait,
maupun asosiasi dan pengusaha pelaku ekspor.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor:
43/M-DAG/PER/10/2007 tentang instansi penerbitan SKA sebagai instansi yang
berwenang dalam melakukan penerbitan SKA, Disperindag harus memberikan
pelayanan yang baik dan memuaskan kepada masyarakat pelaku ekspor. Namun, hal
tersebut masih terkendala dengan kurangnya teknologi sebagai unsur utama dalam
melakukan proses penerbitan misalnya komputer sebagai sarana penunjang dalam
proses penerbitan SKA hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh staff Daglu di
Disperindag. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, berdasarkan hasil wawancara
dengan salah satu staff Daglu di disperindag, upaya yang dapat dilakukan
Disperindag khususnya Departemen Luar Negeri adalah dengan melakukan
koordinasi dengan kepala instansi terkait dengan permasalahan tersebut sehingga
dapat meningkatkan kinerja para staff dalam melakukan penerbitan SKA.
(5)
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Surat Keterangan Asal (SKA) merupakan suatu dokumen ekspor berdasarkan
kesepakatan dalam perjanjian bilateral, regional, dan multilateral serta kesepakatan
sepihak dari suatu negara yang wajib menyertakan SKA pada saat barang ekspor akan
memasuki wilayah negara tersebut. SKA penting keberadaannya sebagai dokumen
pelengkap dalam perdagangan internasional. Ada dua jenis SKA yang diterbitkan
oleh Disperindag sebagai instansi yang berwenang dalam menerbitkan SKA, ada
SKA Preferensi untuk mendapatkan keringanan bea masuk ekspor dan SKA Non
Preferensi sebagai dokumen pengawas dan penyerta asal barang untuk dapat
memasuki wilayah suatu negara tertentu.
Dalam menerbitkan SKA sesuai dengan peraturan menteri perdagangan RI
nomor: 43/M-DAG/PER/10/2007 tentang penerbitan surat keterangan asal.
Disperindag dapat menerbitkan SKA dengan dua cara, yang pertama penerbitan SKA
dengan cara manual yang merupakan suatu cara yang digunakan dalam proses
penyampaian
dan pengisian formulir,
pengolahan data, penyimpanan dan
pengadministrasian SKA serta kegiatan lainnya yang terkait dalam penerbitan SKA
tanpa menggunakan teknologi informasi. Yang mempunyai beberapa tahapan, antara
lain pemohon membeli formulir yang diperlukan kemudian diisi sesuai dengan
ketentuan, setelah itu formulir dan dokumen pendukung diserahkan kepada petugas
untuk diperiksa dan dikoreksi, kemudian formulir SKA diserahkan kepada petugas
yang berkepentingan untuk diberi paraf persetujuan, setelah mendapatkan pengesahan
formulir SKA dapat diterbitkan setelah ditandatangani oleh pejabat penandatanganan
SKA.
(6)