Analisa Hidrologi TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Analisa Hidrologi

Untuk menyelesaikan persoalan drainase sangat berhubungan dengan aspek hidrologi khususnya masalah hujan sebagai sumber air yang akan di alirkan pada sistem drainase dan limpasan sebagai akibat tidak mampunyai sistem drainase mengalirkan ke tempat pembuangan akhir. Disain hidrologi diperlukan untuk mengetahui debit pengaliran.

2.2.1 Siklus Hidrologi

Siklus Hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi. Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju sleet, hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda: • Evaporasi transpirasi; Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dan sebagainya kemudian akan menguap ke angkasa atmosfer dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air awan itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun precipitation dalam bentuk hujan, salju dan es. • Infiltrasi perkolasi ke dalam tanah; Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat Universitas Sumatera Utara bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal di bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. • Air Permukaan; Air bergerak di atas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau, makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut. Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang danau, waduk, rawa, dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sistem Daerah Aliran Sungai DAS. Gambar 2.2 Siklus Hidrologi Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang berkelanjutan: 20. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Analisa Curah Hujan Rencana

Hujan merupakan komponen yang sangat penting dalam analisis hidrologi. Pengukuran hujan dilakukan selama 24 jam baik secara manual maupun otomatis, dengan cara ini berarti hujan yang diketahui adalah hujan total yang terjadi selama satu hari. Dalam analisa digunakan curah hujan rencana, hujan rencana yang dimaksud adalah hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk menghitung intensitas hujan, kemudian intensitas ini digunakan untuk mengestimasi debit rencana. Untuk berbagai kepentingan perancangan drainase tertentu data hujan yang diperlukan tidak hanya data hujan harian, tetapi juga distribusi jam jaman atau menitan. Hal ini akan membawa konsekuen dalam pemilihan data, dan dianjurkan untuk menggunakan data hujan hasil pengukuran dengan alat ukur otomatis. Dalam perencanaan saluran drainase periode ulang return period yang dipergunakan tergantung dari fungsi saluran serta daerah tangkapan hujan yang akan dikeringkan. Menurut pengalaman, penggunaan periode ulang untuk perencanaan: - Saluran Kwarter : periode ulang 1 tahun - Saluran Tersier : periode ulang 2 tahun - Saluran Sekunder : periode ulang 5 tahun - Saluran Primer : periode ulang 10 tahun Wesli, 2008, Drainase Perkotaan: 49 Rekomendasi periode ulang untuk desain banjir dan genangan dapat dilihat pada tabel berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Rekomendasi Periode Ulang Tahun untuk Desain Banjir dan Genangan Sistem Penyaluran Dasar Tipe Pekerjaan untuk pengendalian banjir di sungai Dasar dari jumlah penduduk untuk sistem drainase Tahap Awal Tahap Akhir Sungai - Rencana Bahaya - Rencana Baru - Rencana Terbaru Awal  Untuk pedesaan atau perkotaan dengan jumlah penduduk 2.000.000  Untuk perkotaan dengan jumlah penduduk 2.000.000 5 10 25 25 10 25 50 100 Sistem Drainase Primer Catchment Area 500 Ha - Pedesaan - Perkotaan dengan jumlah penduduk 500.000 - Perkotaan 500.000 jumlah penduduk 2.000.000 - Pedesaan dengan jumlah Penduduk 2.000.000 2 5 5 10 5 10 15 25 Sistem Drainase Sekunder Catchment Area 500 Ha - Pedesaan - Perkotaan dengan jumlah penduduk 500.000 - Perkotaan 500.000 jumlah penduduk 2.000.000 - Pedesaan dengan jumlah Penduduk 2.000.000 1 2 2 5 2 5 5 10 Sistem Drainase Tersier Catchment Area 10 Ha Perkotaan dan Pedesaan 1 2 Flood Control Manual, 1993, Volume I Summary of Flood Control Criteria and Guidelines: 4 Penentuan periode ulang juga didasarkan pada pertimbangan ekonomis. Analisis frekuensi terhadap data hujan yang tersedia dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain Disrtibusi Normal, distribusi Log Normal, Distribusi Log Person III, dan Distribusi Gumbel. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Analisa Frekuensi Curah Hujan

Distribusi frekuensi digunakan untuk memperoleh probabilitas besaran curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi frekuensi adalah parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi rata- rata, simpangan baku, koefisien variasi, dan koefisien skewness kecondongan atau kemencengan. Tabel 2.2 Parameter Statistik yang Penting Parameter Sampel Populasi Rata-rata    n i i X n X 1 1           dx x xf X E  Simpangan Baku standar deviasi              n i i x x n s 1 2 1 1 1       2 1 2     x E Koefisien Variasi x s CV     CV Koefisien Skewness      3 1 3 2 1 s n n x x n G n i i           3 2      x E Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan: 34 Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi. Berikut ini empat jenis distribusi frekuensi yang paling banyak digunakan dalam bidang hidrologi: - Distribusi Normal - Distribusi Log Normal - Distribusi Log Person III - Distribusi Gumbel. Universitas Sumatera Utara

2.2.3.1 Distribusi Normal

Distribusi normal atau kurva normal disebut juga distribusi Gauss. Perhitungan curah hujan rencana menurut metode distribusi normal, mempunyai persamaan sebagai berikut: S K X X T T   2.1 di mana: S X X K T T   2.2 di mana: X T = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahunan, X = nilai rata-rata hitung variat, S = deviasi standar nilai variat, K T = Faktor Frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model matematik disrtibusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang. Untuk mempermudah perhitungan, nilai faktor frekuensi K T umumya sudah tersedia dalam tabel, disebut sebagai tabel nilai variabel reduksi Gauss Variable reduced Gauss, seperti ditunjukkan dalam Tabel 2.3. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.3 Nilai Variabel Reduksi Gauss No. Periode ulang,T tahun Peluang K T 1 1,001 0,999 -3,05 2 1,005 0,995 -2,58 3 1,010 0,990 -2,33 4 1,050 0,950 -1,64 5 1,110 0,900 -1,28 6 1,250 0,800 -0,84 7 1,330 0,750 -0,67 8 1,430 0,700 -0,52 9 1,670 0,600 -0,25 10 2,000 0,500 0 11 2,500 0,400 0,25 12 3,330 0,300 0,52 13 4,000 0,250 0,67 14 5,000 0,200 0,84 15 10,000 0,100 1,28 16 20,000 0,050 1,64 17 50,000 0,020 2,05 18 100,000 0,010 2,33 19 200,000 0,005 2,58 20 500,000 0,002 2,88 21 1000,000 0,001 3,09 Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan: 37

2.2.3.2 Distribusi Log Normal

Dalam distribusi Log Normal data X diubah kedalam bentuk logaritmik Y = log X. Jika variabel acak Y = log X terdistribusi secara normal, maka X dikatakan mengikuti distribusi Log Normal. Untuk distribusi Log Normal perhitungan curah hujan rencana menggunakan persamaan berikut ini: S K Y Y T T   2.3 Universitas Sumatera Utara S Y Y K T T   2.4 di mana: Y T = perkiraan nilai yang diharapkan terjadi dengan periode ulang T-tahun, Y = nilai rata-rata hitung variat, S = deviasi standar nilai vatiat,dan K T = Faktor Frekuensi, merupakan fungsi dari peluang atau periode ulang dan tipe model matematik disrtibusi peluang yang digunakan untuk analisis peluang.

2.2.3.3 Distribusi Log Person III

Perhitungan curah hujan rencana menurut metode Log Person III, mempunyai langkah-langkah perumusan sebagai berikut: - Ubah data dalam bentuk logaritmis, X = Log X - Hitung harga rata-rata: n X X n i i    1 log log 2.5 - Hitung Harga Simpangan Baku   5 . 1 2 1 log log                  n X X s n i i 2.6 - Hitung Koefisien Kemencengan:      3 1 3 2 1 log log s n n X X n G n i i       2.7 Universitas Sumatera Utara - Hitung logritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus: s K X X T . log log   2.8 dimana: K = Variabel standar standardized variable untuk X yang besarnya tergantung koefisien kemencengan G Tabel 2.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.4 Nilai K untuk distribusi Log-Person III Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan: 43 Interval kejadian Recurrence interval, tahun periode ulang 1,0101 1,2500 2 5 10 25 50 100 Koef,G Persentase peluang terlampaui Percent chance of being exceeded 99 80 50 20 10 4 2 1 3,0 -0,667 -0,636 -0,396 - 0,420 1,180 2,278 3,152 4,051 2,8 -0,714 -0,666 -0,384 - 0,460 1,210 2,275 3,114 3,973 2,6 -0,769 -0,696 -0,368 - 0,499 1,238 2,267 3,071 2,889 2,4 -0,832 -0,725 -0,351 - 0,537 1,262 2,256 3,023 3,800 2,2 -0,905 -0,752 -0,330 - 0,574 1,284 2,240 2,970 3,705 2,0 -0,990 -0,777 -0,307 - 0,609 1,302 2,219 2,192 3,605 1,8 -1,087 -0,799 -0,282 - 0,643 1,318 2,193 2,848 3,499 1,6 -1,197 -0,817 -0,254 - 0,675 1,329 2,163 2,780 3,388 1,4 -1,318 -0,832 -0,225 - 0,705 1,337 2,128 2,706 3,271 1,2 -1,449 -0,844 -0,195 - 0,732 1,340 2,087 2,626 3,149 1,0 -1,588 -0,852 -0,164 - 0,758 1,340 2,043 2,542 3,022 0,8 -1,733 -0,856 -0,132 - 0,780 1,336 1,993 2,453 2,891 0,6 -1,880 -0,857 -0,099 - 0,800 1,328 1,939 2,359 2,755 0,4 -2,029 -0,855 -0,066 - 0,816 1,317 1,880 2,261 2,615 0,2 -2,178 -0,850 -0,033 - 0,830 1,301 1,818 2,159 2,472 0,0 -2,326 -0,842 - 0,000 - 0,842 1,282 1,751 2,051 2,326 -0,2 -2,472 -0,830 - 0,033 - 0,850 1,258 1,680 1,945 2,178 -0,4 -2,615 -0,816 - 0,066 - 0,855 1,231 1,606 1,834 2,029 -0,6 -2,755 -0,800 - 0,099 - 0,857 1,200 1,528 1,720 1,880 -0,8 -2,891 -0,780 - 0,132 - 0,856 1,166 1,448 1,606 1,733 -1,0 -3,022 -0,758 0,164 - 0,852 1,128 1,366 1,492 1,588 -1,2 -2,149 -0,732 0,195 - 0,844 1,086 1,282 1,379 1,449 -1,4 -2,271 -0,705 0,225 - 0,832 1,041 1,198 1,270 1,318 -1,6 -2,388 -0,675 0,254 - 0,817 - 0,994 1,116 1,166 1,197 -1,8 -3,499 -0,643 0,282 - 0,799 - 0,945 1,035 1,069 1,087 -2,0 -3,605 -0,609 0,307 - 0,777 - 0,895 - 0,959 - 0,980 - 0,990 -2,2 -3,705 -0,574 0,330 - 0,752 - 0,844 - 0,888 - 0,900 - 0,905 -2,4 -3,800 -0,537 0,351 - 0,725 - 0,795 - 0,823 - 0,830 - 0,832 -2,6 -3,889 -0,490 0,368 - 0,696 - 0,747 - 0,764 - 0,768 - 0,769 -2,8 -3,973 -0,469 0,384 - 0,666 - 0,702 - 0,712 - 0,714 - 0,714 -3,0 -7,051 -0,420 0,396 - 0,636 - 0,660 - 0,666 - 0,666 - 0,667 Universitas Sumatera Utara

2.2.3.4 Distribusi Gumbel

Perhitungan curah hujan rencana menurut Metode Gumbel, mempunyai perumusan sebagai berikut: SK X X   2.9 di mana: X = harga rata-rata sampel S = standar deviasi simpangan bakusampel Nilai K faktor probabilitas untuk harga-harga ekstrim Gumbel dapat dinyatakan dalam persamaan: n n Tr S Y Y K   2.10 di mana: Y n = reduced mean yang tergantung jumlah sample data n Tabel 2.5 S n = reduced standard deviation yang juga tergantung pada jumlah sample Data n Tabel 2.6 Y Tr = reduced variate, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut ini           r r Tr T T Y 1 ln ln 2.11 Table 2.7 memperlihatkan hubungan antara reduced variate dengan periode ulang. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.5 Reduced Mean, Yn N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220 20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353 30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,8396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436 40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481 50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518 60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545 70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567 80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585 90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599 100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611 Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan: 51 Tabel 2.6 Reduced Standad Deviation, Sn N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565 20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1080 30 1,1124 1,1159 1,1193 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388 40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590 50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734 60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844 70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930 80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001 90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060 100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096 Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan: 52 Table 2.7 Reduced variate, Y Tr sebagai fungsi periode ulang Periode ulang, Tr tahun Reduced variate Y Tr Periode ulang, Tr tahun Reduced variate Y Tr 2 0,3668 100 4,6012 5 1,5004 200 5,2969 10 2,2510 250 5,5206 20 2,9709 500 6,2149 25 3,1993 1000 6,9087 50 3,9028 5000 8,5188 75 4,3117 10000 9,2121 Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan: 52 Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Intensitas Hujan

Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan persatuan waktu. Sifat umum hujan adalah makin singkat hujan berlangsung intensitasnya cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula intensitasnya. Intensitas hujan diperoleh dengan cara melakukan analisis data hujan baik secara statistik maupun secara empiris. Biasanya intensitas hujan dihubungkan dengan durasi hujan jangka pendek misalnya 5 menit, 30 menit, 60 menit dan jam- jaman. Data curah hujan jangka pendek ini hanya dapat diperoleh dengan menggunakan alat pencatat hujan otomatis. Apabila data hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data hujan harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus Mononobe. 3 2 24 24 24        t R I 2.12 di mana: I = Intensitas hujan mmjam t = lamanya hujan jam R 24 = curah hujan maksimum harian selama 24 jammm. Universitas Sumatera Utara

2.2.5 Debit Rencana

Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan. Untuk drainase perkotaan dan jalan raya, sebagai debit rencana debit banjir maksimum periode ulang 5 tahun, yang mempunyai makna kemugkinan banjir maksimum tersebut disamai atau dilampaui 1kali dalam 5 tahun atau 2 kali dalam 10 tahun atau 20 kali dalam 100 tahun. Penetapan debit banjir maksimum periode 5 tahun ini berdasarkan pertimbangan: a. Resiko akibat genangan yang ditimbulkan oleh hujan relatif kecil dibandingkan dengan banjir yang ditimbulkan meluapnya sebuah sungai b. Luas lahan diperkotaan relatif terbatas apabila ingin direncanakan saluran yang melayani debit banjir maksimum periode ulang lebih besar dari 5 tahun. c. Daerah perkotaan mengalami perubahan dalam periode tertentu sehingga mengakibatkan perubahan pada saluran drainase. Perencanaan debit rencana untuk drainase perkotaan dan jalan raya dihadapi dengan persoalan tidak tersedianya data aliran. Umumnya untuk menentukan debit aliran akibat air hujan diperoleh dari hubungan rasional antara air hujan dengan limpasannya Metode Rasional. Untuk debit air limbah rumah tangga diestimasikan 25 liter perorang perhari. Adapun rumusan perhitungan debit rencana Metode Rasional adalah sebagai berikut: A I Cs C Q . . . . 278 ,  2.13 Td Tc Tc Cs   2 2 2.14 Universitas Sumatera Utara di mana: Q = Debit rencana dengan periode ulang T tahun m 3 dtk C = Koefisien aliran permukaan Cs = Koefisien tampungan oleh cekungan terhadap debit rencana I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi mmjam A = Luas daerah pengaliran km 2 . T c = Waktu konsentrasi jam T d = waktu aliran air mengakir di dalam saluran dari hulu hingga ke tempat Pengukuran jam Dalam perencanaan saluaran drainase dapat dipakai standar yang telah ditetapkan, baik debit rencana periode ulang dan cara analisis yang dipakai, tinggi jagaan, struktur saluran, dan lain-lain. Tabel 2.8 berikut menyajikan standar desain saluran drainase berdasar “ Pedoman Drainase Perkotaan dan Standar Desain Teknis”. Tabel 2.8 Kriteria desain hidrologi sistem drainase perkotaan Luas DAS ha Periode ulang tahun Metode perhitungan debit banjir 10 2 Rasional 10 – 100 2 – 5 Rasional 101 – 500 5 – 20 Rasional  500 10 – 25 Hidrograf satuan Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan: 241 Universitas Sumatera Utara

2.2.6 Koefisien Pengaliran C

Koefisien pengaliran runoff coefficient adalah perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir atau melimpas di atas permukaan tanah surface run-off dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfir hujan total yang terjadi. Besaran ini dipengaruhi oleh tata guna lahan, kemiringan lahan, jenis dan kondisi tanah. Pemilihan koefisien pengaliran harus memperhitungkan kemungkinan adanya perubahan tata guna lahan dikemudian hari. Koefisien pengaliran mempunyai nilai antara, dan sebaiknya nilai pengaliran untuk analisis dipergunakan nilai terbesar atau nilai maksimum. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.9 Koefisien Limpasan untuk metode Rasional Deskripsi Lahan karakter permukaan Koefisien Limpasan, C Business perkotaan pinggiran Perumahan rumah tunggal multiunit, terpisah multiunit, tergabung perkampungan apartemen Industri ringan berat perkerasan aspal dan beton batu bata, paving Atap Halaman, tanah berpasir datar 2 rata-rata, 2- 7 curam, 7 Halaman, tanah berat datar 2 rata-rata, 2- 7 curam, 7 Halaman kereta api Taman tempat bermain Taman, pekuburan Hutan datar, 0 – 5 bergelombang, 5 – 10 berbukit, 10 – 30 0,70 – 0,95 0,50 – 0,70 0,30 – 0,50 0,40 – 0,60 0,60 – 0,75 0,25 – 0,40 0,50 – 0,70 0,50 – 0,80 0,60 – 0,90 0,70 – 0,65 0,50 – 0,70 0,75 – 0,95 0,05 – 0,10 0,10 – 0,15 0,15 – 0,20 0,13 – 0,17 0,18 – 0,22 0,25 – 0,35 0,10 – 0,35 0,20 – 0,35 0,10 – 0,25 0,10 – 0,40 0,25 – 0,50 0,30 – 0,60 Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan: 81 Universitas Sumatera Utara T d = Waktu aliran dalam saluran Titik terjauh t o menuju saluran darainase Saluran drainase Jarak aliran Titik pengamatan Titik terjauh t o menuju saluran darainase t o = waktu yang diperlukan air untuk mengalir melalui permukaan tanah ke saluran drainase

2.2.7 Waktu Konsentari T

c Menurut Wesli 2008; 35 pengertian waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran. Pada prinsipnya waktu konsentrasi dapat dibagi menjadi: a. Inlet time t o , yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di atas permukaan tanah menuju saluran drainase b. Conduit time t d , yaitu waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di sepanjang saluran sampai titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir. Gambar 2.3 Lintasan aliran waktu inlet time t o dan conduit time t d Waktu konsentrasi besarnya sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut ini: a. Luas daerah pengaliran b. Panjang saluran drainase t o Universitas Sumatera Utara c. Kemiringan dasar saluran d. Debit dan kecepatan aliran Harga T c ditentukan dengan menggunakan rumus seperti berikut ini: d c t t T   2.15 167 . 28 . 3 3 2      S n x L x x t o 2.16 V L t s d 60  2.17 di mana: T c = Waktu Konsentrasi jam t o = Inlet time ke saluran terdekat menit t d = Conduit time sampai ke tempat pengukuran menit n = angka kekasaran manning S = kemiringan lahan m L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan m Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran m V = kecepatan aliran di dalam saluran mdtk . Universitas Sumatera Utara

2.3 Analisa Hidrolika