2.2 Antibiotik 2.2.1 Pengertian Antibiotika
Antibiotika adalah bahan kimia yang dihasilkan oleh mikroba seperti bakteri dan jamur, yang dalam konsentrasi tertentu mempunyai kemampuan menghambat
pertumbuhan mikroba lain. Berdasarkan definisi ini, bahan yang dapat dianggap sebagai antibiotika adalah hasil alamiah saja. Akan tetapi yang termasuk kategori
ini juga adalah bahan-bahan antibiotika semi sintetis yang merupakan hasil modifikasi bahan kimia antibiotika alam dan transformasi mikrobiologi dari
bahan-bahan sintetis Hadisahputra dan Harahap, 1994. Antimikroba harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat tersebut haruslah
bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes Setiabudy dan Gan, 2007.
2.2.2 Penggunaan Antibiotika dalam Peternakan
Pengunaan antibiotika pada hewan dilakukan peternak bertujuan untuk mencegah dan mengobati ternak dari serangan penyakit dan juga sebagai hormon
pertumbuhan bagi ternak bila diberikan dalam dosis kecil. Pada usaha peternakan modern, imbuhan pakan sudah umum digunakan. Suplemen ini dimaksudkan
untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pakan dengan mengurangi mikroorganisme pengganggu patogen atau meningkatkan populasi
mikroba yang menguntungkan di dalam saluran pencernaan Rahayu, 2009.
2.2.3 Residu Antibiotika
Tiap senyawa anorganik atau organik, baik yang berupa obat-obatan, mineral atau hormon yang masuk atau dimasukkan ke dalam tubuh individu, akan
mengalami berbagai proses yang terdiri dari absorbsi, distribusi, metabolisme dan
eliminasi. Kecepatan proses biologik tersebut di atas tergantung kepada jenis dan bentuk senyawa, cara masuknya dan kondisi jaringan yang memprosesnya.
Apabila bahan tersebut dimasukkan melalui mulut, penyerapan terjadi di dalam saluran pencernaan yang sebagian besar dilakukan oleh usus. Setelah terjadi
penyerapan, senyawa yang berbentuk asli akan di metabolisme menjadi metabolitnya akan dibawa oleh darah dan akan didistribusikan ke seluruh bagian
tubuh. Eliminasi akan dilakukan terutama oleh ginjal, dalam bentuk kemih dan lewat usus dalam bentuk tinja. Senyawa-senyawa dalam bentuk asli maupun
metabolitnya akan tertinggal atau tertahan di dalam jaringan untuk waktu tertentu tergantung pada waktu paruh senyawa tersebut atau metabolitnya. Pada kondisi
ternak yang sehat kecepatan eliminasi akan jauh lebih cepat daripada ternak sakit. Dalam keadaan tubuh lemah atau terdapat gangguan alat metabolisme, maka
eliminasi obat akan terganggu. Apabila senyawa-senyawa tersebut diberikan dalam waktu yang lama, maka akan terjadi timbunan senyawa atau metabolitnya
di dalam tubuh, itulah yang disebut dengan residu. Jadi residu obat adalah akumulasi dari obat atau metabolitnya dalam jaringan atau organ hewanternak
setelah pemakaian obat hewan Rahayu, 2009. 2.3
Kloramfenikol 2.3.1 Uraian Umum
Rumus Molekul : C
11
H
12
Cl
2
N
2
O
5
Rumus Bangun :
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih
sampai putih kelabu atau putih kekuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol
95 P dan dalam 7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Serapan ultraviolet : Serapan-1 cm larutan 0,002 bv dalam air pada 278 nm
adalah 0,58 sampai 0,61 Ditjen POM, 1995. Kloramfenikol termasuk antibiotika yang paling stabil. Larutan dalam air
pada pH 6 menunjukkan kecenderungan terurai yang paling rendah. Senyawa ini cepat dan hampir sempurna diabsorpsi dari saluran cerna. Oleh karena itu
pemberian peroral menonjol Wattimena, 1990.
2.3.2 Aktivitas Antimikroba