Pembuatan Kurva Kalibrasi Kloramfenikol Baku Penetapan Kadar Kloramfenikol dalam Sampel

3.5.3.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kloramfenikol Baku

Larutan induk baku kloramfenikol dipipet sebanyak 5 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan dengan pelarut hingga garis tanda, dikocok hingga homogen sehingga diperoleh larutan kloramfenikol dengan konsentrasi 10 µgml LIB II. LIB II dipipet 0,5; 1; 3; 5; 7; 9 dan 11 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan pelarut hingga garis tanda, dikocok sampai homogen sehingga diperoleh konsentrasi 0,05; 0,1; 0,3; 0,5; 0,7; 0,9dan 1,1 µgml. Kemudian masing-masing larutan disaring dengan penyaring nitrat selulosa 0,2 µm, dan diinjeksikan ke sistem KCKT menggunakan vial autosampler sebanyak 10 µl dideteksi pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh. Selanjutnya dari luas area yang diperoleh pada kromatogram dibuat kurva kalibrasi dihitung persamaan garis regresi dan faktor korelasinya.

3.5.3.4 Penetapan Kadar Kloramfenikol dalam Sampel

Sampel ditimbang 5 g, kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifus bertutup, ditambahkan 10 ml asetonitril dikocok dengan vortex selama 30 detik, dan disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan dipisahkan dari endapan. Diulangi perlakuan dengan asetonitril terhadap endapan. Supernatan dipisahkan dari endapan dan digabungkan supernatan pertama. Gabungan supernatan ditambahkan 1,5 g NaCl, dikocok dengan vortex selama 1 menit, dan disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Supernatan dipisahkan dari endapan. Supernatan ditambahkan 5 ml n-heksana, dikocok dengan vortex selama 30 detik, dan didiamkan sampai terpisah sempurna hingga terbentuk 2 lapisan, yaitu lapisan n-heksan di bagian atas dan lapisan asetonitril di bagian bawah. Lapisan n-heksan dibuang dengan menggunakan pipet secara hati- hati. Diulangi perlakuan dengan n-heksan. Lapisan asetonitril dikeringkan dengan alat penguap. Ekstrak dilarutkan kembali dengan pelarut sampai 5 ml kemudian disaring dengan penyaring nitrat selulosa 0,2 µ m, dan diawaudarakan selama 10 menit, kemudian diinjeksikan ke sistem KCKT menggunakan vial autosampler dan dideteksi pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh dengan perbandingan fase gerak metanol-air 55:45 dan laju alir 1 mlmenit. Dilakukan sebanyak 6 kali pengulangan untuk setiap sampel. Bagan penetapan kadar kloramfenikol dalam sampel dapat dilihat pada Gambar 3. 5 gram telur yang telah disiapkan ditambah 10 ml asetonitril dikocok 30 detik dengan vortex disentrifus 10 menit supernatan dan endapan supernatan endapan ditambah 10 ml asetonitril dikocok 30 detik dengan vortex disentrifus 10 menit supernatan dan endapan supernatan endapan dipisahkan dipisahkan Gambar 4. Bagan penetapan kadar kloramfenikol dalam sampel kumpulan supernatan ditambah 1,5 g NaCl dikocok 60 detik dengan vortex disentrifus 5 menit supernatan dan endapan dipisahkan supernatan endapan ditambah 5 ml n-heksan dikocok 30 detik dengan vortex dua lapisan lapisan atas n-heksan lapisan bawah asetonitril diuapkan dilarutkan dengan pelarut sampai 5 ml larutan uji dianalisis secara KCKT kolom C18 dengan fase gerak metanol-air 55:45, laju alir 1 ml, pada panjang gelombang maksimum yang diperoleh hasil supernatan dipisahkan

3.5.3.5 Analisis Data secara Statistik