Waktu Tambat t Faktor Kapasitas k’ Resolusi Rs Selektifitas atau Faktor Pemisahan α Faktor Tailing dan Faktor Asimetri

2.4.1 Jenis Pemisahan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Berdasarkan mekanisme interaksi antara analit dengan fase diam, kromatografi cair dapat dibagi menjadi 4 metode, yaitu: kromatografi fase normal normal phase chromatography atau disebut juga kromatografi adsorpsi, kromatografi fase balik reversed phase chromatography, kromatografi penukar ion ion exchange chromatography, dan kromatografi eksklusi ukuran size exclusion chromatography Riley,1995. Kromatografi fase balik menggunakan fase diam yang relatif non polar seperti oktadesisilan ODS atau C 18 sedangkan fase geraknya relatif lebih polar dari fase diam. Kondisi kepolaran kedua fase ini merupakan kebalikan dari fase normal sehingga disebut kromatografi fase balik Meyer, 2004; Rohman, 2007.

2.4.2 Parameter Kromatografi

Ada beberapa parameter kromatografi yang digunakan secara umum yaitu:

2.4.2.1 Waktu Tambat t

R Periode waktu antara penyuntikan sampel dan puncak maksimum yang terekam oleh detektor disebut sebagai waktu rambatretention time t R . Waktu tambat merupakan fungsi dari laju alir fase gerak dan panjang kolom. Jika fase gerak mengalir lebih lambat atau kolom semakin panajng, maka waktu tambat akan semakin besar, dan sebaliknya jika fase gerak mengalir lebih cepat atau kolom semakin pendek, maka waktu tambat akan semakin kecil Meyer, 2004.

2.4.2.2 Faktor Kapasitas k’

Faktor kapasitas k’ merupakan suatu ukuran seberapa jauh senyawa tersebut berpartisi mengadsorpsi ke dalam fase diam dari fase gerak. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu senyawa ditahan untuk melewati kolom bergantung pada faktor kapasitasnya Watson, 2009. Faktor kapasitas suatu komponen dapat dinyatakan sebagai berikut : Keterangan : t = waktu yang diperlukan bagi suatu molekul-takditahan untuk melewati volume hampa t r = waktu yang diperlukan analit untuk melewati kolom

2.4.2.3 Resolusi Rs

Resolusi didefinisikan sebagai perbedaan antara waktu retensi 2 puncak yang saling berdekatan dibagi dengan rata-rata lebar puncak. Nilai resolusi harus mendekati atau lebih dari 1,5 karena akan memberikan pemisahan puncak yang baik Rohman, 2007.

2.4.2.4 Selektifitas atau Faktor Pemisahan α

Menurut Kazakevich 2007, s elektifitas α adalah kemampuan sistem kromatografi untuk membedakan analit yang berbeda. Selektifitas ditentukan sebagai rasio perbandingan faktor kapasitas k’ dari analit yang berbeda: Nilai selektifitas yang didapatkan dalam sistem KCKT harus lebih besar dari 1 Ornaf dan Dong, 2005.

2.4.2.5 Faktor Tailing dan Faktor Asimetri

Faktor asimetri disebut juga “tailing factor TF” yaitu terjadinya pengekoran pada kromatogram sehingga bentuk kromatogram menjadi tidak simetris Mulja dan Suharman, 1995. Idealnya, puncak kromatogram akan memperlihatkan bentuk Gaussian dengan derajat simetris yang sempurna Ornaf and Dong, 2005. Namun kenyataannya, puncak yang simetris secara sempurna jarang dijumpai. Jika diperhatikan secara cermat, maka hampir setiap puncak dalam kromatografi memperlihatkan tailing. Pada Gambar 4 ditunjukkan tiga jenis bentuk puncak. Gambar 1. Bentuk puncak kromatogram. sumber: Kazakevich, Y. 2007. Pengukuran derajat asimetris puncak dapat dihitung dengan 2 cara, yakni faktor tailing dan faktor asimetris. Faktor tailing T f dihitung dengan menggunakan lebar puncak pada ketinggian 5 W0,05, rumusnya dituliskan sebagai berikut. f W T 2 05 , = Dengan nilai f merupakan setengah lebar puncak pada ketinggian 5. Sedangkan faktor asimetri dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. 1 , 1 , a b T = Nilai a dan b dalam perhitungan faktor asimetri merupakan setengah lebar puncak pada ketinggian 10. Jika nilai T = 1, maka faktor tailing dan asimetri menunjukkan bentuk puncak yang simetris sempurna. Bila puncak berbentuk tailing, maka kedua faktor ini akan bernilai lebih besar dari 1 dan sebaliknya bila puncak berbentuk fronting, maka faktor tailing dan asimetri akan bernilai lebih kecil dari 1. Gambar 2. Pengukuran derajat asimetris puncak sumber : Meyer, V.R. 2004. 2.4.2.6 Efisiensi Kolom N Menurut Snyder and Kirkland 1979, efisiensi adalah ukuran tingkat penyebaran puncak dalam kolom. Efisiensi kolom ditunjukkan dari jumlah lempeng teoritikal atau theoretical plates N, yang dapat dihitung dengan rumus: Kolom yang efisien adalah kolom yang mampu menghasilkan pita sempit dan memisahkan analit dengan baik. Nilai lempeng akan semakin tinggi jika ukuran kolom semakin panjang, hal ini berarti proses pemisahan yang terjadi semakin baik. Hubungan antara nilai lempeng dengan panjang kolom disebut sebagai nilai HETPHigh Equivalent of a Theoretical Plate H. H dapat dihitung dengan rumus: N L H =

2.5 Komponen KCKT