Dalam konteks kekristenan, pemikiran dan sikap seperti ini dianut dan dipelopori oleh kaum pluralis. Kaum pluralis menolak semua klaim agama yang bersifat
eksklusif, absolut, unik dan final. Pluralisme menolak konsep kefinalitasan, eksklusivisme yang normatif dan keunikan Yesus Kristus. Paradigma ini
merupakan kritik atas kristosentrisme yang muncul dalam kekristenan. Menurut mereka, semua kebenaran-kebenaran dalam agama dan tentang agama adalah
relatif. Dengan demikian, pluralisme adalah suatu tantangan sekaligus bahaya yang sangat serius bagi kekristenan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk memahami konsep kaum pluralis khususnya konsep kristologinya, maka dalam bab ini, penulis akan
memaparkan mengenai pengertian pluralisme, latar belakang bangkitnya pluralisme, serta pemikiran-pemikiran Kristologi dalam pluralisme.
3.2. Pengertian Pluralisme Agama
Pluralisme
1
agama adalah istilah khusus dalam kajian agama-agama. Pluralisme agama dapat didefinisikan ke dalam tiga pengertian.
2
Pertama, ia dapat menunjuk kepada fakta kemajemukan agama yaitu fakta berbagai macam agama
disepanjang sejarah manusia dalam berbagai kebudayaan. Pluralisme agama dalam pengertian ini adalah sebuah pernyataan tentang fenomena obyektif
kemajemukan agama-agama. Kedua, pluralisme agama menunjuk kepada fakta kemajemukan agama dan kesadaran terhadap fakta tersebut. Kesadaran yang
1
Kata Pluralitas mengacu pada konteks yang didalamnya kita hidup –suatu kompleksitas
fenomena masyarakat yang terdiri dari berbagai macam kebudayaan, agama dan ideologi. Sedangkan Pluralisme adalah suatu paham, sikap yang menerima validitas atau keabsahan bahwa
semua agama adalah sama
2
Daniel B. Clendenin, Many Gods, Many Lords “an interpretative theory about how one
should handle the many competing truth-claims made by the various religions ” Grand Rapids:
Baker, 1995 hlm. 12
membawa kepada persetujuan dan pengakuan bahwa kemajemukan agama merupakan sesuatu yang baik. Ketiga, pluralisme agama dapat juga berarti
penerimaan terhadap kemajemukan agama-agama dan mengakui bahwa semua agama pada akhirnya menunju kepada realitas mendasar yang sama dan semua
orang-orang percaya dari keyakinan agama dan iman yang berbeda-beda mendapat keselamatan yang sama efektif.
Dalam pengertian yang ketiga ini, pluralisme agama merupakan suatu paham, sikap yang berupaya untuk mengakui dan menerima validitas atau
keabsahan bahwa semua agama adalah sama, sehingga dengan demikian kebenaran-kebenaran yang beragam dapat saling mengisi dan melengkapi.
Dengan kata lain, mereka saling membuka diri untuk dapat menerima semua keberadaan agama-agama yang lainnya, dengan tidak membicarakan atau
mempertajam keberbedaan pengajaran agama masing-masing. Jadi, dalam pengertian ini, pluralisme agama s
ecara sederhana berarti ”agama-agama pada hakikatnya setara, sama-sama benar dan sama-
sama menyelamatkan”. Semua agama pada dasarnya menuju pada Allah, hanya jalannya yang berbeda-beda.
Sehubungan dengan pengertian di atas tersebut, maka David Breslaur seperti yang dikutip oleh Wisma Pandia menyebut pluralisme sebagai: suatu
situasi dimana bermacam-macam agama berinteraksi dalam suasana saling menghargai dan dilandasi kesatuan rohani meskipun mereka berbeda.
3
Oleh sebab itu Newbigin memberikan pendapatnya yaitu: Perbedaan-perbedaan antara agama-
agama adalah bukan pada masalah kebenaran dan ketakbenaran, tetapi tentang perbedaan persepsi terhadap satu kebenaran; ini berarti bahwa berbicara tentang
3
Wisma Pandia, Teologi Pluralisme Agama-agama Tangerang : Literatur Sekolah Tinggi Theologi Injili Philadelphia hlm. 4-5
kepercayaan-kepercayaan keagamaan sebagai benar atau salah adalah tidak diperkenankan. Selanjutnya Newbigin mengatakan, bahwa Kepercayaan
keagamaan adalah masalah pribadi. Setiap orang berhak untuk mempercayai iman masing-masing.
4
Walaupun pada kenyataannya bahwa masalah agama bukanlah semata-mata masalah pribadi tetapi juga masalah sosial. Dimana pada dasarnya
semua orang saling berhubungan antara satu dengan yang lain baik dalam lingkungan maupun dalam suatu komunitas.
Dari definisi di atas, tampak bahwa pluralisme tidak menolak perbedaan tetapi menerimanya, malah menolak konsep eksklusivisme yang menganggap
dirinya sendiri yang paling benar dan berbeda dari agama lain sehingga dapat mengganggu kesatuan yang diinginkan. Pluralisme mengusulkan agar para
pemeluk agama mengakui kebenaran dari semua bentuk keagamaan dan meninggalkan klaim-
klaim masa lalu tentang bentuk agama yang “satu-satunya” atau yang tertinggi. Pluralisme memberikan satu format keagamaan yang baru,
yaitu semua agama pada dasarnya sama-sama benar dan sama-sama menyelamatkan.
3.3. Latar Belakang Bangkitnya Pluralisme Agama