Pendahuluan T1 712007702 BAB III

BAB III LATAR BELAKANG DAN PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KRISTOLOGI DALAM PLURALISME AGAMA

3.1. Pendahuluan

Setiap agama di Indonesia, tidak dapat memungkiri fakta adanya fenomena pluralitas agama dan pengaruhnya dalam kehidupan bersama. Akan tetapi, di satu sisi, semua agama dan pemeluk agama memiliki klaimnya masing- masing mengenai keabsolutan kebenaran-kebenaran yang diimani atau yang diminati oleh masing-masing agama. Dengan adanya eksistensi agama, di tengah kemajemukan dan keunikan agama, maka sangat berpotensi untuk melahirkan fanatisme terhadap agama sendiri, dan antipati terhadap orang yang memeluk agama lain. Oleh karena itu, para tokoh-tokoh agama terus mengadakan pertemuan-pertemuan untuk berdialog dengan tujuan meningkatkan toleransi antar umat beragama. Di kalangan Kristen sendiri, metode dialogis merupakan kekuatan yang sangat diandalkan. Namun, tanpa disadari metode dialog telah merubah arti dan hakikat masing-masing agama, termasuk merubah arti dan hakikat agama Kristen. Hal ini dikarenakan metode dialog telah melangkah lebih jauh dari metode dialog sebelumnya. Dimana, sebelumnya dialog dilihat hanya sebagai wadah persekutuan antar umat beragama; akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, dialog menjadi usaha masing-masing agama untuk mempelajari kebenaran agama lain sampai pada taraf menerima keabsahan, kebenaran semua agama. Dalam konteks kekristenan, pemikiran dan sikap seperti ini dianut dan dipelopori oleh kaum pluralis. Kaum pluralis menolak semua klaim agama yang bersifat eksklusif, absolut, unik dan final. Pluralisme menolak konsep kefinalitasan, eksklusivisme yang normatif dan keunikan Yesus Kristus. Paradigma ini merupakan kritik atas kristosentrisme yang muncul dalam kekristenan. Menurut mereka, semua kebenaran-kebenaran dalam agama dan tentang agama adalah relatif. Dengan demikian, pluralisme adalah suatu tantangan sekaligus bahaya yang sangat serius bagi kekristenan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka untuk memahami konsep kaum pluralis khususnya konsep kristologinya, maka dalam bab ini, penulis akan memaparkan mengenai pengertian pluralisme, latar belakang bangkitnya pluralisme, serta pemikiran-pemikiran Kristologi dalam pluralisme.

3.2. Pengertian Pluralisme Agama