Sistim Organisasi di Jemaat

39 dan mengikatkan diri dengan gereja-gereja kristen Jawa lain yang diwujudkan dalam persidangan klasis maupun sinode dan visitasi yaitu perkunjungan gerejawi baik oleh visitator klasis mau pun sinode Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ 2005 pasal 2. Misi GKJ merupakan operasionalisasi dari visi GKJ;  Pertama, menjadi Gereja yang terus menerus diperbarui berdasarkan firman Tuhan. Pembaruan itu antara lain terwujud dalam upaya memupuk spiritualitas, memelihara penghayatan akan kehadiran Allah dalam seantero kehidupan, serta memelihara relasinya dengan Allah secara sungguh-sungguh.  Kedua, menjadi gereja yang meneladan Yesus Kristus dalam seluruh kehidupannya dengan cara hadir di tengah dunia sebagai teladan kebenaran dan kekudusan.  Ketiga, menjadi gereja yang mewujudnyatakan keselamatan dalam kehidupannya dan dalam keutuhan ciptaan, dengan memupuk semangat eukumenis, peduli lingkungan, memperjuangkan terwujudnya keadilan dan damai sejahtera bagi semua umat manusia.

4.1.1 Sistim Organisasi di Jemaat

GKJ dapat terdiri dari gereja induk dan pepanthan. Jika satu atau beberapa pepanthan telah memenuhi syarat sebagai GKJ seperti dalam pasal 2 dalam tata gereja, maka pepanthan tersebut dapat didewasakan. Syarat-syarat bagi pepanthan yang akan didewasakan adalah; mempunyai motivasi yang sehat sesuai dengan nilai-nilai kristiani. Mempunyai tujuan demi perkembangan gereja yang baik yang mendewasakan mau pun didewasakan. Memiliki kemampuan untuk memerintah, mengembangkan, membiayai 40 diri sendiri. Mempunyai jumlah warga gereja sekurang-kurangnya 150 orang. Warga dewasa sekurang-kurangnya 10 yang bersedia menjadi pejabat gerejawi. Memiliki kemampuan keuangan gereja 40 dari anggaran pendapatan belanja gereja APBG per tahun. Dapat dipakai untuk mencukupi kebutuhan biaya hidup pendeta gereja dan kebutuhan pelayanan. Memiliki tempat ibadah yang menjamin keberlangsungan ibadah Tata Laksana GKJ 2005 pasal 4 ayat 1. Warga GKJ adalah orang yang dibabtis di GKJ tercatat dalam buku induk gereja dan orang yang pindah dari gereja lain menjadi warga GKJ Tata GKJ 2005 pasal 6. Warga yang dari gereja anggota PGI Persekutuan Gereja Indonesia diterima dengan surat atestasi pindah. Jika bukan dari sesama anggota PGI maka akan diterima dengan syarat diadakan percakapan dan diwartakan selama dua kali ibadah minggu. Jika tidak ada keberatan dari anggota jemaat, maka akan diterima menjadi warga GKJ. Hilangnya status sebagai warga GKJ jika; Pindah ke gereja lain, meninggalkan iman Kristen, meninggal dunia Tata laksana GJK pasal 4 ayat 4 Secara tegas dalam pokok - pokok ajaran gereja dan tata laksana Gereja Kristen Jawa tidak menyebutkan defenisi atau arti pendeta GKJ. Namun dalam dalam peraturan kesejahteraan vicaris, pendeta, pendeta emeritus dan karyawan GKJ dikatakan bahwa pendeta adalah orang yang diberikan hak khusus karena jabatan dan tanggungjawab seperti yang diatur dalam tata gereja. Ada pun kewajibannya; menjaga dan menjunjung tinggi nama baik gereja dan lembaga gereja. Melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan gereja dan lembaga gereja. Sedangkan dalam peraturan pembimbingan dan ujian calon pendeta sinode GKJ memberi tekanan bahwa pendeta adalah sebagai pelayan jemaat yang merupakan salah satu sumber daya manusia gereja 41 yang mengemban mandat untuk membangun jemaat. Usia pensiun pendeta adalah 60 tahun Peraturan Pembimbingan dan Ujian Calon Pendeta sinode GKJ Salatiga 2005. Pendeta dalam GKJ direkrut dengan ketentuan; seorang yang belum berjabatan pendeta dan harus melalui proses pencalonan, pemilihan, pemanggilan, pembimbingan, pendampingan, ujian calon pendeta, vikariat dan penabisan. Bagi yang sudah berjabatan pendeta harus melalui pencalonan, pemilihan, pemanggilan dan peneguhan. Jika sudah berjabatan pendeta tetapi berasal dari gereja lain anggota PGI harus melalui pencalonan, pemilihan, pemanggilan, pembimbingan, pendampingan, ujian calon pendeta dan peneguhan. Ada pun persyaratannya; Warga sidi GKJ atau yang lain anggota PGI, telah menamatkan pendidikan minimal S1 dari pendidikan teologi yang didukung GKJ. Bersedia menerima pokok-pokok ajaran GKJ, Tata Geraja dan Tata Laksana. Memiliki kemampuan dan bersedia menjadi pendeta sebagai panggilan spiritualitas. Syarat tambahan dapat ditentukan oleh majelis gereja sesuai dengan konteks kebutuhan setempat. Dalam status kependetaan, diatur sebagai berikut; Pendeta GKJ pada hakikatnya adalah pendeta GKJ pada jemaat tertentu, memiliki kewenangan dan keabsahan pelayanan dilingkup klasis, sinode dan gereja lain anggota PGI. Pendeta GKJ pada hakikatnya adalah pelayan penuh waktu, dan tidak merangkap sebagai tenaga penuh waktu di lembaga lain Tata Laksana GKJ 2005 pasal 7. Alat-alat kelengkapan GKJ adalah sidang majelis gereja, badan-badan pembantu dan administrasi. Sidang mejelis gereja terbagi atas dua; sidang majelis gereja untuk membicarakan masalah - masalah yang berkaitan dengan kehidupan gereja. Sidang majelis gereja terbuka adalah persidangan mejelis yang dihadiri oleh warga gereja, untuk 42 membicarakan masalah-masalah tertentu yang berkaitan dengan kehidupan gereja. Keputusan kedua persidangan ini ditetapkan berdasarkan alkitab, pokok-pokok ajaran GKJ, Tata Laksana GKJ, dengan mempertimbangakn keputusan klasis dan sinode. Keputusan itu wajib diterima oleh dari GKJ yang bersangkutan. Mejelis gereja dalam melaksanakan tugas panggilannya dapat mengangkat badan- badan pembantu majelis gereja. Mereka adalah kelompok orang yang diangkat sebagai komisi, panitia atau tim untuk melaksanakan tugas tertentu. Dalam menjalankan tugas, badan pembantu majelis bertanggung jawab kepada pihak majelis gereja.

4.1.2 Sistim Organisasi Klasis GKJ

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Konflik di Dalam Gereja (Tinjauan Terhadap Suatu Resolusi Konflik Dari Perspektif Teori Mediasi) T2 912012013 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Konflik di Dalam Gereja (Tinjauan Terhadap Suatu Resolusi Konflik Dari Perspektif Teori Mediasi) T2 912012013 BAB II

0 3 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Konflik di Dalam Gereja (Tinjauan Terhadap Suatu Resolusi Konflik Dari Perspektif Teori Mediasi) T2 912012013 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Konflik di Dalam Gereja (Tinjauan Terhadap Suatu Resolusi Konflik Dari Perspektif Teori Mediasi)

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Membangun Usaha Pasca Konflik T2 092010007 BAB IV

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konflik Ambon Dalam Perspektif Teori Identitas Sosial T2 752013009 BAB I

0 0 8

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konflik Ambon Dalam Perspektif Teori Identitas Sosial T2 752013009 BAB II

0 0 25

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konflik Ambon Dalam Perspektif Teori Identitas Sosial T2 752013009 BAB IV

0 1 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konflik Ambon Dalam Perspektif Teori Identitas Sosial T2 752013009 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konflik Ambon Dalam Perspektif Teori Identitas Sosial

0 0 14