Penerapan Model Pembelajaran Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR
DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN
(Studi Kuasi Eksperimen Kelas VIII SMPN 1 Pulau Panggung Tanggamus Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)
(Skripsi)
Oleh
RIYA MARIGA SARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(2)
Riya Mariga Sari
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK STRUKTUR
DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN
(Studi Kuasi Eksperimen Kelas VIII SMPN 1 Pulau Panggung Tanggamus Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
RIYA MARIGA SARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Achievement Division STAD terhadap keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII1 dan VIII4 yang dipilih dari populasi secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-U dan data kualitatif berupa hasil observasi aktivitas belajar siswa yang dianalisis secara deskriftif dan angket tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Achievement Division (STAD).
Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen dengan rata-rata N-gain 63,30 lebih tinggi dari
N-gain kelas kontrol 50,96. Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran Team Achievement Division (STAD) terhadap keterampilan proses sains siswa.
(3)
Riya Mariga Sari
iii
Peningkatan aktivitas belajar siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi (75%) dibandingkan dengan kelas kontrol (71%), aspek kemampuan bekerja sama dengan teman dan membuat kesimpulan merupakan aktivitas dengan kriteria tinggi. Hal ini terdapat pengaruh yang signifikan dari aktivitas belajar siswa pada materi pokok Struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.
Kata kunci: Model Team Achievement Division (STAD), Keterampilan Proses Sains, Aktivitas Belajar, Materi Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan.
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Airnaningan pada tanggal 17 Maret 1988, yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, pasangan bahagia Bapak Azimin dan Ibu Sayati.
Bertempat tinggal di Jl. Dusun Neglasari, Pasar Baru Kec. Airnaningan, Kab. Tanggamus 35379,
Hp. 085769773119.
Penulis mengawali pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Airnaningan, Kec. Airnaningan pada tahun (1995-2001), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Pulau Panggung, Kec. Pulau Panggung pada tahun (2001-2004), Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pulau Panggung, Kec. Pulau Panggung pada tahun (2004-2007).
Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi, dan pada tahun 2012 penulis melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN 1 Sidomulyo dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten Lampung Selatan. Penulis melakukan penelitian di SMPN 1 Pulau Panggung untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd.
(9)
ix
Moto
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka
apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”
(Q.S Al-Insyirah : 5-7)
Kegagalan adalah jenjang untuk sebuah kesuksesan bukan harus
ditangisi atau disesali
(Mario Teguh)
”Usaha yang maksimal dengan penuh semangat dan tersenyum maka
akan tersenyum dan menghasilkan hasil yang maksimal pula,
maka jangan berhenti berusaha”
(Riya Mariga Sari)
(10)
x
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin,
segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala
kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini.
Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya berkesan ini
untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:
Abahku Azimin dan umakku Sayati
Sosok mulia yang telah membesarkanku, mendidik serta mendoakanku dengan
penuh cinta dan kasih sayang yang tercurah tanpa batas dan keluh kesah
Desi Lipandri dan Fitri Yunita S.Kep
Kakak dan ayukku tersayang yang selalu memberikan motifasi untuk selalu
maju dan semangat
Guru-guruku Yang Mulia
Yang telah banyak memberikan pengalaman berarti dalam hidupku
(11)
xi
SANWACANA
Puji Syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok struktur dan fungsi jaringan tumbuhan (Studi Kuasi Eksperimen Kelas VIII SMPN 1 Pulau Panggung Tanggamus Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila
3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi 4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku pembimbing I dan pembimbing akademik atas
kesabaran, bimbingan, dan masukannya sehingga skripsi ini dapat selesai; 5. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah banyak
(12)
xii
6. Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed, selaku pembahas atas saran - saran perbaikan serta arahan untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini;
7. Riza Fuadah, S.Pd selaku Kepala SMPN 1 Pulau Panggung dan Fatma Dewi, S.Pd selaku guru mitra yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian berlangsung serta siswa-siswi kelas VIII.1 dan VIII.4 atas keceriaan dan kerjasamanya selama penelitian;
8. Penyemangat Naapudin SE, dan Keluarga Kecilku di kampus yang selalu
memberikan do’a dan semangat Sigit Dwi Nur Cahyo, Yulius Restadi K, Novi Yolanda, SP.d, Rohmaniar, Ana Yuneza, S.Pd, Aryani Dwi Kusuma W, Dwi Nur Indah Sari, Eko budiyono, S.Pd, dan Rika Permata Sari;
9. Teman-teman seperjuangan BIOMA terima kasih atas semangat yang kalian berikan;
10.kakak tingkatku angkatan 2005, 2006 dan 2007, serta adik tingkatku
angkatan 2009 yang tak dapat disebutkan satu persatu, untuk motivasinya, semoga tali persaudaraan diantara kita tetap berlanjut.
11.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua; Amin.
Bandar Lampung, 19 Desember 2014 Penulis
(13)
xiii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
F. Kerangka Pemikiran ... 6
G. Hipotesis ... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Student Team Achievement Division ... 9
B. Keterampilan Proses Sains ... 13
C. Aktivitas Siswa ... 22
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25
B. Populasi dan Sampel ... 25
C. Rancangan penelitian ... 25
D. Prosedur penelitian ... 26
E. Jenis data dan Teknik Pengambilan Data ... 34
1. Jenis Data ... 34
2. Teknik Pengambilan Data ... 34
F. Teknik Analisis Data ... 35
1. Uji Normalitas Data ... 36
2. Uji Kesamaan dua varian ... 36
3. Pengujian Hipotesis ... 36
3. Uji mann-Whitney U ... 37
G. Mendeskripsikan Keterampilan Proses Siswa ... 38
H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... ... 39
I. Angket Tanggapan Siswa ... ... 40
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43
(14)
xiv V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 56 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA ... 58 LAMPIRAN
1. Perangkat Pembelajaran... ... 62 2. Foto-foto penelitian ... 140
(15)
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hubungan antara variabel, instrumen, jenis data dan analisis data .. .... ... 35
2. Format Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa ... ... 38
3. Persentase keterampilan proses ... ... 38
4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 39
5. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa ... 40
6. Skor per jawaban angket ... 41
7. Data angket tanggapan siswa ... 41
8. Hasil uji normalitas, uji homogenitas dan uji U... 44
9. Hasil pencapaian indikator keterampilan proses sains (KPS)... 45
(16)
xvi DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pemikiran ... 6
2. Desain penelitian ... 26
3. Tanggapan siswa ... 47
4. Topik-topik materi LKK pertemuan I dan pertemuan II ... 51
5. Contoh jawaban siswa pada soal indikator mengamati... 51
6. Contoh jawaban siswa pada soal indikator mengklasifikasikan ... 52
7. Contoh jawaban siswa pada soal indikator membandingkan ... 53
(17)
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran sains memiliki komponen dasar yang tidak dapat dipisahkan yaitu produk dan proses. Selaras dengan hakikat IPA sebagai sains, maka pembelajaran IPA seharusnya mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan praktik. Kedua keterampilan tersebut diperlukan untuk
mengembangkan pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar siswa dalam pembelajaran IPA dapat diperoleh melalui keterampilan proses sains
(Prayitno, 2010: 44).
Pembelajaran IPA menekankan pada kemampuan aktivitas siswa dan keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains bagi siswa diarahkan sebagai pengembangan proses sains dasar, keterampilan praktik.
Pemberdayaan siswa dalam pengembangan keterampilan proses sains akan membentuk karakter siswa dengan sikap ilmiah, kemampuan berpikir dan bertindak kritis baik selama pembelajaran maupun dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran sebaiknya dilaksanakan dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan produk dan proses dikehidupan nyata yang ada di sekitar siswa. Keterampilan proses sains adalah keterampilan
(18)
2
mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dimiliki. Keterampilan proses sains ini menjadi roda penggerak penemuan, pengembangan fakta, dan konsep. Senada dengan hal itu, menyatakan bahwa keterampilan proses sains akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis, prestasi dan sikap siswa dalam belajar (Yunus dan Hashim, 2007: 111-112).
Keterampilan proses umumnya anak-anak mudah memahami konsep-konsep yang rumit jika disertai dengan contoh-contoh yang kongrit, contoh yang wajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan menemukan dan memperaktikan konsep sendiri melalui perlakuan terhadap fisik dan produk atau benda-benda nyata. Hasil wawancara dengan guru bidang studi Biologi di SMP Negeri 1 Pulau Panggung Tanggamus, diperoleh informasi bahwa aktivitas dan keterampilan proses siswa belum dikembangkan secara optimal karena guru menggunakan metode ceramah sehingga cenderung pasif. Kondisi siswa yang demikian, dipandang wajar bila pembelajaran biologi tergolong rendah. Sementara itu, hasil pembelajaran biologi pada ujian tengah semester ganjil menunjukkan sebagian besar (37,5%), siswa dinyatakan belum lulus dari standar KKM pembelajaran biologi yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Padahal idealnya proses belajar khususnya IPA mengembangkan konsep dengan produk dan proses. Praktek proses belajar IPA sains pada kondisi ideal belum dapat diterapkan sepenuhnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa proses belajar mengajar IPA masih menggunakan sistem konvensional dengan metode ceramah dimana guru mendominasi pembelajaran meskipun divariasi tanya jawab dengan siswa.
(19)
3
Guru lebih banyak menyampaikan materi secara langsung kepada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran sains masih dilakukan secara transfer of knowledge sehingga pembelajaran cenderung verbal dan belum
menemukan konsep sendiri tanpa mempertimbangkan proses untuk memperoleh kemampuan sains dan pengetahuan tersebut. Fenomena mengajar yang kurang melibatkan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar menyebabkan kemampuan berpikir dan keterampilan siswa kurang. Siswa jarang berdiskusi dan bekerja sama dengan siswa lain yang mengakibatkan siswa menjadi pasif sehingga keterampilan proses sains tidak berkembang. Kebanyakan siswa belum mempraktikan dan menemukan konsep sendiri melalui perlakuan terhadap fisik dan benda-benda nyata, serta menganggap bahwa IPA khususnya biologi merupakan mata pelajaran yang banyak menghafal.
Berdasarkan hal di atas maka diperlukan suatu inovasi dalam pembelajaran berupa model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Diviision
(STAD) yang dapat membantu siswa dalam penguasaan keterampilan proses sains. (KPS) siswa diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta, membangun konsep, motivasi dan kerjasama dalam kelompok, memudahkan pemecahan masalah baik dalam pembelajaran sains maupun sosial dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan daripada transfer pengetahuan (Qadriyah, 2002: 88).
(20)
4
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “ Penerapan Pengunaan Model Student Team
Achievement Division (STAD) Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada Materi Pokok Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan Siswa Kelas VIII SMP N 1 Pulau Panggung Tahun Pelajaran 2013/2014”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah pengaruh penerapan model pembelajaran STAD terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan?” Adapun rumusan masalah secara rinci yaitu:
1. apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD dapat meningkatkan secara signifikan keterampilan proses sains siswa? 2. apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD dapat
meningkatkan aktivitas siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model STAD terhadap keterampilan proses sains siswa pada materi pokok Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Adapun tujuan penelitian secara rinci yaitu : 1. mengetahui pengaruh peningkatan STAD terhadap keterampilan proses
sains siswa.
2. mengetahui pengaruh peningkatan aktivitas siswa selama pembelajaran dengan model pembelajaran STAD.
(21)
5
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi guru
a. Memberikan bahan pertimbangan bagi guru untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dengan memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat.
b. Memberi wawasan yang lebih banyak untuk mengenal penerapan model STAD dalam pembelajaran IPA.
2. Bagi peserta didik
Melatih keterampilan proses sains siswa serta memberikan suasana kelas yang berbeda dengan metode pembelajaran yang diterapkan.
3. Bagi peneliti
Memperluas pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Tipe Student Team Achievement Division (STAD).
4. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu proses belajar dalam pembelajaran di sekolah tersebut.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas maka diberikan batasan masalah sebagai berikut:
(22)
6
1. Langkah-langkah pembelajaran STAD yaitu penyajian materi, kerja kelompok, tes individu siswa, perhitungan skor perkembangan individu, evaluasi dan pemberian penghargaan kelompok.
2. Keterampilan Proses Sains diperoleh dari hasil pretes dan postes pada Materi Pokok Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan yaitu dengan Kompetensi Dasar : 2.1 “Mengidentifikasi struktur dan fungsi jaringan
tumbuhan”.
3. Indikator keterampilan proses pada penelitian ini yaitu : keterampilan mengamati, klasifikasi, membandingkan, prediksi, dan menyimpulkan. 4. Subjek penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIII, yang terdiri dari kelas VIII1, dan VIII4 SMP N 1 Pulau Panggung tahun pelajaran 2013/2014.
Penelitian ini menggunakam model STAD dalam pembelajaran IPA pada materi Pokok Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan.
F. Kerangka Pikir
Strategi STAD dalam pengajaran sains merupakan alternatif yang dapat melibatkan siswa dalam tingkah laku dan proses mental. Agar keterampilan proses sains siswa berkembang secara optimal. Pemberdayaan siswa dalam pengembangan keterampilan proses sains akan membentuk karakter siswa dengan sikap ilmiah, kemampuan berpikir dan bertindak kritis baik selama pembelajaran maupun dalam konteks kehidupan seharihari. Selama proses ini berlangsung tumbuhlah sikap sains dalam diri siswa, seperti: jujur, terbuka, pantang menyerah, keingin tahuan besar, kritis dan lain-lain.
(23)
7
Dalam keterampilan proses, siswa mengamati (prosesnya) pada LKK, serta menuliskan hasil pengamatannya kemudian hasil pengamatan itu
dipresentasikan di depan kelas dan dievaluasi oleh guru. Keterampilan proses sains dapat memotivasi belajar siswa, memberikan kesempatan untuk
menemukan dan membuktikan teori, dan membantu mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Sedangkan model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran kooperatif paling sederhana dengan langkah-langkah yang terdiri dari pembentukan kelompok siswa yang heterogen, penyajian materi oleh guru, pemberian tugas kelompok, evaluasi, dan pemberian penghargaan.
Dengan pembelajaran STAD sebagai salah satu strategi cooperative learning
dan berorientasi konstruktivistik memiliki sintaks yang menekankan aktivitas belajar pada siswa (student centered). Selain itu, strategi STAD merupakan tipe cooperativelearning yang paling sederhana dan sangat membantu bagi guru yang belum terbiasa mengaplikasikan cooperative learning, dan siswa mampu menemukan keterampilan-keterampilan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dimiliki. KPS ini menjadi roda penggerak penemuan, pengembangan fakta, dan konsep. strategi STAD membantu siswa meningkatkan prestasi belajar, minat, aktivitas
belajar, motivasi dan kerjasama anggota dalam kelompok, memudahkan pemecahan masalah baik dalam pembelajaran sains maupun pembelajaran sosial dalam kehidupan sehari-hari. STAD memberikan pengaruh yang lebih baik kerja kelompok dalam sintaks STAD dapat dikembangkan untuk
(24)
8
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X adalah variable bebas yaitu penggunan adalah STADdan variabel Y adalah variabel terikat berupa ketrampilan proses sains siswa. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram di bawah ini:
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.
G. Hipotesis
1. H0 = Penerapan model STAD tidak dapat meningkatkan secara signifikan keterampilan proses sains siswa kelas VIII SMPN 1 Pulau Panggung pada materi pokok Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan.
H1 = Penerapan model STAD dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa kelas VIII SMPN I Pulau Panggung pada materi pokok Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa.
X Y
Keterangan : X : Variabel bebas yang menggunakan Model Tipe Student Team Achievement Division Y : Variabel terikat yaitu keterampilan proses
(25)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD)
Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik bagi guru yang menggunakan pendekatan kooperatif.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran yang terdiri dari empat atau lima orang dengan struktur heterogen, heterogen dari prestasi, jenis kelamin, dan etnis. Materi dirancang untuk belajar kelompok, siswa bekerja menyelesaikan lembar kegiatan secara bersama-sama berdiskusi dan saling membantu dalam kelompoknya (Slavin, 2009: 143).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe belajar kooperatif dalam kelompok kecil yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. STAD memiliki lima tahapan, yaitu (a) tahap penyajian materi, (b) tahap kegiatan kelompok, (c) tahap tes individu, (d) tahap perhitungan skor perkembangan individu, dan (e) tahap pemberian penghargaan kelompok (Slavin, 2009: 143)
Secara rinci tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD sebagai berikut:
(26)
10
a. Tahap penyajian materi
Pada tahap ini guru memulainya dengan menyiapkan materi yang akan dipelajari dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang kandungan materi tersebut.
b. Tahap kerja kelompok
Kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas, saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Salah satu lembar kerja dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.
c. Tahap tes individu
Tahap ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai, diadakan tes secara individual atau kuis mengenai materi yang telah dipelajari dengan menggunakan pertanyaan atau lembar kerja. d. Tahap perhitungan skor perkembangan individu
Perhitungan skor perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal. penelitian ini didasarkan pada nilai pretest. Berdasarkan skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang
diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan
kemampuannya.
e. Tahap pemberian penghargaan kelompok
Penskoran kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individual yang kemudian dirata-ratakan.
(27)
11
Selanjutnya pemberian penghargaan kelompok jika skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Kategori sebagai kelompok baik, kelompok sangat baik, dan kelompok super dengan kriteria sebagai berikut : (a) kelompok dengan skor rata-rata 15 sebagai tim baik, (b) kelompok dengan skor rata 16 sebagai tim sangat baik, (c) kelompok dengan skor rata-rata 17 sebagai tim super (Slavin 2009:160).
Mempersiapkan pembelajaran kooeratif tipe STAD, guru harus menyiapkan materi yang sudah dirancang untuk keperluan kelompok. Pembentukan kelompok yaitu berdasarkan pada prestasi akademik. Selanjutnya keragaman kemampuan dalam kelompok ditentukan dengan rincian bahwa siswa
dikelompokkan menjadi 4 – 5 kelompok besar dengan kriteria sebagai berikut: satu kelompok siswa terdiri dari satu atau dua orang siswa dengan kemampuan akademik tinggi, dua siswa dengan kemampuan akademik sedang, dan satu siswa dengan kemampuan akademik rendah (Slavin, 2009:150).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran dengan siswa lainnya ataupun dengan guru, memudahkan pemahaman siswa, tidak ada persaingan individu dan siswa dapat lebih bebas bertanya kepada siswa lainnya sebab siswa merasa enggan bertanya kepada guru apabila menemukan permasalahan.
Memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran, guru memberikan kuis kepada seluruh siswa dan pada saat kuis berlangsung, tidak diperbolehkan saling membantu.
(28)
12
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD bertujuan untuk mendorong siswa agar mampu melakukan kerjasama dengan teman dalam kelompoknya, saling membantu menyelesaikan tugas-tugas, dan menerapkan keterampilan yang diberikan guru, dalam hal ini keterampilan proses sains. Melaksanakan hal tersebut, maka akan terjadi kegiatan belajar mengajar sesuai yang diharapkan. Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami materi pelajaran dan mampu menuntaskan pelajaran.
Setiap penggunaan model dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan diantaranya sebagai berikut:
1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. 3. Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok.
4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat (Slavin, 1995: 17).
Selain keunggulan tersebut, pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan-kekurangan, kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diantaranya:
1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
(29)
13
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama (Dees, 1991: 411).
Namun demikian, kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran kooperatif tipe STAD masih dapat diatasi atau diminimalkan. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat diatasi dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Kemampuan khusus yang dimiliki guru dapat diatasi dengan melakukan latihan terlebih dahulu. Sedangkan kekurangan-kekurangan yang terakhir dapat diatasi dengan memberikan pengertian kepada siswa bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, siswa merasa perlu bekerja sama dan berlatih bekerja sama dalam belajar secara kooperatif (Anonim, 2010 : 1).
B. Keterampilan Proses Sains Oleh Siswa
Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan/klasifikasi. Keterampilan proses adalah
(30)
14
yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan mendasar yang telah dikembangkan terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan (Wahyana, 1997: 144).
Keterampilan proses mencakup keterampilan berpikir/ keterampilan
intelektual yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh siswa melalui proses belajar mengajar dikelas, pembelajaran sains mengantarkan siswa untuk membangun sendiri konsepsinya dengan ketrampilan proses sains yang terbentuk pada diri siswa melalui proses yang berulang-ulang. Agar
keterampilan proses sains siswa berkembang secara optimal, siswa diarahkan untuk selalu bersikap ilmiah. Selama proses ini berlangsung tumbuhlah sikap sains dalam diri siswa, seperti: jujur, terbuka, pantang menyerah, keingin tahuan besar, kritis dan lain-lain. (Dahniar, 2009: 36-37)
Pengertian keterampilan proses dalam sains, merumuskan menjadi suatu ilmu pengetahuan tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip dapat diperoleh siswa bila memiliki kemampuan-kemampuan dasar tertentu, yaitu keterampilan proses sains yang dibutuhkan untuk mengunakan sains. Keterampilan-keterampilan dalam bidang sains itu meliputi: mengamati, mengolongkan, berkomunikasi, mengukur, mengenal, dan mengunakan hubungan
ruang/waktu, menarik kesimpulan, menyusun definisi operasional, menentukan hipotesis, mengendalikan variabel, manafsirkan data, dan bereksperimen. Berdasarkan konsep pemikiran di atas, maka pendekatan keterampilan proses diartikan sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas dan kreativitas siswa untuk
(31)
15
mengembangkan kemampuan fisik dan mental yang sudah dimiliki ke tingkat yang lebih tinggi dalam memproses perolehan belajarnya (Hamalik, 2009: 145-150).
Keterampilan proses dibagi menjadi dua tingkatan yaitu keterampilan proses tingkat dasar (basic science process skill) dan keterampilan proses terpadu (integrated science process skill). Keterampilan proses tingkat dasar meliputi observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan interferensi. Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi: menentukan variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukn variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan, dan melakukan eksperimen (Indrawati, 1999:140).
Pengamatan dilakukan penggunaan panca indra. Siswa mengamati dengan penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa prilaku yang dikerjakan siswa pada saat pengamatan antara lain: (1)
penggunaan indra-indra tidak hanya penglihatan, (2) mengorganisasikan objek-objek menurut satu sifat tertentu; (3) pengidentifikasian banyak sifat; (4) melakukan pengamatan kuantitatif; (5) melakukan pengamatan kualitatif.
Pengklasifikasian adalah pengelompokan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa prilaku siswa antara lain: (1) pengeindentifikasian suatu sifat umum (mineral yang merupakan logam dan mineral yang bukan
merupakan logam); (2) memilah-milahkan dengan mengunakan dua sifat atau lebih (mineral yang memilki celah yang dapat mengores gelas; dan mineral tampa celah dan mineral yang tidak dapat mengores gelas).
(32)
16
Penginferensiasian adalah pengunaan apa yang siswa amati untuk menjelaskan sesuatu yang telah terjadi. Penginferensiasian berlangsung melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa yang telah diamati. Beberapa prilaku siswa pada saat Penginferensiasian antara lain: (1) mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau pengetahuan terdahulu; (2) mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan.
Meramalkan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan. Ramalan-ramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan interferensi-interferensi sebelumnya. Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan apa yang mungkin di jumpai di masa yang akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan tentang mengapa suatu pengamatan terjadi beberapa prilaku siswa antara lain: (1) pengunaan data dan pengamatan yang sesuai; (2) penafsiran generalisasi tentang pola-pola; (3) pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.
Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang siswa ketahui dengan
ucapan-ucapan, kata-kata, tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik. Beberapa prilaku yang dikerjakan siswa pada saat melakukan komunikasi antara lain: (1) pemaparan pengamatan atau dengan mengunakan pembendaharaan kata yang sesuai; (2) pengembangan grafik, atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan peragaan data; (3) perancangan poster atau digram untuk menyajikan data untuk meyakinkan orang lain.
Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, obyek tersebut dibandingkan dengan suatu pengukuran. Proses ini digunakan untuk
(33)
17
melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa antara lain: (1) pengukuran panjang, volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai; (2) memilih alat dan satuan yang sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut (Trianto, 2010: 144-146).
Pelaksanaan penilaian keterampilan proses dapat dilakukan dalam beberapa bentuk pelaksanaan tersebut diantaranya:
1. Pretest dan posttest. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal dan akhir tahun sekolah.
2. Diagnostik. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa pada awal tahun ajaran
3. Penempatan kelas. Guru melaksanakan penilaian keterampilan proses sains siswa sebagai salah satu kriteria dalam penempatan kelas.
4. Bimbingan karir. Biasanya para peneliti melakukan uji coba menggunakan penilaian keterampilan proses sains untuk mengidentifikasi siswa yang memiliki potensi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dibina (Mahmuddin, 2010: 140).
Pengukuran terhadap keterampilan proses siswa, dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen tertulis. Pelaksanaan pengukuran dapat dilakukan melalui tes tertulis (paper and pencil test) dan penilaian melalui bukan tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi atau pengamatan. Penilaian dalam keterampilan proses agak sulit dilakukan melalui tes tertulis dibandingkan teknik observasi. Namun, menggunakan kombinasi kedua teknik penilaian tersebut dapat meningkatkan akurasi penilaian terhadap KPS.
(34)
18
Keterampilan proses perlu dilatih dalam pengajaran IPA karena keterampilan proses mempunyai peran-peran sebagai berikut: (a) membantu siswa belajar mengembangkan pikirannya; (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan; (c) meningkatkan daya ingat; (d) memberi kepuasan instrinsik bila anak telah berhasil melakukan sesuatu; (e) membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains. Mengembangkan
keterampilan-keterampilan proses IPA, anak akan mampu menentukan, mengembangkan sendiri fakta, konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sendiri sikap nilai yang dituntut. Keterampilan-keterampilan itu menjadi roda-roda
penggerak penemuan, pengembangan fakta, konsep serta penumbuhan pengembangan sikap dan nilai (Trianto, 2010: 148).
Melatih keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh keberhasilan belajar siswa yang optimal. Mata pelajaran akan mudah dipelajari, dipahami, dihayati, dan diingat dalam waktu yang relatif lama bila siswa sendiri memperoleh pengalaman langsung dari peristiwa belajar tersebut melalui pengamatan dan eksperimen. Selain itu, tujuan melatih keterampilan proses pada pembelajaran IPA diharapkan sebagai berikut: (a) meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena dalam melatihkan ini siswa dipacu untuk berpartisipasi secara aktif dan efisien dalam belajar; (b) menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilan produk, proses, maupun keterampilan kinerjanya; (c) menemukan dan membangun sendiri konsepsi serta dapat mendefinisikan secara benar untuk mencegah terjadinya miskonsepsi; (d) untuk lebih memperdalam konsep, pengertian, dan
(35)
19
fakta yang dipelajarinya karena dengan latihan keterampilan proses, siswa sendiri yang berusaha mencari dan menemukan konsep tersebut; (e) mengembangkan pengetahuan teori dan konsep dengan kenyataan dalam kehidupan bermasyarakat; (f) sebagai persiapan dan latihan dalam
menghadapi kenyataan hidup di dalam masyarakat, karena siswa telah dilatih keterampilan dan berpikir logis dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan (Muhammad, 2003: 40 dalam Trianto, 2010: 150).
Keterampilan proses sains memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu
pengetahuan. Keterampilan proses sains berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Menggunakan keterampilan proses sains untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 138).
Keterampilan proses sains siswa adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah. Kemampuan-kemampuan dasar tersebut meliputi keterampilan atau kemampuan berupa mengamati,
menghitung, mengukur, mengklasifikasi, membuat hipotesis, merencanakan penelitian/eksperimen, menginterpretasi data, menyusun kesimpulan, meramalkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan (Samiawan, 1986: 17).
(36)
20
1. Pendekatan keterampilan proses sains dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa. Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan. 2. Pembelajaran melalui keterampilan proses sains akan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan atau mendengarkan sejarah ilmu pengetahuan. 3. Keterampilan proses sains dapat digunakan oleh siswa untuk belajar
proses dan sekaligus produk ilmu pengetahuan (Funk, 1985: 183).
Keterampilan proses sains dapat dibedakan menjadi dua tingkatan sebagai berikut:
1. Keterampilan dasar (Basic Skills) yang terdiri dari 6 keterampilan yaitumengobservasi, mengklasifikasikan, memprediksikan, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.
2. Keterampilan terintegrasi terdiri dari 10 keterampilan yaitu
mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis,
mengidentifikasikan variabel secara oprasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 140).
Kegiatan keterampilan proses dapat dilaksanakan dengan bentuk-bentuk berikut:
a) Mengamati/mengobservasi, merupakan tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan pancaindera. Kemampuan mengamati
(37)
21
meruapakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan. Mengamati memiliki dua sifat utama, yakni sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam
pelaksanaannya hanya menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi. Mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanannya selain menggunakan panca indera, juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat.
b) Mengklasifikasikan, merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Keterampilan mengklasifikasikan siswa dapat menentukan golongan dengan mengamati persamaan, perbedaan, dan hubungan serta pengelompokkan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. c) Mengkomunikasikan, dapat diartikan sebagai menyampaikan dan
memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Contoh-contoh kegiatan
mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta, dan kegiatn lain yang sejenis.
d) Mengukur yaitu membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.
e) Memprediksi suatu prediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu
mendatang berdasarkan perkiraan pada hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
(38)
22
f) Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui (Dimyati dan Mudjiono, 2002:141).
C. Aktivitas Belajar Siswa
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu
indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.
Aktivitas belajar bermacam-macam jenisnya, kegiatan belajar terbagi menjadi 8 kelompok:
1. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral): mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara dan diskusi.
3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan: mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan suatu instrument musik dan mendengarkan siaran radio.
(39)
23
4. Kegiatan-kegiatan menulis: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat sketsa, atau rangkuman,
mengerjakan tes dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan menggambar: menggambar, membuat grafik, diagram, peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan metrik: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (similasi), menari dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan emosional: minat, membedakan, berani, tenang dan sebagainya.
8. Kegiatan-kegiatan mental: merenungkan, mengingat, memecahkan
masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan dan membuat keputusan (Hamalik, 2008:90-91).
Penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat tertentu antara lain: (1) siswa mencari sendiri informasi dan langsung mengalami sendiri, (2) berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa, (3) memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok, (4) siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual, (5) memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat, (6) membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan
(40)
24
orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa, (7) belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan
pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme, (8) kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam
masyarakat yang penuh dinamika (Hamalik, 2008: 91).
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.
(41)
III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember tahun pelajaran 2013/2014 di SMPN 1 Pulau Panggung.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP N 1 Pulau Panggung tahun pelajaran 2013/2014. Sampel penelitian ini adalah kelas VIII1 sebagai kelas eksperimen berjumlah 32 orang dan kelas VIII4 sebagai kelas kontrol berjumlah 34 orang yang dipilih secara acak dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan, yaitu purposive sampling.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental. Mengunakan desainpretes postes tak ekuivalen.Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) sedangkan kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Hasil pretes dan postes pada kedua kelompok N-gain dibandingkan.
(42)
26
Struktur desainnya adalah sebagai berikut :
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian sebagai berikut: a. Membuat surat izin penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakanya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang diteliti. c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Mengelompokkan siswa secara heterogen berdasarkan kemampuan akademik, masing-masing kelompok berjumlah 4 orang yang terdiri-dari 1 orang yang tinggi prestasi belajarnya, 2 orang yang sedang prestasi belajarnya, dan 1 orang yang rendah prestasi belajarnya. Masing-masing kelompok memiliki satu ketua kelompok.
Kelompok pretes perlakuan postes I O1 X O2 II O1 O2
Keterangan : I = Kelompok eksperimen menggunakan model STAD, II = Kelompok kontrol menggunakan metode diskusi, O1 = Pretes, O2 = Postes, X = Perlakuan eksperimen (Purwanto, 2008: 90). Gambar. 2 Desain pretes postes tak ekuivalen
(43)
27
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk setiap pertemuan.
f. Membuat instrument penelitian berupa: lembar observasi aktivitas siswa dan postes berupa esai dengan disertai jawaban untuk setiap pertemuan.
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model STAD untuk kelas eksperimen dan tanpa model STAD yaitu dengan
menggunakan metode ceramah untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan, pertemuan pertama membahas tentang Struktur dan fungsi organ Tubuh Tumbuhan sedangkan
pertemuan kedua membahas tentang Struktur Jaringan Akar, Batang, dan Daun. Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
a. Kelas eksperimen ( pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD).
1) Kegiatan Pendahuluan 1) Melakukan pretes. 2) Apersepsi.
Pertemuan I : ” Dilingkungan sekitar kita terdapat beragam tanaman, beberapa diantaranya tumbuhan tingat tinggi
(44)
28
seperti apa saja yang pernah kalian lihat yang terdapat pada tumbuhan monokotil dan dikotil?”
Pertemuan II : “Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengetahui struktur jaringan tumbuhan pada akar, batang, daun, dan bunga. Pernahkah kalian meliahat potongan melintang akar, batang, daun, dan bunga, bagaimanakah struktur jaringan yang terdapat pada organ tumbuhan tersebut?”
3) Motivasi :
Pertemuan I: ” Hari ini kita belajar mengenai struktur dan fungsi organ tumbuhan, dengan mempelajari materi ini kita akan mengetahui struktur dan fungsi akar, batang, daun, dan bunga, yang merupakan bagian organ tubuh tumbuhan?” Adakah tanaman tingkat tinggi yang pernah kalian lihat di kehidupan sehari-hari?
Pertemuan II: mengajukan pertanyaan “ Adakah manfaat yang kita peroleh dengan mempelajari struktur jaringan pada tumbuhan? Sebutkan contoh tanaman dikotil dan
monokotilnya!”
2) Kegiatan Inti 1. Eksplorasi:
1) Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang
(45)
29
(pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya, yang terdiri dari 7 kelompok yang heterogen berdasarkan tingkat intelegensi dan jenis kelamin).
topik meliputi:
(Pertemuan I) : Struktur dan fungsi organ tubuh tumbuhan. (Pertemuan II) : Struktur jaringan akar, batang, daun, dan bunga.
2) Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang berisi tugas (sesuai dengan topik pertemuan) kepada setiap kelompok yang harus dikerjakan bersama, dan menjelaskan cara mengerjakan LKK tersebut.
3) Siswa bekerja sama dalam melakukan pengamatan, serta mencatat data hasil pengamatan yang telah dilakukan bersama kelompoknya dengan penuh rasa ingin tahu dan bertanggung jawab
2. Elaborasi:
1) Siswa berdiskusi dan bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk menganalisis, mensintesis, dan menyimpulkan hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan.
2) Guru meminta siswa mengumpulkan LKK yang telah dikerjakan.
3) Siswa mempresentasikan hasil pengamatannya didepan siswa lainnya, sedangkan siswa yang lain yang belum
(46)
30
maju mendengarkan kelompok yang sedang presentasi dengan rasa hormat dan perhatian, kemudian dapat mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan, serta mengemukakan pendapatnya.
3. Konfirmasi:
1) Guru memberikan evaluasi dari hasil tugas kelompok yang telah dikerjakan oleh siswa.
2) Siswa dan guru mengadakan refleksi dengan melakukan tanya-jawab tentang materi yang belum dipahami atau belum dipahami oleh siswa
3) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan hasil penilaian terbaik.
3) Kegiatan Penutup
1) Membimbing siswa, menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah mereka lakukan.
2) Memberikan lembar soal postes dalam bentuk esai pada pertemuan kedua.
3) Membaca materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.
(47)
31
b. Kelas Kontrol (pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah).
1) Kegiatan Pendahuluan 1) Melaksanakan pretes.
2) Apersepsi
Pertemuan I :” Dilingkungan sekitar kita terdapat beragam tanaman, beberapa diantaranya tumbuhan tingat tinggi mempunyai organ-organ tubuh. Organ-organ tubuh tumbuhan seperti apa saja yang pernah kalian lihat yang terdapat pada tumbuhan monokotil dan dikotil?”
Pertemuan II : “Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk mengetahui struktur jaringan tumbuhan pada akar, batang, daun, dan bunga. Pernahkah kalian meliahat potongan melintang akar, batang, daun, dan bunga, bagaimanakah struktur jaringan yang terdapat pada organ tumbuhan tersebut?”
3) Motivasi :
Pertemuan I: Hari ini kita belajar mengenai struktur dan fungsi organ tumbuhan, dengan mempelajari materi ini kita akan mengetahui struktur dan fungsi akar, batang, daun, dan bunga, yang merupakan bagian organ tubuh tumbuhan”
(48)
32
Pertemuan II: mengajukan pertanyaan “ Adakah manfaat yang kita peroleh dengan mempelajari struktur jaringan pada tumbuhan”
2) Kegiatan Inti 1. Eksplorasi :
1)Siswa diminta duduk dalam kelompoknya masing-masing, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang (pembagian
kelompok dilakukan pada hari sebelumnya, yang terdiri dari 8 kelompok).
2)Guru menyajikan materi sebagai pengantar proses
pembelajaran. Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) pada pertemuan I : materi tentang struktur dan fungsi organ tubuh tumbuhan dan pertemuan II : materi tentang struktur jaringan akar, batang, daun, dan bunga. 3)Siswa mengkaji literatur dan mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, dan meminta bantuan dari guru mengenai kesulitan yang mereka hadapi saat mengerjakan LKK.
2. Elaborasi :
1)Siswa berdiskusi, saling mengemukakan pendapat, dan bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
(49)
33
2)Setelah masing-masing kelompok menyelesaikan LKK, guru meminta siswa mengumpulkan Lembar Kerja Kelompok.
3)Siswa mempresentasikan hasil diskusinya didepan siswa lainnya, sedangkan siswa yang lain yang belum maju mendengarkan kelompok yang sedang presentasi dengan rasa hormat dan perhatian, kemudian dapat mengajukan pertanyaan, memberikan tanggapan, serta mengemukakan pendapatnya.
3. Konfirmasi :
1)Guru memberikan evaluasi dari hasil tugas kelompok yang telah dikerjakan oleh siswa.
2)Guru mengadakan penguatan dengan menjelaskan materi yang belum dipahami oleh siswa.
3) Kegiatan penutup
1) Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan.
2) Memberikan lembar soal postes dalam bentuk esay pada pertemuan kedua.
3) Membacakan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
(50)
34
E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah : 1. Jenis Data
Data penelitian berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitataif berupa aktivitas belajar siswa dengan mengunakan angket aktivitas belajar. Data kuantitatif adalah kemampuan keterampilan proses siswa yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Kemampuan keterampilan proses ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-gain), antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemudian nilai gain dari kedua pertemuan dirata-rata.
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Pretes dan Postes
Data keterampilan proses berupa nilai pretes diambil pada setiap pertemuan yaitu pertemuan 1 sampai pertemuan 2. Nilai pretes diambil sebelum pembelajaran pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes diambil setelah
pembelajaran pada setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal esai, dengan jumlah sebanyak enam soal dengan lima alternatif jawaban.
b) Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point
(51)
35
kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.
Rubrik variabel, sub variabel, indikator, jenis data dan alat ukur data secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1. Hubungan antara variabel, instrumen, jenis data dan analisis data
F. Teknik Analisis Data 1) Analisis data
Data penelitian yang berupa nilai tes awal, tes akhir, dan skor gain pada kelompok kontrol dan eksperimen dianalisis menggunakan uji-t dengan program SPSS 17. Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula Hake (Loranz, 2008: 2) sebagai berikut:
100 _ _ _ X Y Z Y X Gain N Keterangan:
X = nilai rata-rata postes Y = nilai rata-rata pretes Z = skor maksimal
No Variabel Instrumen Jenis data dan Alat ukur
Analisis Data 1. Keterampilan
proses siswa Tes Keterampilan proses siswa Nominal dan tes tertulis Uji t
2. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran Lembar observasi aktivitas siswa
(52)
36
Sebelumnya telah dilakukan uji prasyarat berupa:
1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan
program SPSS versi 17. a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya.
2. Kesamaan Dua Varian
Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan program SPSS versi 17. a. Hipotesis
Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji
- Jika Fhit < F tab sehingga Ho diterima - Jika F hit > F tab sehingga Ho ditolak.
3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan mengunakan program SPSS 17.
(53)
37
1. Hipotesis
H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2. Kriteria Uji
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
1. Hipotesis
H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.
H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.
2. Kriteria Uji :
- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima
- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10).
4. Uji Mann-Whitney U
Apabila data yang didapatkan tidak berdistribusi normal, maka dilakukan Uji Mann-Whitney U
1. Hipotesis
Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
2. Kriteria Uji
- Jika p-value > 0,05 maka terima Ho
(54)
38
G. Mendeskripsikan Keterampilan Proses Siswa
Untuk mendeskripsikan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran IPA adalah sebagai berikut:
1) Menjumlahkan skor seluruh siswa
2) Menentukan persentase tiap indikator keterampilan proses dalam bentuk persentase dengan menggunakan rumus:
P=
N
f 100%
Keterangan : P = Persentase, f = Jumlah point kemampuan keterampilan proses siswa yang diperoleh, N = Jumlah total point kemampuan keterampil proses tiap indikator (Carolina, 2011: 27)
Tabel 2. Format Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa
No Nama Siswa Keterampilan Proses
Sains Siswa
∑ %KPS Keterangan
A B C D
1 2 3 4 Jumlah Rata-rata %KPS
Keterangan : A = Mengamati, B = Mengklasifikasikan, C= Memprediksi,
D=Membandingkan.
Setelah data diolah dan diperoleh persentase, maka keterampilan proses siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut :
Tabel 3. Persentase keterampilan proses
Persentase Katagori kemampuan
81 – 100% 61 – 80 % 41 – 60 % 21 – 40 % 0 – 20 %
tinggi sekali tinggi sedang rendah rendah sekali
(55)
39
H. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan
menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu: 1) Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:
%
100
x
n
x
i
2) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada tabel 5.
Keterangan :
A.Bekerjasama dengan teman :
1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja) 2. Bekerjasama tetapi hanya satu atau dua teman. 3. Bekerjasama baik dengan semua anggota kelompok.
Petunjuk penilaian: melihat kegiatan siswa di dalam kelas saat melakukan pengamatan dalam menyelesaikan tugas kelompok.
B.Melakukan kegiatan diskusi
1. Diam saja, tidak melakukan diskusi dalam kelompok
2. Melakukan diskusi, tapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan permasalahan
3. Melakukan diskusi dengan tepat dan sesuai dengan permasalahan Petunjuk penilaian: melihat kegiatan siswa di dalam kelas saat berdiskusi.
No Nama
Aspek yang diamati Xi
A B C D
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 2 3 4 5 Jumlah
Keterangan = Rata-rata skor aktivitas siswa, ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh,
n = Jumlah skor maksimum (18)
(56)
40
C.Membuat Kesimpulan: 1. Tidak membuat kesimpulan
2. Membuat kesimpulan tetapi tidak lengkap dan tidak sesuai dengan hasil pengamatan
3. Membuat kesimpulan lengkap tetapi tidak sesuai dengan hasil pengamatan.
Petunjuk penilaian: melihat kegiatan siswa dalam memanfaatkan sumber belajar. D. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan. 2. Jika siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil
diskusi kelompok dengan cara yang kurang sistematis,menjawab pertanyaan dengan benar.
3. Jika siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi dengan cara sistematis, menjawab pertanyaan dengan benar dan ilmiah. Petunjuk penilaian: menilai siswa saat presentasi dan menganalisis jawaban LKK siswa.
Tabel 5. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa
Interval (%) Kategori
0,00 – 29,99 Sangat Rendah
30,00 – 54,99 Rendah
55,00 – 74,99 Sedang
75,00 – 89,99 Tinggi
90,00 – 100,00 Sangat Tinggi
(Carolina, 2011: 31)
I. Angket tanggapan siswa
Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran STAD dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan siswa berisi 10 pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:
a. Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 6.
(57)
41
Tabel 6. Skor per jawaban angket Sifat Pernyataan
Skor
1 0
Positif S TS
Negatif TS S
Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju (Rahayu, 2010:29).
b. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan
kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.
Tabel 7. Data angket tanggapan siswa terhadap pengaruh penggunaan model pembelajaran STAD.
No Pernyataan S TS
1
Saya senang mempelajari materi Struktur dan fungsi jaringan tumbuhan, dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari model pembelajaran yang digunakan oleh guru. 3 Saya bingung dalam menyelesaikan masalah dengan
model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
4
Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
5 Saya merasa bosan dalam proses belajar dengan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.
6
Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
7 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.
8 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKK dengan model pembelajaran diberikan oleh guru.
(58)
42
9
Saya dapat mengarahkan sendiri cara belajar saya dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
10 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang materi pokok yang dipelajari.
Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;
S = Jumlah skor jawaban; Smaks = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002: 69).% 100
maks in
S S X
(59)
56
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan KPS siswa pada siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 1 Pulau
Panggung pada materi pokok struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
aktivitas siswapada siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 1 Pulau Panggung pada materi pokok struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.
B. Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan model STAD saat melakukan penelitian sebaiknya mengatur waktu dengan baik sehingga seluruh kegiatan yang telah direncanakan dalam RPP dapat terlaksana.
2. Dalam penerapan model STAD,sebaiknya guru maupun peneliti lebih mengarahkan atau memfokuskan siswa pada topik materi yang menjadi tugas kelompoknya masing-masing, agar hasil yang didapat tidak meluas
(60)
57
dari topik materi yang telah ditentukan, sehingga waktu yang tersedia akan lebih efektif.
(61)
58
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD. http://yankcute.blogspot.com/2013/05/keunggulan-dan-kekurangan-pembelajaran.html
Carolina, Hifni. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Berpikir Kritis Siswa. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung
Dahniar, Nani. 2009. Science Project sebagai Salah Satu Alternatif dalam Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Siswa di SMP. Dalam
http://jurnaljpi.files.wordpress.com200909vol-2-no-1-nani-dahniar.pdf(22 Juni 2013:09:30)
Dees, R. L. 1991. The Role of Cooperative Learning in Increasing Problem Solving Ability in a College Remedial Course. Journal for Research in Mathematics Education.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Farisi, Mohammad. 2007. Struktur Kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah
Dasar Dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar Siswa. dalam http://fkip. unira.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/jurnal-portal-3.pdf Funk. 1985. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, O1. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta. Hamalik, O2. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Indrawati. 1999. Belajar dan Pembelajaran sains. Rineka Cipta. Jakarta. Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.
http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0513/SLOAPHYSDisiciplineRep0513.pdf.
(62)
59
Mahmuddin. 2010. Belajar Jadi Manusia: Komponen Penilaian Keterampilan
Proses Sains. Artikel Pendidikan. Diakses 22 Juni 2013 dari
http://mahmuddin.wordpress.com/2013/04/10/komponen-penilaian-keterampilan-proses-sains/
Muhammad. 2003. Pembelajaran sekolah. Bumi Aksara. Jakarta.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Prayitno, M. 2010. Pembelajaran sekolah. Bumi Aksara. Jakarta.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
Qadriyah. 2002. Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi melalui Pembelajaran Kooperatif (Tipe STAD) pada SMP Wahid Hasyim. Malang: Universitas Negeri Malang.
Rahayu. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.
Samiawan, C. 1986. Pendekatan Keterampilan Proses. PT. Gramedia. Jakarta Setiaji, S. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement
Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Kelas VIII-4 SMPMuhammadiyah Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009. Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah: Surakarta. Dalam
http://etd.eprints.ums.ac.id/7451/1/A420050003.pdf (1 pebuari 2014 : 18 : 20)
Slavin1, R. 1995. Cooperative Learning Theory. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher.
Slavin2. 2009. Cooperative Learning Theory. Riset dan Praktik (Edisi Terjemah).
Nusa Media. Bandung.
Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT Tarsito. Bandung.
Sugiyono. 2009. Penilaian Proses hasil belajar Mengajar, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Soetardjo dan Soejitno. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Keterampilan Proses. Surabaya.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan
(63)
60
Wahyana. 1997. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Yogjakarta
Yesica dan Setiawan. 2008. Media Pendidikan: Pengembangan Pembelajaran Sains. Jakarta: Rajawali Perss.
Yunus, H.M. and Hashim, N.H. 2007. Science Process Skills ThroughEnglish Language Skills AmongYear One Pupils. Proceeding of International Conference on Science and Mathematics Education (CosMed) SEAMEO RECSAM, Malaysia.
(1)
tentang materi pokok yang dipelajari.
Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;
S = Jumlah skor jawaban; Smaks = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002: 69).% 100
maks in
S S X
(2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan KPS siswa pada siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 1 Pulau
Panggung pada materi pokok struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
aktivitas siswa pada siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 1 Pulau Panggung pada materi pokok struktur dan fungsi jaringan tumbuhan.
B. Saran
1. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan model STAD saat melakukan penelitian sebaiknya mengatur waktu dengan baik sehingga seluruh kegiatan yang telah direncanakan dalam RPP dapat terlaksana.
2. Dalam penerapan model STAD, sebaiknya guru maupun peneliti lebih mengarahkan atau memfokuskan siswa pada topik materi yang menjadi tugas kelompoknya masing-masing, agar hasil yang didapat tidak meluas
(3)
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Keunggulan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD. http://yankcute.blogspot.com/2013/05/keunggulan-dan-kekurangan-pembelajaran.html
Carolina, Hifni. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Berpikir Kritis Siswa. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung
Dahniar, Nani. 2009. Science Project sebagai Salah Satu Alternatif dalam Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains Siswa di SMP. Dalam
http://jurnaljpi.files.wordpress.com200909vol-2-no-1-nani-dahniar.pdf(22 Juni 2013:09:30)
Dees, R. L. 1991. The Role of Cooperative Learning in Increasing Problem Solving Ability in a College Remedial Course. Journal for Research in Mathematics Education.
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Farisi, Mohammad. 2007. Struktur Kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah
Dasar Dan Pengorganisasian Pengalaman Belajar Siswa. dalam http://fkip. unira.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/jurnal-portal-3.pdf Funk. 1985. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Hamalik, O1. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara: Jakarta. Hamalik, O2. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta. Indrawati. 1999. Belajar dan Pembelajaran sains. Rineka Cipta. Jakarta. Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.
http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0513/SLOAPHYSDisiciplineRep0513.pdf.
(5)
Muhammad. 2003. Pembelajaran sekolah. Bumi Aksara. Jakarta.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Prayitno, M. 2010. Pembelajaran sekolah. Bumi Aksara. Jakarta.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.
Qadriyah. 2002. Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi melalui Pembelajaran Kooperatif (Tipe STAD) pada SMP Wahid Hasyim. Malang: Universitas Negeri Malang.
Rahayu. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana. Jakarta.
Samiawan, C. 1986. Pendekatan Keterampilan Proses. PT. Gramedia. Jakarta Setiaji, S. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement
Divisions (STAD) Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Kelas VIII-4 SMPMuhammadiyah Surakarta Tahun Pelajaran 2008/2009. Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah: Surakarta. Dalam
http://etd.eprints.ums.ac.id/7451/1/A420050003.pdf (1 pebuari 2014 : 18 : 20)
Slavin1, R. 1995. Cooperative Learning Theory. Second Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publisher.
Slavin2. 2009. Cooperative Learning Theory. Riset dan Praktik (Edisi Terjemah). Nusa Media. Bandung.
Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT Tarsito. Bandung.
Sugiyono. 2009. Penilaian Proses hasil belajar Mengajar, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Soetardjo dan Soejitno. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Keterampilan Proses. Surabaya.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan
(6)
Wahyana. 1997. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Yogjakarta
Yesica dan Setiawan. 2008. Media Pendidikan: Pengembangan Pembelajaran Sains. Jakarta: Rajawali Perss.
Yunus, H.M. and Hashim, N.H. 2007. Science Process Skills Through English Language Skills Among Year One Pupils. Proceeding of International Conference on Science and Mathematics Education (CosMed) SEAMEO RECSAM, Malaysia.