12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Learned Helplessness
1. Pengertian Learned Helplessness
Kondisi learned helplessness menurut Abramson et. al dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2003 yaitu
perasaan kurang mampu mengendalikan lingkungannya yang membimbing pada sikap menyerah atau putus asa
dan mengarahkan pada atribusi diri yang kuat bahwa dia tidak
memiliki kemampuan.
Selanjutnya menurut
Peterson, Maier, Seligman dalam Cemalcilar et. al, 2003, learned helplessness adalah suatu keadaan ketika
pengalaman dengan kejadian yang tidak dapat dikontrol mengarah pada harapan bahwa kejadian
– kejadian di masa mendatang akan tidak dapat dikontrol juga.
Menurut Seligman dalam Miller, 2006, learned helplessness
adalah kecenderungan
untuk mengatribusikan kejadian sebagai:
a. Personalisasi internal: dijelaskan bahwa semua kejadian yang buruk disebabkan karena dirinya sendiri,
sedangkan kejadian yang baik disebabkan karena lingkungan
eksternal ketidakberdayaan
atau helplessness bersumber dari diri sendiri.
13
b. Secara keseluruhan
pervasif: dijelaskan
bahwa keyakinan
akan kegagalan
akan menyebabkan
kegagalan di semua aspek kehidupannya tidak terkecuali pada situasi yang spesifik ketidakberdayaan
atau helplessness di generalisasi pada semua situasi. c. Permanen: dijelaskan bahwa sesuatu itu memiliki
jangka waktu
dan tidak
akan berubah
ketidakberdayaan atau helplessness akan menjadi kronik.
Berdasarkan beberapa
pengertian yang
dikemukakan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa learned helplessness adalah kondisi dimana
seseorang merasa menyerah dan putus asa terhadap kejadian yang sedang dialaminya yang disebabkan
kegagalan yang dialami sebelumnya, ditambah lagi dengan kecenderungan dirinya untuk mengatribusikan
kejadian tersebut sebagai sesuatu yang bersifat internal, permanen dan menyeluruh.
2. Proses Terjadinya Learned Helplessness
Terdapat tiga komponen dasar terjadinya proses learned helplessness, yaitu: informasi yang tidak tentu
mengenai apa yang akan terjadi, representasi kognitif belajar, pengharapan, persepsi dan kepercayaan dan
perilaku terhadap apa yang akan terjadi. Berikut ini adalah
14
gambaran komponen dasar learned helplessness yang dikemukakan oleh Seligman 1975:
Gambar.1. Proses Terjadinya learned helplessness
Individu memiliki informasi yang tidak tentu mengenai hasil dari responnya terhadap suatu peristiwa.
Informasi ini merupakan informasi yang berasal dari lingkungan individu informasi objektif dimana respon
dan hasil dari respon merupakan dua hal yang berdiri sendiri, bukan informasi yang berasal dari individu sendiri
informasi subyektif. Informasi yang tidak tentu tersebut selanjutnya
akan diproses dan ditransformasikan di kognitifnya. Komponen representasi kognitif sistem kepercayaan
tersebut akan membangun pengharapan yang salah mengenai hasil dari responnya terhadap suatu peristiwa.
Individu merasa bahwa respon yang baik akan menghasilkan hasil yang baik pula. Tetapi, pada
kenyataannya respon yang baik tidak selalu diiringi oleh
Informasi yang tidak tentu
mengenai apa yang akan
terjadi Representasi
kognitif belajar, pengharapan,
persepsi dan kepercayaan
Perilaku terhadap apa
yang akan terjadi
15
hasil yang baik pula. Pengharapan yang salah tersebut akan menyebabkan individu tidak memiliki kontrol
terhadap suatu peristiwa dimana respon dan hasil merupakan dua hal yang bebas.
Individu yang tidak memiliki kontrol terhadap suatu peristiwa akan mengalami penurunan motivasi,
kognitif dan emosional. Ketiga penurunan tersebut akan memunculkan learned helplesseness ketidakberdayaan
yang dipelajari mengenai bagaimana perilaku individu yang akan datang.
3. Efek Learned Helplessness