17
kegagalannya disebabkan oleh ketidakmampuannya dan bukan karena bahwa mereka kurang berusaha untuk
mencapai yang lebih baik, akan cenderung menimbulkan perasaan helplessness pada diri anak. Sementara itu
menurut Qutaiba 2011 bahwa ada banyak variabel yang mempengaruhi learned helplessness diantaranya faktor
otonomi, dukungan,
self-efficacy dan
strategi penanggulangan.
5. Komponen Learned Heplessness
Teori learned helplessness lebih lanjut
dirumuskan
dengan menggunakan helpless attribution style. Mengacu pada teori learned helplessness dari Martin Seligman, ada
tiga komponen yang mempengaruhi atribusi prestasi anak di sekolah Nolen-Hoeksema et al, 1986 yaitu:
1. Locus of control: peristiwa yang terjadi dapat dikaitkan baik dengan faktor internal di bawah
kontrol individu maupun faktor ekternal tidak di bawah
kontrol individu.
Anak-anak learned
helplessness akan mengaitkan hasil positif pada faktor eksternal keberuntungan atau tes yang mudah dan
hasil negatif pada faktor internal kurangnya kemampuan. Seorang anak yang memiliki nilai ujian
yang tinggi karena kemampuannya mencerminkan locus of control internal sedangkan anak yang
18
memiliki nilai ujian yang baik oleh karena gurunya memberikan instruksi dengan baik mencerminkan
locus of control eksternal. Dalam dimensi ini diperkirakan bahwa atribusi internal untuk peristiwa-
peristiwa yang buruk akan berhubungan dengan hilangnya harga diri berikutnya.
2. Globalitas: peristiwa yang terjadi dapat dikaitkan untuk menjadi sangat spesifik hanya berlaku untuk
satu atau beberapa situasi atau menjadi global mempunyai efek yang luas pada kehidupan individu.
Jika anak mempersepsikan hasil buruk sebagai lebih global, ia akan mengharapkan peristiwa negatif terjadi
lebih sering selama beberapa bidang hidupnya. Menghubungkan peristiwa buruk dengan faktor global
akan mengakibatkan
berkurangnya kemampuan
beradaptasi, sedangkan menghubungkan peristiwa untuk
penyebab yang
lebih spesifik
akan menyebabkan kemampuan adaptasi yang rendah bisa
dikurangi. 3. Stabilitas: peristiwa yang terjadi dapat dipersepsikan
sebagai stabil
permanen atau
tidak stabil
sementara. Jika kegagalan seorang anak dipandang sebagai penyebab yang stabil kemampuan, mereka
lebih cenderung menjadi tidak berdaya. Seorang anak yang melihat hasil buruk sebagai stabil akan juga
19
berharap hasil buruk akan terulang lagi di masa depan. Dalam dimensi ini diperkirakan bahwa atribusi stabil
menyebabkan berkurangnya adaptasi yang kronis akibat peristiwa buruk yang tidak terkendali.
B. Jenis Kelas