Pembuatan Kultur Trapping . Keberadaan dan Status Fungi Mikoriza Arbuskula pada Lahan Kelapa Kopi di Berdasarkan Perbedaan Ekologi dan Tempat Tumbuh di Dairi

digunakan untuk pemerangkapan di rumah kaca berupa pot aqua cup, dan sprayer. Prosedur Penelitian 1. Pengambilan Contoh Tanah dan Akar Petak penelitian dibuat sesuai metode ICRAF Ervayenri et al., 1999. Adapun ukuran petak pengamatan yang digunakan adalah 20 m × 20 m. pengambilan contoh tanah dilakukan pada lima titik dalam satu petak ukur. Contoh tanah diambil pada daerah rizosfir atau pada kedalaman 20 cm. Berat tanah yang diambil dari setiap titik sebanyak 500 gram secara komposit. Sedangkan contoh akar tanaman diambil yaitu akar anakan kopi setiap petak. Akar tanaman diambil sebanyak lima anakan setiap petak, dengan diameter yang diambil berukuran 0.5 - 1.0 mm dengan cara memotong akar-akar halus pada tanaman agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Analisis Tanah Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan analisa awal terhadap kondisi tanah meliputi pH tanah, C-organik, dan P-tersedia untuk mengetahui sifat tanah.

2. Pembuatan Kultur Trapping .

Teknik trapping yang digunakan mengikuti metoda Brundrett et al. 1994 dengan menggunakan pot kultur terbuka. Media tanam yang digunakan berupa campuran contoh tanah dan pasir sungai. Teknik pengisian media tanam dalam pot kultur adalah pot kultur diisi dengan pasir sungai sampai setengah volume pot, kemudian dimasukkan contoh tanah dan terakhir ditutup dengan pasir sungai sehingga media tanam tersusun atas pasir sungai-contoh tanah - pasir sungai. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya benih jagung dimasukkan pada lubang tanam yang sudah diisi dengan pasir sungai, tanah kemudian ditutupi lagi dengan pasir sungai. Dari setiap contoh tanah dibuat 5 pot kultur. Disamping itu diberikan penambahan terrabuster guna merangsang pembentukan spora yang lebih baik. Perlakuan terrabuster diberikan dengan konsentrasi 0,4 sebanyak 20 ml tiap pot. Frekuensi pemberian asam humat adalah 3 x 1 minggu selama satu bulan pertama dan 1 x 1 minggu selama 1 bulan kedua. Penambahan asam humat ini diharapkan berpengaruh terhadap sporulasi fungi mikoriza. Setelah kultur berumur 8 minggu kegiatan penyiraman dihentikan dengan tujuan menkondisikan kultur pada keadaan stress kekeringan. Proses pengeringan ini berlangsung secara perlahan sehingga dapat merangsang pembentukan spora lebih banyak. Periode pengeringan ini akan berlangsung selama lebih kurang 2 minggu Pemeliharaan kultur meliputi kegiatan penyiraman, pemberian hara dan pengendalian hama secara manual. Larutan hara yang digunakan adalah Hyponex merah 25-5-20 dengan konsentrasi 1 gl. Pemberian larutan hara dilakuan setiap minggu sebanyak 20 ml tiap pot kultur. Pemanenan dilakukan setelah diasumsikan pembentukan spora-spora baru cukup baik yaitu setelah dilakukan stressing selama dua minggu. Variabel yang diamati adalah jumlah spora per 50 g media tanam dan jenis spora. Selanjutnya spora-spora yang diperoleh dari kultur ini akan diidentifikasi jenisnya.

3. Pengamatan Contoh Tanah dan Akar a. Ekstraksi Spora