penerapan awal kartu tanda penduduk elektronik di indonesia

PENERAPAN AWAL KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK DI INDONESIA
Senin, 04 Januari 2010 21:44

Sumber : BPPT
Panas sinar matahari yang terik tidak mengurangi antusiasme warga Kecamatan Denpasar
Barat menunggu giliran melakukan pemindaian sidik jari sebagai bagian dari alur proses
penggantian KTP lama menjadi e-KTP. Keramaian yang tidak biasa terjadi di Kantor
Kecamatan Denpasar Barat cukup beralasan mengingat acara yang diagendakan akan dihadiri
Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi tersebut merupakan kali pertama e-KTP diterbitkan di
Indonesia. Kecamatan Denpasar dan Kecamatan Negara di Bali adalah dua dari enam
kecamatan yang diujicobakan dalam penerapan awal Kartu Tanda Penduduk Elektronik (eKTP).
e-KTP merupakan sebuah program pemerintah yang bertujuan untuk mewujudkan Nomor
Induk Kependudukan (NIK) tunggal kepada setiap penduduk di Indonesia sesuai dengan UU
No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Program e-KTP merupakan
kerjasama antara Departemen Dalam Negeri (Depdagri), Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT), Institut Teknologi Bandung (ITB), Lembaga Sandi Negara (LSN), dan
Asosisasi Perguruan Tinggi Informatika dan Komputer (APTIKOM). Penerapan awal e-KTP
diawali dengan melakukan uji petik yang sangat diperlukan untuk mengetahui kinerja
infrastruktur, kinerja prosedur operasional, kinerja sistem, perilaku fisik KTP, dan kinerja
SDM aparat pelaksana di lapangan. “Dengan uji petik ini, kita dapat mengidentifikasi
kelemahan-kelemahan teknis dan operasional, sehingga pada skala yang lebih besar,

kelemahan-kelemahan tersebut dapat diperbaiki”, demikian disampaikan Kepala BPPT
Marzan A. Iskandar pada pemaparannya dalam acara Penerbitan e-KTP di Denpasar (31/12).
“BPPT dalam hal ini berperan dalam memberikan rekomendasi spesifikasi perangkat keras,
perangkat lunak, dan blangko kartu tanda penduduk berbasis NIK yang dilengkapi dengan
sidik jari dan chip agar dapat menjadi bahan penyusunan Peraturan Mendagri yang mengatur
aspek infrastruktur teknologi e-KTP”, lanjut Kepala BPPT. e-KTP diproyeksikan dapat
mencegah dan menutup peluang adanya KTP ganda dan KTP palsu. Data kependudukan yang
akurat dapat pula diwujudkan melalui program e-KTP ini, sehingga data penduduk wajib KTP
yang identik dengan data potensial pemilih pada Pemilihan Umum yang selama ini sering
bermasalah tidak akan terjadi lagi. Ruang gerak pelaku kriminal termasuk teroris pun akan
menjadi terbatas dengan digulirkannya program e-KTP ini. e-KTP merupakan KTP Nasional
yang berlaku diseluruh Indonesia, sehingga pemrosesan kepemilikan aset tanah seseorang
yang berada di daerah lain tidak perlu membuat KTP setempat. Namun demikian bagi
penduduk yang pindah domisili tetap harus merubah KTP sesuai domisili yang baru.
“Dengan begitu besarnya manfaat dari e-KTP, maka pemerintah dan DPR RI melalui Komisi
II telah sepakat untuk mewujudkan pemberian Nomor Induk Kependudukan (NIK) kepada
setiap penduduk selesai akhir tahun 2011 dan penerapan e-KTP secara nasional selesai pada

akhir tahun 2012”, kata Diah Anggraeni, Sekretariat Jendral Departemen Dalam Negeri yang
membacakan sambutan mewakili Menteri Dalam Negeri yang berhalangan hadir pada acara

penerbitan e-KTP tersebut. e-KTP menyimpan informasi pemiliknya dengan ciri-ciri fisik
yang sulit dirubah atau dikenal dengan istilah biometrik, dalam hal ini adalah sidik jari.
Karakteristik sidik jari yang tidak pernah berubah dan tidak ada dua sidik jari yang sama
menjadi pertimbangan mengapa biometrik tersebut dipilih untuk digunakan dalam e-KTP.
Sidik jari yang dipindai akan dikirim ke sistem identifikasi sidik jari terotomasi atau
Automated Fingerprint Identification System (AFIS) yang berada di Data Center
Administrasi Kependudukan di Jakarta. Dari 26.000 perekaman hasil pindai sidik jari di enam
kecamatan belum ditemukan satupun sidik jari ganda dan hanya ada satu false match
dimana AFIS menyatakan dua sidik jari sama tetapi ternyata berbeda karena dua orang
yang memilikinya ternyata berbeda yaitu satu orang laki-laki dan satu lagi perempuan.
Setelah prosesi acara penerbitan perdana e-KTP selesai dilaksanakan di Denpasar, rombongan
melanjutkan rangkaian penerbitan e-KTP ke Kabupaten Jembrana, tepatnya di Kecamatan
Negara yang berjarak sembilan puluh kilometer dari Denpasar. Sedikit berbeda dengan
Denpasar Barat, di Negara pelaksanaan penerbitan e-KTP tampak lebih sistematis dan
terotomasi dengan baik. Pemanggilan wajib KTP sudah menggunakan nomor antrian digital
dan tersedianya terminal komunikasi jarak jauh (teleconference) dengan ADMINDUK di
Jakarta untuk melakukan verifikasi secara verbal.
Pada kesempatan tersebut Dirjen Depdagri mencoba fasilitas tersebut dan ternyata berfungsi
dengan baik, dimana biometrik wajib KTP yang baru saja diinputkan dapat dicocokkan ke
Data Center di Jakarta dengan waktu identifikasi dibawah satu menit. Penetrasi teknologi

informasi sangat terasa di Kabupaten Jembrana yang dipimpin oleh Bupati I Gde Winasa.
Bupati Jembrana sempat pula mendemonstrasikan implementasi e-KTP dalam pelayanan
kesehatan dan e-Voting yang memang sudah pernah dilaksanakan sebelumnya di Jembrana.
Masyarakat diharapkan pula untuk tidak khawatir mengenai aspek keamanan penggunaan eKTP karena sudah dirancang sedemikian rupa oleh BPPT, LSN, dan ITB untuk menghindari
pemalsuan dan penggandaan melalui metode autentikasi antara chip yang menyimpan
informasi sidik jari dan reader, enkripsi data dan tanda tangan digital terhadap data yang
direkam. (SS/humas)