ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL PEPAYA CALIFORNIA (Carica papaya) DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL PEPAYA CALIFORNIA (Carica papaya)

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh

Desty Rizana

Penelitian ini bertujuan untuk menghitung harga pokok produksi pepaya California dan mengetahui kelayakan financial usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kalianda, Bakauheni, dan Pematang Pasir Kabupaten Lampung Selatan. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan sentra produksi pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan. Data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. Sampel penelitian ini sebanyak 20 petani pepaya california diambil secara sensus. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei dan Juli 2013. Analisis yang dilakukan adalah: (1) analisis harga pokok produksi dengan metode full costing dan (2) kelayakan finansial, menggunakan NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, Payback Period, dan sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata harga pokok produksi yang didapat semua responden pepaya California dalam jangka waktu 10 tahun atau 3 kali tanam adalah Rp1.100,50/kg. Usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan secara financial layak dijalankan dengan nilai NPV Rp79.226.791,75; IRR 62%; Net B/C4,05; Gross B/C 2,01 dan Payback period 6,17 tahun.

Kata Kunci : harga pokok produksi, kelayakan financial, pepaya california, usahatani


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF DETERMINING PRODUCTION COST AND FINANCIAL FEASIBILITY OF CALIFORNIA PAPAYA (Carica papaya) IN SOUTH

LAMPUNG REGENCY By

Desty Rizana

This research aims to calculate the production cost and find out the financial feasibility farming of California Papaya in South Lampung Regency. The study was conducted in Kalianda Sub district, Bakauheni Sub district, and Pematang Pasir Subdistrict in South Lampung Regency. The locations were selected purposively for they were central production of California Papaya in Lampung Province. The research used primary and secondary data. The research samples of 20 farmers were taken by census method. The data was collected in May-July 2013. This data analyses were (1) production cost analysis by full costing analysis (2) financial feasibility by NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, Payback period, and sensitivity. The results of the research showed that the average production cost that farmer got for ten years (three times planting) was equal to Rp1,100.50/kg. Papaya California farming in South Lampung Regency was financially feasible with NPV Rp79,226,791.75, IRR 62%, Gross B/C ratio 2.01, Net B/C ratio 4.05, and Payback period 6.17 years.


(3)

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DAN KELAYAKAN FINANSIAL PEPAYA CALIFORNIA (Carica papaya)

DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh DESTY RIZANA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 3 Desember 1991. Penulis adalah putri pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Zainal Arifin, S.E,. M.M dan Ibu Ernayati.

Penulis menyelesaikan studi tingkat taman kanak-kanak di TK Masjid Agung Kalianda Lampung Selatan pada tahun 1997, tingkat Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Wayurang Kalianda Lampung Selatan pada tahun 2003, tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Kalianda Lampung Selatan pada tahun 2006. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Kalianda Lampung Selatan pada tahun 2009. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis, Program Studi Agribisnis melalui jalur Ujian Mandiri (UM) pada tahun 2009.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti “Orientasi Lingkungan

Pertanian dan Masyarakat Pedesaan” yang diadakan oleh Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2010 di Desa Bandar Agung Kecamatan Sribhawono Kabupaten Lampung Timur. Penulis juga mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA)


(7)

dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bujong Sari Marga, Pagar Dewa, Tulang Bawang Barat. Selain itu, penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen pada mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Proyek, semester ganjil T.A 2013/2014.


(8)

SANWACANA

Assalamu`alaikum Wr.Wb

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, yang telah memberikan cahaya dan hikmah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan teladan dalam setiap kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan penerus risalahnya yang mulia.

Dalam penyelesaian skripsi yang berjudul “Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP) dan Kelayakan Finansial Pepaya California (Carica papaya) di Kabupaten Lampung Selatan”, penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S., selaku Pembimbing Utama, atas bimbingan, masukan, arahan dan nasehat dalam penulisan skrispi. 2. Ir. Suriaty Situmorang, M.Si., selaku Pembimbing Pendamping, yang

senantiasa memberikan masukan, bimbingan dan nasehat dalam penulisan skrispi.


(9)

4. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.S., selaku Ketua Jurusan Agribisnis atas saran, arahan dan nasehatnya dalam penulisan skripsi.

5. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, M.Sc., sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini bersedia meluangkan waktunya untuk memberi masukan dan nasehat.

7. Kedua Orang Tua saya tercinta (Zainal Arifin, S.E,.M.M dan Ernayati) yang selalu memberikan dukungan, doa, dan segala kebaikan untuk penulis, memberikan arahan, motivasi serta nasehat bahwa “semuanya dapat dilewati dengan baik”.

8. Adik-adik saya tersayang, yaitu Nurulia Fadillah dan Muhammad Rizky Ananda yang selalu memberikan bantuan, doa dan semangat.

9. Sahabat-sahabat tersayang: Reny Mardiana, S.P., Monica, Putri Annur, Mazdayani, S.P., Prajanti Anuka Dewi, Siti Hardiyanti Chonani, S.P., Lidia S. Manullang, S.P., Abdul Mutolib, S.P., Paramita Wisnuwardhani, dan Rohima Sholiha, terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

10. Seluruh Dosen dan Karyawan/wati (Mbak Iin, Mbak Ai, Mas Boim, Mas Kardi, Pak Margono, dan Mas Bukhari) di Jurusan Agribisnis terima kasih atas bantuannya.

11. Teman-teman Agribisnis angkatan 2009: Peni, Aris, Citra, Meta, Dede, Tika, Daud, Dea, Dwi, Lia, Ockta, Riska, Tiara, Firuza, Ayu, Mufri, Try Eliza,


(10)

Denisa, Anggun, Feby, Mandala, Kemas, Rendy, Firjen, Saut, Edi serta semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

12. Rekan-rekan Agribisnis angkatan 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011 dan 2012 yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

13. Semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis ,


(11)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Balakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 8

C. Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Deskripsi Buah Pepaya ... 9

2. Morfologi Tanaman Pepaya ... 10

3. Syarat Tumbuh ... 11

4. Macam-macam varietas pepaya ... 11

5. Karakteristik (keragaan) pepaya california ... 13

6. Harga Pokok Produksi ... 18

7 Ilmu Usahatani ... 22

8. Kelayakan Finansial ... 23

B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 27

C. Kerangka Pemikiran ... 30

III. METODE PENELITIAN ... 34

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 34

B. Batasan Penelitian ... 38

C. Lokasi, Responden, dan Waktu Penelitian ... 39

D. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data ... 40

E. Metode Pengolahan dan Analisis data ... 40

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 47


(12)

ii

D. Klimatologi ... 53

E. Penduduk ... 54

F. Pertanian . ... 55

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Keadaan Umum Responden ... 56

1. Umur ... 56

2. Tingkat Pendidikan ... 57

3. Jumlah Tanggungan ... 58

4. Pengalaman Berusahatani ... 58

5. Luas lahan dan jumlah pohon pepaya california ... 59

B. Usaha pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan ... 60

1. Produksi dan penerimaan tanaman pepaya california ... 60

2. Biaya usaha ... 62

a. Biaya investasi ... 63

b. Biaya sarana produksi usahatani pepaya california ... 64

c. Biaya lain-lain ... 66

3. Pendapatan usahatani ... 67

4. Gambaran pemasaran ... 68

a. Karakteristik pedagang perantara ... 69

b. Karakteristik konsumen ... 69

c. Volume pembelian ... 69

d. Biaya pengangkutan ... 70

e. Pembentukan harga ... 70

f. Struktur Pasar ... 71

C. Harga Pokok Produksi ... 71

D. Analisis Finansial ... 73

1. Analisis Net Present Value (NPV) ... 74

2. Analisis Internal Rate of Return (IRR) ... 75

3. Analisis Net B/C Ratio ... 75

4. Analisis Gross B/C Ratio ... 75

5. Analisis Payback Period ... 76

6. Analisis Sensitivitas ... 76

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(13)

(14)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. PDRB Provinsi Lampung atas dasar harga berlaku mnurut lapangan

usaha tahun 2009-2011 ... 2 2. PDRB Lampung Selatan atas dasar harga berlaku menurut lapangan

usaha tahun 2008-2010 ... 3 3. Produksi buah-buahan menurut Kabupaten/Kota dan jenis buah

di Provinsi Lampung ... 4 4. Keunggulan dan kekurangan pepaya california ... 5 5. Kandungan gizi buah pepaya califronia 140 g ... 6 6. Perhitungan harga pokok produksi usahatani pepaya california

di Kabupaten Lampung Selatan ... 41 7. Sebaran luas Kabupaten Lampung Selatan dirinci menurut

penggunannya (dalam hektar), 2010 ... 50 8. Sebaran jumlah penduduk Kabupaten Lampung Selatan

menurut umur, tahun 2011 ... 54 9. Sebaran petani responden pepaya california berdasarkan umur di

Kabupaten Lampung Selatan, 2013 ... 56 10. Sebaran petani responden pepaya california berdasarkan tingkat

pendidikan di Kabupaten Lampung Selatan, 2013 ... 57 11. Sebaran petani responden pepaya california berdasarkan jumlah

tanggungan keluarga di Kabupaten Lampung Selatan, 2013 ... 58 12. Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan papaya


(15)

v

14. Jumlah produksi dan total penerimaan per tahun usahatani

pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan ... 62 15. Rata-rata biaya investasi usahatani pepaya california di

Kabupaten Lampung Selatan, 2011 ... 64 16. Rata-rata biaya produksi pepaya california per tahun pada

usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan, 2013 .... 65 17. Rata-rata biaya lain-lain pada usahatani pepaya california di

Kabupaten Lampung Selatan, 2013 ... 66 18. Pendapatan usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan per tahun selama umur ekonomis (10 tahun) ... 68 19. Harga pokok produksi usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan per tahun selama umur ekonomis (10 tahun) ... 72 20. Analisis finansial usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan selama umur ekonomis (10 tahun ... 74 21. Identitas reponden usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan, 2013 ... 85 22. Investasi alat usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan ... 86 23. Pemakaian sarana produksi per tahun usahatani pepaya california di

Kabupaten Lampung Selatan ... 95 24. Rata-rata penggunaan tenaga kerja per tahun usahatani pepaya

california di Kabupaten Lampung Selatan ... 97 25. Produksi selama 2 tahun usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan ... 103 26. Cashflow per tahun usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan ... 105 27. Perhitungan HPP (Harga pokok produksi) usahatani pepaya

california di Kabupaten Lampung Selatan ... 107 28. Finansial per tahun usahatani pepaya california di Kabupaten


(16)

vi

30. Sensitivitas produksi turun 17% usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan ... 111 31. Sensitivitas harga turun 5% usahatani pepaya california di Kabupaten

Lampung Selatan ... 112 32. Laju kepekaan usahatani pepaya california di Kabupaten


(17)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Paradigma analisis penentuan harga pokok produksi dan kelayakan finansial usahatani pepaya california (carica papaya) di Kabupaten


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan masalah

Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Besarnya penduduk yang bekerja pada sektor pertanian didukung oleh lahan pertanian yang luas dan subur, dan faktor iklim yang mendukung. Hal ini dibuktikan dengan terdapatnya keanekaragaman sumberdaya alam pertanian yang melimpah di setiap kawasan Indonesia. Adanya keberagaman sumberdaya alam tersebut menjadikan pertumbuhan pereekonomian Indonesia sangat bertumpu pada perkembangan sektor pertanian.

Sektor pertanian didukung oleh banyak subsektor. Subsektor tersebut memiliki peranan masing-masing terhadap keberlanjutan sektor pertanian. Beberapa subsektor yang menjadi bagian dari pertanian di Indonesia adalah subsektor perkebunan, hortikultura, tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Subsektor-subsektor tersebut telah banyak menyumbang keberhasilan pendapatan penduduk dan perekonomian Indonesia.

Lampung merupakan provinsi yang terletak di Pulau Sumatera bagian Selatan. Provinsi Lampung memiliki potensi yang besar di bidang pertanian. Sektor


(19)

pertanian di Lampung juga menyumbang nilai yang cukup besar terhadap PDRB Provinsi Lampung seperti disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha (jutaan rupiah), tahun 2010-2012

No Lapangan Usaha 2010 2011* 2012**

1 Pertanian 39.917.414 45.478.685 51.927.562

2 Pertambangan & Penggalian 2.161.754 2.672.150 2.840.577 3 Industri Pengolahan 17.120.714 20.555.157 22.481.435 4 Listrik, Gas & Air Bersih 595.503 691.203 788.597

5 Kontruksi 3.968.970 4.397.009 4.855.562

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 16.530.762 20.481.520 22.930.103 7 Transportasi & Komunikasi 11.011.468 14.716.358 16.676.478 8 Keuangan, Persewaan & Jasa

Perusahaan 6.844.990 7.633.617 8.892.455

9 Jasa-jasa 10.252694 11.282.562 13.168.600

Produk Domestik Regional Bruto 108.404.270 127.908.260 144.561.358 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2013

Keterangan: *) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2010-2012 secara berturut-turut sektor petanian adalah penyumbang terbesar PDRB atas dasar harga berlaku di Provinsi Lampung. Pada PDRB tersebut terlihat bahwa sektor pertanian merupakan penentu keberhasilan perekonomian dan pendapatan di Lampung dalam pembentukan total PDRB mencerminkan struktur perekonomian wilayah yang bersangkutan. Struktur ekonomi wilayah dalam kurun waktu tertentu akan memberikan gambaran terhadap perubahan struktur ekonomi yang terjadi dan mengakibatkan pergeseran struktur ekonomi. Pergeseran struktur ekonomi mendorong peningkatan produktivitas secara ekonomi makro. Kabupaten


(20)

Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang memiliki peran sektor pertanian yang strategis dalam pembangunannya dilihat dari besarnya sumbangan pendapatan sektor pertanian dalam PDRB, seperti disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Lampung Selatan atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha (jutaan rupiah), tahun 2008-2010

N

o. Lapangan Usaha 2008

2008

(%) 2009

2009

(%) 2010

2010 (%)

1 Pertanian 3.537.143 46,98 4.274.623 47,98 4.724.328 46,69

2 Pertambangan & Penggalian

76.022 1,092 78.663 0,88 84.466 0,83

3 Industri Pengolahan 662.920 8,81 746.989 8,38 844.097 8,34

4 Listrik dan Air Bersih

35.157 0,47 35.843 0,40 37.455 0,37

5 Bangunan 456.961 6,069 524.050 5,88 613.877 6,07

6 Perdagangan,Restor an/Hotel

791.270 10,51 914.631 10,26 1.065.073 10,53

7 Angkutan dan Komunikasi

913.110 12,13 1.203.465 13,51 1.524.953 15,073 8 Keuangan,Persewaa

n dan Jasa Perusahaan

378.046 5,021 417.135 4,68 439.700 4,35

9 Jasa-jasa 677.597 9,01 713.253 8,01 782.573 7,73

Produk Domestik Regional Bruto

7.528.225 100 8.908.652 100 10.116.521 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan, 2011

Tabel 2 menunujukkan bahwa sektor pertanian di Lampung Selatan memiliki persentase terbesar penyumbang PDRB Lampung Selatan. Walaupun mengalami fluktuasi dalam perkembangannya, akan tetapi sektor pertanian tetap penyumbang terbesar pada PDRB Lampung Selatan. Sektor pertanian, terutama subsektor hortikultura di Lampung Selatan mengembangkan komoditas pepaya california (Carica papaya) yang dijadikan produk unggulan Kabupaten Lampung Selatan. Pepaya california (Carica papaya) dikembangkan di Kabupaten Lampung Selatan


(21)

yaitu di Kecamatan Kalianda, Bakauheni, dll. Produksi buah per kabupaten di Provinsi Lampung disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Produksi buah-buahan utama menurut kabupaten/kota dan jenis buah di Provinsi Lampung (ton), tahun 2011

No Kabupaten Mangga Durian Jeruk Pisang Pepaya Nanas Lainnya

1 Lampung Barat 1004 1732 1868 13667 2371 293 14364

2 Tanggamus 704 17880 39 14504 732 17 25537

3 Lampung Selatan 4423 10434 72 199379 1717 188 16667

4 Lampung Timur 1966 3339 562 112107 114214 77 18483

5 Lampung Tengah 2126 981 583 13362 1042 504205 21218

6 Lampung Utara 2809 1724 490 12377 791 128 10776

7 Way Kanan 6093 1451 370 7744 263 132 9297

8 Tulang Bawang 1063 22 123 1455 354 47 4768

9 Pesawaran 2834 4106 102 308301 1145 174 316836

10 Pringsewu 123 284 230 1372 75 1 1639

11 Mesuji 256 7 4 1700 52 16 1676

12 Tulang Bawang Barat

995 13 85 1016 200 40 5561

13 Bandar Lampung 310 565 5 604 251 8 1429

14 Metro 44 10 8 163 133 10 724

Lampung 24750 42548 541 687761 123340 505336 448975

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2012

Tabel 3 menunjukkan bahwa produksi buah pepaya Lampung Selatan merupakan urutan terbesar ketiga di Provinsi Lampung pada tahun 2011. Hal ini

mengindikasikan bahwa komoditas pepaya di Lampung Selatan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan.

Pepaya california mulai dibudidayakan di Lampung Selatan pada tahun 2010, dan masih jarang dibudidayakan di Provinsi Lampung. Jumlah permintaan pasar yang semakin banyak terhadap pepaya california di Provinsi Lampung menjadikan petani tertarik terhadap usahatani tersebut. Permintaan pasar yang semakin besar akan pepaya california menjadikan lahan pertanian terhadap pepaya california di Lampung Selatan semakin berkembang. Menurut Dinas Pertanian, Pangan dan Hortikultura (2013), saat ini pengembangan usahatani pepaya california tidak


(22)

hanya di Kecamatan Way Pandji saja, melainkan sudah meliputi daerah lain, seperti Kecamatan Pematang Pasir, Kecamatan Bakau dan Kecamatan Kalianda yang mulai membudidayakan usahatani tersebut. Selain permintaan pasar yang tinggi terhadap pepaya california, buah pepaya california juga mempunyai keunggulan dibandingkan dengan pepaya jenis lain. Keunggulan dan kelemahan pepaya california bisa dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Keunggulan dan kekurangan pepaya california

Keunggulan Kekurangan

Mempunyai nilai jual yang menjanjikan Rentan terhadap penyakit dan hama Merupakan jenis komoditas dengan postur

pohon hanya 11/2 sd. 2 m

Perlu perhatian serius dalam pembudidayaannya (penanaman, penyiraman, perawatan, dan pemanenan) Mempunyai buah yang lebih banyak bisa

mencapai 20 sd 60 buah setiap pohon

-Dapat dipanen lebih awal pada usia 3 bulan buah sudah berbunga

-Pohon pepaya california dapat dipanen

pada usia 7 sd. 9 bulan

-Usia produktif mencapai 4 tahun

-Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan, tahun 2012

Tabel 4 menunjukkan bahwa keunggulan pepaya california lebih banyak dibandingkan dengan kekurangannya. Selain itu, permintaan pasar, seperti supermarket, menjadikan komoditas pepaya california lebih unggul

dibandingakan dengan pepaya jenis lainnya. Sebagai buah segar, pepaya sangat digemari oleh lapisan masyarakat karena buah pepaya mempunyai kandungan gizi yang baik untuk tubuh. Besarnya kandungan gizi yang terkandung dalam pepaya dapat dilihat pada Tabel 5.


(23)

Tabel 5. Kandungan gizi buah pepaya california tiap 1 mangkok pepaya (140g)

Kandungan gizi Angka kecukupan gizi (%)

Potasium karbohidrat Serat pangan Vitamin A Vitamin E Vitamin C Vitamin K Magnesium Zat besi Riboflavin Niasin Folat Kalsium 10 5 10 31 5 144 5 3 1 3 2 13 3

Sumber: Sunpride, 2013

Tabel 5 menunjukkan bahwa kandungan gizi yang terkandung dalam buah pepaya california tersebut banyak, seperti vitamin C yang angka kecukupan gizinya tertinggi, yaitu sebesar 144%. Tanaman pepaya california masih merupakan tanaman baru di Provinsi Lampung juga di Lampung Selatan, karena masih tergolong tanaman baru, namun dari sisi permintaan terkesan cukup untuk dikembangkan, maka sebaiknya diperhatikan prospek perusahaannya, antara lain melalui perhitungan (analisis) harga pokok produksi dan kelayakan usahataninya. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti berminat untuk menganalisis harga pokok produksi dan kelayakan finansial usahatani pepaya california.

Harga pokok produksi sangat berpengaruh dalam perhitungan laba rugi

perusahaan. Apabila perusahaan kurang teliti atau salah dalam penentuan harga pokok produksi, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam penentuan laba rugi yang diperoleh perusahaan. Harga pokok produksi usaha tani pepaya california


(24)

merupakan total biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memproduksi pepaya california dalam suatu proses budidaya pada satu musim tanam. Petani pepaya california sebagai produsen yang memproduksi pepaya california juga berorentasi pada laba, sehingga tidak terlepas dari masalah pencapaian laba, dan

pengembalian modal, serta perhitungan biaya yang telah dikeluarkan untuk membeli bibit pepaya california. Biaya yang telah dikeluarkan seharusnya dipakai sebagai elemen perhitungan dalam pembentukan harga pokok produk.

Selain menghitung harga pokok produksi, petani pepaya california juga harus dapat menghitung kelayakan dari usahataninya. Untuk itu perlu diketahui berapa besar keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut, serta apakah usaha

tersebut layak untuk diteruskan dalam jangka panjang. Selama ini belum diketahui berapa besar harga pokok produksi dan keuntungan usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan. Oleh karena itu, penelitian tentang harga pokok produksi dan kelayakan finansial usahatani pepaya california penting untuk dilakukan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah penelitian, yaitu:

1. Berapa harga pokok produksi pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan?

2. Apakah usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan secara finansial layak untuk diusahakan?


(25)

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan, maka penelitian bertujuan untuk:

1. Menghitung harga pokok produksi pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan.

2. Mengetahui kelayakan finansial usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan.

C. Kegunaan Penelitian

Penelitian diharapkan bermanfaat bagi:

1. Pemerintah dan instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terkait.

2. Peneliti lain, sebagai bahan informasi dan referensi pembanding.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Tinjauan Pustaka 1. Deskripsi Buah Pepaya

Carica Papaya L. atau Caricaceae merupakan tanaman buah yang berasal dari Meksiko Selatan dan Amerika Tengah. Nama umum dari tanaman buah ini adalah pepaya (Indonesia), Papaw (Australia), dan Mamao (Brazil). Tanaman pepaya dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Selain itu, tanaman pepaya dapat berbuah kapan saja dan tidak mengenal musim. Pepaya adalah tanaman yang besar dan berumur pendek, cepat tumbuh, berkayu dan tingginya sekitar 10 sampai 12 meter. Tanaman pepaya dapat bercabang apabila terdapat luka batangnya. Semua bagian tanaman mengandung lateks. Batang tanaman berongga ungu hijau, dalam, dan mempunyai diameter sekitar 2 sampai 3 inci (Anton, 2011)

Berdasarkan taksonominya, tanaman pepaya dapat diklasifikasikan sebagai (Muktiani, 2011):

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatophyta


(27)

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Dilleniidae

Ordo : Viovales

Famili : Caricaceae

Genus : Carica

Spesies : Carica papaya L.

2. Morfologi tanaman papaya

Pepaya merupakan tanaman berbatang tunggal dan tumbuh tegak. Batang tidak berkayu, silindris, berongga dan berwarna putih kehijauan. Tinggi tanaman berkisar antara 5-10 meter, dengan perakaran yang kuat. Tanaman pepaya tidak mmpunyai percabangan. Daun tersusun spiral menutupi ujung pohon. Daunnya termasuk tunggal, bulat, ujung mruncing, pamgkal bertoreh, tepi bergerigi, berdiameter 25-5 cm. Daun pepaya berwarna hijau, helaian daun menyerupai telapak tangan manusia. Bunga pepaya berwarna putih dan berbentuk seperti lilin, berdasarkan keberadaan bungantya, pepaya termasuk monodioecious yaitu

berumah tunggal (Muktiani, 2011)

3. Syarat tumbuh pepaya

Tanaman pepaya dapat tumbuh di daratan rendah hingga ketinggian 1.00 m dpl. Tanaman pepaya lebih cocok tumbuh di lokasi yang banyak hujan (cukup tersedia air), dengan curah hujan 1000-2000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun. Di daerah yang beriklim kering, yang mempunyai musim hujan 2-5 bulan dan


(28)

mempunyai musin memarau 6-8 bulan, tanaman pepaya dapat hidp dan masih mampu berbuah, asalkan kedalaman air tanahnya 50-150 cm. Tanah yang sesuai untuk pepaya yaitu tanah yang subur yang ditandai dengan prioritas baik,

mengandung kapur, dan mempunyai pH 6-7. Tanaman pepaya lebih cocok ditanam di daerah terbuka (tidak ternaungi) dan tidak trgenang air. Tanah yang berdrainase tidak baik menyebabkan tanaman mudah tersrang penyakit terutama pada bagian akar (Anton, 2011)

4. Macam-macam varietas pepaya

Mutiani (2011) menyebutkan bahwa banyak macam varietas pepaya di Indonesia, anatara lain:

a. Pepaya bangkok

Pepaya bangkok bukan hanya tanaman asli indonesia. Pepaya bangkok didatangkan dari Thailand lebih kurang tahun 70-an. Pepaya bangkok

diunggulkan, karena ukurannya sangat besar di banding jenis pepaya yang lain, beratnya bisa meraih 3, 5 kg per buahnya, tidak hanya ukuran, keunggulan yang lain adalah rasa serta ketahanan buah. Daging buahnya berwarna jingga

kemerahan, terasa manis dan segar serta teksturnya keras hingga tahan didalam pengangkutan, rongga buahnya kecil hingga dagingnya tebal, permukaan kulit buah kasar serta tidak rata.

b. Pepaya cibinong

Pepaya cibinong mempunyai ciri tersendiri, yakni buah yang masak terlihat pada warna kulit buahnya, warna kulit buah bagian ujung umumnya kuning, namun bagian yang lain terus hijau. Bentuk buahnya panjang dengan ukuran besar, bobot


(29)

tiap-tiap buah rata-rata 2, 5 kg, pangkal buah kecil lalu membesar dibagian tengah serta melancip dibagian ujungnya. Permukaan kulit buah agak halus namun tidak rata, daging buah berwarna merah kekuningan, kelebihan yang lain adalah terasa manis dan segar, teksturnya keras, serta tahan sepanjang pengangkutan.

c. Pepaya hawai

Pepaya yang datang dari kepulauan hawai ini adalah satu jenis pepaya solo. Pepaya solo berarti pepaya yang habis dimakan cuma untuk satu orang, oleh karena itu, dipastikan kelebihan pepaya ini adalah ukurannya yang kecil, bobot buahnya cuma lebih kurang 0, 5 kg memiliki bentuk agak bulat atau bulat panjang, kulit buah yang sudah masak berwarna kuning cerah, daging buahnya agak tebal, berwarna kuning, serta terasa manis segar.

d. Pepaya california

Pepaya california yaitu komoditi yang bernilai ekonomi tinggi dan primadona diantara jenis pepaya lain di pasaran, terutama supermarket/hypermarket. Pepaya yang mempunyai wujud buah lebih kecil serta lebih lonjong ini datang dari amerika sedang serta tempat karibia. Pepaya california bisa tumbuh subur

sepanjang tahun (tanpa mengetahui musim) di Indonesia, pohon pepaya california lebih pendek di banding jenis pepaya lain, sangat tinggi kurang lebih 2 meter. Daunnya berjari banyak serta mempunyai kuncung di permukaan pangkalnya, buahnya berkulit tebal serta permukaannya rata, dagingnya kenyal, tebal, serta manis lebih terasa. bobotnya berkisar pada 600 gram s/d 2 kg.


(30)

e. Pepaya gunung

Pepaya gunung yaitu kerabat pepaya yang di lokasi Wonosobo tanaman pepaya gunung biasa dimaksud carica, serta di bali tanaman ini dimaksud gedang memedi, tempat asalnya yaitu dataran tinggi andes, amerika selatan. Tanaman pepaya gunung adalah pohon kecil atau perdu yang tidak berkayu, serupa dengan pepaya biasa (Carica papaya), namun memiliki cabang yang semakin banyak serta ukuran seluruh sisi tanaman lebih kecil. tinggi rata-rata yaitu 1-2 meter.

Bunga jantan mempunyai tangkai yang panjang sampai 15 cm serta bunga betina berukuran semakin besar dengan tangkai yang keras serta pendek buah pepaya gunung berupa bulat telur dengan ukuran panjang 6-10 cm serta diameter 3-4 cm. Buah masak berupa telur sungsang dengan ukuran 6-15 cm kali 3-8 cm,

dagingnya keras, berwarna kuning-jingga, terasa agak asam namun harum, di sekitar rongganya ada banyak sekali biji yang terbungkus oleh sarkotesta yang putih serta berair, buah yang belum masak mempunyai kulit yang berwarna hijau gelap serta dapat beralih jadi kuning sesudah masak, biji buah berwarna hitam dengan jumlah yang banyak serta padat, buahnya memiliki kandungan getah, serta getah ini dapat makin menyusut dengan makin mendekati kematangan.

5. Karakteristik (keragaan) pepaya california

Menurut Anton (2011), pepaya california merupakan hasil pemuliaan tanaman dari pusat kajian buah-buahan tropika Institut Pertanian Bogor (PKBT-IPB), dengan nama IPB-9 atau calina. Pepaya ini berukuran kecil berbentuk lonjong dengan bobot rata-rata 1,3 kg per buah. Tanaman pepaya california dapat tumbuh subur sepanjang tahun (tanpa mengenal musim) di Indonesia.


(31)

Tanaman pepaya california mempunyai ukuran lebih pendek dibanding jenis pepaya lain. Ukuran paling tinggi lebih kurang 2 meter. Daunnya berjari banyak dan memiliki kuncup di permukaan pangkalnya. Buahnya berkulit tebal dan permukaannya rata, dagingnya kenyal, tebal, dan manis rasanya. Daging buah pepaya california berwarna jingga kemerahan. Kandungan padatan terlarut total daging buah pepaya california adalah 10-11 brix. Pepaya california berbunga pada umur 4 bulan setelah bibit dipindahkan ke lahan. Buahnya dapat dipanen pada umur 180 hari setelah berbunga. Secara fisik, tanaman pepaya california mempunyai ciri, yaitu di pangkal helai daun terdapat daun bendera yang berdiri. Uniknya, tanaman ini memiliki ukuran buah yang seragam (Muktiani, 2011).

a. Syarat tumbuh

Menurut Sobir (2009), tanaman pepaya california akan tumbuh baik apabila hidup di tempat yang beriklim sesuai. Karena tanaman pepaya california memiliki batang basah, dan bunga tumbuh pada ketiak daun, maka tanaman pepaya membutuhkan cahaya dan panas matahari, serta kelembapan udara yang tinggi. Apabila kebutuhan cahaya, panas, dan kelembapan udara tidak terpenuhi, maka pertumbuhan tanaman akan terhambat, di antaranya tanaman dapat bersifat kerdil, karpeoid, dan produksi buahnya menjadi tidak berkualitas. Menurut Muktianai (2011), syarat tumbuh tanaman pepaya california adalah:

(1). Cahaya matahari

Tanaman pepaya california termasuk tanaman yang memerlukan intensitas cahaya matahari secara penuh, yaitu 100%. Tanaman pepaya yang mendapat cahaya matahari secara cukup, daunnya akan dapat melakukan proses fotosintesis secara


(32)

optimal, sehingga tanaman akan tumbuh secara optimal dan akan menghasilkan buah dengan kualitas yang baik.

(2). Suhu

Tanaman pepaya california akan tumbuh optimal apabila lokasi penanaman berada pada suhu antara 25-30 derajat Celcius, karena perkecambahan biji akan berlangsung cepat di malam hari pada suhu 26 derajat Celcius dan perkecambahan akan berlangsung cepat pada siang hari pada suhu 35 derajat Celcius.

(3). Air

Tanaman pepaya california memerlukan air untuk pertumbuhannya, karena air merupakan faktor utama untuk pertumbuhan tanaman pepaya secara optimal. Air sangat diperlukan untuk pertumbuhan generatif, yaitu pertumbuhan pada masa pembungaan dan berbuah. Kondisi lahan yang kelembabannya rendah pada masa generatif dapat mengakibatkan bunga gugur, penyerbukan berlangsung tidak sempurna, dan buah terlalu kecil dengan bentuk yang tidak sempurna.

(4). Angin

Angin bagi tanaman pepaya berguna untuk membantu penyerbukan. Oleh karena itu, faktor angin sangat berperan penting untuk tanaman pepaya california. Akan tetapi, angin yang sesuai untuk penyerbukan adalah angin yang tidak terlalu kencang, karena angin yang kencang dapat menerbangkan serbuk sari dan dapat merobohkan batang pepaya.


(33)

(5). Lahan yang sesuai

Lahan yang cocok untuk usaha perkebunan pepaya california adalah lahan yang subur, yang kaya bahan organik. Pepaya california akan tumbuh optimal apabila ditanam di tanah subur yang sedikit mengandung pasir tetapi banyak mengandung humus. Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah dengan ketinggian hingga 700 m di atas permukaan laut. Pepaya california akan tumbuh optimal pada lahan yang terbuka dan memiliki drainase yang baik, serta memiliki pH tanah 6-7.

(6). Ketinggian tempat

Ketinggian tempat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman pepaya, khususnya berpengaruh terhadap lamanya waktu pembibitan. Semakin rendah ketinggian suatu lokasi perkebunan pepaya california, maka semakin cepat waktu persemaian, yaitu hanya sekitar 25-30 hari. Ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap ukuran dan kualitas buah yang dihasilkan. Selain itu, ketinggian tempat juga berpengaruh terhadap kecepatan berbunga. Semakin rendah lokasi

perkebunan, maka tanaman lebih cepat berbunga. Pepaya california akan optimal pertumbuhannya pada 300 m dpl.

(7). Curah hujan

Tanaman pepaya california akan tumbuh optimal dan dapat menghasilkan buah dengan kualitas bagus apabila tanaman mendapatkan curah hujan 100mm selama setengah tahun tanpa mendapatkan pengairan tambahan. Apabila berlangsung musim kering, maka tanaman pepaya perlu diberi pengairan yang cukup, karena produktivitas tanaman tergantung pada tercukupinya air pada musim kemarau.


(34)

(8). Kelembaban

Tanaman pepaya california membutuhkan kelembaban sebesar 66%. Kelembaban tersebut akan membuat tanaman pepaya tumbuh optimal. Namun, apabila

kelembabannya terlalu rendah, maka dapat menyebabkan daun tua cepat gugur dan terjadi perubahan bunga hermafrodit (sempurna) menjadi bunga jantan. Akibatnya, produksi buah menjadi berkurang.

b. Budidaya tanaman pepaya california

Menurut Muktiani (2011), budidaya tanaman pepaya california ada 5 tahapan, yaitu persiapan bibit, persemaian, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.

(1). Persiapan bibit

Bibit untuk pepaya california diambil dari buah-buah yang telah masak dan berasal dari tanaman pilihan. Kriteria buah pilihan tersebut adalah buahnya berukuran besar, tidak cacat, tidak terserang hama penyakit, dan masak di pohon.

(2). Persemaian

Proses persemaian dimulai dari mengisi media ke dalam polybag berukuran 20x15 cm. Media yang digunakan merupakan campuran 2 ember tanah yang diayak ditambah 1 ember pupuk kandang yang sudah matang dan diayak. Dalam media tersebut ditambahkan 50 gram TSP yang sudah dihaluskan dan 29 gram


(35)

(3). Penanaman

Penanaman pepaya california dilakukan dengan memindahkan bibit dari polybag yang telah berumur antara 1-1,5 bulan ke lubang yang telah dipersiapkan

sebelumnya. Pada saat penanaman, tiap-tiap lubang diisi dengan 3-4 bibit sekaligus untuk cadangan apabila bibit mati, atau mengganti bibit mati, atau mengganti bibit yang menyimpang sifatnya.

(4). Pemeliharaan

Hal yang harus dilakukan pada proses pemeliharaan adalah penjarangan dan penyulaman, penyiangan, dan pembumbunan. Kegiatan pemeliharaan harus lebih teliti agar kualitas produksi sesuai dengan yang diharapkan.

(5). Panen dan pasca panen

Pepaya california memiliki usia menanti panen yang pendek, yaitu hanya 7-9 bulan, dengan usia produktif 28-30 bulan. Teknik pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah pepaya yang siap dipetik ketika kulit buah mulai menguning dengan luas sekitar 25%. Kemudian buah dibersihkan agar kulit buah tidak lecet, setelah itu buah dibungkus dengan kertas koran, plastik berlubang dan

dimasukkan ke dalam box.

6. Harga pokok produksi

Harga pokok produksi merupakan total biaya yang dikeluarkan untuk

memproduksi atau menghasilkan suatu produk dalam satu periode. Harga pokok produksi usahatani pepaya california merupakan total biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk memproduksi pepaya california dalam suatu proses budidaya pada


(36)

satu musim tanam. Komponen biaya produksi usahatani pepaya california meliputi biaya alat dan bahan (saprodi), biaya tenaga kerja dan biaya overhead usahatani. Alat dan bahan (saprodi) dalam usahatani pepaya california meliputi benih, pupuk, pestisida, mulsa, dan lain-lain. Biaya tenaga kerja merupakan total upah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani dalam proses budidaya pepaya california dari mulai persiapan lahan, pengolahan lahan, persiapan tanam, tanam, pemeliharaan , panen, dan pasca panen. Biaya overhead usahatani meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses budidaya pepaya california dalam satu musim tanam selain biaya pembelian alat dan bahan (saprodi) dan biaya tenaga kerja. Biaya overhead pepaya california meliputi biaya listrik, telepon, pajak lahan pertanian.

a. Metode penentuan harga pokok produksi

Menurut Mulyadi (1991), metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitugkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Harga pokok produk atau product costs merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan (perfomance) dari perusahaan dagang dan manufaktur (Harnanto,1992).

Selanjutnya Mulyadi (1991) juga menjelaskan bahwa dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan, yaitu full costing dan variable costing.

(1). Full costing

Full costing merupakanmetode penentuan harga pokok produksi yang


(37)

yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Mulyadi (1991) menjelaskan bahwa harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead tetap) ditambah dengan biaya nonproduksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).

(2). Variable Costing

Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya nonproduksi variabel (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap) (Mulyadi, 1991).

Mulyadi (1991) menjelaskan bahwa perbedaan pokok yang ada di antara kedua metode (full costing dan variable costing) adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap akan mempunyai akibat pada: (1) perhitungan harga pokok produksi dan (2) penyajian laporan rugi laba. Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada


(38)

produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal, atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.

Biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode biaya overhead

sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan, maka akan terjadi pembebanan overhead lebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underapplied factory overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam persedian tersebut. Namun, jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan rugi-laba sebelum produknya laku dijual.

Metode variable costing dikenal dengan nama direct costing (biaya langsung). Pengertian langsung dan tidak langsungnya suatu biaya tergantung erat tidaknya hubungan biaya dengan objek penentuan biaya, misalnya: produk, proses, departemen, dan pusat biaya yang lain. Dalam hubungannya dengan produk, biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang mudah diidentifikasikan (atau diperhitungkan) secara langsung kepada produk. Apabila pabrik hanya


(39)

memproduksi satu jenis produk, maka semua biaya produksi merupakan biaya langsung dalam hubungannya dengan produk.

7. Ilmu usahatani

Menurut Mubyarto (1989) usahatani adalah suatu tempat di mana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi, seperti lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen, yang ditujukan untuk memperoleh produksi di bidang pertanian. Selanjutnya, Soekartawi (1995) menyatakan bahwa ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input).

Menurut Mosher (1990), selain produksi yang tinggi, petani juga tertarik pada hubungan antara biaya dan penerimaan dari proses produksi yang diusahakan. Hubungan antara biaya dan penerimaan usahatani tersebut merupakan

hubungannya terhadap tingkat pendapatan (keuntungan) petani dari usahatani yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa petani lebih memperhitungkan besarnya keuntungan dari usahataninya dibandingkan dengan tingkat produksi. Selanjutnya Soekartawi (1995) menyatakan bahwa pendapatan atau keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya. Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harganya, sedangkan biaya merupakan hasil perkalian antara jumlah faktor produksi dengan harganya.


(40)

Ada beberapa cara pengujian keberhasilan suatu cabang usahatani yang sering dilakukan, yaitu :

(a) Analisis biaya per satuan hasil.

(b) Analisis imbangan penerimaan dan biaya atau R/C ratio. (c) Analisis pendapatan atau keuntungan cabang usaha.

(d) Analisis imbangan tambahan manfaat dan biaya atau B/C ratio. Analisis (a) biasanya digunakan untuk menghitung harga pokok suatu produksi, analisis (b) dan (c) digunakan untuk menguji keuntungan dan keberhasilan suatu cabang usahatani, sedangkan analisis (d) digunakan untuk mengetahui pengaruh sadpergantian teknologi yang berakibat pada pertambahan biaya. Imbangan penerimaan dan biaya merupakan tingkat efisiensi ekonomi yang menunjukkan adanya daya saing dari produk yang dihasilkan. Nilai R/C (Return Cost Ratio) diperoleh dari perbandingan (nisbah) antara penerimaan dengan biaya.

8. Kelayakan finansial

Proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang menggunakan sumber-sumber untuk mmperoleh manfaat (benefit) atau suatu kegiatan dengan pengeluaran biaya dan dengan harapan untuk memperoleh hasil pada waktu yang akan datang, yang dapat dierencanakan, dibiayai, dan dilaksanakan sebagai satu unit

(Kadariah,2001). Menurut Ibrahim (2004), proyek adalah suatu rangkaian aktivitas yang direncanakan untuk mendapatkan benefit atau manfaat dalam jangka waktu tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengorbanan dari resources yang dimiliki. Oleh karena itu, dalam pemilihan suatu proyek yang akan dikerjakan harus diadakan penilaian, baik dari segi teknis maupun ekonomis,


(41)

agar penanaman modal/investasi jatuh pada pilihan proyek yang paling tepat. Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan (objective) dan mempunyai suatu titik tolak (starting point) serta suatu titik akhir (ending point), baik biaya maupun hasilnya.

Menurut Kadariah (2001), tujuan analisis proyek adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi. Oleh karena sumber-sumber yang tersedia bagi

pembangunan terbatas, maka perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam proyek. Kesalahan dalam pemilihan proyek dapat mengakibatkan pengorbanan sumber-sumber yang langka. Oleh karena itu, sebelum proyek dilaksanakan, perlu diadakan perhitungan percobaan untuk menentukan hasil dan memilih di antara berbagai alternatif dengan jalan menghitung biaya dan manfaat (benefit) yang dapat diharapkan dari masing-masing proyek.

Kadariah (2001) menyatakan bahwa analisis finansial proyek dapat dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modalnya dalam proyek atau yang

berkepentingan langsung dalam proyek. Selain itu, dalam analisis finansial perlu diperhatikan hasil untuk modal saham (equity capital) yang ditanam dalam proyek. Untuk menganalisis proyek ada kriteria yang sering dipakai untuk menentukan diterima-tidaknya sesuatu usulan proyek, atau untuk menentukan pilihan antara berbagai macam usulan proyek, dan semua kriteria itu, baik manfaat (benefit) maupun biaya, dinyatakan dalam nilai sekarang. Kriteria-kriteria


(42)

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih, merupakan metode yang menghitung selisih antara manfaat atau penerimaan dengan biaya atau

pengeluaran. Investasi dikatakan layak (feasible) dan menguntungkan jika NPV lebih besar dari nol. Investasi dikatakan tidak layak (unfeasible) dan rugi bila NPV lebih kecil dari nol, dan proyek dikatakan tidak untung tidak rugi (break event point) bila NPV sama dengan nol.

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek, asal setiap benefit bersih yang diwujudkan secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan i (discount rate) yang sama yang diberi berbunga selama sisa umur proyek. Biasanya rumus IRR tidak dapat dipecahkan (dicari nilai i-nya) secara langsung. Namun secara coba-coba, pemecahan itu dapat didekati dalam waktu cukup singkat. Proyek dikatakan layak bila IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Proyek dikatakan tidak layak bila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, dan proyek dikatakan tidak untung tidak rugi (break event point) bila IRR sama dengan tingkat suku bunga yang berlaku.

c. Net Benefit Cost Ratio (NetB/C Ratio)

Net B/C Ratio merupakan ukuran manfaat ber-disconto yang pertama dikenal (Gittinger, 1993). Net B/C Ratio adalah metode untuk menghitung perbandingan antara jumlah present value penerimaan dengan jumlah present value biaya. Proyek dikatakan layak bila Net B/C Ratio lebih besar daripada satu. Proyek


(43)

dikatakan tidak untung bila Net B/C Ratio lebih kecil dari satu, dan proyek dikatakan tidak untung tidak rugi (break event point) bila Net B/C Ratio sama dengan satu.

d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

Gross B/C Ratio serupa dengan Net B/C Ratio, hanya benefit maupun biaya diberikan secara kotor. Gross B/C Ratio merupakan perbandingan antara penerimaan atau manfaat dari suatu investasi dengan biaya yang telah

dikeluarkan. Proyek dikatakan layak bila Gross B/C Ratio lebih besar dari satu. Proyek dikatakan tidak layak bila Gross B/C lebih kecil dari satu, dan proyek dikatakan tidak untung tidak rugi (break event point) bila Gross B/C Ratio sama dengan satu.

e. Payback Period

Payback period merupakan penilaian investasi suatu proyek yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi berdasarkan manfaat bersih dari proyek. Payback period merupakan suatu metode dalam analisis finansial untuk mengetahui waktu pengembalian investasi. Suatu proyek dikatakan layak bila masa pengembalian (PP) lebih pendek dari umur ekonomis proyek, dan proyek tidak layak bila masa pengembalian (PP) lebih lama dari umur ekonomis proyek.

f. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah suatu kegiatan menganalisis kembali suatu proyek untuk melihat apakah yang akan terjadi pada proyek tersebut bila tidak berjalan sesuai rencana. Analisis sensitivitas mencoba melihat realitas suatu proyek yang didasarkan pada kenyataan bahwa proyeksi suatu rencana proyek sangat


(44)

dipengaruhi unsur-unsur ketidakpastian di masa mendatang (Gittinger, 1993). Ketidakpastian itu antara lain adalah: (1) terjadi kenaikan biaya, terutama biaya operasional (cost overrun),(2) dengan adanya proyek, produk meningkat yang memungkinkan untuk turunnya harga produk, sehingga akan menurunkan benefit, dan (3) mundurnya waktu berproduksi, sehingga akan menurunkan benefit.

Menurut Djamin (1992), analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan analisis proyek bila terdapat suatu kesalahan atau perubahan dalam perhitungan biaya atau benefit. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam dasar perhitungan biaya produksi ataupun benefit memperlihatkan kemungkinan-kemungkinan kenaikan biaya produksi, perubahan harga hasil produksi, dan terjadi penundaan produksi.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Lizna Seftiana (2010) dengan judul “Analisis kelayakan usahatani pepaya di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang” menunjukkan bahwa hasil analisis finansial usahatani pepaya pola I (50 kg pupuk dasar organik di awal tanam) menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 31. 225.228,79, Net B/C sebesar 1,27, IRR sebesar 27,07 persen dan payback periode selama 3 tahun 2 bulan 25 hari. Analisis finansial usahatani pepaya pola II (15 kg pupuk dasar organik di awal tanam) menunjukkan nilai NPV sebesar Rp

6.897.368,24, Net B/C sebesar 1,08, IRR sebesar 17,84 persen dan Payback Periode selama 3 tahun 6 bulan 2 hari. Berdasarkan kriteria kelayakan finansial, pola I dan pola II layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil analisis switching


(45)

value kedua tipe usahatani tersebut, perubahan terhadap penurunan penjualan dan penurunan harga jual pepaya memiliki pengaruh paling besar di antara kondisi lainnya terhadap kelayakan usaha.

Perbandingan kelayakan finansial usaha menunjukkan bahwa dari dua jenis usaha, usahatani pola I merupakan usaha yang lebih layak diusahakan. Hal ini dapat dilihat dari kriteria kelayakan finansial dari usahatani pola I yang memiliki nilai lebih baik. Pola usaha II merupakan pola usaha yang paling sensitif terhadap perubahan. Berdasarkan switching value dapat disimpulkan bahwa perubahan harga jual dan tingkat penjualan adalah perubahan yang paling sensitif terhadap kelayakan finansial kedua pola usaha. Dangan kata lain, berdasarkan analisis switching value, pola usaha yang paling menguntungkan untuk diusahakan dan memiliki tingkat sensitivitas yang kecil terhadap perubahan adalah pola usaha I.

Penelitian yang dilakukan oleh Purba (2008) yang berjudul “Analisis pendapatan usahatani dan saluran pemasaran pepaya california di Desa Cimande dan Desa Lemahduhur, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” menunjukkan bahwa produksi rata-rata pepaya california yang dihasilkan oleh petani responden adalah 65.296 kg dengan luas lahan rata 0,94 hektar (ha). Harga jual rata-rata pepaya california adalah Rp 1.930 per kg, sehingga rata-rata-rata-rata penerimaan yang diperoleh petani responden selama satu tahun adalah sebesar Rp 126.021.280. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani responden adalah Rp 31.125.475 per tahun, sehingga pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp 94.895.805 per tahun. Pendapatan atas total biaya untuk luas lahan rata-rata 0,94 hektar dengan rata-rata produksi 65.296 kg dan jumlah total biaya Rp 35.061.375 adalah sebesar


(46)

Rp 90.959.905. Nilai R/C atas biaya total yang diperoleh adalah 3.59 dan nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 4.05.

Pendapatan usahatani pepaya california juga dikelompokkan berdasarkan skala usaha, yaitu: skala usaha kecil (luas lahan < 1 hektar), skala usaha menengah (luas lahan 1 sampai < 2 hektar) dan skala usaha besar (luas lahan > 2 hektar). Luas lahan rata-rata yang dimiliki petani skala kecil adalah 0,35 hektar, petani skala menengah 1,15 hektar, dan skala besar adalah 2,5 hektar. Dari hasil analisis R/C diketahui bahwa petani responden skala menengah memiliki nilai R/C yang lebih besar, yaitu R/C atas biaya tunai sebesar 5,66 dan R/C atas total biaya sebesar 4,86.

Perhitungan pendapatan responden berdasarkan luas lahan tersebut juga dikonversikan ke dalam luasan satu hektar dengan tujuan untuk melihat faktor faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani tersebut untuk luasan per hektar. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C atas biaya tunai dan nilai R/C atas total biaya yang diterima oleh petani skala menengah juga lebih besar dibandingkan petani skala besar dan petani skala kecil (untuk luasan 1 ha). Petani skala menengah memperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 5,66 dan nilai R/C atas total biaya sebesar 4,86, petani skala besar memperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 3,58 dan nilai R/C atas total biaya sebesar 3,15,

sedangkan petani skala kecil memperoleh nilai R/C atas biaya tunai sebesar 3,55 dan nilai R/C atas total biaya sebesar 2,95. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa kegiatan usahatani pepaya california untuk luas lahan satu hektar yang dilakukan oleh petani skala menengah lebih efisien dibandingkan petani skala lain. Untuk


(47)

luasan tersebut, jumlah tanaman yang lebih efisien untuk diusahakan adalah sebanyak 1.587 pohon dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m.

Berdasarkan keseluruhan nilai R/C yang diperoleh petani responden (nilai R/C > 1), dapat dikatakan bahwa kegiatan usahatani pepaya California sangatlah

menguntungkan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani responden di Desa Cimande dan Desa Lemah Duhur adalah: luas lahan, jumlah tanaman per hektar, jarak tanam, penggunaan bibit, penggunaan pupuk kompos, penggunaan pupuk NPK dan penggunaan tenaga kerja luar keluarga (TKLK).

C. Kerangka Pemikiran

Sebagai buah segar, pepaya relatif disukai semua lapisan masyarakat karena cita rasanya yang enak, serta kaya vitamin A, B dan C yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia. Semakin meningkat kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi buah pepaya mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap papaya sehingga jumlah produksi pepaya juga harus ditingkatkan.

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi pepaya adalah dengan teknik

budidaya yang tepat. Penanganan yang baik mulai dari prapanen, masa panen dan pascapanen sangat diperlukan agar pepaya yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Salah satu jenis pepaya yang saat ini digemari oleh petani untuk

dikembangkan karena memiliki peluang bisnis yang menjanjikan adalah pepaya california. Pepaya california banyak dibudidayakan di Indonesia khususnya daerah Jawa. Provinsi Lampung masih jarang yang mmbudidayakan tanaman


(48)

tersebut. Salah satu tempat kegiatan bisnis budidaya pepaya california di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Selatan.

Pepaya california adalah varietas pepaya baru yang memiliki keunggulan

tersendiri. Rasa buah yang lebih manis, daya tahan lebih lama, dan biasa dipanen lebih cepat dibandingkan pepaya varietas lain (umur produksi lebih cepat)

menjadikan petani berminat untuk membudidayakannya. Di samping itu, harga jual yang lebih tinggi meningkatkan gairah dan keinginan petani untuk

mengusahakan pepaya tersebut, agar keuntungan yang diperoleh dapat semakin meningkat. Kegiatan utama pada pepaya california adalah proses produksi. Suatu proses produksi membutuhkan pengorbanan yang biasa disebut dengan biaya. Biaya-biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead (sewa lahan, dll). Komponen biaya produksi akan

mempengaruhi pembentukan harga pokok produksi, karena harga pokok produksi ditentukan faktor produksi, seperti lahan, tenaga kerja, benih, pupuk, dan

pestisida.

Penerimaan pepaya california didapat dari hasil produksi dikali dengan harganya yang diterima oleh petani. Setelah penerimaan diketahui barulah didapat

pendapatan, yaitu seluruh penerimaan dikurangi dengan seluruh biaya-biaya. Pendapatan bersih atau keuntungan akan menjadi lebih besar apabila pengusaha dapat menekan biaya produksi yang diimbangi dengan produksi yang tinggi serta harga jual produk yang tinggi pula. Apabila pendapatan usahatani pepaya

california yang diterima oleh petani cukup tinggi atau memberikan keuntungan, maka usahatani tersebut layak untuk dikembangkan.


(49)

Menurut Kadariah (2001), kelayakan usaha akan dilihat dari analisis finansial jangka panjang, antara lain Net Present Value (NPV) yang mempunyai nilai lebih besar dari nol, IRR bernilai lebih besar dari discount factor (IRR > i), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Rasio) yang mempunyai nilai lebih besar dari satu, payback period, yaitudi masa

pengembalian lebih pendek dari umur ekonomis proyek/investasi. Selain itu, analisis titik impas juga dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara volume produksi, volume penjualan, harga jual, biaya produksi dan biaya lain yang bersifat tetap maupun variabel. Analisis sensitivitas juga digunakan untuk mengetahui pengaruh perubahan volume produksi, biaya produksi, dan harga jual produk terhadap kelayakan usaha. Kerangka pikir analisis penetuan harga pokok produksi dan kelayakan finansial usahatani pepaya california di Kabupaten Lampng Selatan tahun 2013 disajikan pada Gambar 1.


(50)

Gambar 1. Paradigma analisis penentuan harga pokok produksi dan kelayakan finansial usahatani pepaya california (Carica papaya) di Kabupaten Lampung Selatan, 2013

Keluaran Pepaya califonia

Penerimaan Masukan

Lahan Alat-alat pertanian Pupuk & pestisida Bibit

Tenaga kerja, dll.

Aspek Finansial :

Period (PP), Net Present Value (NPV) Internal Rate of Return (IRR)

Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C) Gross Benefit - Cost Ratio (Gross B/C) Payback Periode

Analisis Titik Impas

(Break Event Point)

Analisis sensitivitas

Tidak layak Layak

Biaya Produksi

Pendapatan

Usahatani pepaya california

Harga pokok produksi


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang digunakan untuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Dalam penelitian ini akan dijelaskan konsep dasar dan definisi operasional dari aspek atau faktor-faktor yang akan menentukan hasil analisis

Usahatani pepaya california adalah kegiatan menanam dan mengelola tanaman pepaya california untuk menghasilkan produksi, sebagai sumber utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

Produksi pepaya california adalah buah tanaman pepaya california yang dihasilkan oleh petani dalam satu kali musim tanam tanaman pepaya california, dan dihitung dalam satuan kilogram (kg).

Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani dalam satu kali musim tanam, meliputi biaya bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, dan biaya-biaya lainnya. Biaya produksi usahatani pepaya california dihitung selama proses tanam, diukur dalam satuan rupiah (Rp).


(52)

Penerimaan adalah nilai hasil yang diterima oleh produsen yang dihitung dari perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga pepaya california di tingkat petani selama proses tanam, yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Pendapatan usahatani pepaya california adalah penerimaan dikurangi biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Harga pokok produksi (HPP) pada hakikatnya adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi. Harga pokok produksi digunakan sebagai penentu harga jual, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya overhead adalah biaya yang dikeluarkan petani pepaya california di luar biaya produksi, dalam penelitian ini antara lain biaya yang dikeluarkan adalah: biaya listrik, biaya telepon, biaya pajak, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Proyek pepaya california adalah suatu usahatani pepaya california yang

menggunakan modal/faktor produksi yang diharapkan memberikan manfaat (benefit) setelah suatu jangka waktu tertentu.

Analisis finansial adalah analisis yang didasarkan pada perbandingan atau rasio manfaat yang akan diperoleh (benefit) dan biaya (cost) yang akan

dikorbankan untuk melihat layak atau tidaknya usaha tersebut dilaksanakan.

Kriteria analisis discounted adalah suatu kriteria yang digunakan untuk mengetahui berapakah manfaat (benefit) serta biaya (cost) selama umur ekonomis proyek yang nilainya diukur dengan nilai sekarang. Kriteria


(53)

analisis discounted terdiri dari perhitungan nilai tunai bersih atau Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR).

Harga produk (output) adalah harga pepaya california yang diterima oleh petani dan diukur dalam satuan rupiah/kg (Rp/kg).

Biaya adalah jumlah seluruh nilai yang dikorbankan untuk usahatani pepaya california selama umur ekonomis usahatani, dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya total adalah seluruh biaya, meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan karena dipakainya faktor-faktor produksi dalam proses produksi dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya tetap adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usahatani pepaya california yang jumlahnya tetap dan tidak bergantung pada skala produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya variabel adalah sejumlah uang yang dikeluarkan dalam usahatani pepaya california yang besar kecilnya tergantung dari skala produksi dan diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Pemasaran adalah proses pertukaran yang mencakup serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk memindahkan barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan tujuan memperoleh keuntungan di satu pihak, dan kepuasan di pihak lain.


(54)

Jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja, baik dari dalam maupun luar keluarga, yang digunakan untuk proses produksi, yang diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK). HOK dihitung dengan cara jam kerja aktual dibagi jam kerja efektif (8 jam) dikali dengan banyaknya tenaga kerja (orang) yang bekerja.

Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan investasi usahatani pepaya california, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Umur ekonomis alat adalah jumlah tahun penggunaan alat, terhitung sejak tahun pembelian sampai alat tersebut tidak dapat digunakan lagi, diukur dalam satuan tahun (thn).

Net Present Value (NPV) atau nilai tunai bersih saat ini, merupakan metode yang menghitung manfaat atau penerimaan dan biaya atau pengeluarandalam nilai bersih saat ini, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek, atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol, diukur dalam satuan persen (%)

Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan perhitungan yang menunjukkan suatu tingkat perbandingan antara jumlah present value penerimaan bersih dengan jumlah present value biaya, diukur dalam satuan persen (%)


(55)

Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara penerimaan manfaat bruto dari suatu investasi dengan biaya bruto yang telah dikeluarkan, diukur dalam satuan persen (%).

Payback Period atau periode kembali modal adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi proyek, diukur dalam satuan tahun (thn).

Discount Factor adalah suatu bilangan yang lebih kecil dari satu yang dapat dipakai untuk mengalikan atau mengurangi suatu jumah di waktu yang akan datang, sehingga dapat diketahui berapa nilainya saat ini, diukur dalam satuan persen (%). Dalam perhitungan kelayakan finansial, discount factor hanya digunakan sebagai acuan pengukuran IRR.

Analisis sensitivitas adalah suatu perhitungan yang bertujuan melihat kepekaan suatu proyek terhadap suatu perubahan atau kesalahan dalam perhitungan manfaat dan biaya.

B. Batasan Penelitian

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Responden di lokasi penelitian adalah pemilik usahatani pepaya california. 2. Pengumpulan data penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2013.

3. Harga jual yang digunakan adalah harga jual rata-rata seluruh petani pepaya california yang menjadi responden.


(56)

4. Umur ekonomis investasi/ usaha yang digunakan adalah 10 tahun, karena sesuai dengan umur ekonomis peralatan yaitu mesin air.

5. Suku bunga yang dijadikan dasar dalam perhitungan analisis kelayakan adalah suku bunga maksimal Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebesar 14%.

6. Skenario sensitivitas terdiri dari:

a. Penurunan harga jual sebesar 5%, didapatkan dari persentase fluktuasi harga pepaya califronia, dengan asumsi semakin bertambah jumlah petani pepaya california menyebabkan produk yang ditawarkan semakin

bertambah, sehinggaharga jual produk menjadi turun.

b. Kenaikan biaya produksi sebesar 5,47%, didapat dari nilai rata-rata tingkat inflasi Bank Indonesia (BI) pada tahun 2013.

c. Penurunan jumlah produksi sebesar 17%, didapat dari produksi pepaya california di daerah penelitian. Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani pepaya california di lokasi penelitian, produksi turun karena musim panas yang berkepanjangan.

C. Lokasi, Responden dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Lampung Selatan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah sentra produksi pepaya california di Lampung. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kalianda, Bakauheni, dan Pematang Pasir, dengan

jumlah petani pepaya california sebanyak 20 orang. Menurut informasi dari Dinas PertanianTanaman Pangan dan Hortikultura, pada tahun 2013 di Kabupaten


(57)

Lampung Selatan terdapat 20 petani yang mengusahakan pepaya california. Menurut Arikunto (2002), apabila populasi penelitian kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah semua petani yang

mengusahakan usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan, yang berjumlah 20 orang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013.

D. Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dengan metode survei dan pengamatan langsung di lapang. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dari hasil wawancara dengan petani (responden) yang dibantu

penggunaan kuesioner (daftar pertanyaan) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi terkait, laporan-laporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

E. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder, dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskriptif tabulasi serta diolah dengan bantuan kalkulator dan komputer.

1. Harga Pokok Produksi

Untuk menganalisis harga pokok produksi usahatani pepaya california digunakan perhitungan seperti disajikan pada Tabel 6.


(58)

Tabel 6. Perhitungan harga pokok produksi usahatani pepaya california di Kabupaten Lampung Selatan, 2013

No Keterangan/Uraian Nilai

(Rp)

1 Biaya tetap: A

-Biaya investasi a1

-Biaya listrik (Rp/th) a2

-Biaya pajak lahan pertanian (Rp/th) a3

2 Biaya variabel: B

-Pupuk kandang (Rp/kg) b1

-Pupuk kimia (Rp/kg) b2

-Pestisida (Rp/kg) b3

-Biaya tenaga kerja (Rp) b4

3 Total Biaya (C) (Rp) c= (a+b)

4 Output (Produksi) (kg) D

5 Rata-rata harga pepaya california E

5 Penerimaan (R) (Rp) f= (dxe)

6 HPP (Rp/kg) g=c/d

7 R/C h=f/c

Sumber: Mulyadi, 1991 (direvisi)

2. Kelayakan finansial

Untuk menjawab tujuan penelitian kedua, maka digunakan analisis finansial dengan beberapa kriteria, yaitu:

a. Net Present Value (NPV)

Perhitungan Net Present Value merupakan net benefit yang telah didiskon dengan Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) sebagai discount factor.

Rumus dari Net Present Value adalah :

... (1)

 

   n t t t t i C B NPV 1 1


(59)

di mana :

NPV = Net Present Value t = waktu

Bt = benefit (manfaat)

Ct = cost (biaya)

i = tingkat bunga bank yang berlaku

Kriteria pengukuran adalah jika:

(1) NPV > 0, maka investasi dikatakan layak (feasible)

(2) NPV < 0, maka investasi dikatakan tidak layak (no feasible) (3) NPV = 0, maka investasi berada pada posisi Break Event Point

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat bunga yang menunjukkan nilai bersih sekarang (NPV) sama dengan jumlah seluruh investasi proyek atau dengan kata lain tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR dihitung dengan menggunakan rumus:

2 1

2

1 1

1 i i

NPV NPV

NPV i

IRR

      

 ...(2)

di mana:

NPV1 = Net Present Value positif

NPV2 = Net Present Value negatif

i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1


(60)

Kriteria pengukuran adalah jika:

(1) IRR > i, maka investasi dinyatakan layak (feasible)

(2) IRR < i, maka investasi dinyatakan tidak layak (unfeasible)

(3) IRR = i, maka investasi berada pada posisi break event point (BEP)

c. Net Benefit Cost Ratio B/C

Net benefit cost ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah didiscount positif dengan net benefit yang telah didiscount negatif. Net B/C dapat dirumuskan sebagai:

 

 

       n t t n t t i bt ct i ct bt C NetB 1 1 1 1 / di mana:

Net B/C = Net benefit cost ratio

bt = Benefit/ penerimaan bersih tahun (t = 1,2,3,...n) ct = Cost/biaya pada tahun t

i = Tingkat bunga

Kriteria pengukuran adalah jika:

(1) Net B/C > 1, maka investasi dikatakan layak (feasible)

(2) Net B/C < 1, maka investasi dikatakan tidak layak (un feasible)

(3) Net B/C = 1, maka investasi berada pada posisi break event point (BEP) ...(3)


(1)

Tabel 29. Sensitivitas biaya naik 5,47% usahatani pepaya california

Tahun Produksi (kg)

Harga (Rp)

Penerimaan

(Rv) Biaya Biaya Naik

Pendapatan (Net B)

Cf/Df=

0,14 PV Rv PV Ct

NPV (+) (PV

1 Net B) BEP Unit

BEP Harga (2)x(3) (Ct) 5,47% (4)-(5) 0,14 (4)x(7) (5)x(7) (6)x(7) (5)/(3) (5)/(2)

(1) (2) (3) (4) (5) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 7819,70 2000 15639400 45314550,77 47793256,69 (32.153.857) 0,88 13718771,93 41923909,38 (28.205.137) 23896,628 6111,9041

2 14181,80 2000 28363600 4597744 4849240,597 23514359,4 0,77 21824869,19 3731333,177 18093536,01 2424,6203 341,93407

3 11749,23 2000 23498464,71 4597744 4849240,597 18649224,11 0,67 15860794,35 3273099,278 12587695,07 2424,6203 412,72829

4 8256,31 2000 16512629,41 5005511,544 5279313,025 11233316,39 0,59 9776802,202 3125777,12 6651025,082 2639,6565 639,4273

5 7819,70 2000 15639400 8146783,474 8592412,53 7046987,47 0,8 13718771,93 7537203,973 6181567,956 4296,2063 1098,8161

6 14181,80 2000 28363600 4597744 4849240,597 23514359,4 0,77 21824869,19 3731333,177 18093536,01 2424,6203 341,93407

7 11749,23235 2000 23498464,71 4597744 4849240,597 18649224,11 0,67 15860794,35 3273099,278 12587695,07 2424,6203 412,72829

8 8256,31 2000 16512629,41 5005511,544 5279313,025 11233316,39 0,59 9776802,202 3125777,12 6651025,082 2639,6565 639,4273

9 7819,70 2000 15639400 7830994 8259349,372 7380050,628 0,88 13718771,93 7245043,309 6473728,621 4129,6747 1056,2233

10 14181,80 2000 28363600 7413533,474 7819053,755 20544546,25 0,77 21824869,19 6016507,968 15808361,22 3909,5269 551,34424

Jumlah 106015,59 20000 212031188,2 97107860,8 102419660,8 109611527,4 7,47 157906116,5 82983083,78 74923032,69 51209,83 11606,467

Rta-rata 10601,56 2000 21203118,82 9710786,08 10241966,08 10961152,74 0,75 15790611,65 8298308,378 7492303,269 5120,983 1160,6467

Net B/C 3,656361197 Gross

B/C 1,902871155

NPV 74.923.033

Pp 7,375310926

IRR 55%

BEP

Unit 5120,983039

BEP


(2)

Tabel 30. Sensitivitas produksi turun 17% usahatani pepaya california

Tahun Produksi (kg) Produksi Harga (Rp)

Penerimaan

(Rv) Biaya

Pendapatan (Net B)

Cf/Df

= 0,14 PV Rv PV Ct

NPV (+) (PV 1

Net B) BEP Unit BEP Harga 17% (2)x(3) (Ct) (4)-(5) 0,14 (4)x(7) (5)x(7) (6)x(7) (5)/(3) (5)/(2)

(1) (2) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 7819,70 6490,35 2000 12980702 45314550,77 (32333848,77) 0,88 11386580,7 39749605,94 (28363025,23) 22657,275 6981,833612

2 14181,80 11770,89 2000 23541788 4597744 18944044 0,77 18114641,43 3537814,712 14576826,72 2298,872 390,6027868

3 11749,23 9751,86 2000 19503725,71 4597744 14905981,71 0,67 13164459,31 3103346,239 10061113,07 2298,872 471,4734066

4 8256,31 6852,74 2000 13705482,41 5005511,544 8699970,868 0,59 8114745,828 2963664,663 5151081,165 2502,7558 730,4393079

5 7819,70 6490,35 2000 12980702 8146783,474 4833918,526 0,88 11386580,7 7146301,293 4240279,409 4073,3917 1255,214621

6 14181,80 11770,89 2000 23541788 4597744 18944044 0,77 18114641,43 3537814,712 14576826,72 2298,872 390,6027868

7 11749,23 9751,86 2000 19503725,71 4597744 14905981,71 0,67 13164459,31 3103346,239 10061113,07 2298,872 471,4734066

8 8256,31 6852,74 2000 13705482,41 5005511,544 8699970,868 0,59 8114745,828 2963664,663 5151081,165 2502,7558 730,4393079

9 7819,70 6490,35 2000 12980702 7830994 5149708 0,88 11386580,7 6869292,982 4517287,719 3915,497 1206,559399

10 14181,80 11770,89 2000 23541788 7413533,474 16128254,53 0,77 18114641,43 5704473,279 12410168,15 3706,7667 629,8190667

Jumlah 106015,59 87992,94 20000 175985886,2 97107860,8 78878025,43 7,47 131062076,7 78679324,72 52382751,95 48553,93 13258,4577

Rata-rata 10601,56 8799,29 2000 17598588,62 9710786,08 7887802,543 0,75 13106207,67 7867932,472 5238275,195 4855,393 1325,84577

Net B/C 2,846867586

Gross

B/C 1,665775312

NPV 52382751,95

Pp 9,933688223

IRR 41%

BEP

Unit 4855,39304

BEP


(3)

Tabel 31. Sensitivitas harga turun 5% usahatani pepaya california

Tahun Produksi (kg)

Harga (Rp)

Harga Penerimaan

(Rv) Biaya

Pendapatan (Net B)

Cf/Df=

0,14 PV Rv PV Ct

NPV (+) (PV

1 Net B) BEP Unit

BEP Harga 5% (2)x(3) (Ct) (4)-(5) 0,14 (4)x(7) (5)x(7) (6)x(7) (5)/(3) (5)/(2)

(1) (2) (3) 3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 7819,70 2000 1900 14857430 45314550,77 (30457120,77) 0,877193 13032833,33 39749605,94 (26716772,6) 23849,764 5794,9219

2 14181,80 2000 1900 26945420 4597744 22347676 0,769468 20733625,73 3537814,712 17195811,02 2419,8653 324,20031

3 11749,23 2000 1900 22323541,47 4597744 17725797,47 0,674972 15067754,63 3103346,239 11964408,39 2419,8653 391,32293

4 8256,31 2000 1900 15686997,94 5005511,544 10681486,4 0,59208 9287962,092 2963664,663 6324297,429 2634,4798 606,26463

5 7819,70 2000 1900 14857430 8146783,474 6710646,526 0,877193 13032833,33 7146301,293 5886532,041 4287,7808 1041,8281

6 14181,80 2000 1900 26945420 4597744 22347676 0,769468 20733625,73 3537814,712 17195811,02 2419,8653 324,20031

7 11749,23 2000 1900 22323541,47 4597744 17725797,47 0,674972 15067754,63 3103346,239 11964408,39 2419,8653 391,32293

8 8256,31 2000 1900 15686997,94 5005511,544 10681486,4 0,59208 9287962,092 2963664,663 6324297,429 2634,4798 606,26463

9 7819,70 2000 1900 14857430 7830994 7026436 0,877193 13032833,33 6869292,982 6163540,351 4121,5758 1001,4443

10 14181,80 2000 1900 26945420 7413533,474 19531886,53 0,769468 20733625,73 5704473,279 15029152,45 3901,8597 522,74983

Jumlah 106015,59 20000 19000 201429628,8 97107860,8 104321768 7,474085 150010810,6 78679324,72 71331485,92 51109,4 11004,52

Rata-rata 10601,56 2000 1900 20142962,88 9710786,08 10432176,8 0,747409 15001081,06 7867932,472 7133148,592 5110,94 1100,452

Net B/C 3,66991403

Gros s

B/C 1,9066103

NPV 71331485,9

Pp 7,6743973

IRR 56%

BEP Unit 2419,86526 BEP


(4)

Tabel 32. Perubahan suku bunga 24%

Tahun Produksi (kg)

Harga (Rp)

Penerimaan

(Rv) Biaya

Pendapatan

(Net B) cf/df=24% PV Rv PV Ct

NPV (+) (PV

1 Net B) BEP Unit BEP Harga (2)x(3) (Ct) (4)-(5) 0,24 (4)x(7) (5)x(7) (6)x(7) (5)/(3) (5)/(2)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

1 7819,70 2000 15639400 45314550,8 (29.675.151) 0,806451613 12612419,4 36543992,55 (23.931.573) 22657,27538 5794,9219

2 14181,80 2000 28363600 4597744 23765856 0,650364204 18446670,1 2990208,117 15456462,02 2298,872 324,20031

3 11749,23 2000 23498464,71 4597744 18900720,71 0,524487261 12324645,4 2411458,159 9913187,239 2298,872 391,32293

4 8256,31 2000 16512629,41 5005511,54 11507117,87 0,422973598 6984406,27 2117199,226 4867207,045 2502,755772 606,26463

5 7819,70 2000 15639400 8146783,47 7492616,526 0,806451613 12612419,4 6569986,672 6042432,683 4073,391737 1041,8281

6 14181,80 2000 28363600 4597744 23765856 0,650364204 18446670,1 2990208,117 15456462,02 2298,872 324,20031

7 11749,23 2000 23498464,71 4597744 18900720,71 0,524487261 12324645,4 2411458,159 9913187,239 2298,872 391,32293

8 8256,31 2000 16512629,41 5005511,54 11507117,87 0,422973598 6984406,27 2117199,226 4867207,045 2502,755772 606,26463

9 7819,70 2000 15639400 7830994 7808406 0,806451613 12612419,4 6315317,742 6297101,613 3915,497 1001,4443

10 14181,80 2000 28363600 7413533,47 20950066,53 0,650364204 18446670,1 4821496,796 13625173,34 3706,766737 522,74983

Jumlah 106015,59 20000 212031188,2 97107860,8 114923327,4 6,265369169 131795372 69288524,77 62506847,04 48553,9304 11004,52

Rata-rata 10601,56 2000 21203118,82 9710786,08 11492332,74 0,626536917 13179537,2 6928852,477 6250684,704 4855,39304 1100,452

Net B/C 3,0436

Gross

B/C 1,902124085

NPV 62506847,04

Pp 6,51768523

IRR 43%

BEP unit 4855,39304 BEP


(5)

Tabel 33. Laju kepekaan usahatani pepaya california

Biaya biaya naik sebesar 5,47%

Net gross pp npv Irr

y1 5,47% x1 3,66 1,90 7,38 74.923.032,69 55,27%

y0 0,14 x0 4,04 2,01 6,17 79.226.791,75 61,99%

Selisih (0,09) selisih (0,39) (0,10) 1,21 (4.303.759,06) 0,62

rata2 0,10 rata2 3,85 1,95 6,77 77.074.912,22 0,59

(87,62) (10,06) (5,32) 17,84 (5,58) 105,73

LK 0,11 0,06 (0,20) 0,06 (1,21)

Harga jual turun sebesar 5,00%

Net gross pp npv Irr

y1 5,00% x1 3,67 1,91 7,67 71.331.485,92 55,51%

y0 0,14 x0 4,04 2,01 6,17 79.226.791,75 61,99%

Selisih (0,09) selisih (0,37) (0,10) 1,51 (7.895.305,82) (0,06)

rata2 0,10 rata2 3,86 1,96 6,92 75.279.138,84 0,59

(94,74) (9,69) (5,13) 21,78 (10,49) (11,04)

LK (0,10) (0,05) 0,23 (0,11) (0,12)

Produksi turun sebesar 17,00%

Net gross pp npv Irr

y1 17,00% x1 2,85 1,67 9,93 52.382.751,95 41,11%

y0 0,14 x0 4,04 2,01 6,17 79.226.791,75 61,99%

Selisih 0,03 selisih (1,20) (0,34) 3,77 (26.844.039,80) (0,21)

rata2 0,16 rata2 3,45 1,84 8,05 65.804.771,85 0,52

19,35 (34,74) (18,58) 46,79 (40,79) (40,50)

LK (1,79) (0,96) 2,42 (2,11) (2,09)

Perubahan suku bunga sebesar 24,00%

net gross pp npv Irr

y1 24,00% x1 3,04 1,90 6,52 62.506.847,04 42,73%

y0 0,14 x0 4,04 2,01 6,17 79.226.791,75 61,99%

Selisih 0,10 selisih (1,00) (0,10) 0,35 (16.719.944,71) (0,19)

rata2 0,19 rata2 3,54 1,95 6,34 70.866.819,39 0,52

52,63 (28,22) (5,36) 5,53 (23,59) (36,80)

LK (0,54) (0,10) 0,11 (0,45) (0,70)


(6)

mempengaruhi Perubahan perubahan Kepekaan

1 Harga jual turun 5%

NPV (Rp) 79.226.791,75 71.331.485,92 (0,11) TS

IRR (%) 61,99% 55,51% (0,12) TS

Net B/C 4,04 3,67 (0,10) TS

Gross B/C 2,01 1,91 (0,05) TS

PP (tahun) 6,17 7,67 0,23 TS

2 Biaya produksi naik 5,47%

NPV (Rp) 79.226.791,75 74.923.032,69 0,06 TS

IRR (%) 61,99% 55,27% (1,21) S

Net B/C 4,04 3,66 0,11 TS

Gross B/C 2,01 1,90 0,06 TS

PP (tahun) 6,17 7,38 (0,20) TS

3 Jumlah poduksi turun 17%

NPV (Rp) 79.226.791,75 52.382.751,9 (2,11) S

IRR (%) 61,99% 41,11% (2,09) S

Net B/C 4,04 2,85 (1,79) S

Gross B/C 2,01 1,67 (0,96) TS

PP (tahun) 6,17 9,93 2,42 S

4 Perubahan suku bunga 24%

NPV (Rp) 79.226.791,75 62.506.847,04 (0,45) TS

IRR (%) 61,99% 42,73% (0,70) TS

Net B/C 4,04 3,04 (0,54) TS

Gross B/C 2,01 1,90 (0,10) TS