Penentuan unit cost kamar rawat inap d engan metode full costing pada rumah sakit bersalin dentatama sragen Tahun 2005

(1)

1

pada rumah sakit bersalin dentatama sragen

Tahun 2005

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Ahli Madya

Program Studi D3 Akuntansi

Disusun Oleh :

Nova Widiarni

F.3303167

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2006


(2)

ABSTRAKSI

P E N E N T U A N U N I T C O S T K A M A R R A W A T I N A P

D E N G A N M E T O D E F U L L C O S T I N G

PADA RUMAH SAKIT BERSALIN DENTATAMA SRAGEN

TAHUN 2005

NOVA WIDIARNI

F 3303167

Tujuan penentuan unit cost kamar rawat inap dengan metode full costing pada Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen adalah untuk melakukan penghitungan besarnya unit cost masing-masing kamar pada Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen. Analisis data yang penulis lakukan menunjukkan bukti bahwa RSB Dentatama Sragen belum menentukan atau melakukan penghitungan unit cost yang seharusnya digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tarif kamar. Selama ini penentuan tarif kamar pada RSB Dentatama Sragen hanya didasarkan pada tarif pesaing. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis melakukan penilaian tentang kemungkinan sistem penentuan unit cost RSB Dentatama Sragen dengan menggunakan metode full costing yang memberikan informasi yang lebih akurat untuk tujuan pengambilan keputusan oleh manajemen terutama dalam hal tarif. Metode ini dilakukan dengan mengelompokkan biaya atas dasar perilaku biaya terhadap perubahan volume aktivitas. Hasil analisis penghitungan unit cost untuk kamar VIP, Kelas I dan Kelas III dan penentuan tarif kamar per hari menunjukkan bahwa RSB Dentatama Sragen masih mempunyai kemungkinan untuk dapat memenangkan persaingan dalam hal tarif karena untuk mencapai target surplus yang telah ditetapkannya, dapat diperoleh tarif yang lebih rendah daripada yang ditetapkan saat ini, sehingga RSB Dentatama Sragen dapat lebih leluasa dalam menentukan tarif sewa kamar, kecuali untuk kamar Kelas II hasil penghitungan menunjukkan tarif yang lebih tinggi dari tarif RSB Dentatama Sragen namun selisih yang muncul tidak signifikan.

Bukti yang penulis peroleh tersebut mendasari penulis untuk mengajukan rekomendasi pada RSB Dentatama Sragen, yaitu hendaknya RSB Dentatama Sragen menghitung kembali dengan teliti penetapan tarif sewa kamar yang selama ini hanya didasarkan pada tarif pesaingnya, karena tarif tersebut belum tentu tepat diterapkan di RSB Dentatama Sragen mengingat biaya operasional antar rumah sakit belum tentu sama, disamping itu RSB Dentatama Sragen juga perlu mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan baik dari segi kualitas maupun kuantitas untuk dapat memenangkan persaingan antar rumah sakit di Sragen.


(3)

(4)

(5)

MOTTO

v

Cinta tidak memberikan apa-apa kecuali keseluruhan dirinya, cinta tidak

mengambil apa-apa kecuali dari dirinya, cinta tidak memiliki atau dimiliki

karena cinta telah cukup untuk cinta.

(Kahlil Gibran)

v

Jalanilah hidup apa adanya, kalau tiba masa dimana kita sakit pasti sakit,

kalau senang pasti senang, disaat sakit ataupun senang janganlah terlalu

terbawa suasana, biarkanlah hidup seperti air mengalir.

(Penulis)

v

Untuk memberikan cinta, seseorang harus memiliki cinta, untuk

mengajarkan dan mempelajari cinta seseorang harus hidup dalam cinta,

untuk mengenal cinta seseorang harus bisa menerima cinta, untuk

mempercayai cinta seseorang harus merasa yakin akan cinta, untuk patuh

kepada cinta seseorang harus rawan terhadap cinta, untuk mengabdi kepada

cinta seseorang harus tumbuh dan berkembang dalam cinta.

(Kahlil Gibran)

v

Selagi bumi masih berputar pada porosnya tetaplah kau dan yakini tuk

menjelajahinya, jangan pernah takut kalah pada rembulan.

(Penulis)

Karya ini kupersembahkan teruntuk:

z

Ayah&Ibundaku tercinta

z

Semua sahabatku


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “PENENTUAN UNIT COST KAMAR RAWAT INAP DENGAN METODE FULL COSTING PADA RUMAH SAKIT BERSALIN DENTATAMA SRAGEN TAHUN 2005” ini dengan baik.

Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Jurusan Akuntansi Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis banyak mendapat petunjuk, bimbingan, dan bantuan serta dorongan semangat dari berbagai pihak sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak berikut ini.

1. Allah SWT atas semua yang terjadi di dalam hidupku.

2. Ibu Dra. Salamah Wahyuni, SU, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Dra. Evi Gantyowati, M.Si., Ak., selaku Ketua Program D3 Akuntansi Keuangan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Christiyaningsih Budiwati, S.E., M.Si., Ak., yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.


(7)

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

6. dr. Mulyo Kuncoro Sp.OG., selaku direktur dan pemilik Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Bapak Nereus Meidiyanto, SIP., selaku Kasie Administrasi dan Personalia Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen.

8. Bapak Wahyu di Bagian Akuntansi Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen.

9. Ayah&Ibundaku tercinta yang senantiasa memberiku kasih sayang, semangat, dukungan dan doa. (u’r the greatest mother in the world, i love u mom…).

10. Ayanx Ryo yang selalu berjalan disampingQ&setia menemaniQ menjelajahi dunia ini.

11. Genk Destroyer (Lielies Geuliz yang perhatian, dewasa&pengertian, Dewie Cute yang lucu&murah hati, Poetry Anggun yang baik hati yang memberikan “basecamp” buwat Qt**, Bertha Centil yang pinter, Chairul&Anda) keberadaan kalian mendatangkan keceriaan dalam hidupQ, makacih….sahabat**Q yang amat kusayangi.

12. Genk Cantik (Atik cuantik akhirnya perjuangan Qt berakhir juga, Rierie Qute, Julia yang baik, Diah yang kalem&Dinar muaniz) tas semangat&dukungan’y kalian.


(8)

14. Sahabat**Q SMA (Icha yang muaniz&selalu peduli ma aq, Sulis yang baik hati, Murni yang cantik, Ida yang kualem&Fathoni yang lucu), kenangan** bersama kalian terlalu maniz untuk dilupakan.

15. Anak** Akuntansi C angkatan 2003.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Surakarta, Juli 2006


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRAKSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 1

1. Sejarah Berdirinya RSB Dentatama Sragen ... 1

2. Visi, Misi dan Motto RSB Dentatama Sragen ... 2

3. Struktur Organisasi RSB Dentatama Sragen ... 3

4. Unit Rawat Inap ... 9

B. Latar Belakang Masalah... 10

C. Perumusan Masalah... 15

D. Tujuan Penelitian... 16


(10)

BAB II PEMBAHASAN ... 17

A. Landasan Teori ... 17

1. Pengertian Rumah Sakit... 17

2. Pengertian Biaya ... 18

3. Pengertian Unit Cost... 23

4. Hubungan Unit Cost Dengan Biaya... 24

5. Metode Penentuan Unit Cost... 24

B. Analisis Data ... 28

B.1. Analisis Penghitungan Unit Cost Menurut Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen... 29

B.2. Analisis Penghitungan Unit Cost dengan Metode Full Costing... 34

BAB III TEMUAN... 54

A. Kelebihan ... 54

B. Kelemahan... 54

BAB IV PENUTUP ... 56

A. Kesimpulan... 56

B. Saran... 56 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen ... 4


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

I.1. Jenis Ruangan dan Tarif Sewa Ruangan ... 10

II.1. Contoh Penghitungan Biaya Listrik Pabrik per Bulan ... 22

II.2. Klasifikasi Biaya ... 31

II.3. Biaya-Biaya yang Dikeluarkan Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen Tahun 2005 ... 32

II.4. Jumlah Hari Hunian Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005 ... 33

II.5. Biaya Operasional dan Cost Driver Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen Tahun 2005... 33

II.6. Biaya Operasional dan Cost Driver... 35

II.7. Alokasi Biaya Operasional Selama Tahun 2005 ... 36

II.8. Jumlah Biaya Gaji dan Jumlah Hari Hunian Selama Tahun 2005 ... 37

II.9 Alokasi Biaya Gaji Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005 ... 39

II.10. Jumlah Biaya Listrik dan Jumlah Hari Hunian Selama Tahun 2005 .... 39

II.11. Alokasi Biaya Tetap Listrik Selama Tahun 2005... 40

II.12. Alokasi Biaya Listrik Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005 ... 41

II.13. Alokasi Biaya Administrasi dan Umum Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005 ... 42

II.14. Jumlah Biaya Laundry dan Jumlah Hari Hunian Selama Tahun 2005.. 43

II.15. Alokasi Biaya Tetap Laundry Selama Tahun 2005... 44


(13)

II.17. Alokasi Biaya Kebersihan Berdasarkan Luas Lantai Selama Tahun 2005 ... 45 II.18. Jumlah Biaya Air dan Jumlah Hari Hunian Selama Tahun 2005... 46 II.19. Alokasi Biaya Air Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005... 48 II.20. Alokasi Biaya Makan dan Minum Tiap Tipe Kamar Selama

Tahun 2005 ... 49 II.21. Alokasi Biaya Depresiasi Berdasarkan Luas Lantai Selama

Tahun 2005 ... 49 II.22. Alokasi Biaya Depresiasi Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005 ... 50 II.23. Hasil Analisis Penghitungan Harga Pokok Sewa Kamar Selama

Tahun 2005 ... 51 II.24. Tarif Sewa Kamar Per Hari Selama Tahun 2005 ... 52 III.1. Jenis Kamar Rawat Inap dan Tarif Sewa Masing-Masing Kamar


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

Gambaran Umum Perusahaan

Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen.

Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen merupakan salah satu rumah sakit swasta milik seorang dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan bernama dr. Mulyo Kuncoro, Sp.OG yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan No. 6 Sragen. Rumah Sakit Bersalin Dentatama telah mendapatkan ijin pendirian dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia dengan Nomor: YM.02.04.3.5.3479. Rumah Sakit Bersalin Dentatama pada awalnya bernama Rumah Bersalin Dentatama yang didirikan pada tanggal 12 Februari 1993. Pada awal berdirinya Rumah Bersalin Dentatama hanya melayani ibu bersalin, pasien penyakit kandungan dan perawatan kehamilan.

Seiring dengan perkembangan Rumah Bersalin Dentatama maka pada tanggal 7 April 2000 bersamaan dengan dioperasikannya kamar operasi pasien, Rumah Bersalin Dentatama diubah namanya menjadi Rumah Sakit Bersalin Dentatama dimana saat ini kapasitas rumah sakit tersebut telah bertambah yang dulunya hanya berkapasitas sembilan buah tempat tidur, sekarang sudah bertambah menjadi 17 tempat tidur dan kamar bayi 17 tempat tidur. Seiring dengan bertambahnya kapasitas tempat tidur tersebut, maka sekarang diikuti pula dengan penambahan jumlah


(15)

fasilitas yang isinya seperti fasilitas Ultrasonografi, Echocardiografi, dan penambahan fasilitas tenaga kerja diantaranya adalah dua orang dokter spesialis kandungan, 30 orang perawat dan tenaga non medis lainnya, maupun penambahan fasilitas bangunan fisik.

Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen. Visi Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen

Visi Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen adalah menjadi rumah sakit bersalin unggulan di Kabupaten Sragen yang melayani kesehatan ibu hamil juga wanita dengan penyakit kandungan, dan mampu memberikan asuhan kebidanan dan keperawatan yang memuaskan pelanggan, didukung sumber daya manusia profesional. Misi Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen

Adapun yang menjadi misi Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen adalah sebagai berikut ini.

Melayani ibu hamil, bersalin, dan nifas secara prima sesuai standar pelayanan kebidanan dan asuhan keperawatan sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup ibu bersalin dan bayi yang dilahirkan.

Melayani penderita dengan penyakit kandungan sesuai dengan standar pelayanan penyakit kandungan dan asuhan keperawatan sehingga dapat memberikan pelayanan yang paripurna dan berkualitas.

Menyelenggarakan rumah sakit sayang ibu.


(16)

Motto

Adapun yang menjadi motto dari Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen adalah “kuberikan pelayanan tulus kepadamu”.

Struktur Organisasi Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen.

Suatu perusahaan atau lembaga dalam mencapai tujuan pokok yang telah ditetapkan, perlu merancang struktur organisasi yang baik agar setiap bagian dari organisasi dapat memberikan kontribusi yang maksimal terhadap aktivitas perusahaan.

Menurut Supriyono (1999), struktur organisasi adalah susunan sistem hubungan antar posisi-posisi kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi. Struktur tersebut adalah hasil dari pertimbangan dan kesadaran tentang pentingnya perencanaan atas penentuan kekuasaan, tanggung jawab dan spesialisasi setiap anggota organisasi.

Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan. Struktur organisasi merupakan hubungan kerjasama antar fungsi-fungsi dalam perusahaan yang memungkinkan terselenggaranya fungsi tersebut secara efektif, efisien dan memenuhi kebutuhan manajemen perusahaan.

Struktur organisasi Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen menunjukkan bahwa pimpinan dalam melaksanakan fungsi manajemen dibantu oleh bagian-bagian yang bertanggungjawab sesuai dengan fungsinya masing-masing. Untuk lebih jelas tentang struktur organisasi


(17)

Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen dapat dilihat pada gambar I.1 berikut ini.

Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

Gambar I.1. Struktur Organisasi

Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen

KETUA YAYASAN

DIREKTUR

KETUA DIKLAT KOMITE MEDIS

KASI MEDIS KASI KEPERAWATAN KASI KEUANGAN KASI ADM

RAWAT INAP

RAWAT JALAN

REKANMEDIS

KAMAR OPERASI

ECG / USG

UGD

LABORATORIUM

RAWAT INAP

RAWAT JALAN

ANGGARAN

BENDAHARA

RMH. TANGGA

KEAMANAN

TRANSPORTASI

HUMAS

PERS


(18)

Deskripsi Jabatan a. Direktur

Adapun tugas dari Direktur Rumah Sakit Bersalin Dentatama adalah sebagai berikut ini.

1) Menyusun rencana kegiatan dan menetapkan program kerja guna kelancaran dan pedoman pelaksanaan tugas.

2) Memberi petunjuk dan arahan kepada bawahan dalam rangka menyelesaikan tugas yang telah diberikan.

3) Memantau pelaksanaan tugas bawahan, agar tugas dapat dilaksanakan sesuai petunjuk.

4) Mengikuti perkembangan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5) Melaksanakan evaluasi pelaksanaan tugas dari bidang-bidang yang ada.

b. Ketua Diklat

Adapun tugas dari Ketua Diklat Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen adalah sebagai berikut ini.

1) Menyelenggarakan kegiatan pelatihan untuk peningkatan mutu pelayanan.

2) Mengatur kegiatan pelatihan baik didalam maupun diluar organisasi.

3) Mengadakan pembinaan dan bimbingan kepada semua bagian manajemen rumah sakit.


(19)

c. Komite Medis

Adapun tugas dari Komite Medis Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen adalah sebagai berikut ini.

1) Secara berkala memberikan laporan kepada Direktur Utama tentang hasil evaluasi, perkembangan pengetahuan medik dan penunjang medis.

2) Membantu Direktur Utama dalam merumuskan strategi dan rancangan induk pengembangan Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen untuk bidang pelayanan medis, keperawatan dan penunjang medis.

3) Membantu Direktur Utama dalam menyusun RAPB dan program kerja Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen untuk bidang pelayanan medis, keperawatan dan penunjang medis.

4) Membantu Direktur Utama dalam melaksanakan kebijakan, ketentuan maupun sistem yang lebih operasional untuk kegiatan pelayanan medis, perawatan dan penunjang medis.

5) Membagi kepada para manajer bidang yang dibawahnya, tugas-tugas kelancaran pelaksanaan kerja, dan mengkoordinasikannya agar terjalin kerjasama yang baik.

d. Kasi Medis

Adapun tugas dari Kasi Medis Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen adalah sebagai berikut ini.


(20)

1) Menyiapkan penyusunan rencana kerja dan anggaran tahunan direktorat medis sebagai usulan kepada direktur utama.

2) Secara berkala memberikan laporan kepada Direktur Utama tentang hasil evaluasi, perkembangan pengetahuan medik dan penunjang medis.

3) Membantu Direktur Utama dalam melaksanakan kebijakan, ketentuan maupun sistem yang lebih operasional untuk kegiatan pelayanan medis, perawatan dan penunjang medis.

e. Kasi Keperawatan

Adapun tugas Kasi Keperawatan Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen adalah sebagai berikut ini.

1) Merencanakan, menyusun, menetapkan kebijakan dan tata tertib pelayanan keperawatan sesuai dengan kebijakan Direktur.

2) Merencanakan pembinaan dan perkembangan karier tenaga perawat serta meningkatkan mutu asuhan pelayanan keperawatan.

3) Mengumpulkan, mengolah serta menganalisa data tentang prosedur asuhan keperawatan, ketenagaan dan peralatan untuk bahan informasi bagi pengembangan pelayanan keperawatan.

4) Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan peraturan/tata tertib pelayanan keperawatan yang berlaku.

5) Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dibidang perawatan.


(21)

6) Membuat laporan tahunan tentang hasil pelaksanaan dan kegiatan pelayanan keperawatan kepada Direktur Utama.

f. Kasi Keuangan

Adapun tugas dari Kasi Keuangan Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen adalah menyelenggarakan penyusunan anggaran pendapatan dan belanja rumah sakit, melaksanakan kegiatan perbendaharaan, mobilisasi dana serta akuntansi dan verifikasi serta secara berkala menyampaikan laporan keuangan serta hasil analisisnya kepada Direktur Utama.

Sub bidang keuangan terdiri dari hal-hal sebagai berikut ini. 1) Sub Bidang Perencanaan Anggaran, yang bertugas melaksanakan,

menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja, penghitungan anggaran dan melaksanakan kegiatan mobilisasi dana rumah sakit. 2) Sub Bidang Perbendaharaan, bertugas menyelenggarakan tata usaha

keuangan serta pengelolaan perbendaharaan dan belanja rumah sakit.

g. Kasi Administrasi dan Personil

Bagian Administrasi dan Personil mempunyai tugas menyelenggarakan urusan umum, perlengkapan kepegawaian, humas, hukum dan pemasaran.


(22)

Ada beberapa sub bagian antara lain sebagai berikut ini.

1) Sub Bagian Tata Usaha yang bertugas melaksanakan urusan administrasi, pengelolaan kearsipan dan urusan kerumahtanggaan serta perlengkapan.

2) Sub Bagian Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan yang bertugas melaksanakan kegiatan urusan administrasi kepegawaian, menyusun perencanaan kebutuhan, pengadaan, pengembangan, mutasi dan pensiun pegawai serta ketatausahaan pegawai.

Unit Rawat Inap.

Unit rawat inap terdiri dari beberapa jenis kamar diantaranya sebagai berikut ini.

Kamar VIP

Nama Kamar : Mawar (ObsGyn) dan Melati (ObsGyn).

Fasilitas Kamar : satu kamar dengan satu tempat tidur dengan remote (khusus anak Arwana VIP), satu buah kamar mandi, AC, TV, kulkas, sofa dan extra bed, kursi tunggu pasien, meja kursi tamu, meja pasien, dispenser, telephone dan Nurse Call.

Kamar Kelas I

Nama kamar : Menur (ObsGyn), Bakung (ObsGyn) dan Latulip (ObsGyn). Fasilitas kamar : Satu kamar terdiri dari satu tempat tidur pasien, satu kamar mandi, AC, TV, kulkas, sofa dan extra bed, almari kecil, kipas angin dan kursi tunggu pasien.


(23)

Nama kamar : Bougenvile (ObsGyn) dan Kenanga (ObsGyn).

Fasilitas kamar : Satu kamar terdiri dari dua tempat tidur pasien, satu kamar mandi, dua almari kecil, kipas angin dan kursi tunggu pasien. Kamar Kelas III

Nama kamar : Anggrek (ObsGyn) dan Flamboyan (ObsGyn).

Fasilitas kamar : Satu kamar terdiri dari tiga tempat tidur pasien, satu kamar mandi, tiga alamari kecil, kipas angin dan kursi tunggu pasien.

Berikut ini adalah daftar tarif sewa kamar per hari pada Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen tahun 2005.

Tabel I.1

Jenis Ruangan dan Tarif Sewa Ruangan

No Jenis Ruangan Tarif per hari

(Rp) 1

2 3 4

Kamar VIP Kamar Kelas I Kamar Kelas II Kamar Kelas III

175.000 125.000 75.000 55.000 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

Latar Belakang Masalah

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk perusahaan jasa yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi para konsumennya (pasien). Pelayanan rumah sakit pada saat ini merupakan bentuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat sosio-ekonomi, yaitu usaha yang walaupun bersifat sosial namun diusahakan juga agar bisa mendapat surplus keuangan dengan cara pengelolaan yang profesional dengan memperhatikan prinsip-prinsip ekonomi, maka dewasa ini banyak didirikan klinik-klinik dan rumah


(24)

sakit baru. Hal ini menyebabkan adanya persaingan antar rumah sakit dalam memperebutkan pangsa pasar calon pasien menjadi lebih ketat.

Untuk dapat memenangkan persaingan tersebut dan mencapai surplus, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh rumah sakit adalah dengan menetapkan tarif sewa kamar dengan tepat, dimana salah satu variabel penting dalam penentuan tarif sewa adalah informasi biaya operasionalnya. Tarif terdiri dari unit cost ditambah dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Unit cost (biaya satuan) adalah seluruh biaya yang dibebankan dalam melaksanakan kegiatan produksi atau menghasilkan jasa atau kegiatan tertentu dibagi dengan jumlah satuan produk atau jasa yang dihasilkan (Supriyono, 1999). Di dalam penentuan unit cost dapat menggunakan salah satu dari dua metode penentuan harga pokok per unit atau unit cost yaitu full costing atau variabel costing.(Supriyono,1999)

Metode full costing membebankan semua elemen biaya operasional tetap maupun biaya operasional variabel ke dalam unit cost. Oleh karena itu elemen biaya operasional dalam penentuan unit cost terdiri atas biaya operasional tetap dan biaya operasional variabel. Menurut Supriyono (1999) metode ini bermanfaat di dalam pelaporan hasil operasional dalam jangka waktu relatif panjang (minimal satu tahun).

Metode variabel costing membebankan biaya operasional ke dalam harga pokok jasa per unit atau unit cost terbatas pada biaya operasional yang bersifat variabel. Menurut Supriyono (1999) metode variabel costing memiliki kelemahan-kelemahan seperti berikut ini.


(25)

1. Tidak sesuai dengan pelaporan eksternal

2. Kesulitan pemisahan biaya ke dalam biaya tetap dan biaya variabel

3. Tidak sesuai dengan pemanfaatan fasilitas atau sumber yang dimiliki perusahaan

4. Cenderung menganggap remeh elemen biaya tetap

Penghitungan unit cost dapat dilakukan dengan menggunakan metode full costing dan variabel costing. Metode full costing dapat digunakan oleh perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa. Pada dasarnya untuk menghitung unit cost antara perusahaan manufaktur dan perusahaan jasa adalah sama.

Yuwono (2004) melakukan penelitian mengenai penentuan tarif sewa kamar dengan menggunakan metode full costing dengan mengambil judul Penentuan Tarif Sewa Kamar Dengan Metode Full Costing Pada Hotel Kusuma Kartikasari Solo. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tarif sewa kamar yang ditentukan dengan menggunakan metode full costing dapat menutup biaya operasional dan mendapatkan keuntungan bagi perusahaan.

Kusumadewi (2004) melakukan penelitian mengenai penentuan tarif sewa kamar dengan menggunakan metode full costing dengan mengambil judul Evaluasi Penentuan Tarif Sewa Kamar Pada Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta Tahun 2003. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tarif yang diberlakukan Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta pada tahun 2003 terlalu tinggi dibanding dengan hasil penghitungan yang dilakukan oleh peneliti.


(26)

Christianti (2005) melakukan penelitian mengenai penentuan tarif sewa kamar dengan menggunakan metode full costing dengan mengambil judul Evaluasi Penentuan Tarif Sewa Kamar Rumah Sakit Bersalin Natalia Boyolali Tahun 2004. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tarif yang diberlakukan Rumah Sakit Natalia Boyolali terlalu tinggi dibandingkan dengan penghitungan peneliti.

Analisis unit cost atas biaya operasional yang dikeluarkan dalam setiap periode tertentu perlu dilakukan untuk dapat menentukan tarif yang tepat bagi sebuah rumah sakit. Artinya rumah sakit harus mampu menghitung dan menentukan biaya operasional per unit yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan tiap jasa pelayanan pada pasiennya. Dengan dasar unit cost ini kemudian rumah sakit dapat menentukan tarif dengan menambahkan sejumlah prosentase tertentu sesuai dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Secara singkat dapat dijelaskan bahwa tarif yang tepat dapat dipengaruhi oleh penentuan unit cost yang tepat pula.

Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen merupakan salah satu dari sekian banyak rumah sakit yang ada di wilayah Sragen. Semua rumah sakit yang ada menyediakan jasa kesehatan bagi masyarakat sehingga harus melakukan persaingan di dalam usaha memperebutkan pasar calon pasien yang ada. Untuk dapat memenangkan persaingan tersebut, Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen harus dapat menentukan tarif yang tepat atas pelayanan jasa yang dihasilkan atau diberikan disamping senantiasa meningkatkan pelayanan dan fasilitas yang dimiliki.


(27)

Sampai saat ini Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen melakukan penghitungan unit cost dalam tiap periodenya secara kurang tepat karena menggunakan cost driver yang kurang tepat yaitu hari hunian karena tidak semua operasional berhubungan langsung dengan hari hunian. Penghitungan unit cost belum dilakukan secara tepat oleh Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen karena alasan kesulitan di dalam pengalokasian biaya operasional ke dalam unit cost. Unit cost ditentukan hanya berdasarkan pada hasil pembagian antara biaya operasional dengan hari hunian dalam tiap periodenya. Cara ini menghasilkan unit cost yang kurang tepat dan teliti untuk masing-masing tipe kamar, karena masing-masing tipe kamar mengkonsumsi biaya operasional yang berbeda-beda. Karena penghitungan unit cost belum dilakukan secara tepat maka informasi harga pokok jasa per unit atau unit cost untuk masing-masing kamar pada Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen belum dapat ditentukan secara tepat pula. Oleh karena tidak didasarkan pada penghitungan unit cost yang tepat maka tarif yang ditetapkan mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk menjadi tidak tepat. Hal ini dapat diartikan bahwa Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen mempunyai kemungkinan yang tinggi pula untuk mengalami kerugian karena tarif terlalu tinggi dari yang seharusnya maupun terlalu rendah.

Atas dasar hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penentuan unit cost kamar rawat inap Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen dengan menggunakan metode full costing. Pentingnya metode full costing menurut Garrison (2001) yaitu metode full costing lebih


(28)

memberikan gambaran perbandingan biaya dan pendapatan bagi manajer. Metode full costing memiliki argumen bahwa seluruh biaya produksi harus dibebankan ke produk atau jasa untuk menandingkan secara tepat biaya produksi dengan pendapatan yang diperoleh dari unit cost yang terjual. Biaya tetap seperti penyusutan, biaya gaji bersifat esensial terhadap biaya produksi sehingga harus ikut diperhitungkan. Oleh karena itu untuk tujuan penulisan tugas akhir penulis melakukan penelitian tentang penentuan unit cost kamar rawat inap pada Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen dengan mengambil judul : “PENENTUAN UNIT COST KAMAR RAWAT INAP DENGAN METODE FULL COSTING PADA RUMAH SAKIT BERSALIN DENTATAMA SRAGEN TAHUN 2005”.

Perumusan Masalah

Unit cost adalah seluruh biaya yang dibebankan dalam melaksanakan kegiatan produksi atau menghasilkan jasa atau kegiatan tertentu dibagi dengan jumlah satuan produk atau jasa yang dihasilkan (Supriyono,1999). Untuk menentukan unit cost dapat menggunakan metode full costing maupun variabel costing. Metode full costing penting dalam penentuan unit cost untuk laporan operasional dalam periode minimal satu tahun atau tahunan. Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen menyusun laporan hasil operasional secara tahunan namun belum melakukan penghitungan unit cost. Oleh karena itu masalah dalam penelitian ini adalah berapa jumlah unit cost masing-masing


(29)

kamar pada Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen dengan menggunakan metode full costing.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan penghitungan besarnya unit cost masing-masing kamar pada Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen dengan menggunakan metode full costing.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut ini. Bagi Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen.

Hasil penelitian dapat memberikan gambaran bagi Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen tentang cara penentuan unit cost dan besarnya unit cost masing-masing kamar dalam satu periode tertentu sehingga dengan informasi unit cost tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan seperti penentuan tarif dan analisis keuntungan.

Bagi pembaca.

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan bacaan atau referensi dan acuan untuk melakukan penelitian berikutnya, khususnya penelitian tentang penghitungan unit cost untuk sebuah rumah sakit.


(30)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit merupakan suatu tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kasehatan dan penelitian (Trisnantoro, 2004). Rumah sakit dibedakan menjadi enam golongan berdasarkan kepemilikannya, yaitu sebagai berikut ini.

a. Rumah sakit milik Pemerintah b. Rumah sakit milik militer

c. Rumah sakit milik Yayasan Keagamaan dan Kemanusiaan d. Rumah sakit swasta milik dokter

e. Rumah sakit swasta milik perusahaan yang mencari keuntungan f. Rumah sakit milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen adalah sebuah rumah sakit milik yayasan, artinya seluruh saham dan investasi yang dimiliki oleh rumah sakit bersalin ini berasal dari pemilik yayasan.

Kebijakan akuntansi yang digunakan oleh rumah sakit dalam pelaksanaan pencatatan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan pada prinsipnya berpedoman pada Standar Akuntansi Keungan Indonesia. Dasar akuntansi yang digunakan adalah dasar akrual (accrual basis) yang berarti


(31)

tidak hanya membukukan penerimaan dan pengeluaran kas saja, tetapi juga mengakui setiap hak yang akan diterima dan mengakui kewajiban yang harus dibayar. Pada umumnya akuntansi untuk perusahaan jasa seperti rumah sakit lebih mementingkan pada akun pendapatan dan beban.

Pendapatan dan beban operasional rumah sakit sangat berkaitan erat dalam penentuan tarif sewa kamar pada sebuah rumah sakit. Salah satu sumber pendapatan di rumah sakit adalah pendapatan rawat inap. Pendapatan ini merupakan hasil perkalian antara tarif sewa kamar dengan jumlah hari hunian.

2. Pengertian Biaya

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 1990). Sedangkan menurut Supriyono (1999) biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Dalam operasi rumah sakit pada umumnya, biaya akan terjadi lebih dahulu sedangkan pendapatan terjadi pada waktu kemudian. Oleh karena itu pengakuan dan pengukuran secara tepat pada biaya akan mempengaruhi ketepatan pengakuan dan pengukuran pendapatan.

Akuntansi biaya membantu manajemen dalam masalah klasifikasi biaya, yaitu proses mengelompokkan biaya ke dalam kelompok tertentu menurut persamaan yang ada untuk memberikan informasi yang sesuai


(32)

dengan kebutuhan manajemen. Tujuan dari klasifikasi biaya tersebut menurut Matz dan Usry (1985) adalah sebagai berikut ini.

a. Perencanaan laba melalui penganggaran.

b. Pengawasan biaya melalui akuntansi pertanggungjawaban.

c. Penilaian laba tahunan atau berkala termasuk penilaian persediaan. d. Membantu dalam menetapkan harga jual dan kebijaksanaan harga. e. Menyediakan data biaya yang relevan untuk proses analisis bagi

pengambilan keputusan.

Menurut Trisnantoro (2004), biaya-biaya yang menjadi unsur unit cost dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut ini.

a. Biaya Langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat langsung dibebankan pada produk atau aktivitas tertentu, contohnya biaya makan dan minum.

b. Biaya Tidak Langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat secara langsung dibebankan pada bagian tertentu, contohnya seperti biaya gaji dan upah, biaya listrik, biaya kebersihan dan laundry, biaya air dan telepon, biaya depresiasi gedung dan inventaris.

Dalam metode full costing, Supriyono (1999) mengelompokkan biaya atas dasar pengaruh perubahan volume terhadap biaya, biaya dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut ini.

a. Biaya tetap (fixed cost), adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai berikut ini.


(33)

1) Biaya tetap jumlah totalnya tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan tertentu.

2) Biaya tetap per satuan (unit cost) berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan.

3) Contoh biaya tetap misalnya: biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap. Biaya tersebut elemenya dapat digolongkan ke dalam: biaya depresiasi aktiva tetap, biaya asuransi, gaji pejabat kunci dan biaya tetap lainnya.

b. Biaya variabel (variable cost), adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai berikut ini.

1) Biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi jumlah volume kegiatan semakin besar pula jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin kecil pula jumlah total biaya variabel. 2) Biaya variabel per satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume

kegiatan, jadi biaya satuan konstan.

3) Contoh biaya variabel misalnya: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi variabel.


(34)

c. Biaya semi variabel (semi variable cost) adalah biaya yang mempunyai karakteristik sebagai berikut ini.

1) Biaya semi variabel jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah total biaya, semakin rendah volume kegiatan semakin kecil pula jumlah total biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding (not proportional).

2) Biaya semi variabel per satuan berubah terbalik dihubungkan dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding sampai dengan tingkatan kegiatan tertentu, semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya satuan .

3) Contoh biaya semi variabel misalnya: biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap, biaya kendaraan, biaya listrik dan biaya telepon.

Untuk tujuan perencanaan, pembuatan keputusan dan pengendalian biaya maka biaya semi variabel harus dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Metode pemisahan biaya semi variabel menurut Supriyono (1999) adalah metode titik tertinggi dan terendah (high and low method), yaitu metode yang memisahkan biaya variabel dan biaya tetap dalam periode tertentu dengan mendasarkan kapasitas dan biaya pada titik tertinggi dengan titik tertendah, perbedaan biaya antara kedua titik tersebut


(35)

disebabkan adanya perubahan kapasitas dan besarnya tarif biaya variabel satuan, sehingga persamaan y = a + bx dapat ditentukan. Penggunaan metode ini dapat dicontohkan dalam tabel II.1 sebagai berikut ini.

Tabel II.1

Contoh Penghitungan Biaya Listrik Pabrik per Bulan (n) Bulan (x) Kapasitas (Kwh) (y) Biaya air (Rp)

Januari 1.500 32.500

Februari 1.700 35.500

Maret 1.300 29.500

April 1.900 37.000

Mei 2.500 47.500

Juni 2.100 41.500

Juli 1.900 38.500

Agustus 2.400 46.000

September 2.700 50.500

Oktober 3.100 56.500

November 2.300 44.500

Desember 1.600 34.000

Jumlah 25.000 493.500

Tarif biaya variabel =

terendah tertinggi volume selisih terendah tertinggi biaya selisih = 1300 3100 00 , 500 . 29 00 , 500 . 56 --Rp Rp =Rp 15,00/Kwh

maka biaya tetapnya dapat dihitung, misalnya bulan Maret. Biaya tetap = total biaya – biaya variabel

= Rp 29.500,00 – ( Rp 15,00 x 1300 ) = Rp 10.000,00


(36)

3. Pengertian Unit Cost

Menurut Supriyono unit cost atau biaya satuan adalah seluruh biaya yang dibebankan dalam melaksanakan kegiatan produksi atau menghasilkan jasa atau kegiatan tertentu dibagi dengan jumlah satuan produk atau jasa yang dihasilkan. Menurut Mulyadi (1997) pada dasarnya dalam keadaan normal harga jual produk atau jasa harus dapat menutup biaya operasional per unit yang bersangkutan dengan produk atau jasa dan menghasilkan laba yang dikehendaki. Biaya operasional per unit merupakan total pengorbanan sumber daya untuk menghasilkan produk atau jasa. Di samping itu harga jual harus pula dapat menghasilkan laba yang memadai, sepadan dengan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa.

Menurut Mulyadi (1997) Informasi biaya operasional per unit memberikan manfaat bagi manajer penentu harga jual dalam pengambilan keputusan penentuan harga jual, manfaatnya sebagai berikut ini.

a. Biaya operasional per unit merupakan titik awal untuk mengurang ketidakpastian yang dihadapi oleh pengambil keputusan.

b. Biaya operasional perunit merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi perusahaan dari kemungkinan kerugian.

c. Biaya operasional per unit memberikan informasi yang memungkinkan manajer penentu harga jual untuk mengevaluasi struktur biaya perusahaan pesaing.


(37)

d. Biaya operasional per unit merupakan dasar untuk pengambilan keputusan perusahaan memasuki pasar.

4. Hubungan Unit Cost Dengan Biaya

Dalam prakteknya, biaya memiliki dua arti yang berbeda, yaitu biaya yang diartikan dalam konteks harga perolehan atau harga pokok (cost) dan biaya dalam konteks pengertian beban (expense).

Menurut Supriyono (1999) harga perolehan adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam bentuk kas yang dibayarkan atau nilai aktiva lain yang diserahkan atau dikorbankan untuk keuntungan yang timbul, atau tambahan modal dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan, baik pada masa lalu maupun pada masa mendatang. Sedangkan beban (expense) adalah biaya yang dikorbankan atau dikonsumsikan dalam rangka memperoleh pendapatan (revenue) dalam suatu periode akuntansi tertentu.

Menurut Supriyono (1999) unit cost (biaya satuan) adalah seluruh biaya yang dibebankan dalam melaksanakan kegiatan produksi atau menghasilkan jasa atau kegiatan tertentu dibagi dengan jumlah satuan produk atau jasa yang dihasilkan. Biaya merupakan unsur yang penting dalam penentuan unit cost.

5. Metode Penentuan Unit Cost

Menurut Supriyono (1999) metode penentuan unit cost terdiri dari dua metode yaitu metode full costing dan metode variabel costing. Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produk atau unit


(38)

cost yang memasukkan semua elemen biaya produksi, baik biaya produksi variabel maupun tetap, ke dalam harga pokok produk atau jasa. Sedangkan metode variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produk atau jasa yang hanya memasukkan semua elemen biaya produksi variabel ke dalam harga pokok produk atau jasa.

Menurut Supriyono(1999) perbedaan metode full costing dan metode variabel costing dapat dikelompokan dari sudut pandangan:

1. Definisi

Metode full costing adalah metode penentuan harga pokok produk atau jasa yang memasukkan semua elemen biaya produksi, baik biaya produksi variabel maupun tetap, ke dalam harga pokok produk atau jasa. Sedangkan metode variabel costing adalah metode penentuan harga pokok produk atau jasa yang hanya memasukkan semua elemen biaya produksi variabel ke dalam harga pokok produk atau jasa.

2. Pendekatan penentuan laba

Di dalam mempertemukan pendapatan dan biaya untuk menentukan besarnya laba, metode full costing menggunakan pendekatan fungsional (functional approach) sedangkan metode variabel costing menggunakan pendekatan variabilitas (variability approach).

3. Pengertian biaya periode

Di dalam metode full costing, biaya periode adalah semua biaya yang tidak dapat dihubungkan dengan produk atau jasa, atau tidak dapat dimasukkan sebagai harga pokok produk atau jasa, sehingga biaya


(39)

tersebut dibebankan ke dalam rugi-laba pada saat terjadinya. Sedangkan di dalam metode variabel costing, biaya periode adalah meliputi semua biaya tetap yaitu biaya dalam rangka penyediaan kapasitas tertentu yang diperlukan untuk kegiatan produksi dan pemasaran produk atau jasa dan dalam jangka pendek jumlah totalnya tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan.

4. Elemen biaya produksi

Di dalam metode full costing semua elemen biaya produksi dimasukkan ke dalam harga pokok produk atau jasa. Sedangkan di dalam metode variabel costing hanya memasukkan elemen biaya produksi variabel ke dalam harga pokok produk atau jasa.

5. Penentuan harga pokok persediaan

Pada metode full costing biaya overhead pabrik tetap dibebankan ke dalam harga pokok produk atau jasa, oleh karena itu apabila sebagian produk masih ada dalam persediaan atau belum terjual maka sebagian biaya overhead pabrik tetap masih melekat pada harga pokok persediaan. Sedangkan di dalam metode variabel costing tidak membebankan biaya overhead pabrik tetap ke dalam harga pokok produk atau jasa, biaya overhead tetap dibebankan langsung ke dalam rugi-laba sebagai biaya periode, oleh karena itu produk yang masih ada dalam persediaan atau belum terjual hanya dibebani biaya poduksi variabel atau biaya overhead pabrik tetap tidak melekat pada harga pokok persediaan.


(40)

6. Struktur atau susunan penyajian laporan rugi –laba

Dalam penyusunan laporan rugi-laba pada metode full costing menyajikan biaya sesuai dengan penggolongan fungsi-fungsi pokok di dalam perusahaan. Sedangkan pada metode variabel costing dalam penyusunan laporan rugi-laba, langkah pertama adalah menggolongkan biaya ke dalam biaya variabel dan biaya tetap, langkah kedua adalah menggolongkan biaya variabel dan biaya tetap ke dalam biaya produksi dan non produksi.

7. Besarnya laba bersih

Perbedaan besarnya laba bersih yang dianggarkan berdasar standar antara metode full costing dan metode variabel costing, tergantung kepada besarnya perlakuan biaya produksi tetap (BOP tetap) yang ditunda pembebanannya ke dalam rugi-laba.

Menurut Garrison (2001) metode full costing lazim digunakan di dalam penghitungan unit cost. Metode full costing lebih memberikan gambaran perbandingan biaya dan pendapatan bagi manajer. Metode full costing memiliki argumen bahwa seluruh biaya produksi harus dibebankan ke produk atau jasa untuk menandingkan secara tepat biaya produksi dengan pendapatan yang diperoleh dari unit cost yang terjual. Biaya tetap seperti penyusutan, biaya gaji bersifat esensial terhadap biaya produksi sehingga harus ikut diperhitungkan.

B. ANALISIS DATA

Menurut Supriyono (1989) kebijakan penentuan harga jual adalah pernyataan sikap manajemen terhadap penentuan harga jual produk atau jasa.


(41)

Kebijakan tersebut tidak menentukan harga jual, namun menetapkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dan aturan dasar yang perlu diikuti dalam penentuan harga jual. Keputusan penentuan harga jual adalah penentuan harga jual produk atau jasa suatu perusahaan yang umumnya dibuat untuk jangka pendek. Keputusan ini dipengaruhi oleh kebijakan penentuan harga jual, pemanfaatan kapasitas dan tujuan perusahaan.

Menurut Supriyono (1989) faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual adalah sebagai berikut ini.

a. Tujuan perusahaan, khususnya laba dan Return On Invesment (ROI) yang diharapkan.

b. Biaya, khususnya biaya masa depan. c. Pendapatan yang diharapkan.

d. Jenis produk atau jasa yang terjual. e. Jenis industri.

f. Citra dan kesan masyarakat.

g. Pengaruh pemerintah, khususnya undang-undang, keputusan, peraturan dan kebijakan pemerintah.

h. Tindakan atau reaksi pesaing. i. Tipe pasar yang dihadapi. j. Trend ekonomi.

k. Gaya manajemen. l. Tujuan non laba.

m.Tanggung jawab sosial perusahaan.

B.1. Analisis Penghitungan Unit Cost Menurut Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen


(42)

Unit cost (biaya satuan) adalah seluruh biaya yang dibebankan dalam melaksanakan kegiatan produksi atau menghasilkan jasa atau kegiatan tertentu dibagi dengan jumlah satuan produk atau jasa yang dihasilkan (Supriyono, 1999). Untuk menyediakan jasa pelayanan rawat inap bagi pasien, Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen mengeluarkan biaya-biaya seperti biaya gaji, biaya listrik, biaya administrasi dan umum, biaya laundry, biaya kebersihan, biaya air, biaya makan dan minum, dan biaya depresiasi. Biaya-biaya tersebut kemudian dibebankan untuk masing-masing kamar dalam rangka penentuan unit cost. Di Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen biaya-biaya yang digunakan sebagai dasar dalam penentuan unit cost yaitu sebagai berikut ini.

a. Biaya gaji

Di Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen yang termasuk dalam biaya gaji yaitu biaya gaji perawat sedangkan biaya gaji kunjungan dokter di luar penghitungan unit cost kamar rawat inap Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen.

b. Biaya listrik

Di Rumah Sakit Bersalin Dentatam Sragen yang termasuk dalam biaya listrik yaitu biaya listrik yang dikonsumsi atas penggunaan fasilitas dalam kamar seperti lampu, AC, kipas angin dan listrik yang dikonsumsi untuk penerangan taman, teras depan kamar dan lorong kamar.


(43)

Di Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen yang termasuk dalam biaya administrasi dan umum yaitu biaya yang menunjang kegiatan (operasi) peralatan kantor, stationery, serta administrasi lainnya.

d. Biaya laundry

Di Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen yang termasuk dalam biaya laundry yaitu biaya laundry sprey, selimut, handuk, perlak, sarung bantal, korden kamar maupun korden ruang perawat dan lain-lain.

e. Biaya kebersihan

Di Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen yang termasuk dalam biaya kebersihan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menunjang kebersihan kamar dan ruangan rumah sakit lainnya.

f. Biaya air

Di Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen yang termasuk dalam biaya air yaitu air yang digunakan pada kamar mandi pasien (dalam kamar pasien) dan air yang digunakan untuk taman dan kamar mandi ruang perawat.

g. Biaya makan dan minum

Di Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen yang termasuk dalam biaya makan dan minum yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menjamin tersedianya gizi memadai setiap pasien sesuai kebutuhannya.


(44)

Di Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen yang termasuk dalam biaya depresiasi yaitu biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan penggunaan aktiva tetap, yang meliputi gedung dan inventaris yang terdapat di tiap tipe kamar.

Penentuan Unit Cost Kamar Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen

Menurut Supriyono (1999) klasifikasi biaya berdasarkan volume aktivitas dan hubungan terhadap aktivitas pengelolaan kamar pada tabel II.2 berikut ini.

Tabel II.2 Klasifikasi Biaya No Klasifikasi Biaya

Jenis Biaya 1. Biaya tetap, berhubungan a. Biaya tetap gaji

Tidak langsung dengan b. Biaya tetap listrik tingkat hunian kamar c. Biaya tetap laundry

d. Biaya tetap air

e. Biaya tetap kebersihan f. Biaya tetap depresiasi 2. Biaya variabel, berhubungan a. Biaya variabel gaji

langsung dengan tingkat b. Biaya variabel listrik hunian kamar c. Biaya variabel laundry

d. Biaya variabel air

e. Biaya variabel makan dan minum f. Biaya variabel administrasi dan umum Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

Setiap perusahaan biasanya menyajikan laporan tentang biaya-biaya yang dikeluarkan dalam satu tahun. Laporan tentang biaya-biaya ini berguna untuk mengetahui perbandingan biaya dengan tahun lalu dan mengetahui apakah biaya tersebut sudah sesuai dengan budget yang telah disusun sebelumnya. Jumlah biaya yang dikeluarkan oleh Rumah Sakit Bersalin


(45)

Dentatama Sragen selama tahun 2005 terdapat dalam tabel II.3 sebagai berikut ini.

Tabel II.3

Biaya-biaya yang dikeluarkan

Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen Tahun 2005

No Keterangan Jumlah Biaya

(Rp)

1. Biaya gaji 115.652.505

2. Biaya listrik 36.184.748

3. Biaya administrasi dan umum 2.236.193

4. Biaya laundry 2.539.624

5. Biaya kebersihan 2.347.603

6. Biaya air 7.146.750

7. Biaya makan dan minum 84.452.792 8. Biaya depresiasi

a. Bangunan 2.360.265 b. Inventaris 8.203.870

Jumlah 262.124.350 Sumber: data RSB Dentatama,tahun 2005.

Tabel diatas menunjukkan bahwa besarnya biaya operasional untuk pelayanan rawat inap tahun 2005 pada Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen adalah Rp 262.124.350. Jumlah biaya tersebut kemudian digunakan sebagai dasar penghitungan unit cost Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen dengan menggunakan dasar pembagian hari hunian.

Tingkat hunian kamar Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen ditentukan berdasarkan bed yang terpakai oleh pasien dalam satu tahun untuk masing-masing kelas. Sehingga untuk kamar yang jumlah bed-nya lebih dari satu (Bougenvile, Kenanga, Anggrek dan Flamboyan) penentuan hari huniannya bukan berdasarkan kamar yang terjual tetapi berdasarkan berapa bed kelas tersebut yang terpakai oleh pasien. Tingkat hunian kamar Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen selalu berfluktuasi setiap bulannya. Hal ini menyebabkan manajemen rumah sakit harus mencari strategi penerapan tarif sewa kamar yang kompetitif. Jumlah hari hunian


(46)

tiap tipe kamar Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen selama tahun 2005 terdapat dalam tabel II.4 sebagai berikut ini.

Tabel II.4

Jumlah Hari Hunian Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005

Bulan VIP Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah

Januari 19 38 56 186 299

Februari 15 41 66 218 340

Maret 13 34 58 175 280

April 21 47 51 262 381

Mei 19 43 60 241 363

Juni 20 30 65 292 407

Juli 15 49 62 230 356

Agustus 16 36 59 289 400

September 21 31 68 227 347

Oktober 15 44 63 264 386

November 21 39 50 211 321

Desember 18 35 62 247 362

Jumlah

213 467 720 2842 4242

Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

Tabel di atas menunjukkan bahwa hari hunian untuk masing-masing kelas adalah 213 hari untuk kamar VIP, 467 hari untuk kamar Kelas I, 720 hari untuk kamar Kelas II dan 2842 hari untuk kamar Kelas III. Berikut ini disajikan tabel biaya dan dasar pembagian (cost driver) yang digunakan Rumah Sakit Bersalin Dentatama.

Tabel II.5

Biaya Operasional dan Cost Driver

Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen

No Keterangan Cost Driver Jumlah

Hari Hunian

1. Biaya gaji Hari Hunian 4242 2. Biaya listrik Hari Hunian 4242 3. Biaya administrasi dan umum Hari Hunian 4242 4. Biaya laundry Hari Hunian 4242 5. Biaya kebersihan Hari Hunian 4242 6. Biaya air Hari Hunian 4242 7. Biaya makan dan minum Hari Hunian 4242 8. Biaya depresiasi


(47)

b. Inventaris Hari Hunian 4242 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen selama ini melakukan penghitungan unit cost dengan menggunakan dasar alokasi biaya operasional adalah hari hunian. Cost driver yang digunakan Rumah Sakit bersalin Dentatama Sragen kurang tepat karena tidak semua biaya operasional berhubungan langsung dengan hari hunian. Misalnya biaya depresiasi bangunan dan inventaris.

B.2. Analisis Penghitungan Unit Cost Dengan Metode Full Costing

Penulis melakukan penghitungan unit cost dengan menggunakan metode full costing. Dengan menerapkan metode full costing dalam penghitungan unit cost atau biaya operasional per hari untuk masing-masing kamar Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen mendapatkan gambaran keseluruhan biaya operasional baik yang bersifat tetap maupun variabel yang terserap dalam tiap kamar per harinya. Hasil penghitungan unit cost atau biaya operasional per kamar tiap hari dapat dijadikan dasar penetapan tarif bagi Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen dengan tambahan tingkat keuntungan tertentu yang diharapkan dapat dicapai.

Metode pemisahan biaya semi variabel menurut Supriyono (1999) adalah metode titik tertinggi dan terendah atau (high and low method), yaitu metode yang memisahkan biaya tetap dan biaya variabel dalam periode tertentu dengan mendasarkan kapasitas dan biaya pada titik tertinggi dan titik terendah. Seperti dalam penelitian sebelumnya (Christianti, 2005)


(48)

menggunakan metode titik tertinggi dan terendah dalam melakukan pemisahan biaya semi variabel ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.

Penghitungan unit cost untuk masing-masing kamar dengan klasifikasi biaya berdasarkan volume aktivitas dan hubungan terhadap aktivitas pengelolaan kamar dapat dilihat pada tabel II.6 yang menyajikan biaya operasional dan cost driver Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen yaitu sebagai berikut ini.

Tabel II.6

Biaya Operasional dan Cost Driver

No Keterangan Jumlah

Biaya (Rp)

Dasar Alokasi Biaya Tetap

Dasar Alokasi Biaya Variabel

1. Biaya gaji 115.652.505 Jumlah Perawat Hari Hunian

2. Biaya listrik 36.184.748 Daya Listrik (Kwh) Hari Hunian

3. Biaya administrasi dan umum 2.236.193 Hari Hurian

4. Biaya laundry 2.539.624 Satuan Panjang Hari Hunian

5. Biaya kebersihan 2.347.603 Luas Lantai (m2)

6. Biaya air 7.146.750 Jumlah Kamar Mandi Hari Hunian

7. Biaya makan dan minum 84.452.792 Hari Hunian

8. Biaya depresiasi

a. Bangunan 2.360.265 Luas Lantai (m2) b. Inventaris 8.203.870 Hari Hunian

Jumlah 262.124.350 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

Tabel di atas menunjukkan bahwa cost driver untuk masing-masing biaya operasional berbeda-beda yang disesuaikan dengan aktivitas masing-masing biaya. Contohnya biaya listrik dasar alokasinya biaya listrik (Kwh). Di bawah ini disajikan cost driver dan jumlah cost driver untuk masing-masing kelas.


(49)

Tabel II.7

Alokasi Biaya Operasional Selama Tahun 2005

Biaya Dasar Alokasi VIP Kelas I Kelas II

Kelas

III Jumlah

1. Biaya tetap:

a. Biaya gaji Jumlah Perawat 5 7 6 12 30 b. Biaya listrik Daya Listrik (Kwh) 850 750 300 150 2050 c. Biaya laundry Satuan Panjang (m) 5 5 4 4 18 d. Biaya air Jumlah Kamar Mandi 2 3 2 2 9 e. Biaya kebersihan Luas Lantai (m2) 25 12 12 6 63 f. Biaya depresiasi:

1. Bangunan Luas Lantai (m2) 25 12 12 6 63 2. Inventaris Hari Hunian 213 467 720 2842 4242 2. Biaya variabel:

a. Biaya listrik Hari Hunian 213 467 720 2842 4242 b. Biaya laundry Hari Hunian 213 467 720 2842 4242 c. Biaya air Hari Hunian 213 467 720 2842 4242 d. Biaya makan dan minum Hari Hunian 213 467 720 2842 4242 e. Biaya adm&umum Hari Hunian 213 467 720 2842 4242

Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005

Rumah sakit dalam tiap periodenya menyusun laporan laba dan rugi dengan membandingkan total pendapatan dengan total biaya operasional untuk kepentingan analisis keuntungan per kamar dalam tiap harinya. Rumah sakit menentukan biaya operasional tiap kamar per hari berdasarkan hasil pembagian antara total biaya operasional dalam satu periode dengan jumlah hari hunian, sehingga hari hunian merupakan cost driver Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen. Penggunaan cost driver yang berupa hari hunian menghasilkan alokasi biaya operasional yang kurang tepat dan teliti, karena masing-masing kamar menyerap biaya operasional yang berbeda-beda. Contohnya biaya listrik, untuk kamar VIP dengan kamar kelas III menggunakan fasilitas yang membutuhkan listrik


(50)

yang berbeda sehingga biaya listrik seharusnya berbeda pula. Oleh karena itu cost driver untuk biaya listrik seharusnya berdasarkan Kwh.

a. Biaya gaji

Biaya gaji merupakan biaya semi variabel, mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan aktivitas pengelolaan kamar. Pemisahan biaya tetap dan variabelnya dilakukan dengan menggunakan metode titik tertinggi dan titik terendah seperti pada tabel II.8 berikut ini.

Tabel II.8

Jumlah Biaya Gaji dan Jumlah Hari Hunian Selama Tahun 2005

Bulan Jumlah Hari

Hunian

Biaya Listrik (Rp)

Januari 299 8.511.838

Februari 340 9.149.649

Maret 280 8.473.829

April 381 10.267.460

Mei 363 9.776.714

Juni 407 10.976.315

Juli 356 9.585.868

Agustus 400 10.785.470

September 347 9.340.495

Oktober 386 10.403.778

November 321 8.631.639

Desember 362 9.749.450

Jumlah

4242 115.652.505 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

Biaya gaji Hari Hunian Titik tertinggi Rp 10.976.315,00 407

Titik terendah (Rp 8.473.829,00) (280)


(51)

Biaya variabel gaji per hari = Rp 2.502.486,00 : 127 =Rp 19.704,61

Biaya tetap gaji:

Misalnya: Biaya gaji terendah Rp 8.473.829,00 Biaya variabel (Rp 19.704,61 x 280) (Rp 5.517.291,00) Biaya tetap per bulan Rp 2.956.538,00 Total biaya gaji setahun Rp 115.652.505,00 Biaya tetap per tahun (12 x Rp 2.956.538,00) (Rp 35.478.456,00) Biaya variabel per tahun Rp 80.174.049,00 Penghitungan biaya gaji adalah sebagai berikut ini.

1. Biaya tetap

Alokasi biaya tetap gaji tiap tipe kamar menggunakan dasar alokasi jumlah perawat pada tiap tipe kamar yang dinyatakan sebagai berikut ini.

VIP = Rp 35.478.456,00 x 5/30 = Rp 5.913.076,00 Kelas I = Rp 35.478.456,00 x 7/30 = Rp 8.278.307,00 Kelas II = Rp 35.478.456,00 x 6/30 = Rp 7.095.691,00 Kelas III = Rp 35.478.456,00 x 12/30 = Rp 14.191.382,00 2. Biaya variabel

Alokasi biaya variabel gaji tiap tipe kamar menggunakan dasar alokasi proporsi jumlah bed terpakai (hari hunian). Penghitungannya sebagai berikut ini.


(52)

Kelas I = Rp 80.174.049,00 x 467/4242 = Rp 8.826.327,00 Kelas II = Rp 80.174.049,00 x 720/4242 = Rp 13.608.042,00 Kelas III = Rp 80.174.049,00 x 2842/4242 = Rp 53.713.967,00

Alokasi biaya gaji untuk tiap tipe kamar dapat dilihat pada tabel II.9 berikut ini.

Tabel II.9

Alokasi Biaya Gaji Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005

Tipe Kamar Biaya Tetap (Rp)

Biaya variabel (Rp)

Jumlah (Rp) VIP 5.913.076 4.025.713 9.938.789 Kelas I 8.278.307 8.826.327 17.104.634 Kelas II 7.095.691 13.608.042 20.703.733 Kelas III 14.191.382 53.713.976 67.905.349 Jumlah

35.478.456 80.174.049 115.652.505 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

b. Biaya listrik

Biaya listrik merupakan biaya semi variabel, mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan aktivitas pengelolaan kamar. Pemisahan biaya tetap dan variabelnya dilakukan dengan menggunakan metode titik tertinggi dan titik terendah seperti pada tabel II.10 berikut ini.

Tabel II.10

Jumlah Biaya Listrik dan Jumlah Hari Hunian Selama Tahun 2005

Bulan Jumlah Hari Hunian Biaya Listrik (Rp)

Januari 299 2.670.504

Februari 340 2.860.239

Maret 280 2.668.432

April 381 3.209.974

Mei 363 3.056.432

Juni 407 3.431.757


(53)

Agustus 400 3.372.046

September 347 2.919.950

Oktober 386 3.252.624

November 321 2.698.167

Desember 362 3.047.902

Jumlah

4242 36.184.748

Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

Biaya listrik Hari Hunian Titik tertinggi Rp 3.431.757,00 407

Titik terendah (Rp 2.668.432,00) (280)

Selisih Rp 763.325,00 127

Biaya variabel listrik per hari = Rp 736.325,00 : 127 =Rp 6.010,43 Biaya tetap listrik:

Misalnya: Biaya listrik terendah Rp 2.668.432,00 Biaya variabel (Rp 6010,43 x 280) (Rp 1.682.920,00) Biaya tetap per bulan Rp 985.512,00 Total biaya listrik setahun Rp 36.184.748,00 Biaya tetap per tahun (12 x Rp 985.512,00) (Rp 11.826.144,00) Biaya variabel per tahun Rp 24.358.604,00 Penghitungan biaya listrik adalah sebagai berikut ini.

3. Biaya tetap

Alokasi biaya tetap listrik tiap tipe kamar menggunakan dasar alokasi besarnya daya lisrik yang terpasang pada tiap tipe kamar yang dinyatakan dengan watt hour seperti pada tabel II.11 berikut ini.

Tabel II.11

Alokasi Biaya Tetap Listrik Selama Tahun 2005


(54)

Tipe Kamar Daya Listrik (1) Jumlah Bed (2)

(3)=(1)x(2)

å

2) x (1

(3) Alokasi Biaya Tetap

(Rp)

VIP 850 2 1700 0,268 3.169.407

Kelas I 750 3 2250 0,354 4.186.455

Kelas II 300 2 1200 0,189 2.235.141

Kelas III 150 2 1200 0,189 2.235.141

Jumlah

2050 17 6350 1 11.826.144

Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005. 4. Biaya variabel

Alokasi biaya variabel listrik tiap tipe kamar menggunakan dasar alokasi proporsi jumlah bed terpakai (hari hunian). Penghitungannya sebagai berikut ini.

VIP = Rp 24.358.604,00 x 213/4242 = Rp 1.223.098,00 Kelas I = Rp 24.358.604,00 x 467/4242 = Rp 2.684.629,00 Kelas II = Rp 24.358.604,00 x 720/4242 = Rp 4.134.416,00 Kelas III = Rp 24.358.604,00 x 2842/4242 = Rp 16.319.461,00

Alokasi biaya listrik untuk tiap tipe kamar dapat dilihat pada tabel II.12 berikut ini.

Tabel II.12

Alokasi Biaya Listrik Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005

Tipe Kamar Biaya Tetap (Rp)

Biaya variabel (Rp)

Jumlah (Rp)

VIP 3.169.407 1.223.098 4.392.505

Kelas I 4.186.455 2.681.629 6.868.084

Kelas II 2.235.141 4.134.416 6.369.557 Kelas III 2.235.141 16.319.461 18.554.602 Jumlah

11.826.144 24.358.604 36.184.748 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.


(55)

c. Biaya administrasi dan umum

Biaya ini merupakan biaya variabel, dipengaruhi oleh banyak sedikitnya tingkat hunian kamar dan mempunyai hubungan langsung terhadap aktivitas pengelolaan kamar. Penghitungan biaya administrasi dan umum yang dialokasikan dengan dasar proporsi jumlah bed terpakai (hari hunian) adalah sebagai berikut ini.

VIP = Rp 2.236.193,00 x 213/4242 = Rp 112.284,00 Kelas I = Rp 2.236.193,00 x 467/4242 = Rp 246.182,00 Kelas II = Rp 2.236.193,00 x 720/4242 = Rp 379.552,00 Kelas III = Rp 2.236.193,00 x 2842/4242 = Rp 1.498.175,00

Alokasi biaya administrasi dan umum untuk setiap tipe kamar dapat dilihat pada tabel II.13 berikut ini.

Tabel II.13

Alokasi Biaya Administrasi dan Umum Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005

Tipe Kamar Proporsi Jumlah Bed Terpakai

Alokasi Biaya (Rp)

VIP 213/4242 112.284

Kelas I 467/4242 246.182

Kelas II 720/4242 379.552

Kelas III 2842/4242 1.498.175

Jumlah

2.236.193 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

d. Biaya Laundry

Biaya laundry bersifat semi variabel, mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan aktivitas pengelolaan kamar.


(56)

Pemisahan biaya tetap dan variabelnya dilakukan dengan menggunakan metode titik tertinggi dan terendah seperti pada tabel II.14 berikut ini.

Tabel II.14

Jumlah Biaya Laundry dan Jumlah Hari Hunian Selama Tahun 2005

Bulan Jumlah Hari

Hunian

Biaya Laundry (Rp)

Januari 299 265.493

Februari 340 279.704

Maret 280 257.639

April 381 313.915

Mei 363 298.896

Juni 407 335.610

Juli 356 293.055

Agustus 400 329.769

September 347 285.545

Oktober 386 318.087

November 321 263.850

Desember 362 298.061

Jumlah

4242 3.539.624 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

Biaya laundry Hari Hunian

Titik tertinggi Rp 335.610,00 407

Titik terendah (Rp 257.639,00) (280)


(57)

Biaya variabel laundry per hari = Rp 77.971,00 : 127 =Rp 613,94 Biaya tetap laundry

Misalnya: Biaya laundry terendah Rp 257.639,00 Biaya variabel (Rp 613,94 x 280) (Rp 171.903,00) Biaya tetap per bulan Rp 85.736,00 Total biaya laundry setahun Rp 3.539.624,00 Biaya tetap per tahun (12 x Rp 85.736,00) (Rp 1.028.832,00) Biaya variabel per tahun Rp 2.510.792,00

Penghitungan biaya laundry adalah sebagai berikut ini. 1. Biaya tetap

Alokasi biaya tetap laundry tiap tipe kamar menggunakan dasar alokasi satuan ukuran panjang untuk barang laundry-an yang terpasang pada tiap tipe kamar yang dinyatakan dengan meter (m) seperti pada tabel II.15 berikut ini.

Tabel II.15

Alokasi Biaya Tetap Laundry Selama Tahun 2005

Tipe Kamar Satuan Panjang (1) Jumlah Bed (2)

(3)=(1)x(2)

å

2) x (1

(3) Alokasi Biaya Tetap

(Rp)

VIP 5 2 10 0,137 140.950

Kelas I 5 3 15 0,206 211.939

Kelas II 4 2 16 0,219 225.314

Kelas III 4 2 8 0,438 450.629

Jumlah

18 17 73 1 1.028.832

Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005 2. Biaya variabel


(58)

Alokasi biaya variabel laundry tiap tipe kamar menggunakan dasar alokasi proporsi jumlah bed terpakai (hari hunian). Penghitungannya sebagai berikut ini.

VIP = Rp 2.510.792,00 x 213/4242 = Rp 126.072,00 Kelas I = Rp 2.510.792,00 x 467/4242 = Rp 276.412,00 Kelas II = Rp 2.510.792,00 x 720/4242 = Rp 426.160,00 Kelas III = Rp 2.510.792,00 x 2842/4242 = Rp 1.682.148,00

Alokasi biaya laundry untuk tiap tipe kamar dapat dilihat pada tabel II.16 berikut ini.

Tabel II.16

Alokasi Biaya Laundry Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005

Tipe Kamar Biaya Tetap (Rp)

Biaya variabel (Rp)

Jumlah (Rp)

VIP 140.950 126.072 267.022

Kelas I 211.939 276.412 488.351

Kelas II 225.314 426.160 651.474

Kelas III 450.629 1.682.148 2.132.777 Jumlah

1.028.832 2.510.792 3.539.624 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

e. Biaya kebersihan

Biaya kebersihan merupakan biaya tetap, tidak dipengaruhi oleh banyak sedikitnya tingkat hunian kamar dan mempunyai hubungan tidak langsung terhadap aktivitas pengelolaan kamar. Penghitungan biaya kebersihan menggunakan alokasi berdasarkan luas lantai tiap tipe kamar seperti pada tabel II.17 berikut ini.

Tabel II.17

Alokasi Biaya Kebersihan Berdasarkan Luas Lantai Selama Tahun 2005


(59)

Tipe Kamar

Luas Lantai

(m2) (1)

Jumlah Bed

(2)

(3)=(1)x(2)

å

2) x (1 (3) Alokasi Biaya (Rp)

VIP 25 2 50 0,243 570.468

Kelas I 20 3 60 0,291 683.153

Kelas II 12 2 48 0,233 546.991

Kelas III 6 2 18 0,233 546.991

Jumlah

63 17 206 1 2.347.603

Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005. f. Biaya air

Biaya air bersifat semi variabel, mempunyai hubungan langsung dan tidak langsung dengan aktivitas pengelolaan kamar. Pemisahan biaya tetap dan variabelnya dilakukan dengan menggunakan metode titik tertinggi dan terendah seperti pada tabel II.18 berikut ini.

Tabel II.18

Jumlah Biaya Air dan Jumlah Hari Hunian Selama Tahun 2005

Bulan Jumlah Hari

Hunian

Biaya Air (Rp)

Januari 299 518.743

Februari 340 567.818

Maret 280 506.733

April 381 636.893

Mei 363 606.568

Juni 407 680.697

Juli 356 594.774

Agustus 400 668.904

September 347 579.612

Oktober 386 645.317

November 321 535.808

Desember 362 604.883

Jumlah

4242 7.146.750 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.


(60)

Biaya air Hari Hunian Titik tertinggi Rp 680.697.00 407

Titik terendah (Rp 506.733,00) (280)

Selisih Rp 173.934,00 127

Biaya variabel airper hari = Rp 173.934,00 : 127 =Rp 1.369,56 Biaya tetap air

Misalnya: Biaya air terendah Rp 506.733,00 Biaya variabel (Rp 1.369,56 x 280) (Rp 383.477,00) Biaya tetap per bulan Rp 123.256.00 Total biaya air setahun Rp 7.146.750,00 Biaya tetap per tahun (12 x Rp 123.256,00) (Rp 1.479.072,00) Biaya variabel per tahun Rp 5.667.678,00 Penghitungan biaya air adalah sebagai berikut ini.

1. Biaya tetap

Alokasi biaya tetap air tiap tipe kamar menggunakan dasar alokasi jumlah kamar mandi sebanyak sembilan kamar mandi yang terdapat pada setiap tipe kamar. Untuk VIP terdapat dua kamar mandi, Kelas I terdapat tiga kamar mandi, Kelas II terdapat dua kamar mandi dan Kelas III terdapat dua kamar mandi. Penghitungannya sebagai berikut ini.

VIP = Rp 1.479.072,00 x 2/9 = Rp 328.683,00 Kelas I = Rp 1.479.072,00 x 3/9 = Rp 493.024,00 Kelas II = Rp 1.479.072,00 x 2/9 = Rp 328.682,00 Kelas III = Rp 1.479.072,00 x 2/9 = Rp 328.683,00


(61)

2. Biaya variabel

Alokasi biaya variabel air tiap tipe kamar menggunakan dasar alokasi proporsi jumlah bed terpakai (hari hunian). Penghitungannya sebagai berikut ini.

VIP = Rp 5.667.678,00 x 213/4242 = Rp 284.587,00 Kelas I = Rp 5.667.678,00 x 467/4242 = Rp 623.952,00 Kelas II = Rp 5.667.678,00 x 720/4242 = Rp 961.982,00 Kelas III = Rp 5.667.678,00 x 2842/4242 = Rp 3.797.157,00

Alokasi biaya air untuk tiap tipe kamar dapat dilihat pada tabel II.19 berikut ini.

Tabel II.19

Alokasi Biaya Air Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005

Tipe Kamar Biaya Tetap (Rp)

Biaya variabel (Rp)

Jumlah (Rp)

VIP 328.683 284.587 613.270

Kelas I 493.024 623.952 1.116.976

Kelas II 328.682 961.982 1.290.664

Kelas III 328.683 3.797.157 4.125.840 Jumlah

1.479.072 5.667.678 7.146.750 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

g. Biaya makan dan minum

Biaya ini bersifat variabel, dipengaruhi oleh banyak sedikitnya tingkat hunian kamar dan mempunyai hubungan langsung terhadap aktivitas pengelolaan kamar. Penghitungan biaya makan dan minum untuk tiap-tiap tipe kamar dengan menggunakan metode alokasi


(62)

berdasarkan proporsi jumlah bed terpakai (hari hunian) adalah sebagai berikut ini.

VIP = Rp 84.452.792,00 x 213/4242 = Rp 4.240.558,00 Kelas I = Rp 84.452.792,00 x 467/4242 = Rp 9.297.372,00 Kelas II = Rp 84.452.792,00 x 720/4242 = Rp 14.334.279,00 Kelas III = Rp 84.452.792,00 x 2842/4242 = Rp 56.580.583,00

Alokasi biaya makan dan minum untuk setiap tipe kamar dapat dilihat pada tabel II.20 sebagai berikut ini.

Tabel II.20

Alokasi Biaya Makan dan Minum Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005

Tipe Kamar Proporsi Jumlah Bed Terpakai

Alokasi Biaya (Rp)

VIP 213/4242 4.240.558

Kelas I 467/4242 9.297.372

Kelas II 720/4242 14.334.279

Kelas III 2842/4242 56.580.583

Jumlah

84.452.792 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

h. Biaya depresiasi

Ada dua jenis depresiasi, yaitu depresiasi bangunan yang menggunakan alokasi berdasarkan luas lantai dan depresiasi inventaris yang menggunakan alokasi berdasarkan proporsi jumlah bed terpakai


(63)

(hari hunian). Alokasi biaya depresiasi dapat dilihat pada tabel II.21 sebagai berikut ini.

Tabel II.21

Alokasi Biaya Depresiasi Berdasarkan Luas Lantai Selama Tahun 2005

Tipe Kamar

Luas Lantai

(m2) (1)

Jumlah Bed

(2)

(3)=(1)x(2)

å

2) x (1 (3) Alokasi Biaya (Rp)

VIP 25 2 50 0,243 573.544

Kelas I 20 3 60 0,291 686.837

Kelas II 12 2 48 0,233 549.942

Kelas III 6 2 18 0,233 549.942

Jumlah

63 17 206 1 2.360.265

Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

Sedangkan untuk depresiasi inventaris dengan menggunakan dasar alokasi proporsi jumlah bed terpakai (hari hunian) dapat dihitung sebagai berikut ini.

VIP = Rp 8.203.870,00 x 213/4242 = Rp 411.934,00 Kelas I = Rp 8.203.870,00 x 467/4242 = Rp 903.161,00 Kelas II = Rp 8.203.870,00 x 720/4242 = Rp 1.392.453,00 Kelas III = Rp 8.203.870,00 x 2842/4242 = Rp 5.496.322,00

Alokasi biaya depresiasi untuk tiap tipe kamar dapat dilihat pada tabel II.22 sebagai berikut ini.

Tabel II.22

Alokasi Biaya Depresiasi Tiap Tipe Kamar Selama Tahun 2005


(64)

(Rp) (Rp) (Rp)

VIP 573.544 411.934 985.478

Kelas I 686.837 903.161 1.589.998

Kelas II 549.942 1.392.453 1.942.395

Kelas III 549.942 5.496.322 6.046.264 Jumlah

2.360.265 8.203.870 10.564.135 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

Berdasarkan hasil analisis dan pengumpulan data serta pengklasifikasian biaya berdasarkan atas perilaku biaya terhadap perubahan volume kegiatan dan atas dasar hubungan biaya dengan pengelolaan kamar, maka penghitungan biaya atau harga pokok jasa kamar perhari di Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen selama tahun 2005 dapat dilihat pada tabel II.23 berikut ini.


(65)

1

No Keterangan VIP

(Rp)

Kelas I (Rp)

Kelas II (Rp)

Kelas III (Rp)

Jumlah (Rp) 1. Biaya tetap :

a. Biaya gaji 5.913.076 8.278.307 7.095.691 14.191.382 35.478.456

b. Biaya listrik 3.169.407 4.186.455 2.235.141 2.235.141 11.826.144 c. Biaya laundry 140.950 211.939 225.314 450.629 1.028.832

d. Biaya air 328.683 493.024 328.682 328.683 1.479.072

e. Biaya kebersihan 570.468 683.153 546.991 546.991 2.347.603 f. Biaya depresiasi 985.478 1.589.998 1.942.395 6.046.264 10.564.135 2. Biaya variabel :

a. Biaya gaji 4.025.713 8.826.327 13.608.042 53.713.967 80.174.049

b. Biaya listrik 1.223.098 2.681.629 4.134.416 16.319.461 24.358.604

c. Biaya laundry 126.072 276.412 426.160 1.682.148 2.510.792 d. Biaya air 284.578 623.952 961.982 3.797.157 5.667.678 e. Biaya makan dan minum 4.240.558 9.297.372 14.334.279 56.580.583 84.452.792 f. Biaya depresiasi dan umum 112.587 246.182 379.552 1.498.175 2.236.193

Total biaya 21.120.374 37.394.750 46.218.645 157.390.581 262.124.350

Jumlah hari hunian 213 hari 467 hari 720 hari 2842 hari 4242 hari

Harga pokok sewa kamar per hari 99.156,68 80.074,41 64.192,56 55.380,22

Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.


(66)

1

sewa kamar per hari dengan menggunakan metode target surplus sebesar 10% dari tarifnya adalah sebagai berikut ini.

Keterangan : T = Tarif

HP = Harga Pokok TS = Target Surplus TS = 10%

Sehingga T = HP + 10% T T = HP + 0,1 T 0,9 T = HP

T = 9 , 0 HP Tabel II.24

Tarif Sewa Kamar per Hari Selama Tahun 2005 Tipe Kamar Harga Pokok (Rp) Target Surplus (Rp) Tarif Usulan (Rp) Tarif yang Berlaku (Rp) Selisih (Rp) VIP 99.156,68 11.017,41 110.174,09 170.000 59.825,91 Kelas I 80.074,41 8.897,16 88.971,57 125.000 36.028,43 Kelas II 64.192,56 7.132,51 71.325,07 75.000 3.674,93 Kelas III 55.380,22 6.153,36 61.533,58 55.000 (6.533,58) Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.


(67)

ii

Penghitungan tarif sewa kamar per hari selama tahun 2005 untuk tiap tipe kamar dapat dihitung sebagai berikut ini.

VIP :

Harga Pokok = Rp 99.156,68

Tarif ÷

ø ö ç è æ 0,9 99.156,68 Rp

= Rp 110.174,09 Target Surplus (10% x Rp 110.174,09) = Rp 11.017,41 Kelas I :

Harga Pokok = Rp 80.074,41

Tarif ÷

ø ö ç è æ 0,9 80.074,41 Rp

= Rp 88.971,57 Target Surplus (10% x Rp 88.971,57) = Rp 8.897,16 Kelas II :

Harga Pokok = Rp 64.192,56

Tarif ÷

ø ö ç è æ 0,9 64.192,56 Rp

= Rp 71.325,07 Target Surplus (10% x Rp 71.325,07) = Rp 7.132,51 Kelas III :

Harga Pokok = Rp 55.380,22

Tarif ÷

ø ö ç è æ 0,9 55.380,22 Rp

= Rp 61.533,58 Target Surplus (10% x Rp 61.533,58) = Rp 6.153,36


(68)

iii

BAB III

TEMUAN

Sampai saat ini Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen dalam menentukan tarif masih didasarkan pada tarif pesaing. Berikut ini disajikan tabel tarif sewa kamar menurut penghitungan Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen yang didasarkan pada tarif pesaing dan tarif sewa kamar menurut metode full costing.

Tabel III.1

Jenis Kamar Rawat Inap dan Tarif Sewa Masing-Masing Kamar Rawat Inap

No Jenis Ruangan

Tarif Menurut RSB Dentatama Sragen

(Rp)

Tarif Menurut Metode Full Costing

(Rp) 1 2 3 4 Kamar VIP Kamar Kelas I Kamar Kelas II Kamar Kelas III

175.000 125.000 75.000 55.000 110.174,09 88.971,57 71.325,07 61.533,58 Sumber: data RSB Dentatama, tahun 2005.

A. Kelebihan

1. Untuk tujuan analisis keuntungan masing-masing kamar, Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen membandingkan tarif yang diterapkan dengan unit cost yang dalam penentuannya dilakukan dengan membagi total biaya operasional dalam satu periode dengan total hari hunian dalam periode bersangkutan.


(69)

iv

2. Untuk tujuan tersebut di atas, Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen telah melakukan pengumpulan dan penghitungan biaya operasional yang terjadi dalam tiap periodenya.

B. Kelemahan

Unit cost yang dihitung atas dasar biaya operasional yang terjadi dalam tiap periodenya dengan menggunakan pembagi berupa total hari hunian menghasilkan jumlah unit cost yang kurang tepat dan teliti untuk masing-masing tipe kamar. Penghitungan yang dilakukan Rumah Sakit Bersalin Dentatama Sragen atas unit cost menghasilkan jumlah unit cost yang seragam untuk masing-masing tipe kamar. Hal ini menjadi kurang tepat dan teliti mengingat bahwa biaya yang dikonsumsi oleh masing-masing tipe kamar berbeda.

Untuk mendapatkan jumlah unit cost yang lebih tepat dan teliti maka penghitungan unit cost seharusnya menggunakan metode full costing dengan menentukan cost driver yang sesuai dengan masing-masing biaya. Cost driver yang sesuai dengan aktivitas masing-masing biaya (seperti yang tertera dalam tabel II.3) menghasilkan alokasi biaya operasional yang lebih tepat dan teliti.


(1)

viii


(2)

ix


(3)

x


(4)

xi


(5)

xii


(6)

xiii