Karakteristik Penderita Mioma Uteri Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2014

(1)

1

KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TENTARA TK-IV 01.07.01 PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh:

SHEYNA ZEIN LUBIS NIM. 111000212

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TENTARA TK-IV 01.07.01 PEMATANGSIANTAR

TAHUN 2014

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

SHEYNA ZEIN LUBIS NIM. 111000212

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“KARAKTERISTIK PENDERITA MIOMA UTERI RAWAT INAP DI RUMAH

SAKIT TENTARA TK-IV 01.07.01 PEMATANGSIANTAR TAHUN 2014” ini beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemungkinan ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Medan, Agustus 2015

Sheyna Zein Lubis


(4)

(5)

iii ABSTRAK

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berada pada lapisan miometrium terdiri dari sel-sel jaringan otot polos dan jaringan pengikat fibroid sehingga kepustakaannya dikenal juga dengan istilah leiomioma atau fibroid. Mioma uteri paling banyak terjadi pada wanita usia subur. Di Indonesia proporsi mioma uteri 2,39% - 11,70% dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita mioma uteri di RS Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel adalah 82 data. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan uji Chi-square dan Exact Fisher.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi penderita mioma uteri tertinggi pada kelompok umur 41-50 tahun 70,7%, suku Batak 55,4%, pendidikan SMA 47,6%, pekerjaan Ibu Rumah Tangga 32,9%, Kawin 97,6%, keluhan utama Perdarahan Abnormal 48,8%, Multipara 46,3%, Tidak Hamil 98,8%, Kadar Hemoglobin <12 gr% (53,7%), Jenis Mioma Intramural 47,6%, Penatalaksanaan Histerektomi Total 58,5%, Lama rawatan rata-rata 6 hari. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna umur berdasarkan jenis mioma uteri (p=0,547), umur berdasarkan keluhan utama (p=0,900), pekerjaan berdasarkan keluhan utama (p=0,936), jenis mioma uteri berdasarkan paritas (p=0,478), keluhan utama berdasarkan paritas (p=0,709), kadar hemoglobin berdasarkan jenis mioma uteri (p=0,116), penatalaksanaan berdasarkan jenis mioma uteri (p=0,762).

Kepada wanita yang mempunyai faktor resiko untuk terjadinya mioma uteri terutama wanita usia 41 - 50 tahun dan yang sering melahirkan (multiparitas) agar lebih menjaga kesehatan salah satunya dengan pola makan yang sehat dan rutin memeriksakan diri untuk deteksi dini kemungkinan ditemukannya mioma uteri.Kepada wanita usia subur dengan keluhan perdarahan abnormal agar segera memeriksakan diri untuk mendapatkan penanganan sesuai dengan hasil pemeriksaan.

Kata kunci: Mioma Uteri, Karakteristik penderita


(6)

also known as leiomyomas or fibroids. It the most common occurrence in women of childbearing age. In Indonesia, the proportion of myoma uterine 2.3% - 11.7% of all gynecological patientstreated. This study is aimed to determine the characteristics of patients with myoma uterine in the Tentara Tk-IV 01.07.01 HospitalPematangsiantar 2014.

Kind of this study is descriptive with case series design. Population and sample were 82 data. Data was analyzed descriptively by using Chi-square and Fisher's Exact.

The results showed the proportion of patients with uterine myoma highest in the age group 41-50 years 70.7%, Bataknese 55.4%, Senior High School 47.6%, Housewives 32.9%, Marriage 97.6%, Abnormal Bleeding 48.8%, Multiparities 46.3%, Not Pregnant 98.8%, Hemoglobin>12 g% (53.7%), Intramural myomas type (47.6%), Total Hysterectomy (58.5%), Average Lenght of Stay 6 days. The results of test statistically were not significant differences age based on the type of myoma uterine (p=0.547), age based on the main complaints (p = 0.900), occupationbased on the main complaints (p=0.936), type of myoma uterine based on parity (p=0.478), The main complaintbased on parity (p = 0.709), hemoglobin levels based on the type of myoma uterine (p=0.116), treatment based on the type of uterine myoma (p=0.762).

Expected to women who have risk factors for the occurrence of uterine myoma, especially women aged 41-50 years and who frequently gave birth (multiparity) in order to be bette to maintain their health with healthy diet and regular check-up for early detection of the possibility of the discovery uterine myoma.To women of childbearing age with symptoms abnormal bleeding that immediately went to get treatment in accordance with the results of the examination.


(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas rahmat dan

kasihNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Karakteristik Penderita Mioma Uteri Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2014”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi sejak awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Rahayu Lubis, M.Kes, PhD selaku dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Drs. Jemadi, M. Kes selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(8)

memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 7. Direktur dan Kepala Bagian Rekam Medik RS Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu penulis menyelesaikan penelitian.

8. Seluruh dosen dan staf pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Kesehatan Masyarakat.

9. Teristimewa untuk Ayahanda Irwansyah Lubis dan Ibunda Farida Hafni Hasibuan tercinta yang dengan tulus dan sabar dalam memberikan dukungan moril dan materil yang sangat membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini dan juga adinda tersayang Sahara Sella Lubis dan Savero Ahmed Lubis yang telah banyak memberikan dukungan.

10.Sahabat tersayang Manzilina Arifa Asri Harahap, Gusti Handayani, Ervyorika Simanjuntak, dan terkhusus Riri Widariyanto yang senantiasa hadir dalam suka dan duka, serta perhatian dan kasih sayangnya selama ini.

11.Teman-teman terkasih seperjuangan FKM USU (Siti Widya Nazhrah, Ervina Manik, Nia Sylviana, dan Fattia Ramadhani) yang telah memberikan dukungan dan semangat selama masa perkuliahan di FKM USU.


(9)

vii

12.Teman-teman peminatan Epidemiologi FKM USU (Parno, Erni, Viky, Daniel, Rizal, Evita, dll yang tidak dapat disebutkan satu-persatu) yang selalu memberikan masukan dan saran, serta semangat selama masa kuliah dan pembuatan skripsi.

13.Teman-teman PBL (Joen, Deli, Putri, Martha, Irene) dan Teman LKP (Marnaek, Yunita, Jenayar, dan Henti) yang telah memberikan semangat dan dukungan selama ini.

14.Teman-teman sedari dahulu (Ocha Aritonang, Witty Sinaga, Sanita Diaz, Dian Dolok, dan Dina Silitonga) yang selalu memberikan perhatian dan dukungan moril selama ini.

15.Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juli 2015

Penulis Sheyna Zein Lubis


(10)

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ... 5

1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Anatomi Uterus ... 8

2.2 Mioma Uteri ... 9

2.2.1 Pengertian Mioma Uteri ... 9

2.2.2 Patologi Anatomi ... 10

2.2.3 Gambaran Klinis dan Keluhan ... 13

2.2.4 Dignosa Mioma Uteri ... 15

2.2.5 Diagnosa Banding ... 16

2.2.6 Epidemiologi mioma uteri ... 16

2.2.7 Infertilitas dan Abotus ... 23

2.2.8 Mioma Uteri dan Kehamilan ... 23

2.2.9 Komplikasi ... 24

2.2.10 Penatalaksanaan Mioma Uteri ... 25

2.3 Kerangka Konsep ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis Penelitian ... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 30

3.2.2 Waktu Penelitian ... 30


(11)

ix

3.3.1 Populasi Penelitian ... 30

3.3.2 Sampel Penelitian ... 31

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 31

3.5 Defenisi Operasional ... 31

3.6 Teknik Analisa Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 36

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

4.1.1 Lokasi dan Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar ... 36

4.1.2 Visi dan Misi ... 37

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi ... 37

4.1.4 Kemampuan Pelayanan ... 38

4.1.5 Penunjang Umum ... 38

4.2 Analisa Deskriptif ... 39

4.2.1 Karakteristik Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Sosiodemografi ... 39

4.2.2 Keluhan Utama ... 41

4.2.3 Paritas ... 41

4.2.4 Menarche ... 42

4.2.5 Kehamilan ... 42

4.2.6 Kadar Hemoglobin ... 43

4.2.7 Jenis Mioma ... 44

4.2.8 Penatalaksanaan/Terapi ... 45

4.2.9 Lama Rawatan Rata-rata... 46

4.3 Analisa Statistik ... 46

4.3.1 Umur Berdasarkan Jenis Mioma ... 46

4.3.2 Umur Berdasarkan Keluhan Utama ... 47

4.3.3 Pekerjaan Berdasarkan Keluhan Utama ... 48

4.3.4 Jenis Mioma Berdasarkan Paritas ... 49

4.3.5 Keluhan Utama Berdasarkan Paritas ... 50

4.3.6 Kadar Hemoglobin Berdasarkan Jenis Mioma ... 51

4.3.7 Penatalaksanaan Berdasakan Jenis Mioma ... 52

BAB V PEMBAHASAN ... 53

5.1 Karakteristik Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Sosiodemografi .... 53

5.1.1 Umur ... 54

5.1.2 Suku ... 55

5.1.3 Pendidikan ... 56

5.1.4 Pekerjaan ... 57

5.1.5 Status Perkawinan ... 58


(12)

5.6 Karakteristik Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma ... 66

5.7 Karakteristik Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Penatalaksanaan/Terapi ... 67

5.8 Karakteristik Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata ... 68

5.9 Analisa Statistik ... 69

5.9.1 Umur Berdasarkan Jenis Mioma ... 69

5.9.2 Umur Berdasarkan Keluhan Utama ... 70

5.9.3 Pekerjaan Berdasarkan Keluhan Utama ... 72

5.9.4 Jenis Mioma Berdasarkan Paritas ... 73

5.9.5 Keluhan Utama Berdasarkan Paritas ... 74

5.9.6 Kadar Hemoglobin Berdasarkan Jenis Mioma ... 75

5.9.7 Penatalaksanaan Berdasakan Jenis Mioma ... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 78

6.1 Kesimpulan ... 78

6.2 Saran ... ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN

1. Master Data


(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2014... 39 Tabel 4.2 . Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan

Utama di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014... 40 Tabel 4.3 . Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Pritas di

Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 ... 41 Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan

Kehamilan di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 ... 41 Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Kadar

Hemoglobin di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 ... 42 Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Kadar

Hemoglobin di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 ... 43 Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan

Penatalaksannan/Terapi di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 ... 44 Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Lama

Rawatan Rata-rata di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 ... 45 Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Umur Penderita Mioma Uteri Berdasarkan

Jenis Mioma Uteri di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 ... 46 ... Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Umur Penderita Mioma Uteri Berdasarkan

Jenis Mioma Uteri di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014……… 47


(14)

Berdasarkan Paritas di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01

Pematangsiantar tahun 2014 ... 49 Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Keluhan Utama Penderita Mioma Uteri

Berdasarkan Paritas di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01

Pematangsiantar tahun 2014... 50 Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Kadar Hemoglobin Penderita Mioma Uteri

Berdasarkan Jenis Mioma Uteri di Rumah Sakit Tentara Tk-IV

01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014... 51 Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Penatalaksanaan/Terapi Penderita Mioma

Uteri Berdasarkan Jenis Mioma Uteri di Rumah Sakit Tentara


(15)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Umur Penderita Mioma Uteri Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01

Pematangsiantar Tahun 2014... 53 Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Suku Penderita Mioma Uteri

Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01

Pematangsiantar Tahun 2014... 55 Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Pendidikan Penderita Mioma

Uteri Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2014 ... 56 Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Pekerjaan Penderita Mioma

Uteri Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01

Pematangsiantar Tahun 2014 ... 57 Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Status Perkawinan Penderita

Mioma Uteri Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV

01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2014... 58 Gambar 5.6 Diagram Pie Distribusi Proporsi Keluhan Utama Penderita

Mioma Uteri Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV

01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2014 ... 59 Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Paritas Penderita Mioma Uteri

Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2014 ... 60 Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Kehamilan Penderita Mioma

Uteri Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2014 ... 63 Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Kadar Hemoglobin Penderita

Mioma Uteri Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV

01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2014 ... 64 Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Jenis Mioma Uteri Penderita

Mioma Uteri Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV

01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2014 ... 66 Gambar 5.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penatalaksanan/Terapi

Penderita Mioma Uteri Rawat Inap di Rumah Sakit Tentara

Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2014... 67


(16)

Utama di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2014 ... 71 Gambar 5.14 Proporsi Pekerjaan Penderita Mioma Uteri Berdasarkan

Keluhan Utama di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01

Pematangsiantar Tahun 2014 ... 72 Gambar 5.15 Proporsi Jenis Mioma Uteri Penderita Mioma Uteri

Berdasarkan Paritas di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01

Pematangsiantar Tahun 2014 ... 73 Gambar 5.16 Proporsi Keluhan Utama Penderita Mioma Uteri Berdasarkan

Paritas di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01

Pematangsiantar Tahun 2014 ... 74 Gambar 5.17 Proporsi Kadar Hemoglobin Penderita Mioma Uteri

Berdasarkan Jenis Mioma Uteri di Rumah Sakit Tentara Tk-IV

01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2014 ... 75 Gambar 5.18 Proporsi Penatalaksanaan/Terapi Penderita Mioma Uteri

Berdasarkan Jenis Mioma Uteri di Rumah Sakit Tentara Tk-IV


(17)

xv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sheyna Zein Lubis

Tempat/Tanggal Lahir : Pematangsiantar/ 15 Februari 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Jamin Ginting No. 192-194

Riwayat Pendidikan

1. 1999 – 2005 : SD Yayasan Perguruan Sultan Agung Pematangsiantar

2. 2005 – 2008 : SMP Negeri 4 Pematangsiantar 3. 2008-2011 : SMA Negeri 4 Pematang Siantar 4. 2011-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU


(18)

miometrium terdiri dari sel-sel jaringan otot polos dan jaringan pengikat fibroid sehingga kepustakaannya dikenal juga dengan istilah leiomioma atau fibroid. Mioma uteri paling banyak terjadi pada wanita usia subur. Di Indonesia proporsi mioma uteri 2,39% - 11,70% dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita mioma uteri di RS Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain case series. Populasi dan sampel adalah 82 data. Data dianalisis secara deskriptif menggunakan uji Chi-square dan Exact Fisher.

Hasil penelitian menunjukkan proporsi penderita mioma uteri tertinggi pada kelompok umur 41-50 tahun 70,7%, suku Batak 55,4%, pendidikan SMA 47,6%, pekerjaan Ibu Rumah Tangga 32,9%, Kawin 97,6%, keluhan utama Perdarahan Abnormal 48,8%, Multipara 46,3%, Tidak Hamil 98,8%, Kadar Hemoglobin <12 gr% (53,7%), Jenis Mioma Intramural 47,6%, Penatalaksanaan Histerektomi Total 58,5%, Lama rawatan rata-rata 6 hari. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna umur berdasarkan jenis mioma uteri (p=0,547), umur berdasarkan keluhan utama (p=0,900), pekerjaan berdasarkan keluhan utama (p=0,936), jenis mioma uteri berdasarkan paritas (p=0,478), keluhan utama berdasarkan paritas (p=0,709), kadar hemoglobin berdasarkan jenis mioma uteri (p=0,116), penatalaksanaan berdasarkan jenis mioma uteri (p=0,762).

Kepada wanita yang mempunyai faktor resiko untuk terjadinya mioma uteri terutama wanita usia 41 - 50 tahun dan yang sering melahirkan (multiparitas) agar lebih menjaga kesehatan salah satunya dengan pola makan yang sehat dan rutin memeriksakan diri untuk deteksi dini kemungkinan ditemukannya mioma uteri.Kepada wanita usia subur dengan keluhan perdarahan abnormal agar segera memeriksakan diri untuk mendapatkan penanganan sesuai dengan hasil pemeriksaan.


(19)

iv ABSTRACT

Uterine myoma is a benign neoplasm on the myometrium layerconsists of cells of smooth muscle tissue and connective tissue fibroids which the literature also known as leiomyomas or fibroids. It the most common occurrence in women of childbearing age. In Indonesia, the proportion of myoma uterine 2.3% - 11.7% of all gynecological patientstreated. This study is aimed to determine the characteristics of patients with myoma uterine in the Tentara Tk-IV 01.07.01 HospitalPematangsiantar 2014.

Kind of this study is descriptive with case series design. Population and sample were 82 data. Data was analyzed descriptively by using Chi-square and Fisher's Exact.

The results showed the proportion of patients with uterine myoma highest in the age group 41-50 years 70.7%, Bataknese 55.4%, Senior High School 47.6%, Housewives 32.9%, Marriage 97.6%, Abnormal Bleeding 48.8%, Multiparities 46.3%, Not Pregnant 98.8%, Hemoglobin>12 g% (53.7%), Intramural myomas type (47.6%), Total Hysterectomy (58.5%), Average Lenght of Stay 6 days. The results of test statistically were not significant differences age based on the type of myoma uterine (p=0.547), age based on the main complaints (p = 0.900), occupationbased on the main complaints (p=0.936), type of myoma uterine based on parity (p=0.478), The main complaintbased on parity (p = 0.709), hemoglobin levels based on the type of myoma uterine (p=0.116), treatment based on the type of uterine myoma (p=0.762).

Expected to women who have risk factors for the occurrence of uterine myoma, especially women aged 41-50 years and who frequently gave birth (multiparity) in order to be bette to maintain their health with healthy diet and regular check-up for early detection of the possibility of the discovery uterine myoma.To women of childbearing age with symptoms abnormal bleeding that immediately went to get treatment in accordance with the results of the examination.

Keyword: Uterine Myoma, Characteristics of patients


(20)

1.1 Latar Belakang

Pembangunan manusia adalah sebuah proses pembangunan yang bertujuan agar manusia mempunyai kemampuan di berbagai bidang, terutama dalam bidang pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Pembangunan manusia sebagai ukuran kinerja pembangunan secara keseluruhan dibentuk melalui pendekatan tiga dimensi dasar, yaitu umur yang panjang dan sehat, berpengetahuan dan memiliki kehidupan yang layak (Depkes RI, 2009).

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya (Depkes RI, 2009). Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah dengan memperhatikan kesehatan wanita, terutama kesehatan reproduksi karena hal tersebut berdampak luas, menyangkut berbagai aspek kehidupan, serta merupakan parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan reproduksi wanita berpengaruh besar dan berperan penting terhadap kelanjutan generasi penerus suatu negara. Salah satu masalah kesehatan


(21)

2

reproduksi wanita ialah mioma uteri yang insidennya terus meningkat (Manuaba, 2009).

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan pada organ reproduksi wanita (Edmonds, 2007). Menurut Prawirohardjo (2008) Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menimpanya sehingga kepustakaannya dikenal juga dengan istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibriod yang terdapat pada lapisan miometrium pada uterus.

Mioma uteri merupakan tumor jinak paling sering ditemukan pada wanita usia subur 30-50%. Hal ini dikarenakan pengaruh hormon esterogen pada wanita, hormon ovarium tersebut dipercaya menstimulasi pertumbuhan mioma uteri karena adanya peningkatan insiden setelah menarche. Dalam jaringan mioma uteri lebih banyak mengandung reseptor esterogen dibandingkan dengan jaringan miometrium normal (Prawirohardjo, 2008). Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 - 45 tahun dan jarang pada wanita di bawah usia 20 tahun serta wanita post menopause. Kejadiannya meningkat pada wanita Afro-Caribbean dan menurun pada penggunaan jangka panjang pil kontrasepsi (Schorge et al. 2008).

Hasil dari Konferensi AIHA (American International Health Assosiation) pada tahun 2001 di Washington DC, ditemukan kasus mioma uteri sebanyak 58 kasus (5,7%) dari seluruh kasus genekologi (Frank, 2001). Penelitian Lauren A.Wise (2005) pada tahun 2005 di Amerika, melaporkan


(22)

mioma 2.237 dari 76.711 wanita kulit hitam, insidens rate mioma uteri 34,4 per 1.000 wanita.

Penelitian yang dilakukan Rammeh et. al (2005) di Prancis tahun 2005 terhadap 2.760 kasus tumor pelvis, menemukan 2.709 kasus mioma uteri dengan proporsi 98,1%. Penelitian Pradhan (2006) di Nepal Medical College Teaching tahun 2006 melaporkan 137 kasus mioma uteri, dengan proporsi 8% dari seluruh kasus ginekologi tahun.

Penelitian yang dilakukan Randell (2006) di Kuopio Hospital, Finland tahun 2006 melaporkan dari 927 histerektomi yang dilakukan, 547 dilakukan atas dasar indikasi adanya mioma uteri dimana proporsi mioma uteri 59%. Penelitian Copaescu (2007) di Sfantul Ioan Hospital Bucharest pada tahun 2007 melaporkan dari 1.491 histerektomi yang dilakukan, 1.224 diantaranya dilakukan berdasarkan indikasi adanya mioma uteri dimana proporsi mioma uteri 82,1%.

Dalam penelitian yang dilakukan Shan Yu San et. al (2012) di Taiwan terdapat 16.848 wanita yang didiagnosa mioma uteri dari tahun 2000 sampai dengan 2003 dengan kunjungan rawat jalan. Data tersebut diambil dari Longitudinal Health Insurance Database 2000 (LHID2000) yang merupakan bagian dari Database Riset Asuransi Nasional yang didirikan oleh Institut Riset Kesehatan di Taiwan.

Di Indonesia, Mioma Uteri ditemukan 2,4%– 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Wiknjosastro, 2005). Di Manado khususnya di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou pada Periode 1 Januari - 31


(23)

4

Desember 2012 mioma uteri menjadi penyakit ginekologi umum terbanyak dengan proporsi yaitu Mioma Uteri (43.1%), Kista Ovarium (41.4%), dan Disfunctional Uterine Bleeding (4.13%) (Berhandus dkk, 2013). Di Surakarta, sesuai dengan penelitian dari Kurniasari (2010) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta insidensi mioma uteri paling banyak terjadi pada wanita usia 41-50 tahun yaitu sebanyak 70 kasus (61,4%) dari total 144 penderita mioma uteri.

Di Sumatera Utara khususnya Medan hasil penelitian dari Miranti (2009) yaitu di Rumah Sakit Santa Elisabeth dari tahun 2004 sampai dengan 2008 terdapat 152 kasus mioma uteri. Dari seluruh kasus proporsi tertinggi yang mengalami mioma uteri berdasarkan sosiodemografi ditemukan pada kelompok umur 40-46 tahun (39,5%).

Hasil penelitian dari Shukri, M (2009) di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan dari 98 kasus mioma uteri didapatkan insidensi mioma uteri terjadi paling banyak pada usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 33 kasus (45.2%). Usia merupakan faktor risiko yang paling bermakna untuk perkembangan mioma uteri.

Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 merupakan rumah sakit militer yang berada di kota Pematangsiantar Provinsi Sumatera Utara yang memberikan pelayanan bagi prajurit, Pegawai Negeri Sipil (PNS) Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan keluarganya serta masyarakat umum dengan berbagai aspek masalah kesehatan yang banyak dan beragam. Hasil survey pendahuluan berdasarkan data rekam medik di Rumah Sakit Tentara Tingkat IV Pematangsiantar, jumlah penderita rawat inap mioma uteri pada tahun


(24)

2014 sebanyak 102 orang. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitan tentang karakteristik penderita mioma uteri rawat inap di Rumah Sakit Tentara Tingkat IV Pematangsiantar tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita mioma uteri rawat inap di Rumah Sakit Tentara Tingkat IV Pematangsiantar tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui karakteristik penderita mioma uteri rawat inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri rawat inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 berdasarkan sosiodemografi yaitu: umur, suku, pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan.

b. Mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan keluhan utama.

c. Mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan paritas.

d. Mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan usia menarche.


(25)

6

e. Mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan kehamilan.

f. Mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan kadar Hemoglobin (Hb).

g. Mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan jenis mioma uteri.

h. Mengetahui distribusi proporsi penderita mioma uteri berdasarkan penatalaksanaan/terapi.

i. Mengetahui lama rawatan rata-rata penderita mioma uteri uteri rawat inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014

j. Mengetahui perbedaan distribusi proporsi umur berdasarkan jenis mioma uteri.

k. Mengetahui perbedaan distribusi proporsi umur berdasarkan keluhan utama.

l. Mengetahui perbedaan distribusi proporsi pekerjaan berdasarkan keluhan utama.

m. Mengetahui perbedaan distribsi proporsi jenis mioma uteri berdasarkan paritas.

n. Mengetahui perbedaan distribusi proporsi keluhan utama berdasarkan paritas.

o. Mengetahui perbedaan distribusi proporsi penatalaksanaan/terapi berdasarkan jenis mioma uteri.


(26)

1.4 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar dalam rangka meningkatkan fasilitas serta upaya pelayanan kesehatan bagi penderita mioma uteri.

b. Sebagai bahan masukan bagi peniliti lain yang ingin melakukan penelitian mengenai mioma uteri.

c. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang penyakit mioma uteri.


(27)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Uterus

Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yangsedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum dibelakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam danmempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus adalah7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih kurang 57gram (Wiknjosastro, 2005).Uterus terdiri dari jaringan ikat, otot polos, pembuluh darah dan jaringan lainnya.Pada uterus terdapat dinding lapisan-lapisan yang membentuknya, lapisan-lapisan tersebut yaitu:

a. Endometrium

Endometrium membentuk lapisan epitelium bersilia pada dasar jaringan penyambung atau stroma. Pada rongga uterus, ketebalan endometrium ini terus menerus berubah selama menstruasi. Lapisan basal tidak berubah, tetapi berfungsi sebagai fondasi untuk proses regenerasi lapisan-lapisan di tasnya. Sel-sel epitel berbentuk kubus dan menyembul ke bawah untuk membentuk kelenjar yang menyekresi mukus basa.

Endometrium serviks tidak menunjukkan respons yang sama terhadap stimulus homonal selama siklus menstruasi. Di sini, sel epitel berbentuk kolumnar dan tinggi, dan kelenjar penyekresi mukus adalah kelenjar rasemosa yang bercabang. Endometrium serviks lebih tipis daripada korpus serviks dan


(28)

lipat sehingga membentuk pola yang disebut “arbor vitae”. Bagian serviks yang

menonjol ke dalam vagina dilapisi oleh epitelium skuamosa yang menyerupai epitel yang melapisi vagina. Titik tempat berlangsungnya perubahan epitelium pada os eksternal disebut dengan taut skuamokolumnar.

b. Miometrium

Lapisan ini menebal di bagian atas uterus, tetapi menipis di bagian ismus dan serviks. Serat-seratnya menyebar ke seluruh arah dan saling terjalin untuk melapisi pembuluh darah serta limfe yang menjalar dari dan ke endometrium. Lapisan luar dibentuk dari serat longitudinal yng menyambung dengan serat-serat tba uterina, ligamen uterus, dan vagina.

c. Perimetium

Lapisan ini merupakan membran serosa ganda, perluasan dari peritoneum, yang menutupi uterus, melapisi semua bagian kecuali celah sempit di kedua sisi dan dinding nterior serviks supravagia, tempat lapisan ini melipat ke atas menutupi kandung kemih (Fraser, 2011).

2.2 Mioma Uteri

2.2.1 Pengertian Mioma Uteri

Mioma uteri merupakan tumor jinak otot rahim yang dikenal juga dengan leiomiomata, tumor jinak yang disertai dengan jaringan ikatnya sehingga berbentuk padat karena jaringan ikatnya dominan dan lunak serta dikarenakan otot rahim yang dominan (Impey et.al. 2009). Mioma uteri secara berurutan juga dapat


(29)

10

dinamakan fibroid uteri atau leiomioma, mioma uteri termasuk tumor panggul yang paling umum terjadi. Mioma uteri merupakan pembengkakan fibromuscular yang lunak yang menempel pada dinding otot uteri (Fairley, 2009).

Jadi dapat disimpulkan bahwa mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berada pada lapisan uterus yaitu miometrium yang berbentuk padat karena jaringan ikatnya lebih dominan dan lunak karena otot uterus yang lebih dominan serta kejadiannya paling banyak terjadi pada wnita usia subur yang disebabkan oleh pengaruh hormon esterogen.

2.2.2 Patologi Anatomi

Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu putih, padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh lebih besar daripada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam di dalam miometrium (intramural), sementara yang lain terletak tepat di bawah endometrium (submukosa) atau tepat di bawah serosa (subserosa). Yang terakhir mungkin membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ sekitarnya, darimana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian

membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leiomioma “parasitik” (Pradhan dkk. 2006).

Memperhatikan letak pertumbuhannya mioma uteri dapat diklasifikasikan menjadi:


(30)

a. Intramural mioma uteri

Di dalam otot rahim yang bentuknya dapat besar, padat karena jaringan ikat yang dominan, dan lunak karena jaringan otot rahim dominan.

b. Submukosa mioma uteri

a) Berada di bawah lapisan dalam rahim. b) Memperluas permukaan ruangan rahim.

c) Bertangkai dan dapat dikeluarkan melalui kanalis servikalis. c. Subserosa mioma uteri

a) Berada di bawah lapisan peritonium.

b) Dapat bertangkai dan melayang dalam kavum (ruangan) abdomen. c) Dapat terjadi parasitik mioma uteri.

d. Servikal mioma uteri

a) Pembesarannya menimbulkan keluhan pendesakan organ sekitarnya. b) Kejadiannya sangat jarang 2-5% dari semua mioma uteri

e. Membesar kalateral menimbulkan intraligamenter mioma uteri.

Perbandingan otot polos dan jaringan ikat yang membentuk mioma uteri dapat dinamakan:

a. Leisomioma

a) Otot polosnya lebih dominan.

b) Pertumbuhan dan perkembangan otot polosnya dominan sejak permulaan (mioma mollae).


(31)

12

b. Fibroid atau fibromioma a) Konsistensinya keras b) Jaringan ikatnya dominan

Pertumbuhan mioma uteri dapat mengalami degenerasi akhibat gangguan vaskularisasi berikut berbagai bentuk pertumbuhan mioma uteri beserta keterangannya (Manuaba, 2010).

Bentuk degenerasi mioma

Keterangan

Hialine degenerasi a) Susunan jaringan ikatnya makin dominan. b) Konsistensinya padat

c) Penampakannya

d) Warna putih seperti mutiara mengkilat e) Tampak susunan berlapis

f) Bila terlalu keras disebut mioma durum

Kistik degenerasi a) Bagian tengah hialine mengalami degenerasi, pencairan akhibat devaskularisasi.

b) Tampak terjadi pembentukan kista

c) Meragukan saat pemeriksan ultrasonografi

Degenerasi kalsifikasi a) Terutama terjadi pada orangtua. Devaskularisasi, terdapat timbunan kalsium, menambah kerasnya mioma uteri.

Degenerasi merah atau karneous

a) Kehamilan, menyebabkan mioma cepat bertambah besar seiring vaskulrisasi kehamilan. b) Pos partum, terjadi kontraksi otot uterus

menyebabkan penyempitan dan berkurangnya aliran darah menuju proses mioma uteri.

c) Terjadi timbunan darah venous, memberikan warna merah pada mioma atau diikuti hemolisis darah.

Sumber: Buku Ajar Penuntun Kuliah Ginekologi


(32)

2.2.3Gambaran Klinis dan Keluhan

Gambaran klinik mioma uteri dan keluhannya berupa: 1. Pendarahan tidak normal

Hipermenorea perdarahan banyak saat menstruasi dikarenakan meluasnya permukaan endometrium dalam proses mesntruasi, gangguan kontraksi ototrahim dan perdarahan berkepanjangan. Diperkirakan 30% wanita dengan mioma uteri mengalami kelainan menstruasi, menoragia atau menstruasi yang lebih sering. Teori yang menjelaskan perdarahan yang disebabkan mioma uteri menyatakan terjadi perubahan struktur vena pada endometrium dan miometrium yang menyebabkan terjadinya venule ectasia. Miometrium merupakan wadah bagi faktor endokrin dan parakrin dalam mengatur fungsi endometrium. Aposisi kedua jaringan ini dan aliran darah langsung dari miometrium ke endometrium memfasilitasi interaksi ini. Growth factor yang merangsang stimulasi angiogenesis atau relaksasi tonus vaskuler dan yang memiliki reseptor pada mioma uteri dapat menyebabkan perdarahan uterus abnormal dan menjadi target terapi potensial. Sebagai pilihan, berkurangnya angiogenik inhibitory factor atau vasoconstricting factor dan reseptornya pada mioma uteri dapat juga menyebabkan perdarahan uterus yang abnormal

akhibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah dan mudah terjadi infeksi. Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung dari lokasi, arah pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada


(33)

20-14

50% saja mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun. Hipermenore, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari mioma uteri.

2. Penekanan rahim yang membesar

Penekanan rahim karena pembesaran mioma uteri dapat menyebabkan terasa berat di abdomen bagian bawah sehingga penderita mengeluhkan merasakan adanya massa atau benjolan di perut bagian bawah. Penekanan rahim tersebut juga dapat menyebabkan sukar miksi atau defekasi. Penderita jug akan merasakan nyeri karena tertekannya urat saraf. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena tekanan pada urat syaraf yaitu pleksus uterovaginalis, menjalar ke pinggang dan tungkai bawah.

Gejala nyeri tidak khas untuk mioma, walaupun sering terjadi. Hal ini timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma yang disertai dengan nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosa yang akan dilahirkan, pada pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan dismenorrhoe. Dapat juga rasa nyeri disebabkan karena torsi mioma uteri yang bertangkai. Dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa enek dan muntah-muntah (Fairley, 2009 dan Pradhan, 2006).


(34)

2.2.4 Diagnosa Mioma Uteri

Diagnosa mioma uteri dapat ditegakkan dengan: 1. Anamnesis

Dari proses tanya jawab dokter dan pasien dapat ditemukan penderita seringkali mengeluh rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah, kadang mempunyai gangguan haid dan ada nyeri.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan bimanual akan mengungkap tumor pada uterus, yang umumnya terletak di garis tengah atau pun agak ke samping,seringkali teraba terbenjol-benjol. Mioma subserosum dapat mempunyai tangkai yang berhubung dengan uterus (Prawirohardjo dkk. 2007).

3. Pemeriksaan Penunjang a. Ultra Sonografi (USG)

Mioma uteri yang besar paling bagus didiagnosis dengan kombinasi transabdominal dan transvaginal sonografi. Gambaran sonografi mioma kebiasaanya adalah simetrikal, berbatas tegas, hypoechoic dan degenerasi kistik menunjukkan anechoic.

b. Magnetic Resonance Imagine (MRI)

Miom uteri lebih baik didiagnosa dengan MRI daripada USG tetapi biayanya lebihmahal. MRI mampu menentukan ukuran, lokasi dan bilangan mioma uteri serta bisa mengevaluasi jarak penembusan mioma submukosa di dalam dinding miometrium (Parker, 2007).


(35)

16

2.2.5 Diagnosa Banding

Mioma uteri dapat disangka terutama sebagai kehamilan, apabila telah berubah menjadi lebih lunak karena degenerasi sistik. Kehamilan mola atau ektopik juga dapat menjadi dignosa banding dari mioma uteri. Mioma uteri juga dapat disangka sebagai tumor ovarium apabila terjadi degenerasi sistik, unilateral, dan tidak terjadi perpindahan letak serviks. Dan juga adenomiosis, lebih umumnya dikarenakan penyebaran dan pembesaran uterus yang telah lunak (Prawirohardjo dkk. 2007).

2.2.6 Epidemiologi Mioma Uteri a. Frekuensi

Mioma uteri merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan pada organ reproduksi wanita (Edmonds, 2007). Mioma uteri paling sering ditemukan pada wanita usia subur 30-50%. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 - 45 tahun dan jarang terjadi pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause (Schorge et. al. 2008).

Kejadiannya meningkat pada wanita Afro-Caribbean dan menurun pada penggunaan jangka panjang pil kontrasepsi. Di Indonesia mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologik yang dirawat. Selain itu dilaporkan juga ditemukan pada kurang lebih 20-25% wanita usia reproduksi dan meningkat 40% pada usia lebih dari 35 tahun (Joedosapoetra, 2005). Penelitian Nishizawa di Jepang (2008) menemukan insidens rates mioma uteri lebih tinggi pada wanita subur yaitu 104 per seribu wanita belum menopause dan 12 per seribu wanita menopause


(36)

(P<0,001).Penelitian Boynton (2005) di Amerika melaporkan 7.466 kasus mioma uteri dari 827.348 wanita berusia 25-42 tahun dengan prevalensi 0,9%.

b. Distribusi

Berdasarkan orang, mioma uteri hanya terjadi pada wanita karena mioma uteri adalah penyakit yang terdapat pada dinding rahim wanita. Mioma uteri lebih banyak ditemukan pada wanita berkulit hitam, karena wanita berkulit hitam memiliki lebih banyak hormon estrogen disbanding wanita kulit putih. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus pada wanita kulit hitam, dimana biasanya hanya 5-20 sarang saja (Panay at.al 2008).Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak (Joedosapoetra, 2005).

Berdasarkan tempat, Penelitian Baird di Amerika Serikat tahun 2003 terhadap 1364 wanita dengan usia 35-49 tahun, 478 diantaranya menderita mioma uteri yaitu dengan proporsi 35%. Penelitian Sela-Ojeme di London Hospital pada tahun 2008 melaporkan proporsi penderita mioma uteri sebanyak 14,06% yaitu 586 orang dari 2.034 kasus ginekologi. Management of Uterine Fibroid at The University of Nigeria Teaching Hospital Enugu tahun 2006 melaporkan proporsi mioma uteri 9,8% dari seluruh kasus ginekologi yaitu 190 kasus dari 1939 kasus ginekologi. Penelitian Gaym A di Tikur Anbessa Teaching Hospital, Addis Ababa, Ethiopia tahun 2004 mencatat penderita mioma uteri


(37)

18

sebanyak 588 kasus.Di Indonesia, Mioma Uteri ditemukan 2,4%– 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat (Wiknjosastro, 2005). Di Manado khususnya di RSU Prof. Dr. R. D. Kandou pada Periode 1 Januari - 31 Desember 2012 mioma uteri menjadi penyakit ginekologi umum terbanyak dengan proporsi yaitu Mioma Uteri (43.1%), Kista Ovarium (41.4%), dan Disfunctional Uterine Bleeding (4.13%) (Berhandus dkk, 2013).

c. Determinan

Penyebab utama mioma uteri belum diketahui secara pasti sampai saat ini, tetapi penyelidikan telah dijalankan untuk memahami keterlibatan faktor hormonal, faktor genetik, growth factor, dan biologi molekular untuk tumor jinak ini. Faktor yang diduga berperan untuk inisiasi pada perubahan genetik pada mioma uteri adalah abnormalitas intrinsik pada miometrium, peningkatan reseptor estrogen secara kongenital pada miometrium, perubahan hormonal, atau respon kepada kecederaan iskemik ketika haid. Setelah terjadinya mioma uteri, perubahan-perubahan genetik ini akan dipengaruhi oleh promoter (hormon) dan efektor (growth factors) (Parker, 2007). Berdasarkan teori genitoblast (sel nes) Meyer dan de Snoo, pertumbuhan mioma uteri terjadi akhibat rangsangan terus-menerus dari hormon esterogen setiap bulannya (Manuaba, 2010). Adapun faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :


(38)

1. Umur

Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun, Kasus mioma uteri terbanyak pada kelompok usia 40-49 tahun, dengan usia rata-rata 42,97 tahun sebanyak 51%.Tumor ini paling sering memberikan gejala klinis antara umur 35 – 45 tahun. Hasil penelitian dari Miranti (2009) di Medan dari tahun 2004 sampai dengan 2008 terdapat 152 kasus mioma uteri. Dari seluruh kasus proporsi tertinggi yang mengalami mioma uteri berdasarkan sosiodemografi ditemukan pada kelompok umur 40-46 tahun (39,5%).

2. Paritas

Lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakan infertilitas menyebabkan mioma uteri. Peningkatan paritas menurunkan insidensi terjadinya mioma uteri (Parker, 2007).Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untuk terjadinya perkembangan mioma ini dibandingkan wanita yang tidak pernah hamil atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali ( Schorge et al., 2008 ). 3. Ras

Pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi.Dari studi yang dijalankan melibatkan laporan


(39)

20

sendiri oleh pasien mengenai mioma uteri, rekam medis, dan pemeriksaan sonografi menunjukkan golongan etnik Afrika-Amerika mempunyai kemungkinan risiko menderita mioma uteri setinggi 2,9 kali berbanding wanita etnik caucasia, dan risiko ini tidak mempunyai kaitan dengan faktor risiko yang lain. Didapati juga wanita golongan Afrika-Amerika menderita mioma uteri dalam usia yang lebih muda dan mempunyai mioma yang banyak dan lebih besar serta menunjukkan gejala klinis. Namun ianya masih belum diketahui jelas apakah perbedaan ini adalah karena masalah genetik atau perbedaan pada kadar sirkulasi estrogen, metabolisme estrogen, diet, atau peran faktor lingkungan. Walaubagaimanapun, pada penelitian terbaru menunjukkan yang Val/Val genotype untuk enzim essensial kepada metabolisme estrogen,catechol-O-methyltransferase (COMT) ditemui sebanyak 47% pada wanita Afrika-Amerika berbanding hanya 19% pada wanita kulit putih. Wanita dengan genotype ini lebih rentan untuk menderita mioma uteri. Ini menjelaskan mengapa prevalensi yang tinggi untuk menderita mioma uteri dikalangan wanita Afrika-Amerika lebih tinggi (Parker, 2007).

4. Genetik

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri mempunyai peningkatan 2,5 kali kemungkinan risiko untuk menderita mioma uteri dibanding dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. Penderita mioma yang mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri mempunyai 2 kali lipat kekuatan ekspresi


(40)

dari VEGF-α (a myoma-related growth factor) dibandingkan dengan penderita mioma yang tidak mempunyai riwayat keluarga penderita mioma uteri (Parker, 2007).

5. Berat Badan

Satu studi prospektif dijalankan dan dijumpai kemungkinan risiko menderita mioma uteri adalah setinggi 21% untuk setiap kenaikan 10kg berat badan dan dengan peningkatan indeks massa tubuh. Temuan yang sama juga turut dilaporkan untuk wanita dengan 30% kelebihan lemak tubuh. Ini terjadi kerana obesitas menyebabkan pemingkatan konversi androgen adrenal kepada estrone dan menurunkan hormon sex-binding globulin. Hasilnya menyebabkan peningkatan estrogen secara biologikal yang bisa menerangkan mengapa terjadi peningkatan prevalensi mioma uteri dan pertumbuhannya. Beberapa penelitian menemukan hubungan antara obesitas dan peningkatan insiden mioma uteri. Suatu studi di Harvard yang dilakukan oleh Dr. Lynn Marshall menemukan bahwa wanita yang mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) di atas normal, berkemungkinan 30,23% lebih sering menderita mioma uteri. Ros dkk, (1986) mendapatkan resiko mioma uteri meningkat hingga 21% untuk setiap 10 Kg kenaikan berat badan dan hal ini sejalan dengan kenaikan IMT.

6. Fungsi ovarium

Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke,


(41)

22

berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini (Prawirohardjo, 2008).

2.2.7 Infertilitas dan Abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus (Parker, 2007).

2.2.8 Mioma Uteri dan Kehamilan

Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan. Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkaan proses saling mempengaruhi (Pradhan, 2006)


(42)

a. Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan Mioma uteri dapat menyebabkan hal-hal di bawah ini :

a) Infertilitas terutama pada mioma uteri submukosum b) Kemungkinan abortus

c) Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada mioma yang besar dan letak submerosum

d) Menghalangi lahirnya bayi, mioma yang terletak pada serviks

e) Inersia uteri dan atonia uteri, terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding rahim atau apabila terdapat banyak mioma

f) Mempersulit lepasnya plasenta , terutama pada mioma yang submukosum dan intramural

b. Pengaruh kehamilan dan persalinan terhadap mioma uteri

Kehamilan dan persalinan dapat mempengaruhi mioma uteri, yaitu

a) Tumor tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akhibat hipermetrofi dan edema, terutama dalam bulan-bulan pertama, mungkin karena pengaruh hormonal. Setelah kehamilan 4 bulan, tumor tidak bertambah besar lagi b) Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan, dapat berubah bentuk, dan

mudah terjadi gangguan sirkulasi di dalamnya, sehingga terjadi pendarahan dan nekrosis, terutama di tengah-tengah tumor. Tumor tampak merah( degenerasi merah) atau tampak seperti daging (degenerasi karnosa). Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri di perut yang disertai gejala-gejala rangsangan peritoneum dan gejala-gejala peradangan,


(43)

24

walaupun dalam hal ini peradangan bersifat steril. Lebih sering lagi komplikasi ini terjadi dalam masa nifas karena sirkulasi dalam tumor mengurang akhibat perubahan-perubahan sirkulasi yang dialami perempuan setelah bayi lahir.

c) Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akhibat desakan uterus yang makin lama makin besar. Torsi menyebabkan gangguan sirkulasi dan nekrosis yng menimbulkan gambaran klinik nyeri perut mendadak (Prawirohardjo, 2008).

2.2.9 Komplikasi Mioma Uteri 1. Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

2. Torsi (Putaran Tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaklah dibedakan dengan suatu keadaan di mana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan kerana gangguan


(44)

sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri (Prawirohrdjo dkk. 2007).

2.2.10 Penatalaksanaan Mioma Uteri

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apa pun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulakan gangguan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3-6 bulan. Penanganan mioma uteri menurut usia,paritas,lokasi dan ukuran tumor terbagi kepada:

1. Terapi medisinal (hormonal)

Saat ini pemakaian Gonadotropin-releasing hormone (GnRH) agonis memberikan hasil yang baik memperbaiki gejala klinis mioma uteri. Tujuan pemberian GnRH agonis adalah mengurangi ukuran mioma dengan jalan mengurangi produksi estrogen dari ovarium. Pemberian GnRH agonis sebelum dilakukan tindakan pembedahan akan mengurangi vaskularisasi pada tumor sehingga akan memudahkan tindakan pembedahan. Terapi hormonal yang lainnya seperti kontrasepsi oral dan preparat progesteron akan mengurangi gejala pendarahan tetapi tidak mengurangi ukuran mioma uteri (Cunningham at.al 2012).


(45)

26

2. Terapi pembedahan

Indikasi terapi bedah untuk mioma uteri menurut American College of obstetricians and Gyneclogist (ACOG) dan American Society of Reproductive Medicine (ASRM) adalah

a. Perdarahan uterus yang tidak respon terhadap terapi konservatif b. Sangkaan adanya keganasan

c. Pertumbuhan mioma pada masa menopause

d. Infertilitas kerana ganggaun pada cavum uteri maupun kerana oklusi tuba e. Nyeri dan penekanan yang sangat menganggu

f. Gangguan berkemih maupun obstruksi traktus urinarius g. Anemia akibat perdarahan

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah miomektomi atau histerektomi. 1. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma sahaja tanpa pengangkatan uterus.Miomektomi ini dilakukan pada wanita yang ingin mempertahankan funsi reproduksinya dan tidak ingin dilakukan histerektomi. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi ini dikerjakan kerana keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-50%.

Tindakan miomektomi dapat dilakukan dengan laparotomi, histeroskopi maupun dengan laparoskopi. Pada laparotomi, dilakukan insisi pada dinding abdomen untuk mengangkat mioma dari uterus. Keunggulan melakukan miomektomi adalah lapangan pandang operasi yang lebih luas sehingga


(46)

penanganan terhadap perdarahan yang mungkin timbul pada pembedahan miomektomi dapat ditangani dengan segera. Namun pada miomektomi secara laparotomi resiko terjadi perlengketan lebih besar, sehingga akan mempengaruhi faktor fertilitas pada pasien, disamping masa penyembuhan paska operasi lebih lama, sekitar 4-6 minggu.

Pada miomektomi secara histeroskopi dilakukan terhadap mioma submukosum yang terletak pada kavum uteri.Keunggulan tehnik ini adalah masa penyembuhan paska operasi sekitar 2 hari. Komplikasi yang serius jarang terjadi namun dapat timbul perlukaan pada dinding uterus, ketidakseimbangan elektrolit dan perdarahan.

Mimektomi juga dapat dilakukan dengan menggunakan laparoskopi. Mioma yang bertangkai diluar kavum uteri dapat diangkat dengan mudah secara laparoskopi. Mioma subserosum yang terletak didaerah permukaan uterus juga dapat diangkat dengan tehnik ini. Keunggulan laparoskopi adalah masa penyembuhan paska operasi sekitar 2-7 hari. Resiko yang terjadi pada pembedahan ini termasuk perlengketan, trauma terhadap organ sekitar seperti usus, ovarium,rektum serta perdarahan.Sampai saat ini miomektomi dengan laparoskopi merupakan prosedur standar bagi wanita dengan mioma uteri yang masih ingin mempertahankan fungsi reproduksinya (Cunningham et.al 2012). 2. Histerektomi

Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya adalah tindakan terpilih.Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar 30% dari seluruh kasus. Histerektomi dijalankan apabila didapati keluhan menorrhagia, metrorrhagia,


(47)

28

keluhan obstruksi pada traktus urinarius dan ukuran uterus sebesar usia kehamilan 12-14 minggu (Impey, 2009). Tindakan histerektomi dapat dilakukan secara abdominal (laparotomi), vaginal dan pada beberapa kasus dilakukan laparoskopi.

Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu total abdominal hysterectomy (TAH) dan subtotal abdominal histerectomy (STAH). Masing-masing prosedur ini memiliki kelebihan dan kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari resiko operasi yang lebih besar seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH kita meninggalkan serviks, di mana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi. Pada TAH, jaringan granulasi yang timbul pada tungkul vagina dapat menjadi sumber timbulnya sekret vagina dan perdaraahn paska operasi di mana keadaan ini tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH.

Histerektomi juga dapat dilakukan pervaginanm, dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada abdomen. Secara umum histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur operasi ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga trauma yang mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Maka histerektomi pervaginam tidak terlihat parut bekas operasi sehingga memuaskan pasien dari segi kosmetik. Selain itu kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi lebih minimal dan masa penyembuhan lebih cepat dibanding histerektomi abdominal (Hadibroto, 2005).


(48)

2.3Kerangka Konsep

Berdasarkan studi kepustakaan dan latar belakang di atas, maka dapat dibuat kerangka konsep penelitian mengenai kaarakteristika penderita mioma uteri yng dirawat inap di Rumah Sakit Tingkat IV tahun 2014 sebagai berikut:

Karakteristik : 1. Sosiodemografi

Umur Suku Pendidikan Pekerjaan

Status Perkawinan 2. Keluhan Utama

3. Paritas 4. Menarche 5. Kehamilan

6. Kadar Hemoglobin (Hb) 7. Jenis mioma uteri 8. Penatalaksanaan/terapi 9. Lama rawatan rata-rata


(49)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif yang menggunakan desain Case Series. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar. Pemilihan lokasi ini dilakukan atas pertimbangan tersedianya data penderita mioma uteri yang dirawat inap dan belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita mioma uteri pada tahun 2014 di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari – Juli 2015. 3.3 Populasi dan SampelPenelitian

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita mioma uteri rawat inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 sebanyak 102 penderita.


(50)

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh data penderita mioma uteri rawat inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014. Besar sampel adalah sama dengan populasi yaitu 102 penderita.

3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis penderita mioma uteri rawat inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014. Semua berkas rekam medis dikumpulkan kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengn jenis variabel yang diteliti.

3.5 Defenisi Operasional

3.5.1 Penderita mioma uteri adalah pasien yang datang berobat ke Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar yang berdasarkan diagnosa dokter dinyatakan menderita mioma uteri seperti yang tercatat dalam kartu status.

3.5.2 Umur adalah usia penderita mioma uteri yang dirawat inap di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar sesuai dengan yang tertulis di rekam medis, dikategorikan atas:

1. 20-30 tahun 2. 31-40 tahun 3. 41-50 tahun 4. 51-60 tahun


(51)

32

Umur dapat dikategorikan menjadi dua kategori untuk keperluan statistik, yaitu:

1. ≤ 40 tahun 2. > 40 tahun

3.5.3 Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada diri penderita miom uteri sesuai dengan yang tertulis di rekam medis, dikategorikan atas :

1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Minang 5. Aceh

6. Dan lain-lain

3.5.4 Pendidikan adalah pendidikan formal yang tertinggi pada penderita mioma uteri sesuai dengan yang tertulis di rekam medis, dikategorikan atas :

1. Tidak Sekolah 2. SD

3. SMP 4. SMA

5. Akademi/Perguruan Tinggi

3.5.5 Pekerjaan adalah kegiatan rutin utama yang dilakukan penderita mioma uteri sesuai dengan yang tertulis di rekam medis, dikategorikan atas:

1. Ibu Rumah Tangga

2. Pegawai Swasta/Wiraswasta 3. PNS

4. Pensiunan 5. Petani

Pekerjaan dapat dikategorikan menjadi dua kategori untuk keperluan statistik, yaitu:

1. Bekerja 2. Tidak bekerja


(52)

3.5.6 Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita mioma uteri sesuai dengan yang tertulis di rekam medis, dikategorikan atas:

1. Kawin 2. Belum kawin

3.5.7 Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan penderita mioma uteri yang menyebabkan penderita datang berobat yang tertulis di rekam medis, dikategorikan atas:

1. Nyeri perut bagian bawah 2. Perdarahan Abnormal

3. Ada massa di perut bagian bawah (Pradhan,2006)

Keluhan dapat dikategorikan menjadi dua kategori untuk keperluan statistik, yaitu:

1. Perdarahan 2. Tidak perdarahan

3.5.8 Paritas adalah jumlah persalinan penderita mioma uteri sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis dikategorikan atas:

1. Nullipara, yaitu wanita yang belum pernah melahirkan anak 2. Primipara, yaitu wanita yang masih pertama kali melahirkan anak 3. Multipara, yaitu wanita yang sudah melahirkan 2-4 kali

4. Grande multipara, yaitu wanita yang sudah melahirkan ≥ 5 kali Paritas dapat dikategorikan menjadi dua kategori untuk keperluan statistik, yaitu:

1. Sudah pernah melahirkan 2. Belum pernah melahirkan


(53)

34

3.5.9 Menarche adalah usia haid pertama kali penderita mioma uteri sesuai denganyang tertulis pada rekam medis dikategorikan atas:

1. ≤ 12 tahun 2. > 12 tahun

3.5.10 Kehamilan adalah keadaan mengandung atau tidak penderita mioma uteri sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis dikategorikan atas:

1. Hamil 2. Tidak

3.5.11 Kadar Hemoglobin adalah jumlah hemoglobin penderita mioma uteri untukmelihat apakah penderita mengalami anemia atau tidak sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis dikategorikan atas:

1. < 12 gr% 2. ≥ 12 - 15 gr%

(Robbins, 2004)

3.5.12 Jenis mioma uteri adalah klasifikasi mioma uteri berdasarkarkan letak sarangmioma uteri pada penderita mioma uteri sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis dikategorikan atas:

1. Mioma Submukosum 2. Mioma Intramural 3. Mioma Subserosum

4. Mioma Multipel ( apabila ditemukan lebih dari satu mioma uteri pada satu penderita)

Jenis mioma uteri dapat dikategorikan menjadi dua kategori untuk keperluan statistik, yaitu:

1. Single, yaitu jenis mioma uteri yang ditemukan hanya satu mioma uteri pada satu penderita mioma uteri.

2. Multipel, yaitu jenis mioma uteri yang ditemukan lebih dari satu mioma uteri pada satu mioma uteri.


(54)

3.5.13 Penatalaksanaan/ terapi adalah tindakan yang diambil untuk mengatasi mioma uteri pada penderita mioma uteri sesui dengan yang tertulis pada rekam medis dikategorikan atas:

1. Miomektomi

2. Histerektomi Subtotal 3. Histerektommi Total

Penatalaksanaan/ terapi dapat dikategorikan menjadi dua kategori untuk keperluan statistik, yaitu:

1. Operasi 2. Tidak operasi

3.5.14 Lama rawatan adalah lama hari rawatan penderita mioma uteri, dihitung dari tanggal mulai masuk sampai dengan keluar (baik dengan izin dokter maupun meninggal dunia) sesuai dengan yang tertulis di rekam medis, dan selanjutnya ditentukan lama rawatan rata-rata.

3.6 Analisa Data

Data yang dikumpulkan diolah dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution). Data univariat dianalisa secara deskriptif dan data bivariat menggunakan uji Chi-Square. Kemudian disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi,dan diagram (pie dan batang).


(55)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Lokasi dan Sejarah BerdirinyaRumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar

Lokasi Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar terletak di Jalan Gunung Simanuk-manuk No. 6, Kelurahan Teladan, Kecamatan Siantar Barat Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara. Berada dalam wilayah Korem 022/PT dan Kodim 0207/Simalungun. Jarak evakuasi ke Rumah Sakit Tingkat II Putri Hijau Medan ± 128 Km.

Pada tahun 1949 terbentuklah Rumah Sakit Militer dengan sebutan

“Hospital Militer”. Pada tahun 1951 sebutan “Hospital Militer” diubah menjadi

Rumah Sakit Tentara, kemudian pada tahun 1952 diubah menjadi Tempat Perawatan Tentara (TPT). Pada tahun 1982 sebutan Rumah Sakit Militer 021/Pantai Timur diubah menjadi Rumah Sakit Militer 022/Pantai Timur (Rumkit Rem 022/PT) dengan klasifikasi sebagai berikut:

1) Sesuai dengan Surat Keputusan MENHANKAM/PANGAB Nomor: Skep/746/VI/1982 tanggal 21 Juli 1982 klasifikasi sebagai Rumah Sakit Tingkat III.

2) Sesuai dengan Surat Keputusan KEPALA STAF ANGKATAN DARAT Nomor: Kep-9/VII/1982 tanggal 21 Juli 1982 klasifikasi sebagai Rumah Sakit Tentara Tk-IV.


(56)

Pada tahun 1986 sebutan Rumah Sakit Resort Militer 022/Pantai Timur diubah menjadi Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.03Pematangsiantar sampai sekarang (Sesuai dengan Surat Keputusan Panglima Daerah Militer I/Bukit Barisan Nomor: Skep/118/II/1986 tanggal 18 Februari 1986). Pada tanggal 20 Agustus 2014 Rumkit Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar ditetapkan sebagai

Rumah Sakit Umum kelas “C” sesuai dengan Surat Kemenkes RI nomor

HK.02.03/I/2404/2014 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) 01.07.01 Pematangsiantar.

4.1.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 - Visi

Menjadikan Rumah Sakit kebanggaan Prajurit, PNS AD dan

Keluarganya serta masyarakat umum.”

- Misi

“Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi Prajurit, PNS AD

dan keluarganya serta masyarakat umum dalam rangka meningkatkan kesehatan.”

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi

Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar merupakan unsur pelaksana Detasemen Kesehatan Wilayah 01.04.01 Pematangsiantar di Korem 022 / PT yang mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan kesehatan kepada Prajurit TNI AD, PNS TNI AD dan keluarganya serta dukungan kesehatan secara terbatas di wilayah Korem 022 / PT.


(57)

38

4.1.4 Kemampuan Pelayanan

Pelayanan Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar berupa: a. Unit rawat jalan

b. Rawat Inap c. Sarana Penunjang 4.1.5 Penunjang Umum

Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar juga dilengkapi dengan Penyediaan Air Bersih, listrik, taman, parkir, pengelolaan limbah cair dan padat serta fasilitas umum lainnya. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar dipimpin oleh seorang Komandan dan memiliki 11 jenis tenaga spesialis (Spesialis Orthopedi, Bedah, Anak, Kebidanan/Kandungan, Neurologi, Paru, Jantung, Penyakit Dalam, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi, Radiologi, dan THT), Dokter Umum, Dokter Gigi, Apoteker, Sarjana Keperawatan/Nurse, Bidan, SKM, dan tenaga Non Medis lainnya (Sarjana Komputer, Sarjana Ekonomi, Akuntan, Sarjana Teknik), dengan total pegawai sebanyak 150 orang.


(58)

4.2 Analisa Deskriptif

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan di Rumah Sakit Tentara Tk-IV Pematangsiantar tahun 2014, dari survei awal penelitian didapatkan 102 penderita mioma uteri di Rumah Sakit Tentara Tk-IV Pematangsiantar tahun 2014. Namun hanya 82 status penderita mioma uteri yang ditemukan di rekam medik rumah sakit, maka analisa deskriptif dan statistik yang dilakukan berdasarkan jumlah status yang ditemukan yaitu 82 orang.

4.2.1 Karakteristik Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Sosiodemografi Proporsi penderita mioma uteri berdasarkan sosiodemografi di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Rawat Inap berdasarkan sosiodemografi di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01PematangsiantarTahun 2014

Sosiodemografi F %

Umur (tahun) 20-30 31-40 41-50 51-60 Suku Batak Jawa Melayu Aceh Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP SMA Akademi/Perguruan Tinggi 1 15 58 8 46 31 3 2 3 6 15 39 19 1,2 18,3 70,7 9,8 56,1 37,8 3,7 2,4 3,7 7,3 18,3 47,6 23,2


(59)

40

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga

Pegawai Swasta/Wiraswasta PNS Pensiunan Petani Status Perkawinan Kawin Belum Kawin 27 26 16 3 10 80 2 32,9 31,7 19,5 3,7 12,2 97,6 2,4

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa proporsi umur penderita mioma uteri paling besar adalah pada kelompok umur 41-50 tahun 70,7% (58 orang) sedangkan pada kelompok umur 30-40 tahun adalah 18,3% (15 orang), kelompok umur 51-60 tahun 9,8% (8 orang), dan terendah adalah kelompok umur 20-30 adalah 1,2 (1 orang). Proporsi suku yang tertinggi pada penderita mioma uteri adalah suku Batak dengan 56,1% (46 orang), kemudian suku Jawa dengan proporsi 37,8% (32 orang), suku Melayu 3,7% (3 orang), dan terendah dalah suku Aceh dengan proporsi 2,4% (2 orang). Proporsi pendidikan tertinggi pada penderita mioma uteri adalah SMA (Sekolah Menengah Atas) yaitu 47,6% (39 orang), kemudian Akademi/Perguruan Tinggi yaitu 23,2% (19 orang), SMP (Sekolah Menengah Pertama) dengan proporsi yaitu 18,3% (15 orang), SD (Sekolah Dasar) dengan proporsi yaitu 7,3% (6 orang), dan terendah yaitu tidak tamat sekolah dengan proporsi 3,7% (3 orang). Proporsi pekerjaan penderita mioma uteri tertinggi adalah ibu rumah tangga dengan proporsi 32,9% (27 orang), kemudian pegawai swasta/wiraswasta dengan proporsi 31,7% (26 orang), PNS (Pegawai Negeri Sipil) dengan proporsi yaitu 19,5% (16 orang), Petani dengan proporsi 12,2% (10 orang), dan terendah yaitu pensiunan dengan proporsi 3,7% (3 orang). Status perkawinan penderita mioma uteri tertinggi yaitu kawin dengan


(60)

proporsi 97,6% (80 orang), sedangkan terendah belum kawin dengan proporsi 2,4% (2 orang).

4.2.2 Keluhan Utama

Proporsi penderita mioma uteri berdasarkan keluhan utama di Rumah Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Keluhan Utama di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014

Keluhan Utama f %

Nyeri perut bagian bawah Perdarahan abnormal

Ada massa di perut bagian bawah

22 40 20

26,8 48,8 24,4

Jumlah 82 100,0

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita mioma uteri berdasarkan keluhan yaitu perdarahan abnormal sebanyak 40 orang (48,8%), kemudian nyeri perut bagian bawah sebanyak 22 orang (26,8%), dan terendah ada massa di perut bagian bawah sebanyak 20 orang (24,4%).

4.2.3 Paritas

Proporsi penderita mioma uteri berdasarkan paritas diRumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(61)

42

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Paritas di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantartahun 2014

Paritas F %

Nullipara Primipara Multipara

Grande Multipara

7 23 38 14

8,5 28,0 46,3 17,1

Jumlah 82 100,0

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi paritas penderita mioma uteri adalah Multipara sebanyak 38 orang (46,3%), disusul Primipara sebanyak 23 orang (28,0%), kemudian Grande Multipara sebanyak 14 orang (17,1%), dan proporsi terendah yaitu Nullipara sebanyak 7 orang (8,5%).

4.2.4 Menarche

Sesuai hasil pengumpulan datadi Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014, tidak terdapat data menarchekarenapada kartu status tidak terdapat kolom pertanyaan mengenai usia waktu pertama kali haid yang dialami penderita mioma uteri.

4.2.5 Kehamilan

Proporsi penderita mioma uteri berdasarkan kehamilan di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(62)

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Kehamilan di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantartahun 2014

Kehamilan F %

Hamil Tidak Hamil

1 81

1,2 98,8

Jumlah 82 100,0

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa proporsi penderita mioma uteri yang hamil 1,2% (1 orang), sedangkan yang tidak hamil 98,8% (81 orang).

4.2.6 Kadar Hemoglobin

Proporsi penderita mioma uteri berdasarkan kadar hemoglobin di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Kadar Hemoglobin di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantartahun 2014

Kadar Hemoglobin F %

< 12 gr%

≥ 12 – 15 gr%

44 38

53,7 46,3

Jumlah 82 100,0

Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita mioma uteri yang mengalami anemia dengan kadar hemoglobin > 12 gr% yaitu 53,7% (44 orang),

sedangkan yang tidak mengalami anemia dengan kadar hemoglobin ≥ 12-15 gr% yaitu 46,3% (38 orang).


(63)

44

4.2.7 Jenis Mioma Uteri

Proporsi penderita mioma uteri berdasarkan jenis mioma uteri di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01Pematangsiantar tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma Uteri di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014

Jenis Mioma Uteri f %

Mioma Submukosum Mioma Intramural Mioma Subserosum Mioma Multipel

17 39 19 7

20,7 47,6 23,2 8,5

Jumlah 82 100,0

Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi jenis mioma uteri pada penderita mioma uteri adalah Mioma Intramural yaitu 47,6% (39 orang), kemudian disusul dengan Mioma Subserosum dengan proporsi 23,2% (19 orang), Mioma Submukosum dengan proporsi 20,7% (17 orang), dan proporsi terendah pada Mioma Multipel dengan proporsi 8,5% (7 orang).

4.2.8 Penatalaksanaan/Terapi

Proporsi penderita mioma uteri berdasarkan penatalaksanaan/terapi di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(64)

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Penatalaksannan/Terapi di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014

Penatalaksanaan/Terapi f %

Miomektomi

Histerektomi Subtotal Histerektomi Total

3 31 48

3,7 37,8 58,5

Jumlah 82 100,0

Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi Penatalaksanaan/Terapi pada penderita mioma uteri yaitu Histerektomi Total dengan 58,5% (48 orang), kemudian Histerektomi Subtotal dengan proporsi 37,8% (31 orang), dan terendah penatalaksanan miomektomi dengan proporsi 3,7% (3 orang).

4.2.9 Lama Rawatan Rata-rata

Lama rawatan rata-rata penderita mioma uteri di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Lama

Rawatan Rata-rata di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014

Lama Rawatan Rata-rata (hari) Mean

SD (Standard Deviation) Minimum

Maksimum

5,85 1,192

2 11


(65)

46

Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita mioma uteri adalah 6 hari dengan Standar Deviasi 1,192 hari dimana rawatan minimum penderita mioma uteri adalah 2 hari dan rawatan maksimum penderita mioma uteri adalah 11 hari.

4.3 Analisa Statistik

4.3.1 Umur Berdasarkan Jenis Mioma Uteri

Proporsi umur penderita mioma uteri yang dirawat inap berdasarkan jenis mioma uteri di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Umur Penderita Mioma Uteri Berdasarkan Jenis Mioma Uteri di Rumah Sakit Tentara Tk-IV 01.07.01 Pematangsiantar tahun 2014

Jenis Mioma Uteri

Umur(Tahun)

Total

≤ 40 >40

F % f % f %

Single 18 24,0 57 76,0 75 100

Multiple 2 28,6 5 71,4 7 100

df=1 p= 0,547

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa proporsi penderita mioma

uteri dengan jenis mioma single pada kelompok umur ≤ 40 tahun adalah 24%,

sedangkan pada kelompok umur > 40 tahun 76%. Proporsi penderita mioma uteri

dengan jenis mioma uteri multiple pada kelompok umur ≤ 40 tahun adalah

28,6%, sedangkan pada kelompok umur > 40 tahun 71,4%.


(1)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Paritas * Keluhan

Utama 82 100,0% 0 ,0% 82 100,0%

Paritas * Keluhan utama Crosstabulation

Keluhan utama Total

perdarahan

tidak

perdarahan perdarahan Paritas sudah pernah

melahirkan

Count

36 39 75

Expected Count 36,6 38,4 75,0

% within paritaskk 48,0% 52,0% 100,0%

% within

keluhanutama 90,0% 92,9% 91,5%

% of Total 43,9% 47,6% 91,5%

belum pernah

melahirkan

Count

4 3 7

Expected Count 3,4 3,6 7,0

% within paritaskk 57,1% 42,9% 100,0%

% within

keluhanutama 10,0% 7,1% 8,5%

% of Total 4,9% 3,7% 8,5%

Total Count 40 42 82

Expected Count 40,0 42,0 82,0

% within paritaskk 48,8% 51,2% 100,0%

% within

keluhanutama 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 48,8% 51,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,214(b) 1 ,643

Continuity

Correction(a) ,005 1 ,946

Likelihood Ratio ,215 1 ,643

Fisher's Exact Test ,709 ,472

Linear-by-Linear

Association ,212 1 ,646

N of Valid Cases 82

a Computed only for a 2x2 table


(2)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis mioma *

Kadar hb 82 100,0% 0 ,0% 82 100,0%

Jenis mioma * Kadar hb Crosstabulation

Kadar hb Total

anemia tidak anemia anemia

Jenis mioma single Count 38 37 75

Expected Count 40,2 34,8 75,0

% within jenismiomakk 50,7% 49,3% 100,0%

% within hb 86,4% 97,4% 91,5%

% of Total 46,3% 45,1% 91,5%

multiple Count 6 1 7

Expected Count 3,8 3,2 7,0

% within jenismiomakk 85,7% 14,3% 100,0%

% within hb 13,6% 2,6% 8,5%

% of Total 7,3% 1,2% 8,5%

Total Count 44 38 82

Expected Count 44,0 38,0 82,0

% within jenismiomakk 53,7% 46,3% 100,0%

% within hb 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 53,7% 46,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3,163(b) 1 ,075

Continuity

Correction(a) 1,910 1 ,167

Likelihood Ratio 3,536 1 ,060

Fisher's Exact Test ,116 ,081

Linear-by-Linear


(3)

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Jenis mioma *

penatalaksanan 82 100,0% 0 ,0% 82 100,0%

Jenis mioma * Penatalaksanan Crosstabulation

Penatalaksanan Total

histerektomi

tidak

histerektomi histerektomi

Jenis mioma single Count 72 3 75

Expected Count 72,3 2,7 75,0

% within

jenismiomakk 96,0% 4,0% 100,0%

% within

penatalksanankk 91,1% 100,0% 91,5%

% of Total 87,8% 3,7% 91,5%

multiple Count 7 0 7

Expected Count 6,7 ,3 7,0

% within

jenismiomakk 100,0% ,0% 100,0%

% within

penatalksanankk 8,9% ,0% 8,5%

% of Total 8,5% ,0% 8,5%

Total Count 79 3 82

Expected Count 79,0 3,0 82,0

% within

jenismiomakk 96,3% 3,7% 100,0%

% within

penatalksanankk 100,0% 100,0% 100,0%


(4)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,291(b) 1 ,590

Continuity

Correction(a) ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,546 1 ,460

Fisher's Exact Test 1,000 ,762

Linear-by-Linear

Association ,287 1 ,592

N of Valid Cases 82

a Computed only for a 2x2 table


(5)

(6)