Partisipasi dan Dampak Program CSR PTPN VII terhadap Taraf Hidup Masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan

1

PARTISIPASI DAN DAMPAK PROGRAM CSR PTPN VII
TERHADAP TARAF HIDUP MASYARAKAT GUNUNG
DEMPO SUMATERA SELATAN

SHOFIYATUL AZIMI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

2

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi dan Dampak

Program CSR PTPN VII terhadap Taraf Hidup Masyarakat Gunung Dempo
Sumatera Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013
Shofiyatul Azimi
NIM I34090023

4

ABSTRAK
SHOFIYATUL AZIMI. Partisipasi dan Dampak Program CSR PTPN VII
terhadap Taraf Hidup Masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan. Dibimbing
oleh FREDIAN TONNY NASDIAN
Salah satu bentuk tanggung jawab sosial kepada masyarakat, PT Perkebunan

Nusantara VII Persero Unit Usaha Pagar Alam memiliki tanggung jawab sosial
perusahaan yaitu program Usaha Mikro Kecil dan Menengah untuk
pemberdayaan masyarakat lokal. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan
profil komunitas; memaparkan implementasi program CSR PTPN VII UUPA;
menganalisis tingkat partisipasi stakeholder dalam implementasi program
UMKM; menganalisis dampak partisipasi stakeholder dalam program CSR
terhadap taraf hidup masyarakat. Subyek penelitian ini adalah masyarakat
Kelurahan Gunung Dempo, termasuk masyarakat lokal, pemerintah kelurahan dan
karyawan perusahaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
metode kuantitatif dan didukung dengan penelitian kualitatif menggunakan
kuesioner dan panduan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dalam pelaksanaan program UMKM, setiap stakeholder memiliki jenis dan
tingkat partisipasi yang berbeda. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat
yang terlibat dalam pelaksanaan program, maka semakin tinggi taraf hidup
masyarakat yang dihasilkan.
Kata kunci : Corporate social responsibility, stakeholder, taraf hidup

ABSTRACT
SHOFIYATUL AZIMI. Participation and the Impact of CSR‟s Program in
PTPN VII on Community Living Standards in Gunung Dempo, South Sumatra.

Supervised by FREDIAN TONNY NASDIAN
One of responsibility to local communities, PT PTPN VII Persero has a corporate
social responsibility program called UMKM program to empower the local
communities. The purpose of this research was to describe the profile
communities; describe the CSR program implementation in PTPN VII; analyze
the level of stakeholder participation in the implementation of UMKM programs;
analyze the impact of stakeholders participation in CSR programs on people's
lives. The subject of this study was the Village of Mount Dempo, including local
communities, government and corporate employees village. The method used in
this research consisted of a quantitative method and supported by qualitative
research using questionnaires and in-depth interview guide. The results of this
research showed that every stakeholders had different types and degree of
participation. The higher the level of participation of the communities involved in
the implementation of the program, the higher the standard of living that is
generated.
Keywords: Corporate social responsibility, stakeholder, standard of living

PARTISIPASI DAN DAMPAK PROGRAM CSR PTPN VII
TERHADAP TARAF HIDUP MASYARAKAT GUNUNG
DEMPO SUMATERA SELATAN


SHOFIYATUL AZIMI

Skripsi
Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

6

Judul Skripsi

Partisipasi dan Dampak Program CSR PTPN VII terhadap
TarafHidup Masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan


Nama
NIM

Shofiyatul Azimi
134090023

Disetujui oleh

r Fredian Tonn Nasdian MS
Pembimbing

O__
Tanggal Pengesahan:_
B

________
v'__
Uf L_2013

7


Judul Skripsi

:

Nama
NIM

:
:

Partisipasi dan Dampak Program CSR PTPN VII terhadap
Taraf Hidup Masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan
Shofiyatul Azimi
I34090023

Disetujui oleh

Ir Fredian Tonny Nasdian, MS
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen

Tanggal Pengesahan:_____________________________

8

PRAKATA
Segala puji dan syukur bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan nikmat dan karunia yang luar biasa sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Partisipasi dan Dampak Program CSR PTPN
VII terhadap Taraf Hidup Masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan
Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Bapak Ir. Fredian Tonny
Nasdian, MS sebagai dosen pembimbing, yang telah memberikan inspirasi,
motivasi, masukan, dan arahan yang luar biasa serta kesabaran dalam
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada dosen penguji Ibu
Sarwititi S. Agung dan Bapak Martua Sihaloho yang telah memberikan masukan

dan arahan untuk skripsi saya yang lebih baik. Terima kasih juga diucapkan
kepada Bapak Sugianto sebagai staf bagian Sinder Sumber Daya Manusia dan
Umum PTPN VII Unit Usaha Pagar Alam yang selalu membantu peneliti dalam
mencari dan pengumpulan data. Selanjutnya peneliti juga mengucapkan terima
kasih kepada orang tua tercinta, Bapak Drs. Bakhrun Suyuti, MM, Ibu Lisnawita
dan adik Muhammad Irfan Farulian yang sudah memberikan dukungan, semangat
dan selalu mendoakan dalam penyelesaian skripsi. Teman-teman satu bimbingan
dan seperjungan Adia Yuniarti, Gressayana Suciari dan juga teman-teman SKPM
46 serta 3RRR yang telah memberikan dukungan dan bersedia bertukar fikiran
serta pihak-pihak yang sudah membantu dalam penelitian ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Juli 2013
Shofiyatul Azimi

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORETIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
Taraf Hidup
Pemberdayaan Masyarakat
Partisipasi
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan Kualitatif

Kombinasi Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
PROFIL KOMUNITAS
Kondisi Geografis dan Administratif
Kependudukan
Struktur Sosial dan Kultur Masyarakat
Pola-Pola Adaptasi Ekologi Masyarakat
Ikhtisar
IMPLEMENTASI PROGRAM CSR
Profil Perusahaan PT Perkebunan Nusantara VII Persero
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
Program Kemitraan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Ikhtisar
TINGKAT PARTISIPASI
Tingkat Partisipasi Masyarakat
Partisipasi dalam Tahap Perencanaan
Partisipasi dalam Tahap Pelaksanaan
Partisipasi dalam Tahap Evaluasi
Tingkat Partisipasi Stakeholder
Ikhtisar
DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM

Keadaan Fisik dan Fasilitas yang Dimiliki

xi
xii
xiii
1
1
4
5
6
8
8
8
13
13
16
19
20
20
24
24
25
26
27
30
30
32
34
35
34
38
38
38
39
43
46
46
47
49
50
51
53
56
56

viii

Tingkat Pendapatan
Tingkat Pengeluaran
Tingkat Tabungan
Dampak Pelaksanaan Program
Ikhtisar
PARTISIPASI MASYARAKAT DAN DAMPAKNYA
TERHADAP TARAF HIDUP
Taraf Hidup
Hubungan tingkat partisipasi (tahap perencanaan ) dan Taraf
Hidup
Hubungan tingkat partisipasi (tahap pelaksanaan ) dan Taraf
Hidup
Hubungan tingkat partisipasi (tahap evaluasi ) dan Taraf Hidup
Hubungan Tingkat Partisipasi dan Taraf Hidup
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

58
59
60
61
63
66
66
67
68
69
70
71
72
72
72
73
75
89

xi

DAFTAR TABEL

1
2

3
4
5
6
7
8
9

10

11

12

13
14

15

16

17

18
19

Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial
Jarak (km) dan waktu tempuh (menit) dari Kelurahan
Gunung Dempo ke Pusat Pemerintahan dan fasilitas
lainnya
Luas Kelurahaan Gunung Dempo berdasarkan penggunaan
Karakter ekologi Kelurahan Gunung Dempo
Jumlah dan persentase penduduk Kelurahan Gunung
Dempo menurut Jenis Kelamin tahun 2013
Jumlah penduduk Kelurahan Gunung Dempo menurut
agama yang dianut tahun 2013
Tingkat Pendidikan di Kelurahan Gunung Dempo
Jumlah dan persentase penduduk Kelurahan Gunung
Dempo menurut jenis mata pencaharian
Jumlah dan persentase peserta Program UMKM
berdasarkan tingkat partisipasi di Kelurahan Gunung
Dempo tahun 2013
Jumlah dan persentase peserta program UMKM
berdasarkan tingkat partisipasi dalam tahap perencanaan
di Kelurahan Gunung Dempo tahun 2013
Jumlah dan persentase peserta program UMKM
berdasarkan tingkat partisipasi dalam tahap pelaksanaan di
Kelurahan Gunung Dempo tahun 2013
Jumlah dan persentase peserta program UMKM
berdasarkan tingkat partisipasi dalam tahap evaluasi di
Kelurahan Gunung Dempo tahun 2013
Stakeholder yang terlibat dalam masing masing tahapan
dan bentuk keterlibatannya
Jumlah dan persentase peserta program UMKM
berdasrkan tingkat keadaan fisik dan fasilitas rumah tangga
di Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam, Sumatera
Selatan, tahun 2013
Jumlah dan persentase peserta program UMKM
berdasarkan tingkat pendapatan di Kelurahan Gunung
Dempo, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, Tahun 2013
Jumlah dan persentase peserta program UMKM
berdasarkan tingkat pengeluaran di Kelurahan Gunung
Dempo, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan, Tahun 2013
Jumlah dan persentase peserta program UMKM
berdasarkan tingkat tabungan di Kelurahan Gunung
Dempo, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan
Tingkat partisipasi dan taraf hidup anggota kelompok
masyarakat penerima UMKM menurut konsep Uphoff
Jumlah dan Persentase Berdasarkan Dampak Pelaksanaan
Program CSR/PKBL

12
30

31
31
32
32
33
33
46

48

49

50

52
56

58

59

60

61

xii

20
21
22
23

24

25

26

Skor rata-rata dampak pelaksanaan program UMKM
terhadap taraf hidup masyarakat
Skor taraf hidup masyarakat peserta program CSR dan
bukan peserta CSR menurut tingkatannya
Jumlah dan presentase masyarakat peserta program CSR
menurut taraf hidup tahun 2013
Persentase tingkat partisipasi masyarakat pada tahap
perencanaan
terhadap taraf hidup masyarakat di
Kelurahan Gunung Dempo, Tahun 2013
Persentase tingkat partisipasi masyarakat pada tahap
pelaksanaan
terhadap taraf
hidup masyarakat di
Kelurahan Gunung Dempo, Tahun 2013
Persentase tingkat partisipasi masyarakat pada tahap
evaluasi terhadap taraf hidup masyarakat di Kelurahan
Gunung Dempo, Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota
Pagar Alam tahun 2013
Persentase tingkat partisipasi masyarakat terhadap taraf
hidup masyarakat di Kelurahan Gunung Dempo,
Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota Pagar Alam tahun
2013

63
66
66
67

68

69

70

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4

5

6

7

8

Perkembangan kemiskinan di Indonesia 2004-2012
Hubungan triple bottom line
Delapan tingkatan dalam tangga partisipasi masyarakat
Arnstein
Kerangka pemikiran Partisipasi Stakeholder Program
Corporate Social Responsibility dan Dampaknya terhadap
Taraf Hidup Kelurahan Gunung Dempo Sumatera Selatan
Persentase masyarakat yang menerima program
berdasarkan tingkat partisipasi keseluruhan dalam program
UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo,
Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan
Persentase masyarakat yang menerima program berdasakan
tingkat partisipasi dalam tahap perencanaan dalam program
UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo,
Kota Pagar Alam.
Persentase masyarakat yang menerima program berdasakan
tingkat partisipasi dalam tahap pelaksanaan dalam program
UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo,
Kota Pagar Alam.
Persentase masyarakat yang menerima program berdasakan
tingkat partisipasi dalam tahap evaluasi dalam program

1
9
18
19

47

48

50

51

xiii

9

10

11

12

13

UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo,
Kota Pagar Alam.
Persentase masyarakat yang menerima program berdasakan
dampak ekonomi dalam kategori keadaan fisik dan fasilitas
rumah tangga dalam program UMKM PTPN VII UUPA di
Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam.
Persentase masyarakat yang menerima program berdasakan
dampak ekonomi dalam kategori tingkat pendapatan dalam
program UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung
Dempo, Kota Pagar Alam
Persentase masyarakat yang menerima program
berdasakan taraf hidup dalam kategori tingkat
pengeluaran dalam program UMKM PTPN VII UUPA
Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar Alam.
Persentase masyarakat yang menerima program berdasakan
taraf hidup dalam kategori tingkat tabungan dalam program
UMKM PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo,
Kota Pagar Alam.
Persentase masyarakat yang menerima program
berdasarkan taraf hidup Pelaksanaan Program UMKM
PTPN VII UUPA Kelurahan Gunung Dempo, Kota Pagar
Alam.

57

58

59
56
60

62

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Peta lokasi
Jadwal Penelitian
Kerangka sampling
Daftar nama informan
Tabel frekuensi
Tabulasi silang
Korelasi rank spearman
Wawancara mendalam informan
Dokumentasi

75
76
77
79
80
82
83
85
87

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kemiskinan di Indonesia masih menjadi persoalan yang cukup serius hingga
saat ini. Data BPS September 2012 menjelaskan bahwa jumlah penduduk miskin
di Indonesia pada September 2012 mencapai 28.59 juta orang (11.66%). Jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2012, maka selama
enam bulan tersebut terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0.54 juta
orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret-September 2012,
baik penduduk miskin di perkotaan maupun pedesaan sama-sama mengalami
penurunan, yaitu masing-masing turun sebesar 0.18% (0.14 juta orang) dan 0.42%
(0.40 juta orang). Begitu juga dengan tingkat kemiskinan yang ada di provinsi
Sumatera Selatan, pada Maret 2012 tingkat kemiskinan sebesar 14.16% dan turun
sebesar 0.87% sebesar 13.29%. sedangkan di pedesaan, mengalami kenaikan dari
13.57% menjadi 13.58%. Hal ini dilihat dari kemampuan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) yang diukur dari sisi
pengeluaran. Adanya penurunan dan kenaikan yang tidak signifikan dari
sebelumnya tersebut tidak lepas dari usaha-usaha pemerintah dalam
menanggulangi persoalan kemiskinan, salah satunya dengan berkerja sama
dengan perusahaan-perusahaan swasta. Gambar 1 berikut menjelaskan
perkembangan angka kemiskinan dari Tahun 2004-2012.

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional seperti dikutip BPS
(2012)

Gambar 1 Perkembangan kemiskinan di Indonesia 2004-2012
Permasalahan diatas menyebabkan strategi pemberdayaan masyarakat
menuju masyarakat yang mandiri, otonom, mampu dan berdaya mengatasi krisis
merupakan sesuatu yang sangat tepat dan diperlukan saat ini (Sa‟adah 2010). CSR
merupakan salah satu solusi yang tepat yang dapat membantu mengupayakan
program pemberdayaan. Pada praktiknya, program CSR bertujuan untuk
mengembangkan dan memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat
mempunyai manfaat dari program CSR yang berguna untuk meningkatkan taraf
hidup mereka baik di desa maupun di kota. Namun pada kenyataannya, dalam

2

pelaksanaan program CSR tidak semudah yang dibayangkan. Banyak sekali
faktor-faktor yang menyebabkan program CSR kurang maksimal. Dalam
praktiknya, program CSR dapat meningkatkan taraf hidup, namun seringkali hal
ini juga membuat masyarakat mengalami ketergantungan dalam program tersebut.
Menanggapi hal tersebut, pemerintah Indonesia mengeluarkan UndangUndang No. 40 Tahun 20071 tentang Perseroan Terbatas. Menurut undang-undang
tersebut, setiap perusahaan diwajibkan untuk melakukan Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan sebagai komitmen perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat,
maupun masyarakat pada umumnya. Keberhasilan sebuah perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya tidak hanya dipengaruhi oleh pihak dalam dan
stakeholder internal saja, namun lebih kepada pihak eksternal di sekitar
perusahaan, seperti masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan (Wibisono
2007). Selanjutnya Wibisono (2007) menjelaskan bahwa sebuah perusahaan tidak
hanya mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, namun harus memperhatikan
beberapa aspek lainnya, seperti lingkungan dan masyarakat sekitar. Akibat hal
tersebut, saat ini berkembanglah konsep Corporate Social Responsibility (CSR)
bagi perusahaan.
Pengertian umum mengenai CSR ini sangat beragam dan belum memiliki
definisi tunggal. The World Bussiness for Sustainable Development (2000) seperti
dikutip Wibisono (2007) mendefinisikan CSR sebagai suatu komitmen dunia
usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan
kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas
komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Melo dan Morgado (2011)
mengartikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan sebagai salah satu
kunci dalam memberikan reputasi bagi perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan kompetitif. Terobosan baru mengenai konteks CSR oleh Elkington
seperti dikutip Wibisono (2007) melalui konsep 3P (profit, people dan planet),
yakni tidak hanya profit yang diburu, namun juga dapat memberikan kontribusi
positif kepada masyarakat (people) dan ikut berperan serta dalam menjaga
kelestarian lingkungan (planet). Hal ini mensyaratkan bahwa perusahaan tidak
hanya dihadapkan pada tanggung jawab sosial yang berpijak pada single bottom
line, berupa aspek ekonomi, namun harus memperhatikan aspek sosial dan
lingkungannya (Wibisono 2007). Hal ini berarti mengindikasikan bahwa setiap
perusahaan wajib menjaga kelestarian lingkungan untuk keberlanjutannya.
Selanjutnya Wibisono (2007) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan CSR
hendaknya memperhatikan beberapa stakeholder-stakeholder terkait sehingga
dapat memberikan pemahaman tentang pentingnya CSR bagi masyarakat dan
perusahaan itu sendiri.
Pada perkembangan awal konsep tanggung jawab sosial perusahaan tidak
lepas dari konteks waktu yang sangat mempengaruhi perkembangannya (Solihin
2009). Tidak bisa dipungkiri, sejauh ini program CSR yang berkelanjutan sangat
diharapkan dalam menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan
1

UU No. 40 Tahun 2007 Pasal 1 Butir 3

3

mandiri. Setiap kegiatan tersebut akan melibatkan semangat sinergi dari semua
pihak secara terus menerus membangun dan mencitrakan kesejahteraan dan pada
akhirnya akan tercipta kemandirian dari masyarakat yang terlibat dalam program
tersebut, sesuai dengan kemampuannya. Kondisi ini dapat diatasi dengan program
yang bersifat holistik sehingga dapat membangun tingkat kepercayaan dalam diri
masyarakat, untuk itu didukung oleh program CSR yang sustainable (Siregar
2007).
Wiwoho (2011) menjelaskan bahwa pemahaman tentang CSR pada
umumnya berkisar pada tiga hal pokok, yaitu pertama, CSR merupakan suatu
peran yang sifatnya sukarela dimana suatu perusahaan membantu mengatasi
masalah sosial dan lingkungan, oleh karena itu perusahaan mempunyai kehendak
bebas untuk melakukan dan tidak melakukan peran. Kedua, disamping sebagai
institusi profit, perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk
kedermawanan yang tujuannya untuk memberdayakan sosial dan perbaikan
kerusakan lingkungan akibat eksplorasi dan ekploitasi. Ketiga, CSR sebagai
bentuk kewajiban perusahaan untuk peduli dalam mengentaskan krisis
kemanusiaan, kemiskinan dan lingkungan yang terus meningkat.
Salah satu program dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat yaitu
dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan menurut Swift dan
Levin (1987) seperti dikutip Mardikanto (2010) menunjuk pada kemampuan
orang, khususya kelompok rentan dan lemah, untuk: (1) memiliki akses terhadap
sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka perlukan (2)
berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian
kembali kekuasaan melalui perubahan struktur sosial.
Sa‟adah (2010) menjelaskan bahwa program pemberdayaan masyarakat
desa yang dilakukan oleh perusahaan merupakan program pengembangan aspek
sosial ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Hal ini merupakan salah satu wujud
kepedulian perusahaan dalam bersinergi dengan pemerintah dalam rangka
memberdayakan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat juga diperlukan
partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan hingga akhir evaluasi program.
Hal ini penting karena dengan adanya partisipasi dalam pelaksanaan program
akan mengindikasikan keberhasilan atau tidak dari suatu program. Implementasi
CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan berdampak pada upaya
pemberdayaan masyarakat di berbagai bidang seperti pemberdayaan ekonomi
rakyat, pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, pemulihan sosial
ekonomi masyarakat akibat konflik, dan sebagainya yang sejauh ini telah dirintis
oleh berbagai kalangan tetapi belum membuahkan hasil. Jadi, tak dapat dipungkiri
bahwa kegiatan CSR yang bersifat holistik berdasarkan pada konsep 3P seperti
yang dijelaskan oleh Elkington (planet, people, profit) dan menggunakan
pendekatan pemberdayaan masyarakat memiliki dampak postif terhadap
perubahan taraf hidup.
PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) merupakan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) di bidang agribisnis perkebunan yang pembentukannya berupa
konsolidasi dari PTP X dan PTP XXXI. Wilayah kerja PTPN VII (persero) terdiri
dari tiga provinsi di Indonesia yang terdiri dari beberapa unit usaha yaitu 10 unit
usaha di provinsi Lampung, 13 unit usaha di provinsi Sumatera Selatan, dan 3 unit

4

usaha di provinsi Bengkulu beberapa. Luas areal PT Perkebunan Nusantara VII
Persero seluas 68 105 Ha, areal plasma 47 111 Ha dan areal kemitraan sebesar 18
307 Ha. Komoditas utama dari PTPN VII sangat beragam seperti kelapa sawit,
karet, tebu dan teh. Beberapa usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahan PTPN
VII dalam program CSR berupa pemberian keterampilan dan bantuan modal
melalui program kemitraan, menciptakan lapangan pekerjaan sehingga
mengurangi angka pengangguran, membentuk kemitraan petani plasma sehingga
dapat membina dan meningkatkan kesejahteraan petani, membentuk sektor usaha
mikro kecil menengah (UMKM) dan menyalurkan pinjaman serta memberikan
pelatihan dan pengetahuan manajerial khusus sehingga berperan dalam
pemberdayaan masyarakat mandiri, dan adanya fasilitas yang memadai untuk
pekerja seperti perumahan yang tersebar di beberapa rukun warga di sekitar
perusahaan.
Tanggung jawab sosial yang sudah dilakukan oleh PT. Perkebunan
Nusantara VII Persero Unit Usaha Pagar Alam (PTPN VII UUPA) adalah
program kemitraan dan bina lingkungan. Program kemitraan terdiri dari bantuan
UMKM berupa pinjaman modal untuk meningkatkan usaha masyarakat,
pemberian bantuan dalam pembangunan rumah ibadah, pemberian bantuan
beasiswa untuk siswa berprestasi yang kurang mampu, mengadakan sunatan
massal untuk keluarga yang kurang mampu. Program bina lingkungan yang sudah
dilakukan yaitu program penghijauan lingkungan seperti penanaman pohon.
Keseluruhan program CSR oleh PTPN VII UUPA tersebar di sebagian besar
kelurahan di wilayah Kota Pagar Alam. Salah satu program CSR PTPN VII
UUPA di bidang kemitraan dilakukan di Kelurahan Gunung Dempo, yaitu
program UMKM. Program tanggung jawab sosial PTPN VII UUPA yang
menjadi kajian dalam penelitian ini adalah program kemitraan usaha mikro kecil
dan menengah. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan utama yaitu
bagaimana partisipasi dan dampak program CSR PTPN VII terhadap taraf
hidup masyarakat Gunung Dempo Sumatera Selatan?
Masalah Penelitian
Langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melihat hubungan antara
partisipasi masyarakat dan stakeholder dengan taraf hidup masyarakat terhadap
program CSR UMKM yaitu mengetahui bagaimana kondisi komunitas yang ada
di Kelurahan Gunung Dempo. Oleh karena itu, penting untuk dikaji bagaimana
profil komunitas di Kelurahan Gunung Dempo.
Dalam pelaksanaan program CSR, terdapat tiga pilar utama yaitu the triple
bottom line yang dijelaskan oleh Elkington seperti dikutip Wibisono (2007), yang
terdiri dari profit, people, planet. Dijelaskan oleh Wibisono (2007) bahwa jika
suatu perusahaan ingin berkelanjutan maka tidak hanya profit yang sebesarbesarnya yang di buru, tetapi juga memperhatikan masyarakat sekitar perusahaan
(people), dan terus berkontribusi aktif dalam kelestarian lingkungan (planet).
Dalam era modernisasi saat ini, banyak sekali isu-isu yang terkait dengan CSR,
salah satunya isu pengembangan masyarakat. Dalam program CSR yang
berbasiskan masyarakat hendaknya mengikutsertakan masyarakat dalam
pelaksanaan hingga evaluasi program sehingga masyarakat lebih tahu kegunaan
dan manfaat dari program yang dibuat oleh perusahaan. Salah satunya yaitu

5

adanya upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal ini PTPN VII UUPA
dalam mengembangkan masyarakat. Selanjutnya penting untuk dikaji bagaimana
implementasi program CSR PTPN VII UUPA.
Dalam pelaksanaan CSR yang berbasis masyarakat tidak terlepas dari
keikutsertaan masyarakat dalam pelaksanaan hingga evaluasi program CSR. Hal
ini menjadi sangat penting karena masyarakat menjadi salah satu stakeholder
utama dalam pelaksanaan program CSR yang berbasiskan masyarakat.
Stakeholder menjadi bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu
program CSR. Program UMKM merupakan salah satu program CSR PTPN VII
UUPA yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan usaha
mereka. Penyelenggaraannya program UMKM melibatkan stakeholderstakeholder dalam setiap pelaksanaannya. Adanya partisipasi stakeholder baik itu
dari pemerintah, masyarakat, dan swasta akan sangat terasa program yang
dilaksanakan untuk kemajuan masyarakat dan keberlanjutan perusahaan sehingga
sangat penting membutuhkan partisipasi stakeholder dalam proses
penyelenggarannya. Pertanyaannya, sejauh mana tingkat partisipasi
stakeholder (pemerintah, masyarakat, dan swasta) dalam program UMKM.
Pelaksanaan program CSR secara tidak langsung akan berdampak kepada
taraf hidup masyarakat. Setelah melihat sejauhmana partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan program CSR, dampak yang dirasakan masyarakat biasanya berupa
dampak fisik dan non-fisik. Untuk itu perlu dirumuskan, sejauhmana dampak
pelaksanaan program CSR terhadap taraf hidup masyarakat?
Tujuan akhir dari pelaksanaan CSR suatu perusahaan bagi masyarakat yaitu
seharusnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan taraf
hidup masyarakat dengan kerjasama stakeholder yang terlibat sehingga pada
akhirnya akan memberikan penilaian sendiri bagi masyarakat terhadap perusahaan
tersebut. Program-program CSR perusahaan adalah untuk keberlanjutan
perusahaan itu sendiri dengan memperhatikan aspek-aspek lainnya seperti sosial,
ekonomi, dan lingkungan. Hal ini akan sangat berdampak kepada masyarakat
yang berperanserta dalam program CSR. Untuk itu perlu dianalisis, bagaimana
dampak partisipasi masyarakat dan stakeholder program CSR terhadap
taraf hidup masyarakat.

Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk menganalisis sejauhmana tingkat
partisipasi stakeholder program corporate social responsibility dan dampaknya
terhadap taraf hidup di Kelurahan Gunung Dempo, Sumatera Selatan. Selanjutnya
tujuan khusus penelitian ini sebagai berikut :
1. memaparkan profil komunitas;
2. memaparkan implementasi program CSR PTPN VII UUPA;
3. menganalisis tingkat partisipasi stakeholder dalam implementasi program
UMKM;
4. menganalisis dampak pelaksanaan CSR terhadap taraf hidup masyarakat;
5. mengnalisis dampak partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam
program CSR terhadap taraf hidup masyarakat.

6

Kegunaan Penelitian
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dan kajian mengenai implementasi tanggung jawab sosial perusahaan.
2. Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman terhadap peran PTPN
VII dalam melaksanakan kepedulian kepada masyarakat.
3. Bagi perusahaan, sebagai bahan evaluasi terhadap pelaksanaan program
tanggung jawab sosial perusahaan dan untuk bahan masukan terhadap
program selanjutnya.
4. Bagi pemerintah, dapat menjadi pertimbangan dalam penetapan kebijakan
pelaksanaan CSR perusahaan.

7

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka
Konsep Corporate Social Responsibility
Pengembangan konsep tanggung jawab sosial sebagaimana dikatakan oleh
H.R. Bowen bahwa kewajiban atau tanggung jawab sosial perusahaan bersandar
pada keselarasan dengan tujuan (objectivies) dan nilai nilai (value) dari suatu
masyarakat (Watrick dan Cochran 1985 seperti yang dikutip Solihin 2009). Kedua
hal tersebut yakni keselarasan dengan tujuan dan nilai nilai masyarakat
merupakan dua premis dasar tanggung jawab sosial. Premis pertama, perusahaan
bisa mewujudkan dalam suatu masyarakat karena adanya dukungan dari
masyarakat. Premis kedua, pelaku bisnis bertindak sebagai agen moral dalam
suatu masyarakat yang harus memuat dimensi etika dari tanggung jawab sosial
(Solihin 2009). Dalam perkembangannya (Jones 1995 seperti dikutip Solihin
2009) mengklasifikasikan kedalam dua kategori. Kategori tersebut yaitu inside
stakeholders dan outside stakeholders. Inside stakeholders yaitu orang-orang yang
memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan dan berada
di dalam organisasi perusahaan seperti manager dan karyawan, sedangkan outside
stakehoklders terdiri dari orang orang maupun pihak yang bukan pemilik
perusahaan, bukan pemimpin perusahaan, bukan pula karyawan melainkan orang
yang memiliki kepentingan kepada perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan
serta tindakan yang dilakukan oleh perusahaan, seperti pemasok, pemerintah,
masyarakat lokal, dan masyarakat umum. Solihin (2009) juga menjelaskan bahwa
pelaksanaan program CSR juga harus terus dipantau agar pelaksanaan program
CSR tidak menyimpang dari rencana awal. Oleh karena adanya konsep
pembangunan berkelanjutan, maka perusahaan juga mengumumkan corporate
governance-nya beserta dampak yang ditimbulkan melalui sebuah sustainability
report. Sebagai contoh, perusahaan UPS dalam UPS Corporate Sustainability
Report-nya pada bulan Juli 2006 mempublikasikan dampak ekonomi dari kegiatan
perusahaan antara lain dalam bentuk pembayaran pajak, pemberian santunan, dan
pembagian deviden
Awal terbentuknya CSR merupakan perkembangan setelah terjadinya
revolusi industri, dimana sebagian besar perusahaan masih memfokuskan untuk
mencari keuntungan belaka tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat,
sehingga terjadinya ketimpangan ekonomi antar pelaku usaha dan masyarakat
(Wibisono 2007). Konsep dari tanggung jawab sosial perusahaan sebenarnya
sudah lama dikenal di kalangan dunia usaha. Konsep ini muncul seiring dengan
perkembangan perusahaan-perusahaan yang ada di dunia. Pada hakekatnya,
konsep CSR bukan sekedar konsep menejemen belaka, melainkan didalamnya
terkandung pemikiran dan ideologi yang mendalam sejalan dengan pemikiran
masyarakat (Prayogo 2007 seperti dikutip Wibisono 2007). CSR dilihat sebagai
konsep akuntansi yang baru yang yang mementingkan transparansi dalam
pengungkapan sosial atas kegiatan atau aktivitas sosial yang dilakukan oleh suatu
perusahaan, dimana transparansi informasi yang diungkapkan tidak hanya
informasi keuangan perusahaan, tetapi perusahaan juga diharapkan

8

mengungkapkan informasi mengenai dampak sosial dan lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh aktivitas perusahaan (Wibisono 2007).
Selanjutnya Wibisono (2007) menjelaskan bahwa pentingnya CSR
disclosure sebagai wujud tanggung jawab perusahaan terhadap CSR merupakan
proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi
organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap
masyarakat secara keseluruhan sehingga kinerja lingkungan perusahaan serta
karakteristik perusahaan yang disesuaikan dengan size perusahaan, profitabilitas,
ukuran dewan komisaris, profile, dan leverage di duga berpengaruh terhadap
CSR.
Menurut Elkington (1997) seperti dikutip Wibisono (2007) yang
mendeskripsikan bahwa sebuah perusahaan jika ingin sustain, maka perlu
memperhatikan 3P, yakni profit, people, dan planet. Selain profit yang diburu,
perusahaan juga harus memperhatikan dan terlibat terhadap pemenuhan
kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat (people) tetapi juga turut berkontribusi
aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Profit merupakan unsur
terpenting dan menjadi tujuan utama dalam setiap kegiatan usaha sehingga tidak
jarang sebuah perusahaan berlomba-lomba mengejar profit yang sebesar-besarnya
baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain untuk meningkatkan profit,
suatu perusahaan juga menyadari bahwa masyarakat (people) sekitar perusahaan
merupakan salah satu stakeholder penting bagi perusahaan. Oleh karena itu,
dukungan masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan
hidup dan perkembangan perusahaan yang menjadi bagian yang tak terpisahkan
untuk memberikan manfaat besar bagi perusahaan. Unsur ketiga yaitu planet,
dimana lingkungan menjadi salah satu faktor penting untuk keberhasilan suatu
perusahaan. Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
memang penting, namun tak kalah penting jika kita bisa melestarikan lingkungan
sekitar. Hubungan ini kemudian dapat diilustrasikan dalam bentuk segitiga,
seperti Gambar 2.

Sumber: Wibisono ( 2007)

Gambar 2 Hubungan Triple Bottom Line
Gambar tersebut terlihat bahwa setiap perusahaan tidak lagi dihadapkan
pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yang hanya berfokus

9

pada salah satu aspek. Seperti halnya aspek ekonomi, yang direfleksikan dalam
kondisi keuntungan saja, namun juga harus memperhatikan aspek lingkungan dan
sosial di sekitar wilayah perusahaan. Hal ini menjadi sangat penting dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan CSR.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari Good Corporate Governance karena pelaksanaan dari CSR
merupakan bagian yang merupakan prinsip dalam GCG (Charolinda 2006).
Selanjutnya Wibisono (2007) menjelaskan mengenai prinsip-prinsip dari GCG
yaitu:
1. Tranparency (keterbukaan informasi): perusahaan dituntut untuk
menyediakan informasi yang cukup, tepat waktu kepada semua
stakeholdernya;
2. Accountabilty (akuntabilitas): adanya kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertanggungjawaban elemen perusahaan. Apabila sudah dilaksanakan
dengan efektif maka akan ada kejelasan fungsi dan struktur dalam suatu
perusahaan;
3. Responsibility (pertanggung jawaban): kepatuhan perusahaan terhadap suatu
hal yang berlaku dalam perusahaan;
4. Independency (kemandirian): perusahaan hendaknya dikelola secara
professional tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa tekanan atau
intervensi dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan yang
berlaku;
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran): Adanya perlakuan yang adil dalam
memenuhi kebutuhan stakeholder sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Penerapan prinsip ini diharapkan dapat membuat perusahaan menyadari
bahwa perlu untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat untuk
melestarikan lingkungan. Charolinda (2006) menjelaskan mengenai bentuk
tanggung jawab sosial perusahaan sebagai berikut:
1. Pengelolaan lingkungan kerja secara baik. Termasuk didalamnya
penyediaan lingkungan yang aman dan nyaman, sistem kompensasi yang
layak dan perhatian terhadap kesejahteraan keluarga karyawan;
2. Kemitraan antara perusahaan dan masyarakat, khususnya masyarakat lokal.
Wujud yang paling umum adalah program community development untuk
membantu peningkatan kesejahteraan umum masyarakat setempat dalam
kurun waktu yang cukup panjang. Melalui program ini, diharapkan
masyarakat akan menerima manfaat keberadaan perusahaan yang digunakan
untuk menopang kemandiriannya bahkan setelah perusahaan berhenti
beroperasi;
3. Penanganan kelestarian lingkungan. Dimulai dari lingkungan perusahaan
sendiri, termasuk melakukan penghematan penggunaan listrik, air, kertas,
dll, sampai penanganan limbah akibat kegiatan perusahaan, agar tidak
mencemari lingkungan sekitar kantor; dan
4. Investasi sosial atau sering diartikan sebagai “kegiatan amal perusahaan”.
Makna sesungguhnya adalah memberi dukungan finansial dan non-finansial
terhadap kegiatan sosial dan lingkungan yang dilakukan oleh kelompok
yang pada akhirnya dapat menunjang kegiatan bisnis perusahaan. Selain itu,
perusahaan dapat menuai citra baik.

10

Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan konsep penting dalam
kegiatan perusahaan untuk senantiasa berhubungan dengan masyarakat dan
stakeholder lainnya. Wibisono (2007) menjelaskan perusahaan yang telah berhasil
dalam menerapkan CSR menggunakan tahap tahap sebagai berikut:
1. Tahap perencanaan
Pada tahap perencanaan terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness
Building, CSR Assessement, dan CSR Manual Building. Pada tahap
Awareness Building, merupakan langkah awal dalam membangun kesadaran
dan arti penting CSR dan komitmen manajemen yang dilakukan melalui
seminar, lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain. CSR Assessement yaitu
memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek yang perlu
mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk
membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara
efektif. Selanjutnya CSR Manual, yaitu melakukan bencmarking, menggali
dari referensi atau bagi perusahaan yang menginginkan langkah cepat,
dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar
perusahaan. Langkah ini diharapkan dapat memberikan kejelasan pola pikir
dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan
program yang terpadu, efektif, dan efisien.
2. Tahap implementasi
Pada tahap ini dirumuskan beberapa pertanyaan, seperti pengorganisasian
sumber daya yang diperlukan, penyusunan untuk menempatkan orang yang
sesuai dengan tugas, pengarahan terkait dengan melakukan tindakan,
pengawasan atau koreksi terhadap pelaksanaan, pelaksanaan pekerjaan
sesuai dengan rencana, dan bagaimana penilaian untuk mengetahui tingkat
pencapaian tujuan.
3. Tahap evaluasi
Pada tahap ini langkah yang dilakukan setelah CSR yang
diimplementasikan. Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu
ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR.
4. Pelaporan
Pelaporan diperlukan untuk membangun sitem informasi baik untuk
keperluan proses pengambilan keputusan maupun informasi material dan
relevan mengenai perusahaan.
Tanggung jawab sosial perusahaan juga sangat erat kaitannya dengan
pemangku kepentingan yang ada di setiap bagiannya. Pengertian luas CSR
bertujuan berlangsungnya sustainable economic activity, sedangkan dalam
pengertian yang sempit merupakan sosial responsibility dan perusahaan dan
hubungan perusahaan itu dengan pihak internal dan eksternal (Wiwoho 2008).
Stakeholder menjadi saling mempengaruhi di setiap perusahaan untuk
keberlanjutan program. Menurut Kasali (2005) seperti dikutip Wibisono (2007)
membagi stakeholder menjadi beberapa bagian, sebagai berikut :
1. Stakeholder internal dan stakeholder eksternal.
Stakeholder internal yaitu stakeholder yang berada dalam lingkungan
organisasi, seperti karyawan, manajer, pemegang saham. Sedangkan
stakeholder eksternal yaitu stakeholder yang berada di luar lingkungan
organisasi seperti penyalur, pemasok, konsumen, masyarakat, pemerintah.

11

2. Stakeholder primer, sekunder, dan marjinal.
Stakeholder primer yaitu stakeholder yang paling penting, sedangkan
stakeholder sekunder yaitu yang tidak terlalu penting. Sedangkan
stakeholder marjinal adalah stakeholder yang bisa diabaikan.
3. Stakeholder tradisional dan stakeholder masa depan.
Stakeholder tradisional yaitu berhubungan dengan organisasi seperti
karyawan dan konsumen. Sedangkan stakeholder masa depan yaitu dapat
memberikan pengaruhnya pada organisasi, seperti mahasiswa, peneliti dan
konsumen potensial.
4. Proponent, opponent, dan uncommitted
Dalam stakeholder, ada kelompok yang memihak (proponents), menentang
organisasi (opponents), dan ada yang tidak peduli atau abai (uncommitted).
5. Silent majority dan vocal minority
Silent majority berarti aktivitas stakeholder yang pasif dalam melakukan
complain atau mendukung perusahaan, sedangkan vocal inority yaitu
stakeholder yang secara aktif dalam melakukan penentangan atau
dukungannya.
Dalam aktualisasinya, kontribusi dunia usaha untuk turut serta dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis, dari
yang bersifat charity menjadi aktivitas yang menekankan pada penciptaan
kemandirian masyarakat yaitu program pemberdayaan. Metamorfosis tersebut
pernah diungkapkan oleh Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008).
Tabel 1 Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial
Paradigma
Charity
Philanthropy
Good
Corporate
Citizenship (GCC)
Agama, tradisi, Norma, etika Pencerahan diri &
Motivasi
adaptasi
dan
hukum rekonsiliasi dengan
universal
ketertiban sosial
Mengatasi
Mencari dan Memberikan
Misi
masalah setempat mengatasi akar kontribusi
kepada
masalah
masyarakat
Jangka pendek, Terencana,
Terinternalisasi dalam
Pengelolaan
mengatasi
terorganisir,
kebijakan perusahaan
masalah sesaat
terprogram
Yayasan / dana Keterlibatan
baik
Pengorganisasian Kepanitiaan
abadi
/ dana maupun sumber
profesionalitas daya lain
Orang miskin
Masyarakat
Masyarakat luas dan
Penerima
luas
perusahaan
Manfaat
Hibah sosial
Hibah
Hibah
(sosial
&
Kontribusi
pembangunan
pembangunan serta
keterlibatan sosial)
Kewajiban
Kepentingan bersama
Inspirasi
Sumber: Za‟im Zaidi seperti dikutip Ambadar (2008), sumbangan sosial perusahaan
(2003), hal 130

12

Berbeda dengan aktivitas charity, terlihat jelas bahwa dalam aktivitas
philanthropy, aktivitas lebih didorong oleh norma, etika dan hukum, bukan
sekedar untuk memenuhi kewajiban, inspirasi aktivitas adalah untuk memenuhi
kepentingan semua pihak. Tampak bahwa comdev (pemberdayaan masyarakat)
merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR perusahaan. Dengan CSR yang
berbasiskan comdev dapat mencapai tujuan strategis perusahaan, selain untuk
mencapai profit optimum juga bermanfaat bagi komunitas (Ambadar 2008).
Taraf Hidup
Owolabi dan Olu-Owolabi (2009) mendeskripsikan kriteria yang digunakan
untuk mengukur kualitas taraf hidup manusia yaitu, terpenuhinya kebutuhan dasar
untuk kelangsungan hidup hayati. Kebutuhan dasar ini bersifat mutlak dan harus
dilaksanakan dan dipenuhi sehingga akan mendorong keinginan seluruh manusia
dalam menjaga kelangsungan
hidup. Kelangsungan hidup tidak hanya
menyangkut dirinya sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya dan terutama
kelangsungan hidupnya bersama keturunannya akan kebutuhan. Kebutuhan dasar
ini terdiri atas udara, air yang bersih, pangan, kesempatan untuk mendapatkan
keturunan serta perlindungan terhadap serangan penyakit dan sesama manusia.
Selanjutnya, kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup manusiawi. Berbeda
dengan makhluk hidup yang lain, manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak
cukup hanya sekedar hidup secara hayati, melainkan karena perkembangan
kebudayaannya maka manusia harus hidup secara manusiawi. Kebutuhan dasar
untuk hidup secara manusiawi, sebagian bersifat material dan sebagian lagi
bersifat non-material. Hal inilah yang membedakan manusia dengan hewan.
Pekerjaan bukanlah sekedar sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar
hayati sebagaimana yang diajarkan oleh induk hewan kepada anaknya, tetapi juga
perlu diberikan pengetahuan tentang agama, filsafat, ilmu, seni dan budaya yang
membedakan pendidikan manusia dengan hewan. Terakhir yaitu, kebutuhan dasar
untuk memilih. Derajat kebebasan untuk memilih dibatasi oleh hukum, baik yang
tertulis maupu yang tidak tertulis. Kemampuan memilih merupakam sifat hakiki
untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuan yaitu memajukan pada setiap
aspek kehidupan masyarakat, baik ekonomi, sosial budaya maupun aspek
kehidupan lain sehingga tercapai kesejahteraan, selain itu juga untuk membangun
kehidupan manusia sebagai individu dan sebagai anggota komunitasnya dengan
cara mengembangkan pandangan, kemandirian, dedikasi terhadap tujuan
komunitas dan kerjasama. Ide utama pemberdayaan masyarakat sebagai
terjemahan dari kata empowerment menurut Mardikanto (2010) bersentuhan
dengan konsep kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan
kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari
keinginan dan minat mereka, sehingga dapat diasumsikan bahwa kekuasaan
sebagai sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat berubah. Akan tetapi,
sesungguhnya kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antar
manusia dan tercipta dalam relasi sosial sehingga kekuasaan dan hubungan
kekuasaan dapat berubah. Pemahaman kekuasaan yang demikian, pemberdayaan
sebagai sebuah proses perubahan memiliki konsep yang bermakna.

13

Pemberdayaan menurut Swift dan Levin (1987) seperti yang dikutip
Mardikanto (2010) menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah, untuk:
1. Memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barangbarang dan jasa yang mereka perlukan.
2. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka. Pemberdayaan menunjuk pada usaha
pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.
Pengertian yang disebutkan Mardikanto (2010) di atas, pemberdayaan
mengandung arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap individu dan
masyarakat baik dalam arti: (1) perbaikan ekonomi, terutama kecakupan pangan;
(2) perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan); (3) kemerdekaan
dari segala bentuk penindasan; (4) terjaminnya keamanan; (5) terjaminnya hak
asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan kekhawatiran; (6) dan lain-lain.
Perlu diperhatikan, pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan ialah
masyarakat merupakan subjek dari upaya pembangunnya sendiri bukan
merupakan objek. Seperti yang dijelaskan Soesilowati et al. 2011 bahwa beberapa
LSM dalam program pemberdayaan masyarakat yang mendorong Yayasan Obor
tani melalui program CSR menawarkan konsep “one product one village” dalam
rangka mewujudkan program “Mbalik Deso Mbangun Deso” lalu diintegrasikan
dengan beberapa program CSR BUMN yang pengintegrasian kegiatan CSR yang
diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan
produktivitas lahan kering dan mengurangi ketergantungan pada produk impor
Perkembangan manusia yang mengalami perubahan-perubahan yang
mengakibatkan berubahnya kebutuhan manusia terjadi akibat ulah perilaku
manusia sendiri sehingga masyarakat dihadapkan pada dua pilihan, yaitu mau
menunggu perubahan secara alami untuk mencapai keselarasan baru atau bergerak
aktif untuk mengimbangi perubahan-perubahan yang terjadi. SDC (1995) seperti
yang dikutip Mardikanto (2010) menyatakan bahwa pemberdayaan tidak sekedar
merupakan proses perubahan perilaku pada diri seseorang, tetapi merupakan
proses perubahan sosial, yang mencakup banyak aspek, termasuk politik dan
ekonomi yang dalam jangka panjang secara bertahap mampu diandalkan
menciptakan pilihan-pilihan baru untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya.
Yentifa (2008) menjelaskan seperti halnya dengan PT. Bogasari yang memiliki
program CSR yang terintegrasi dengan program perusahannya, melalui
pendampingan para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) berbasis
terigu mampu meningkatkan kualitas produksi, sekaligus menjamin distribusi.
Jika program CSR dapat diberdayakan secara optimal akan ada banyak usaha
kecil dan menengah yang akan terbantu dan tidak dapat dipungkiri lagi
pemberdayaan ekonomi lokal akan menuju kemandirian masyarakat yang
akhirnya memperkuat perekonomian nasional. Sa‟adah (2010) menyatakan
pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial.
Indikator keberdayaan dapat digunakan untuk menunjukkan fokus dan
tujuan pemberdayaan secara operasional apakah sudah sesuai dengan aspek-aspek
program pemberdayaan dan sasaran program pemberdayaan yang dijalankan.

14

Hashemi dan Riley seperti dikutip Sa‟adah (2010) yang mereka sebut sebagai
empowerment index antara lain, yaitu:
1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau
keluar wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis,
bioskop, rumah ibadah, kerumah tetangga. Tingkat mobilitas ini dianggap
tinggi jika individu mampu pergi sendirian;
2. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk
membeli barang-barang (beras, minyak tanah, minyak goreng, bumbu)
kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak, shampoo).
Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika dapat
membuat keputusan sendiri tanpa meminta ijin pasangannya, terlebih jika
ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan menggunakan uangnya
sendiri;
3. Kemampuan membeli komoditas besar: kemampuan individu untuk
membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV,
radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di atas,
point tinggi diberikan individu yang dapat membuat keputusan sendiri
tanpa meminta ijin pasangannya, terlebih jika ia dapat membeli barangbarang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri;
4. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga. Mampu
membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami atau istri
mengenai keputusan-keputusan keluarga;
5. Kebebasan relative dan dominasi keluarga;
6. Kesadaran hukum dan politik;
7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap
berdaya jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain
melakukan protes misalnya terhadap kekerasan dalam ramah tangga, gaji
yang tidak adil, penyalahgunaan bantuan sosial atau penyalahgunaan
kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah; dan
8. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah,
tanah, aset produktif, tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin tinggi
jika ía memiliki aspek-