Kajian Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Limbah Wisata Alam Gunung Dempo di Pagar Alam, Sumatera Selatan

(1)

KAJIAN DAMPAK EKONOMI DAN PENGELOLAAN

LIMBAH WISATA ALAM GUNUNG DEMPO

DI PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN

MENTARI NINDYA PRATIWI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Limbah Wisata Alam Gunung Dempo di Pagar Alam, Sumatera Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan merupakan bagian dari penelitian pada Pekan Kreatifivitas Mahasiswa (PKM) dengan judul “Arti Penting Wisata Alam Gunung Dempo Kota Pagar Alam bagi Perekonomian Masyarakat (Kajian Dampak Ekonomi dan Lingkungan serta Upaya Pengelolaan Limbah Wisata)” dengan sumber dana dari DIKTI 2014. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014

Mentari Nindya Pratiwi NIM H44100038


(4)

ABSTRAK

MENTARI NINDYA PRATIWI. Kajian Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Limbah Wisata Alam Gunung Dempo di Pagar Alam, Sumatera Selatan. Dibimbing oleh METI EKAYANI.

Gunung Dempo yang terletak di Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu wisata alam yang memiliki banyak pengunjung karena keindahan sumberdaya alam dan lingkungannya. Keberadaan objek wisata Gunung Dempo dapat memberi dampak positif berupa peningkatan peluang kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat sekitar. Estimasi nilai dan dampak ekonomi diperlukan untuk mengetahui seberapa besar dampak keberadaan objek wisata tersebut terhadap perekonomian masyarakat lokal. Berdasarkan hasil estimasi dengan metode Individual Travel Cost Method, diperoleh nilai ekonomi Gunung Dempo sebesar Rp 15 731 771 559. Dampak ekonomi yang ditimbulkan dari kegiatan wisata merupakan dampak langsung, dampak tidak langsung, dan dampak lanjutan yang diukur dengan nilai efek pengganda (multiplier effect). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai multiplier effect sebesar 0,5 untuk Keynesian Income Multiplier, 2,2 untuk Ratio Income Multiplier tipe I, dan 2,9 untuk Ratio Income Multiplier tipe 2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa wisata alam Gunung Dempo memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat lokal. Selain memberikan manfaat, wisata alam juga berpotensi menimbulkan penurunan kualitas lingkungan bahkan kerusakan lingkungan akibat limbah yang dihasilkan dari kegiatan wisata. Estimasi jumlah sampah diperlukan untuk mengetahui seberapa besar limbah wisata tersebut berpengaruh terhadap kegiatan wisata. Upaya pengelolaan limbah wisata diperlukan untuk mengurangi dampak lingkungan yang terjadi akibat sampah. Estimasi jumlah sampah yang dihasilkan di Gunung Dempo selama satu tahun terakhir adalah 732 ton. Jika sampah tersebut tidak dikelola dengan baik, akan mengancam kegiatan wisata bahkan menganggu keberlanjutan wisata sehingga jumlah wisatawan akan berkurang dan manfaat ekonomi yang dirasakan masyarakat juga akan berkurang bahkan hilang. Oleh karena itu, pengelolaan limbah Gunung Dempo perlu ditingkatkan, tidak hanya melakukan pengumpulan dan pengangkutan sampah saja.

Kata kunci : Gunung Dempo, Travel Cost Method, Multiplier Effect, Limbah Wisata


(5)

ABSTRACT

MENTARI NINDYA PRATIWI. The Study of Economic Impact and Waste Management of Mount Dempo Natural Tourism In Pagar Alam, Sumatera Selatan. Supervised by METI EKAYANI.

Mount Dempo which is located in Pagar Alam City, South Sumatera is one of the natural tourism. It has many visitors because of its natural resources and

environment’s beauty. The existence of Mount Dempo can provide positive impact for surrounding community such as job opportunities and income generating. The analysis of value and economic impact of Mount Dempo must be known to determine how much influence of Mount Dempo attraction for surrounding community. Based on analyzed using Individual Travel Cost Method, obtained

Mount Dempo’s economic value is IDR 15 731 771 559. Economic impact

generated from tourism activities can be grouping into three category i.e. direct, indirect, and induced of economic impacts which measured by the value of the multiplier effect. The results of this research was 0,5 for the Keynesian Income Multiplier, 2,2 for Ratio Income Multiplier type 1, and 2,9 for Ratio Income Multiplier type 2. Those results inform that Mount Dempo natural tourism has value and benefits for local economy. Besides gives benefits, natural tourism also potentially caused degradation even damage to the environment due to the waste from its tourism activities. It is necessary to estimate of waste products to know the impact of waste for tourism activities. It is necessary to manage the waste of tourism to reduce environmental damage due to the waste. Estimation of waste products at Dempo Mount is 732 tons. If it does not manage properly, it would interfere even threat the sustainability of the tourism. So that the tourists would decreased and the benefits of economic also decreased as well, even lost. Therefore, waste management of Dempo needs to be improved. It does not only dispatch waste to disposal as already done by Dempo Mount.


(6)

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

MENTARI NINDYA PRATIWI

KAJIAN DAMPAK EKONOMI DAN PENGELOLAAN

LIMBAH WISATA ALAM GUNUNG DEMPO

DI PAGAR ALAM, SUMATERA SELATAN

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

(10)

(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah ekonomi wisata, dengan judul Kajian Dampak Ekonomi dan Pengelolaan Limbah Wisata Alam Gunung Dempo di Pagar Alam, Sumatera Selatan. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Muhammad Zakir dan Ibunda Nurlena, serta keluarga saya tercinta Bunda Vuspa dan Zavira yang selalu memberikan doa dan motivasi.

2. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah mendidik dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

3. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr sebagai dosen penguji utama dan Bapak Kastana Sapanli, S.Pi, M.Si sebagai dosen penguji wakil departemen, yang telah memberi masukan dan arahan pada ujian sidang skripsi.

4. Bapak Adi Hadianto, S.P, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah memberi arahan dan masukan selama penulis menjalani kuliah.

5. Bapak Danang Pramudita yang telah memberikan bimbingan serta Pihak pengelola wisata alam Gunung Dempo (Bapak Wiro), Kantor Disbudpar Kota Pagar Alam, Kantor Dinas Kebersihan Kota Pagar Alam, dan masyarakat Gunung Dempo yang telah memberikan saran dan informasi selama pengumpulan data.

6. Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB, para dosen beserta staf atas semua dukungan dan batuan.

7. Keluarga besar Bapak Encon dan Bapak Ronald di Pagar Alam atas kebesaran hati, kesahajaannya, bantuan, dan ilmu yang diberikan.

8. Keluarga kosan Pondok Raimanda: Shella, Ica, Fibri, Qori, Putri, Nana, Garnies, dan Nia yang telah memberi doa, semangat, dan bantuannya.


(12)

9. Ramadhan Apriansyah yang telah banyak memberikan doa, semangat, dan bantuannnya.

10. Rekan-rekan PKM: Rischa, Arroyan, Torong, dan Ade atas semangat dan bantuan yang diberikan.

11. Rekan-rekan sebimbingan skripsi: Melinda, Oni, Kimel, Melly, Nia, Dimas, dan Zumar yang telah bekerjasama selama masa bimbingan skripsi.

12. Shella, Fibri, Dewi, Fikri, Melinda, Ayas, Niki, Amalia Retna, Iik, Putri, Shara, Oya, Nia, Adi, Chibi, Taufik, Javid, Dimas Jaya, Andry, Zumar, Jaun, Oni, Kimel, Rifal, Rendy Razak, Dona, Intan, Yani, Esya, Melly, Bacang, Andreas, Teki, Dhea, dan seluruh keluarga ESL 47, suatu kebahagiaan yang luar biasa bisa mengenal kalian semua.

13. Wiranti, Lisa, Tiara, Rini, Citra, Heni, Angga, dan Rara terima kasih atas semua kasih sayang, semangat, dan keberadaan kalian.

Semoga skripsi ini bermanfaat sebagai panduan penelitian dan berbagai pihak dalam mengembangkan suatu kawasan wisata.

Bogor, September 2014

Mentari Nindya Pratiwi NIM H44100038


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian .... ...4

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Pariwisata ... 6

2.2 Wisata Alam ... 7

2.3 Wisatawan ... 8

2.4 Nilai Ekonomi ... 9

2.4.1 Travel Cost Method (TCM)... .... 9

2.5 Dampak Ekonomi dari Kegiatan Wisata ... 10

2.6 Dampak Lingkungan dari Kegiatan Wisata ... 12

2.7 Pengelolaan Limbah Wisata ... 13

2.8 Penelitian Terdahulu ... 15

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

IV METODE PENELITIAN ... 19

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 19

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 19

4.3 Metode Pengambilan Contoh ... 20

4.4 Metode Analisis Data ... 20

4.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata dan Valuasi Ekonomi Wisata ... 21

4.4.2 Analisis Dampak Ekonomi Wisata ... 26

4.4.3 Dampak Lingkungan Wisata ... 27


(14)

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 31

5.1 Karakteristik Objek Wisata Alam Gunung Dempo ... 31

5.2 Karakteristik Responden Pengunjung Gunung Dempo ... 34

5.2.1 Karakteristik Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) Responden Pengunjung ... 34

5.2.2 Karakteristik Faktor Responden Pengunjung dalam Berwisata ... 36

5.3 Karakteristik Unit Usaha di Objek Wisata Alam Gunung Dempo... 38

5.4 Karakteristik Tenaga Kerja Lokal di Objek Wisata Alam Gunung Dempo ... 39

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

6.1 Nilai Ekonomi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata Alam Gunung Dempo ... 41

6.1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata di Gunung Dempo ... 41

6.1.2 Nilai Ekonomi Objek Wisata Alam Gunung Dempo ... 45

6.2 Dampak Ekonomi dan Lingkungan Wisata Alam Gunung Dempo ... 46

6.2.1 Dampak Ekonomi ... 46

6.2.1.1 Dampak Ekonomi Langsung ... 48

6.2.1.2 Dampak Ekonomi Tidak Langsung ... 49

6.2.1.3 Dampak Ekonomi Lanjutan ... 51

6.2.1.4 Nilai Efek Pengganda ... 53

6.2.2 Dampak Lingkungan Wisata Alam Gunung Dempo ... 54

6.3 Pengelolaan Limbah Wisata di Wisata Alam Gunung Dempo ... 56

6.3.1 Estimasi Jumlah Limbah Wisata Alam Gunung Dempo ... 56

6.3.2 Kondisi Pengelolaan Limbah Wisata dan Biaya Pengelolaan Limbah Wisata Alam Gunung Dempo Tahun 2014 ... 57

6.3.3 Estimasi Penerimaan Pengelola Wisata untuk Waste Management serta Pengelolaan yang Seharusnya Dilakukan di Wisata Alam Gunung Dempo ... 60

VII SIMPULAN DAN SARAN ... 62

7.1 Simpulan ... 62


(15)

DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN ... 67 RIWAYAT HIDUP ... 82


(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jumlah Pengunjung di Wisata Alam Gunung Dempo Kota Pagar Alam .... 2 2. Penelitian Mengenai Nilai dan Dampak Ekonomi, Dampak

Lingkungan, serta Pengelolaan Limbah ... 16 3. Matriks Metode Analisis Data ... 21 4. Tingkat Penilaian Kualitas Lingkungan di Wisata Alam Gunung

Dempo ... 28 5. Perilaku Pengunjung Ketika Tidak Ditemukan Tempat Sampah dan

Persepsi Kecukupan Tempat Sampah ... 28 6. Aturan, Kebijakan, dan Program Terkait Sampah serta Alokasi Biaya

Sampah ... 30 7. Karakteristik Responden Pengunjung Gunung Dempo Berdasarkan

Faktor Sosial Ekonomi (Demografi) tahun 2014 ... 35 8. Karakteristik Responden Pengunjung dalam Berwisata di Objek

Wisata Alam Gunung Dempo Tahun 2014 ... 37 9. Karakteristik Unit Usaha di Objek Wisata Alam Gunung Dempo

Tahun 2014 ... 38 10. Karakteristik Tenaga Kerja Lokal di Objek Wisata Alam Gunung

Dempo Tahun 2014 ... 39 11. Hasil Regresi Fungsi Permintaan Wisata Alam Gunung Dempo ... 41 12. Perhitungan Nilai Ekonomi Gunung Dempo ... 45 13. Proporsi Pengeluaran Pengunjung dan Kebocoran yang Terjadi di Wisata

Alam Gunung Dempo tahun 2014 ... 47 14. Dampak Ekonomi Langsung di Wisata Alam Gunung Dempo tahun

2014... ... 48 15. Pengeluaran Unit Usaha di dalam Kawasan Wisata Gunung Dempo Tahun 2014... ... 49 16. Pengeluaran Unit Usaha di luar Kawasan Wisata Gunung

Dempo Tahun 2014 ... 50 17. Dampak Ekonomi Tidak Langsung di Wisata Alam Gunung Dempo Tahun 2014 ... 51 18. Proporsi Rata-Rata Pengeluaran Responden Tenaga Kerja per Bulan di Wisata Alam Gunung Dempo Tahun 2014 ... 52 19. Dampak Ekonomi Lanjutan di Wisata Alam Gunung Dempo Tahun

2014 ... 53 20. Nilai Efek Pengganda dari Pengeluaran Pengunjung di Wisata Alam Gunung Dempo Tahun 2014 ... 53


(17)

21. Persepsi Responden Pengunjung Terhadap Kualitas Lingkungan di Wisata

Alam Gunung Dempo Tahun 2014 ... 55

22. Perilaku Pengunjung Ketika Tidak Ditemukan Tempat Sampah dan Persepsi Kecukupan tempat Sampah Tahun 2014 ... 55

23. Jumlah Limbah Wisata di Gunung Dempo Tahun 2014 ... 56

24. Perbandingan Limbah Wisata Alam Gunung Dempo dengan Total Limbah di Kecamatan Pagar Alam Selatan ... 57

25. Kondisi Pengelolaan Limbah Wisata Alam Gunung Dempo Tahun 2014 ... 58

26. Biaya Pengelolaan Limbah Wisata Alam Gunung Dempo Tahun 2014 ... 59

27. Estimasi Penerimaan Pengelola Gunung Dempo dari Penjualan Tiket dan Retribusi Penginapan per Tahun 2014 ... 61

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Dampak Ekonomi Wisata ... 11

2. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 18

3. Lokasi Penelitian Wisata Alam Gunung Dempo ... 19

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Hasil Model Regresi Frekuensi Kunjungan Gunung Dempo ... 68

2. Uji Normalitas ... 69

3. Uji F ... 69

4. Uji Multikorelasi ... 70

5. Uji Autokorelasi ... 70

6. Uji Heteroskedastisitas ... 71

7. Hasil Regresi Frekuensi ke Gunung Dempo dengan Variabel Biaya Perjalanan ... 71

8. Jumlah Kunjungan Responden Pengunjung Satu Tahun Terakhir ... 72

9. Rata-Rata Pengeluaran Wisatawan per Individu (dalam Rupiah) ... 73

10. Rata-Rata Pengeluaran Unit Usaha (dalam Rupiah) ... 76

11. Rata-Rata Pendapatan Tenaga Kerja per Bulan (dalam Rupiah) ... 78

12. Pengeluaran Tenaga Kerja (dalam Rupiah) ... 79

13. Perhitungan Efek Pengganda ... 80


(18)

(19)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wisata alam saat ini menjadi tren, demikian pula di Indonesia. Adanya kecenderungan untuk menikmati wisata alam menjadi salah satu kebutuhan masyarakat Indonesia (Kementerian Kehutanan 2014). Hal ini dikarenakan wisata alam menawarkan keindahan sumberdaya alam dan lingkungan yang mampu memberikan kesenangan dan kepuasan (Warpani dan Warpani 2007). Keindahan sumberdaya alam tersebut menjadi daya tarik utama untuk mendatangkan wisatawan. Kegiatan wisata alam memberikan dampak positif dalam perekonomian terutama dampak dari multiplier effect dan memberikan kesejahteraan bagi penduduk setempat (Yoeti 2008). Belanja wisatawan di lokasi wisata akan memberikan efek pengganda bagi masyarakat di lokasi wisata tersebut.

Mengacu pada Warpani dan Warpani (2007) wisata alam juga berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap aspek lingkungan. Hal ini akan mengakibatkan potensi wisata alam di Indonesia dalam jangka panjang dapat mengalami kerusakan jika pengelolaannya tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Kegiatan wisata alam harus dilakukan secara berkelanjutan agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat efisien tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan, sehingga memberikan keuntungan bagi stakeholder dan kepuasan bagi wisatawan dalam jangka panjang (Damanik dan Weber 2006).

Provinsi Sumatera Selatan memiliki objek wisata alam yang menarik untuk dikunjungi, terutama objek wisata yang berada di Kota Pagar Alam seperti wisata alam Gunung Dempo. Gunung Dempo merupakan gunung tertinggi di Sumatera Selatan dengan ketinggian 3 159 m dpl dan terletak 298 km dari kota Palembang. Kawasan ini memiliki kekayaan sumberdaya alam hayati yang diminati oleh wisatawan, seperti sungai dengan air yang jernih, kebun teh seluas 1 500 hektar, air terjun dengan keindahan alamnya, olahraga paralayang, sepeda gunung, dan arung jeram. Keindahan alam lainnya yaitu batu-batu peninggalan purba dengan bentuk unik serta beragam yang diperkirakan berumur 2 500 sampai 3 000 tahun yang terdapat di beberapa desa di kaki Gunung Dempo (Disbudpar 2013).


(20)

Keindahan sumberdaya alam dan lingkungan yang dimiliki Gunung Dempo dapat memberikan pengaruh kepada wisatawan untuk selalu mengunjungi kawasan tersebut sehingga wisata alam Gunung Dempo berperan dalam peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah daerah. Adapun data yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pagar Alam mengenai jumlah kunjungan wisata alam Gunung Dempo dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 yang dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah pengunjung di wisata alam Gunung Dempo Kota Pagar Alam Data Pengunjung (Tahun) 2010 2011 2012 2013 Wisatawan asing (orang) 134 121 140 145 Wisatawan domestik (orang) 35 742 27 667 37 543 37 748 Total Pengunjung (orang) 35 876 27 788 37 683 37 893 Rata-rata pengunjung per tahun (orang) 34 810 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pagar Alam (2014a)

Berdasarkan Tabel 1, jumlah wisatawan yang mengunjungi Gunung Dempo cenderung meningkat, namun pada tahun 2011 terjadi penurunan pengunjung akibat adanya Sea Games 2011 di Kota Palembang. Menurunnya jumlah kunjungan tersebut dikarenakan hari libur (peak season) bersamaan dengan kegiatan Sea Games 2011 di Kota Pelambang. Rata-rata jumlah pengunjung di objek wisata alam Gunung Dempo adalah 34 810 orang per tahun. Banyaknya jumlah wisatawan yang mengunjungi Gunung Dempo akan memberikan manfaat yang besar bagi perekonomian masyarakat dan pemerintah daerah. Manfaat yang dapat dirasakan diantaranya berupa peningkatan pendapatan, peningkatan kesempatan kerja, serta peluang usaha (Pitana dan Gayatri 2005).

Selain memberikan manfaat, wisata alam juga berpotensi menimbulkan penurunan kualitas lingkungan bahkan kerusakan lingkungan. Salah satu potensi penyebabnya adalah limbah wisata yang dihasilkan. Menurut Departemen Kehutanan (2013) dan Hadiwiyoto (1983), limbah wisata yang tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan, sehingga jumlah wisatawan akan menurun. Hal tersebut dikarenakan menurunnya daya tarik wisata. Demikian pula halnya dengan wisata alam Gunung Dempo yang akan mengalami penurunan kualitas lingkungan bahkan kerusakan lingkungan jika tidak ada upaya pengelolaan limbah wisata yang baik, sehingga kegiatan


(21)

wisata akan hilang dan juga akan menghilangkan manfaat ekonomi bagi perekonomian lokal.

1.2 Perumusan Masalah

Wisata alam Gunung Dempo merupakan wisata alam yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan sebagai modal utamanya. Wisata ini memiliki nilai ekonomi atas pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan. Keindahan sumberdaya alam yang dimiliki Gunung Dempo menjadi faktor utama yang menarik pengunjung untuk datang ke wisata alam tersebut. Banyaknya jumlah pengunjung yang berwisata ke Gunung Dempo (Tabel 1), memberikan manfaat terhadap perekonomian masyarakat. Gunung Dempo merupakan wisata alam terpenting di Kota Pagar Alam, sehingga Gunung Dempo memiliki nilai ekonomi wisata yang perlu dipertahankan (Disbudpar 2013).

Wisata alam dapat memberikan manfaat bagi perekonomian lokal (Pitana dan Gayatri 2005). Manfaat ekonomi tersebut berkorelasi dengan jumlah pengunjung ke Gunung Dempo karena adanya manfaat ekonomi dari belanja pengunjung di lokasi wisata. Apabila jumlah pengunjung meningkat yang disertai dengan peningkatan belanja pengunjung, maka manfaat ekonomi yang dirasakan masyarakat sekitar dapat meningkat. Selain memberikan manfaat terhadap perekonomian, tingginya jumlah pengunjung juga dapat mengancam kelestarian lingkungan karena limbah yang dihasilkan dari kegiatan wisata. Limbah wisata yang tidak dikelola dengan baik, dapat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan bahkan kerusakan lingkungan. Hal tersebut dapat mengurangi daya tarik wisata dan menurunkan jumlah kunjungan, sehingga dapat mengurangi manfaat ekonomi dari wisata tersebut.

Salah satu contoh kasus menurunnya keindahan kawasan wisata akibat limbah wisata adalah wisata Pantai Kuta di Bali, dimana banyak sampah yang berserakan di kawasan pantai tersebut sehingga merusak keindahan kawasan wisata dan akan mengancam keberlanjutan wisata di pantai tersebut (Marshall 2011). Sebagian besar wisatawan merasa terganggu akibat adanya penumpukan sampah di pantai tersebut. Wisatawan tidak bisa menikmati keindahan pantai dan melakukan kegiatan seperti berenang atau berselancar. Volume sampah yang


(22)

cukup banyak tidak bisa ditangani dengan baik, sehingga perlu pengelolaan limbah wisata yang baik lagi di Pantai Kuta Bali (Rohmat 2014). Demikian pula halnya dengan wisata alam Gunung Dempo yang akan berpotensi mengalami penurunan kualitas lingkungan jika tidak ada upaya pengelolaan limbah wisata yang baik, sehingga daya tarik wisata akan berkurang, jumlah wisatawan juga akan berkurang. Hal ini akan mengakibatkan hilangnya kegiatan wisata alam di Gunung Dempo sehingga manfaat ekonomi yang ada di wisata alam Gunung Dempo juga akan hilang.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pertanyaan penelitian yang akan dikaji adalah:

1. Berapa estimasi nilai ekonomi wisata alam Gunung Dempo?

2. Bagaimana dampak ekonomi dan lingkungan dari kegiatan wisata alam Gunung Dempo?

3. Bagaimana pengelolaan limbah wisata di wisata alam Gunung Dempo? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa wisata alam Gunung Dempo memiliki arti penting bagi perekonomian masyarakat, sehingga perlu dijaga kelangsungannya. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengestimasi besarnya nilai ekonomi wisata alam Gunung Dempo.

2. Mengestimasi dampak ekonomi dan lingkungan dari kegiatan wisata alam Gunung Dempo.


(23)

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di objek wisata alam Gunung Dempo yang berlokasi di Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:

1. Wisatawan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah wisatawan domestik baik yang individu maupun berkelompok.

2. Pemilik unit usaha yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah pemilik unit usaha yang berada di kawasan wisata alam Gunung Dempo. 3. Tenaga kerja lokal yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah

masyarakat lokal yang bekerja di lokasi wisata alam Gunung Dempo.

4. Nilai ekonomi wisata yang dihitung dalam penelitian ini hanya terlingkup di kawasan wisata alam Gunung Dempo.

5. Dampak ekonomi cakupannya hanya dari kontribusi sektor pariwisata terhadap pendapatan masyarakat di sekitar kawasan wisata alam Gunung Dempo.

6. Dampak lingkungan dilihat dari kerusakan yang ditimbulkan dari jumlah sampah yang dihasilkan di sekitar kawasan Gunung Dempo.

7. Pengelolaan limbah wisata yang dianalisis hanya limbah yang dihasilkan dari aktivitas pelaku usaha dan wisatawan di wisata alam Gunung Dempo.


(24)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata

Pariwisata merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara, karena pariwisata mampu menciptakan kegiatan ekonomi seperti penyedia lapangan kerja yang dapat mengurangi angka pengangguran. Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990, yang dimaksud pariwisata adalah sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Sedangkan menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Menurut Marpaung (2002), pariwisata memberikan devisa yang besar yang dihasilkan oleh pembelanjaan yang besar oleh para wisatawan dan salah satu faktor yang efektif dalam pengembangan devisa.

Menurut Pitana dan Gayatri (2005), pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat, seperti dampak sosial, ekonomi, budaya, dan lingkungan. Pembangunan pariwisata pada suatu daerah mampu memberikan dampak positif, seperti peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan penerimaan devisa, peningkatan kesempatan kerja dan peluang usaha, serta peningkatan pendapatan pemerintah dari pajak (Pitana dan Gayatri 2005). Selain memberikan dampak positif, pariwisata juga memberikan dampak negatif terutama terhadap aspek lingkungan. Limbah wisata yang dihasilkan dapat menimbulkan kerusakan sumber-sumber hayati, pencemaran air dan udara di sekitar kawasan wisata, serta penuruan nilai estetika kawasan wisata (Yoeti 2008).


(25)

2.2 Wisata Alam

Wisata alam merupakan kegiatan rekreasi yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam untuk menikmati keindahan alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmaniah dan rohaniah (Arkuthea 2013). Hal yang menjadi daya tarik utama wisata alam adalah keindahan sumberdaya alam dan lingkungannya sedangkan fasilitas seperti penginapan, rumah makan, toilet umum, dan pelayanan yang ramah merupakan faktor pendukung untuk melakukan kegiatan wisata alam (Suwantoro 1997). Dapat disimpulkan bahwa wisata alam memiliki nilai ekonomi atas pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungannya sehingga kegiatan wisata alam memberikan manfaat terhadap perekonomian masyarakat dan pemerintah daerah (Pitana dan Gayatri 2005).

Menurut Warpani dan Warpani (2007), wisata alam merupakan kawasan wisata yang dapat diakses oleh semua kalangan masyarakat, sehingga potensi kerusakan lingkungan cukup besar. Oleh karena itu, aspek lingkungan wisata alam perlu diperhatikan dengan menjaga kelestarian sumberdaya alam di kawasan wisata dan mematuhi aturan yang dibuat pengelola wisata sehingga dampak lingkungan dari kegiatan wisata alam khususnya limbah wisata dapat diminimalkan. Hal tersebut dapat menjaga keberlanjutan dari kegiatan wisata alam.

Menurut Belantara Indonesia (2012), wisata alam terbagi menjadi 5 jenis, yaitu pegunungan, danau, hutan, pantai, dan laut. Adapun kegiatan yang bisa dilakukan di kawasan pegunungan adalah pendakian, berkemah, paralayang, sepeda gunung, serta menikmati keindahan yang ada (Warpani dan Warpani 2007). Sama halnya dengan danau yang dapat dijadikan sebagai tempat lokasi berkemah dan tempat untuk menikmati keindahan pemandangan yang akan memberikan ketenangan. Hutan merupakan tujuan wisata alam yang mudah dilakukan, karena biasanya hutan terdapat di semua daerah. Salah satu contohnya adalah Hutan Kota yang bisa dinikmati oleh wisatawan kapan saja. Udara sejuk dan segar menjadi daya tarik utama dari wisata alam di kawasan hutan. Lain halnya dengan wisata pantai yang menawarkan keindahan pasir serta deburan


(26)

ombak yang menjadi daya tarik utama wisata tersebut. Kegiatan yang bisa dilakukan di pantai adalah berenang dan berselancar. Wisata alam lainnya yang bisa dinikmati adalah laut, dimana terdapat berbagai macam biota dan fauna laut yang menarik untuk dikunjungi. Wisatawan memerlukan kemampuan khusus, seperti snorkeling dan diving untuk menikmati pesona air di bawah laut (Belantara Indonesia 2012).

2.3 Wisatawan

Wisatawan merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam kegiatan wisata. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Pasal 1 tentang kepariwisataan, wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Menurut Warpani dan Warpani (2007) wisatawan terbagi menjadi dua jenis berdasarkan asal daerahnya, yaitu wisatawan nusantara (wisnus) dan wisatawan mancanegara (wisman). Wisatawan nusantara adalah orang yang berdiam dan bertempat tinggal pada suatu negara yang melakukan wisata di negara dimana tempat wisatawan tersebut tinggal. Wisatawan mancanegara adalah orang yang melakukan perjalanan wisata yang datang memasuki suatu negara lain yang bukan tempat wisatawan tersebut tinggal.

Menurut Pitana dan Gayatri (2005) motivasi merupakan faktor penting bagi calon wisatawan dalam mengambil keputusan mengenai daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi. Calon wisatawan akan mempersepsi daerah tujuan wisata yang diinginkan, dimana persepsi tersebut berdasarkan preferensi individual, pengalaman sebelumnya, dan informasi yang didapat. Menurut MacIntosh (1977) dalam Pitana dan Gayatri (2005) seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh empat hal, yaitu:

1. Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis, antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, dan bersantai.

2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya (monumen bersejarah).


(27)

3. Social or interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mitra kerja, dan melakukan ziarah.

4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang akan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang membosankan dan memberikan kepuasaan psikologis.

Motivasi karena fantasi merupakan motivasi wisatawan mengunjungi wisata alam Gunung Dempo. Hal ini dikarenakan udara sejuk pegunungan serta keindahan wisata alam yang ditawarkan Gunung Dempo mampu memberikan ketenangan, mengurangi kepenatan wisatawan dari rutinitas kesehariannya, serta memberikan kesenangan dan kepuasan (Warpani dan Warpani 2007).

2.4 Nilai Ekonomi

Menurut Fauzi (2010), nilai ekonomi sumberdaya alam merupakan pemberian harga pada barang dan jasa yang dihasilkan sumberdaya alam dan lingkungan. Secara umum, nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya. Adanya pengukuran ini, maka nilai ekosistem dapat diterjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang dan jasa (Fauzi 2010). Penilaian ekonomi wisata alam perlu dilakukan untuk melihat nilai dari keberadaan wisata alam yang terkadang dinilai under value (Fauzi 2010). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur nilai ekonomi suatu kawasan wisata adalah Travel Cost Method (TCM). TCM merupakan penilaian jasa lingkungan yang didekati dengan biaya perjalanan pengunjung (Fauzi 2014).

2.4.1 Travel Cost Method (TCM)

Menurut Fauzi (2010) TCM merupakan metode tertua untuk pengukuran nilai ekonomi tidak langsung. Metode ini pada umumnya digunakan untuk mengkaji biaya yang dikeluarkan oleh setiap individu pada saat melakukan kegiatan rekreasi di suatu kawasan wisata dan mengkaji nilai yang diberikan


(28)

konsumen kepada sumberdaya alam dan lingkungan. Metode ini digunakan untuk menghitung seberapa besar nilai ekonomi dari wisata alam Gunung Dempo.

Tujuan dasar TCM adalah untuk mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumberdaya alam melalui biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya alam yang digunakan sebagai pendekatan untuk menentukan harga dari sumberdaya tersebut (Fauzi 2010). Ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasartkan TCM (Fauzi 2010), yaitu:

1. Pendekatan melalui zonasi, yaitu pendekatan berdasarkan zona asal pengunjung dengan membagi lokasi asal pengunjung untuk melihat jumlah populasi per zona yang digunakan untuk mengestimasi jumlah kunjungan per seribu orang.

2. Pendekatan individual TCM, yaitu pendekatan yang digunakan untuk mengukur tingkat kujungan dan biaya perjalanan individu ke lokasi wisata. Pendekatan zonasi pada prinsipnya sama dengan pendekatan individual TCM. Namun pendekatan individual TCM lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survey dari setiap individu sehingga pendekatan individual lebih sering digunakan (Fauzi 2010). Estimasi penilaian ekonomi wisata alam Gunung Dempo menggunakan pendekatan individual TCM.

2.5 Dampak Ekonomi dari Kegiatan Wisata

Kegiatan wisata alam mampu memberikan dampak terhadap perekonomian masyarakat. Dampak ekonomi dari kegiatan wisata umumnya diukur dari keseluruhan pengeluaran pengunjung untuk keperluan akomodasi, konsumsi, perjalanan, dokumentasi, dan keperluan lainnya. Jumlah dari seluruh pengeluaran ini diestimasi dari jumlah total hari kunjungan dari pengunjung dan juga pengeluaran rata-rata per hari dari pengunjung (Frechtling 1994). Dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata menurut Marine for Atlantic Area (META) (2001) berupa dampak langsung (direct effects), dampak tidak langsung (indirect effects), dan dampak lanjutan (induced effects). Dampak langsung adalah pendapatan bersih yang diterima unit usaha dari pembelanjaan pengunjung. Dampak tidak langsung berupa pengeluaran yang dikeluarkan unit usaha untuk pembayaran upah tenaga kerja pada unit usaha. Dampak lanjutan adalah


(29)

pengeluaran tenaga kerja untuk kebutuhan konsumsinya (Vanhove 2005). Berikut adalah diagram mengenai dampak ekonomi wisata yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Sumber: Lindberg 1996 dalam Ekayani dan Nuva (2013)

Gambar 1 Dampak ekonomi wisata

Menurut Clement (1959) dalam Yoeti (2008) ketika wisatawan mengunjungi suatu tempat tujuan wisata, wisatawan tersebut pasti akan membelanjakan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan selama melakukan kunjungan. Uang yang dibelanjakan tersebut tidak berhenti beredar, tetapi berpindah dari satu tangan ke tangan lainnya selama periode tertentu. Hal inilah yang dinamakan efek penggandaan (multiplier effect).

Menurut Yoeti (2008), terdapat biaya yang dikeluarkan diluar lokasi wisata yang disebut dengan kebocoran (leakage). Semakin kecil kebocoran yang terjadi maka semakin baik perekonomian di suatu kawasan wisata. Sebaliknya semakin besar kebocoran yang terjadi maka semakin kecil dampak ekonomi yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar kawasan wisata.

Direct Impact Belanja Wisatawan

Sektor Wisata

Sektor Lainnya Kebocoran

(Imported Input)

Upah Tenaga Kerja

Induced Impact Indirect


(30)

2.6 Dampak Lingkungan dari Kegiatan Wisata

Kegiatan wisata tidak hanya memberikan dampak positif namun juga memberikan dampak negatif, terutama terhadap aspek lingkungan. Dampak lingkungan yang dapat terjadi menurut Yoeti (2008) adalah kerusakan sumber-sumber hayati yang menyebabkan hilangnya daya tarik suatu kawasan wisata, sampah yang dibuang sembarangan menimbulkan bau yang tidak sedap dan mengurangi nilai keindahan kawasan wisata, serta merusak ekosistem perairan. Dampak negatif terhadap lingkungan yang lainnya adalah peningkatan jumlah volume sampah, peningkatan polusi udara dan suara dari kendaraan wisatawan serta pencemaran air sungai akibat perilaku wisatawan yang kurang peduli terhadap lingkungan. Limbah wisata yang dibuang di sungai mengakibatkan lingkungan terkontaminasi, kesehatan masyarakat terganggu, perubahan dan kerusakan vegetasi air, serta nilai estetika perairan berkurang (Ekaningrum 2013). Menurut Ekaningrum 2013, adanya kegiatan wisata di pegunungan berpotensi merusak gunung dan hutan disekitarnya, ekosistem vegetasi menjadi terganggu dan tidak seimbang, serta terganggunya kehidupan satwa liar. Pembukaan jalur pendakian serta pendirian villa di kaki bukit merupakan beberapa contoh pembangunan yang berpotensi merusak gunung dan hutan disekitarnya. Akibatnya terjadi tanah longsor, erosi tanah, menipisnya vegetasi pegunungan, serta meningkatnya polusi udara dan bencana banjir (Ekaningrum 2013).

Salah satu dampak lingkungan dari kegiatan wisata adalah peningkatan jumlah sampah. Menurut Hadiwiyoto (1983), peningkatan jumlah volume sampah akan menimbulkan gangguan pencemaran, seperti pencemaran udara karena selama proses pembusukan dihasilkan gas-gas beracun, bau yang tidak sedap, daerah becek, dan berlumpur, sehingga menganggu pengunjung yang berwisata. Sampah yang dibuang ke sungai akan menimbulkan pencemaran air karena terkontaminasi dengan bahan kimia yang beracun sehingga kualitas air menurun. Sampah juga menyebabkan hambatan aliran air yang akan menjadi bencana banjir dan dapat menganggu kegiatan wisata. Secara estetika, sampah dapat digolongkan sebagai bahan yang merusak pemandangan dan menurunkan nilai keindahan kawasan wisata, sehingga jumlah wisatawan akan menurun. Hal tersebut terjadi


(31)

karena menurunnya kualitas dan estetika lingkungan di suatau kawasan wisata. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pengelolaan limbah wisata oleh pengelola dan pemerintah daerah untuk menjaga suatu kawasan wisata agar tetap berlanjut, sehingga memberikan manfaat yang lebih besar.

2.7 Pengelolaan Limbah Wisata

Seluruh aktivitas manusia tidak terlepas dari sampah. Apabila sampah dibiarkan dan tidak dikelola dapat menjadi ancaman bagi kelangsungan dan kelestarian kawasan wisata alam. Apabila sampah dikelola dengan baik, maka sampah tersebut memiliki nilai potensial, seperti penyediaan lapangan pekerjaan, peningkatan kualitas dan estetika lingkungan, serta pemanfaatan lain sebagai bahan pembuatan kompos (Dephut 2013). Menurut panduan Dephut (2013), tahapan pengelolaan sampah yang dapat dilakukan di kawasan wisata alam adalah:

a. Pencegahan dan Pengurangan Sampah dari Sumbernya

Kegiatan ini dimulai dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan sampah organik dan anorganik dengan menyediakan tempat sampah organik dan anorganik disetiap kawasan yang sering dikunjungi wisatawan.

b. Pemanfaatan Kembali

Kegiatan pemanfaatan sampah kembali, terdiri atas:

1) Pemanfaatan sampah organik, seperti composting (pengomposan). Sampah yang mudah membusuk dapat diubah menjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan fungsi kawasan wisata. 2) Pemanfaatan sampah anorganik, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang berbahan baku dari barang bekas atau kertas daur ulang. Pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum dalam kemasan.


(32)

c. Tempat Pembuangan Sampah Akhir

Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari kegiatan composting maupun pemanfaatan sampah anorganik dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, setelah sampah diangkut dari Tempat Penampungan Sementara (TPS), sampah akan diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, atau tempat pengolahan sampah terpadu. Tempat pengolahan sampah dilakukan dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) yaitu tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang sampah. Dephut (2013) mengatakan bahwa dengan pengelolaan sampah yang baik akan menghasilkan sisa sampah akhir yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan lagi hanya sebesar 10%. Hal tersebut dapat menurunkan biaya pengangkutan sampah bagi pengelola kawasan wisata alam, mengurangi luasan kebutuhan tempat untuk lokasi TPS, serta memperkecil permasalahan akibat sampah.

Pengelolaan limbah wisata yang baik, sudah diterapkan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) agar bisa diterapkan untuk pengelolaan limbah yang ideal untuk wisata alam pegunungan. Adapun upaya yang dilakukan oleh Balai Besar TNGGP untuk meminimalkan sampah akibat kegiatan wisata, yaitu penetapan petunjuk teknis pendakian TNGGP, penetapan kuota, pengisian form barang bawaan atau sampah, pernyataan sampah dibawa turun kembali, larangan membawa limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), penyuluhan kebersihan, aksi bersih pendaki, memperbanyak papan informasi atau larangan, pengelolaan sampah seperti lubang berpindah, pemilahan sampah 3R (reduce, reuse, recycle), serta pengecekan kualitas air dan udara (TNGGP 2013). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk menghindari terjadi penumpukan sampah di area pendakian yang dapat merusak lingkungan dan keindahan wisata alam.


(33)

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi, dampak lingkungan, serta pengelolaan limbah wisata termasuk penelitian sosial ekonomi dan lingkungan. Meskipun penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi serta dampak lingkungan telah banyak dikaji pada beberapa kawasan wisata, akan tetapi penelitian mengenai hal tersebut merupakan sesuatu yang berbeda, baru, dan belum pernah dilakukan di wisata alam Gunung Dempo. Beberapa hasil dari penelitian tersebut dijadikan referensi pada penelitian ini. Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi serta dampak lingkungan suatu kawasan wisata telah dilakukan oleh Budiarti (2013) dan Nurfiana (2013). Penelitian mengenai pengelolaan limbah di kawasan wisata telah dilakukan oleh Elyazar et. al. (2007).

Hal yang berbeda dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah selain melihat nilai dan dampak ekonomi dari kegiatan wisata, penelitian ini juga mengestimasi dampak lingkungan khususnya limbah wisata serta menganalisis pengelolaan limbah wisata yang dilakukan oleh pengelola Gunung Dempo. Limbah wisata yang tidak dikelola dengan baik, akan mengancam keberlanjutan wisata sehingga nilai dan manfaat ekonomi yang dirasakan masayarakat akan hilang. Hasil dari penelitian terdahulu mengenai nilai dan dampak ekonomi, dampak lingkungan, serta pengelolaan limbah dapat dilihat pada Tabel 2.


(34)

Tabel 2 Penelitian mengenai nilai dan dampak ekonomi, dampak lingkungan, serta pengelolaan limbah

No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Budiarti Nilai dan

Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Wisata Situs Megalitik Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat

Nilai ekonomi dari Situs Megalitik Gunung Padang adalah sebesar Rp 1 626 388 953. Hal tersebut menunjukkan bahwa Situs Megalitik Gunung Padang mempunyai manfaat intangible sebagai penghasil jasa wisata. Nilai Keynesian Income Multiplier sebesar 0.58, nilai Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 1.38, dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1.63. Nilai tersebut menunjukkan bahwa wisata Situs Megalitik Gunung Padang mampu memberikan dampak terhadap perekonomian lokal.

2 Nurfiana Analisis Dampak Ekonomi dan Lingkungan Kegiatan Wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu,

Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah

Terhadap Masyarakat Sekitar

Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha yaitu sebesar 60.5%. Dampak ekonomi tidak langsung yang dirasakan berupa upah tenaga kerja sekitar objek wisata yaitu sebesar 2.72%, pembelian input bahan baku sebesar 35%, dan transportasi lokal sebesar 1.1%, serta dampak ekonomi lanjutan sebesar 58.1%. Dampak lingkungan dari kegiatan wisata menurut persepsi responden belum terlihat adanya dampak negatif. 78% memberikan penilaian baik terhadap kebersihan lingkungan, 77.0% memberikan penilaian sangat baik terhadap kualitas udara, 71.7% memberikan penilaian baik terhadap kualitas air, dan 99.5% tidak merasa terganggu terhadap tingkat kebisingan.

3 Elyazar, Mahendra, dan Wardi Dampak Aktivitas Masyarakat Terhadap Tingkat Pencemaran Laut di Pantai Kuta Kabupaten Badung serta Upaya

Pelestarian Lingkungan

Berbagai aktivitas masyarakat seperti kegiatan wisata di Pantai Kuta menghasilkan limbah. Apabila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan pencemaran bahkan kerusakan lingkungan. Pengelolaan limbah yang sudah dilakukan oleh sektor wisata (hotel, restaurant, perdagangan, dan jasa) di Pantai Kuta adalah pengumpulan dan pengangkutan sampah, menyediakan tempat sampah organik dan anorganik, penanaman dan pemeliharaan terumbu karang, serta penghijauan di tepi pantai. Upaya pengelolaan limbah tersebut belum optimal sehingga perlu upaya kelestarian yang lebih baik lagi yaitu penanganan sampah dengan metode 3R (reduce,reuse,recycle), melakukan audit lingkungan, meningkatkan pengawasan terhadap sumber pencemar, peningkatan penghijauan, melakukan koordinasi antar daerah terkait pengelolaan limbah, pemberian sanksi bagi yang merusak lingkungan, serta peningkatan kesadaran masyarakat agar peduli lingkungan melalui penyuluhan kebersihan. Upaya tersebut dapat dilakukan untuk mepertahankan kelestarian kawasan Pantai Kuta.


(35)

III KERANGKA PEMIKIRAN

Wisata Alam Gunung Dempo merupakan wisata alam yang terletak di Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan. Wisata alam ini menawarkan keindahan sumberdaya alam dan lingkungannya sehingga menjadi daya tarik wisatawan untuk mengunjungi wisata alam tersebut. Banyaknya wisatawan yang mengunjungi Gunung Dempo, memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar Gunung Dempo dan Pemerintah Daerah Pagar Alam. Manfaat ekonomi dari kegiatan wisata yang dirasakan masyarakat adalah peningkatan pendapatan, kesempatan kerja, dan peluang usaha. Adanya kegiatan ekonomi di Gunung Dempo dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar, sehingga keberadaan wisata alam Gunung Dempo perlu dipertahankan dan manfaat ekonomi juga dipertahankan. Oleh karena itu, perlu diketahui nilai ekonomi dan manfaat kegiatan wisata alam Gunung Dempo bagi perekonomian masyarakat.

Menurut Fauzi (2014), metode biaya perjalanan sebagai pengeluaran aktual pengunjung dapat digunakan dalam menilai suatu kawasan wisata. Metode tersebut juga digunakan untuk mengetahui nilai surplus konsumen pengunjung. Pengunjung yang berwisata ke Gunung Dempo akan membelanjakan uangnya di kawasan wisata. Aliran uang dari pembelanjaan pengunjung tersebut memiliki dampak ekonomi terhadap unit usaha dan tenaga kerja lokal. Aliran uang yang ada akan menimbulkan dampak pengganda (multiplier effect) bagi perekonomian masyarakat lokal (Clement 1959 dalam Yoeti 2008).

Selain memberikan manfaat terhadap perekonomian masyarakat, perkembangan wisata alam dapat mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan bahkan merusak sumberdaya alam dan lingkungan yang ada. Salah satu potensi penyebabnya adalah limbah wisata yang dihasilkan. Jika limbah tersebut tidak dikelola dengan baik, akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan bahkan kerusakan lingkungan, sehingga jumlah kunjungan wisata akan menurun. Hal ini dikarenakan menurunnya daya tarik wisata. Sama halnya dengan wisata alam Gunung Dempo yang akan mengalami penurunan kualitas lingkungan, sehingga akan menghilangkan manfaat ekonomi bagi perekonomian lokal. Oleh karena itu, perlu dikaji dampak lingkungan yang terjadi di wisata alam Gunung Dempo.


(36)

Penelitian ini juga ingin mengetahui pengelolaan limbah wisata yang dilakukan oleh pengelola Gunung Dempo yang diharapkan dapat dijadikan dasar kebijakan pengelolaan wisata yang berkelanjutan. Alur kerangka pemikiran penelitian ini dapat disederhanakan pada Gambar 2.

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian Dampak

ekonomi

Pengelolaan Wisata Alam Gunung Dempo yang Berkelanjutan Nilai ekonomi Travel Cost Method Analisis Regresi Linier Berganda Nilai ekonomi wisata Pengelolaan limbah wisata

Direct Indirect Induced

Nilai dampak ekonomi wisata Keynesian Income Multiplier Analisis deskriptif Sistem pengelolaan limbah wisata Analisis deskriptif Persepsi terhadap kebersihan dan polusi lingkungan dari kegiatan wisata Estimasi Volume limbah Dampak lingkungan Wisata alam Gunung Dempo

Banyaknya jumlah kunjungan di wisata alam Gunung Dempo

Dampak Positif Dampak Negatif

Ekonomi Masyarakat

Limbah Wisata


(37)

IV METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan di objek wisata alam Gunung Dempo yang terletak di Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Gunung Dempo memiliki keindahan sumberdaya alam dan lingkungan yang khas serta sudah dikembangkan sebagai tujuan ekowisata. Gunung Dempo merupakan wisata terpenting di Kota Pagar Alam, sehingga Gunung Dempo memiliki nilai ekonomi wisata yang perlu dipertahankan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014. Berikut adalah peta lokasi penelitian objek wisata alam Gunung Dempo yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Lokasi penelitian wisata alam Gunung Dempo

4.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang diolah secara kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara kepada responden dengan menggunakan kuisioner. Data primer terdiri dari pengeluaran wisatawan, pendapatan dan pengeluaran unit usaha, pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja lokal, jumlah limbah wisata yang

Lokasi Penelitian


(38)

dihasilkan per hari di Gunung Dempo dan Kecamatan Pagar Alam Selatan, biaya pengelolaan limbah, pengelolaan limbah wisata alam Gunung Dempo oleh pengelola, serta penerimaan pengelola wisata dari kegiatan wisata. Data sekunder meliputi keadaan umum wisata alam Gunung Dempo, data jumlah kunjungan ke wisata alam Gunung Dempo yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pagar Alam, serta data luas wilayah Kecamatan Pagar Alam Selatan yang diperoleh dari BPS Pagar Alam. Data sekunder juga meliputi studi pustaka yang diperoleh dari buku referensi, penelitian-penelitian terdahulu yang terkait, dan internet.

4.3 Metode Pengambilan Contoh

Metode pengambilan contoh untuk pengunjung dan tenaga kerja lokal dilakukan dengan metode non-probability sampling, yaitu metode pengambilan contoh dimana semua objek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden (Juanda 2007). Responden pengunjung dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana responden dipilih sengaja berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan. Kriteria dari responden pengunjung dapat dilihat berdasarkan keterwakilan demografi, daerah asal pengunjung, dan cara kedatangan. Jumlah responden pengunjung yang digunakan dalam penelitian ini adalah 100 responden.

Metode pengambilan data dari responden unit usaha dilakukan dengan cara sensus terhadap semua populasi. Sedangkan pengambilan contoh tenaga kerja dilakukan dengan teknik purposive sampling, dimana tenaga kerja yang dipilih dapat mewakili setiap tipe dan karakteristik di setiap unit usaha. Responden untuk unit usaha ada sebanyak 25 unit usaha. Responden untuk tenaga kerja lokal dipilih sebanyak 34 tenaga kerja yang bekerja di sekitar wisata alam Gunung Dempo.

4.4 Metode Analisis Data

Metode analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Travel Cost Method (TCM), multiplier effect, dan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.


(39)

Tabel 3 menyajikan matriks keterkaitan antara sumber data dan metode analisis data untuk menjawab tujuan penelitian.

Tabel 3 Matriks metode analisis data Tujuan

Penelitian Jenis Data yang Diperlukan Sumber Data

Metode Analisis Data Nilai ekonomi

wisata alam Gunung Dempo

- Data jumlah kunjungan wisata alam selama satu tahun terakhir

- Biaya perjalanan

Data dari pengelola dan wawancara dengan pengunjung

Travel Cost Method Dampak

ekonomi dan lingkungan wisata alam Gunung Dempo

- Biaya perjalanan pengunjung - Pendapatan dan pengeluaran unit

usaha dan tenaga kerja lokal - Kualitas lingkungan, upaya pengelolaan limbah, perilaku pengunjung ketika tidak ditemukan sampah, dan kecukupan tempat sampah

Wawancara kepada pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal, dan pengelola wisata alam Gunung Dempo Keynesian Multiplier Analisis deskriptif kualitatif Pengelolaan limbah wisata alam Gunung Dempo

- Estimasi limbah wisata yang dihasilkan

- Kondisi pengelolaan limbah di Gunung Dempo saat ini

- Estimasi biaya pengelolaan limbah - Manajemen limbah wisata yang

sebaiknya dilakukan di Gunung Dempo

- Estimasi penerimaan pengelola dari kegiata wisata

Wawancara kepada pengelola wisata, Disbudpar, dan Dinas Kebersihan Pagar Alam Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif

4.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Wisata dan Valuasi Ekonomi Wisata

Nilai ekonomi wisata alam Gunung Dempo diestimasi dengan menggunakan metode biaya perjalanan (travel cost method). Menurut Fauzi (2010), nilai ekonomi wisata dapat diperoleh dengan membentuk fungsi permintaan terlebih dahulu. Fungsi permintaan diestimasi dengan pendekatan Individual Travel Cost Method (ITCM). Metode yang digunakan dalam pengolahan data adalah metode regresi linear berganda. Adapun fungsi kunjungan wisata tiap individu per tahun adalah sebagai berikut:

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 +e ...(1)

Keterangan:

Y = Jumlah kali kunjungan/tahun ke Gunung Dempo (Kali) X1 = Biaya perjalanan individu ke Gunung Dempo (Rp) X2 = Pendapatan total (Rp)


(40)

X4 = Jarak tempuh ke wisata alam Gunung Dempo (Km) X5 = Lama mengetahui objek wisata (Tahun)

X6 = Jumlah tanggungan keluarga (Orang) X7 = Lama pendidikan (Tahun)

X8 = Waktu yang dihabiskan di kawasan wisata (Jam) e = error term

Hipotesis dari model regresi linear berganda jumlah kunjungan wisatawan adalah sebgai berikut:

1. Biaya perjalanan (X1) akan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan. Semakin besar biaya perjalanan, maka jumlah kunjungan akan semakin menurun. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa apabila harga semakin meningkat, maka konsusmen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya.

2. Pendapatan responden (X2) akan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, maka jumlah kunjungan akan semakin meningkat. Seseorang yang berpendapatan lebih tinggi akan lebih sering melakukan kegitan wisata dibandingkan seseorang yang berpendapatan rendah.

3. Usia (X3) akan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan, karena wisata di Gunung Dempo merupakan wisata fisik yang biasanya sulit untuk seseorang yang lanjut usia.

4. Jarak tempuh ke wisata alam Gunung Dempo (X4) akan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan. Semakin jauh jarak tempat tinggal wisatawan ke lokasi wisata, maka jumlah kunjungan akan semakin menurun. Hal tersebut karena jika seseorang bertempat tinggal jauh dari lokasi wisata, maka ia akan mengeluarkan biaya perjalanan yang lebih besar sehingga wisatawan mengurangi frekuensi kunjungannnya.

5. Lama mengetahui keberadaan wisata alam Gunung Dempo (X5) akan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan. Semakin lama wisatawan mengetahui keberadaan kawasan wisata, maka jumlah kunjungan akan semakin meningkat.


(41)

6. Jumlah tanggungan keluarga (X6) akan berpengaruh negatif terhadap jumlah kunjungan. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga, maka jumlah kunjungan akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan, jika jumlah tanggungan semakin besar maka wisatawan akan semakin besar dalam mengeluarkan biaya perjalanan.

7. Lama pendidikan (X7) akan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan. Semakin lama pendidikan wisatawan, maka jumlah kunjungan akan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan semakin lama waktu belajar wisatawan sehingga membutuhkan lebih banyak waktu liburan diluar dari rutinitas keseharian.

8. Waktu yang dihabiskan di lokasi wisata (X8) akan berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan. Semakin lama wisatawan menghabiskan waktunya di lokasi wisata, maka jumlah kunjungan di kawasan wisata akan semakin meningkat.

Uji parameter perlu dilakukan dalam analisis regresi linear berganda untuk mengetahui apakah fungsi permintaan tersebut layak atau tidak. Uji parameter tersebut antara lain adalah:

1. Uji R2

Menurut Gujarati (2007), koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kecocokan dan kesesuaian dari suatu garis regresi. Secara verbal, R2 mengukur bagian atau persentase total variasi Y yang dijelaskan oleh model regresi.

2. Uji Statistik F

Menurut Juanda (2009), uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang digunakan dalam model secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

3. Uji t

Menurut Juanda (2009), uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang digunakan satu per satu berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya variabel dependen.


(42)

4. Uji Normalitas

Menurut Gujarati (2007), uji normalitas digunakan untuk mengetahui data menyebar normal secara statistik. Model regresi linear pada uji normalitas ini harus memenuhi asumsi bahwa faktor kesalahan mempunyai nilai rata-rata sebesar nol dan dinotasikan dengan ei~ N(0, σ2).

5. Uji Heteroskedastisitas

Heterokedastisitas berarti varians variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Model persamaan yang diperoleh dari suatu penelitian terkadang mengalami masalah heteroskedastisitas. Konsekuensi dari heteroskedastisitas salah satunya yaitu penduga OLS tidak lagi efisien (Gujarati 2007). Heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat pola titik-titik variabel bebas pada grafik regresi, apabila sebaran titik-titik tidak mengumpul pada satu titik maka dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.

6. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas muncul jika dua atau lebih peubah bebas berkorelasi tinggi antara peubah satu dengan yang lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas, maka dapat dilihat dari output komputer, dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 10 maka dapat dikatakan terdapat multikolinearitas dalam model (Juanda 2009). 7. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan pengujian terhadap model regresi linear untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar nilai sisaan (error). Cara mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan pegujian Durbin Watson (DW) (Gujarati 2007).

Menurut Fauzi (2014) biaya perjalanan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pengunjung dalam satu kali perjalanan wisata meliputi biaya transportasi, biaya tiket masuk wisata, pengeluaran ditempat rekreasi (biaya konsumsi, biaya dokumentasi, dan biaya untuk keperluan lainnya). Rumus perhitungan biaya perjalanan, yaitu :


(43)

BP = TR + TM + KR + DC + LL...(2) Keterangan:

BP = Biaya perjalanan rata-rata (Rp per orang per hari) TR = Biaya transportasi (Rp per orang per hari)

TM = Biaya tiket masuk (Rp per orang per hari)

KR = Biaya konsumsi selama berwisata (Rp per orang per hari) DC = Biaya dokumentasi (Rp)

LL = Biaya lain-lain (Rp)

Koefisien variabel biaya perjalanan diperoleh dari hasil regresi antara variabel jumlah kali kunjungan ke Gunung Dempo dengan variabel biaya perjalanan. Analisis regresi diformulasikan sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 ...(3)

Keterangan:

Y = Jumlah kali kunjungan ke Gunung Dempo satu tahun terakhir (Kali) X1 = Biaya perjalanan individu (Rp)

Nilai surplus konsumen digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi dari wisata alam Gunung Dempo. Surplus konsumen dapat diukur melalui formula (Fauzi 2010):

SK = N2 ...(4) 2b1

Keterangan:

SK = Surplus konsumen (Rp per orang)

N = Jumlah kunjungan yang dilakukan oleh individu i (Orang) b1 = Koefisien dari variabel biaya perjalanan

Nilai ekonomi wisata alam Gunung Dempo merupakan total surplus konsumen pengunjung dalam suatu periode waktu. Nilai ekonomi wisata alam Gunung Dempo diperoleh dengan menggunakan rumus berikut :

NE = SK x JP ...(5) Keterangan:

NE = Nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun (Rp)

SK = Surplus konsumen pengunjung per individu per kunjungan (Rp per orang) JP = Total jumlah pengunjung dalam satu tahun (Orang)


(44)

4.4.2 Analisis Dampak Ekonomi Wisata

Keberadaan wisata alam Gunung Dempo menimbulkan dampak positif berupa dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitarnya. Ukuran yang sering digunakan untuk mengukur dampak dari pengeluaran wisatawan terhadap perekonomian lokal adalah multiplier effect. Wisatawan dapat membelanjakan uangnya di dalam maupun diluar kawasan wisata. Pengeluaran wisatawan di dalam kawasan wisata akan menjadi pendapatan unit usaha lokal. Unit usaha lokal tersebut akan menyerap tenaga kerja lokal sehingga akan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Sedangkan pengeluaran wisatawan di luar kawasan wisata dinamakan kebocoran (leakage).

Aliran sejumlah uang dari pengeluaran wisatawan di kawasan wisata akan memberikan dampak terhadap perekonomian lokal berupa dampak langsung (direct effect), tidak langsung (indirect effect), dan lanjutan (induced effect) (Vanhove 2005). Ketiga dampak ekonomi tersebut diperoleh dari:

- Dampak Langsung (D) : Pendapatan bersih yang diterima unit usaha. - Dampak Tidak Langsung (N) : Pendapatan tenaga kerja dan biaya

operasional unit usaha di lokasi wisata. - Dampak Lanjutan (U) : Pengeluaran tenaga kerja di sekitar lokasi

wisata untuk kebutuhan sehari-harinya. Pengeluaran wisatawan di dalam kawasan wisata seperti pengeluaran untuk penginapan, konsumsi, dan transportasi lokal akan menjadi pendapatan unit usaha lokal yang disebut dampak langsung. Unit usaha yang menerima manfaat langsung tersebut akan membutuhkan input (bahan baku dan tenaga kerja) dari sektor lain dan hal ini menimbulkan dampak tidak langsung. Apabila suatu sektor wisata mempunyai tenaga kerja lokal, pengeluaran dari tenaga kerja lokal tersebut akan menimbulkan manfaat lanjutan di suatu lokasi wisata.

Marine Ecotourism for Atlantic Area (META) (2001) menyatakan bahwa terdapat dua tipe pengganda dalam mengukur dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat lokal, yaitu :

1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran wisatawan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan masyarakat lokal.


(45)

2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan berdampak terhadap perekonomian lokal. Metode ini mengukur dampak tidak langsung dan dampak lanjutan. Secara sistematis, kedua metode tersebut dirumuskan: Keynesian Local Income Multiplier = D+N+U ...(6)

E

Ratio Income Multiplier Tipe I = D+N ...(7)

D

Ratio Income Multiplier Tipe II = D+N+U ...(8) D

Keterangan:

E = Tambahan pengeluaran wisatawan (Rp)

D = Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp) N = Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rp) U = Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp)

Adapun perhitungan untuk memperoleh pendapatan pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja lokal, yaitu (Mustikawati dan Purnastuti 2007):

Total pendapatan (K) = Total penerimaan(A) - Total pengeluaran(B)...(9) Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe I, Ratio Income Multiplier Tipe II, memiliki kriteria sebagai berikut (META 2001):

1. Apabila nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol (≤ 0), maka lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisata.

2. Apabila nilai tersebut lebih besar dari nol dan kurang dari satu (0 < x < 1), maka lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah.

3. Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1), maka lokasi tempat wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisata.

4.4.3 Dampak Lingkungan Wisata

Dampak lingkungan yang ditimbulkan di wisata alam Gunung Dempo dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Wawancara dilakukan


(46)

kepada pengunjung di kawasan Gunung Dempo untuk mengetahui kualitas lingkungan yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan wisata. Indikator yang dinilai yaitu tingkat kebersihan, kualitas udara, kualitas air, dan upaya pengelolaan limbah wisata.

Responden diminta untuk memilih satu dalam lima tingkat penilaian. Skala tingkat penilaian merupakan skala likert, yaitu jenis skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi sesorang, atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono 2012). Terdapat lima skala yang dipilih responden dimana tingkat pertama merupakan penilaian terendah dan tingkat kelima merupakan penilaian tertinggi (Sugiono 2012). Cara mendapatkan persepsi kualitas lingkungan ini adalah responden memilih kartu dengan angka yang sesuai dengan persepsi mereka terhadap variabel kualitas lingkungan yang ditanyakan. Tabel 4 akan menjelaskan lima tingkat penilaian kualitas lingkungan.

Tabel 4 Tingkat penilaian kualitas lingkungan di wisata alam Gunung Dempo Tingkat Kebersihan Kualitas Udara Kualitas Air Upaya Pengelolaan

Limbah 1 Sangat Buruk Sangat Buruk Sangat Buruk Sangat Buruk

2 Buruk Buruk Buruk Buruk

3 Sedang Sedang Sedang Sedang

4 Baik Baik Baik Baik

5 Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik

Selain persepsi terhadap kualitas lingkungan di sekitar kawasan Gunung Dempo, diperlukan juga penilaian terhadap perilaku pengunjung ketika tidak ditemukan tempat sampah dan persepsi pengunjung terhadap kecukupan tempat sampah di kawasan wisata Gunung Dempo yang akan dijelaskan pada Tabel 5. Tabel 5 Perilaku pengunjung ketika tidak ditemukan tempat sampah dan

persepsi kecukupan tempat sampah

Keterangan Penilaian Perilaku pengunjung

ketika tidak ditemukan tempat sampah

Dibuang Disimpan

Sampah dibuang sembarangan Sampah disimpan dan dibuang saat ada tempat sampah

Kecukupan tempat sampah

Cukup Tidak Cukup Tempat sampah tersedia dan

mencukupi

Tempat sampah yang tersedia hanya sedikit dan tidak mencukupi


(47)

4.4.4 Pengelolaan Limbah Wisata

Salah satu dampak negatif dari kegiatan wisata adalah limbah wisata yang dihasilkan (Yoeti 2008). Limbah wisata yang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan estimasi limbah wisata yang dihasilkan dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif untuk melihat sejauh mana dampak lingkungan berupa dampak sampah dari kegiatan wisata. Pendekatan yang bisa digunakan untuk menghitung limbah wisata, yaitu melalui pengelola wisata. Pendekatan ini digunakan untuk mencari informasi mengenai jumlah sampah yang dihasilkan per hari kerja (low season) dan hari libur (peak season). Adapun formulasi yang dapat digunakan untuk mencari total limbah wisata per tahun, yaitu:

Total Limbah Wisata per tahun = (Rata-rata sampah low season dan peak season x 364 hari) + Rata-rata sampah peak season khusus tahun baru

Jumlah limbah yang dihasilkan dari kegiatan wisata Gunung Dempo, dapat dibandingkan dengan jumlah limbah yang dihasilkan di Kecamatan Pagar Alam Selatan. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah jumlah limbah yang dihasilkan dari kegiatan wisata memiliki kontribusi yang besar terhadap total limbah wisata yang dihasilkan di Kecamatan Pagar Alam Selatan. Apabila jumlah limbah tersebut cukup besar, maka diperlukan upaya pengelolaan limbah yang baik agar kelestarian alam Gunung Dempo tetap terjaga.

Analisis mengenai kondisi pengelolaan limbah wisata oleh pengelola wisata, pengunjung, pelaku usaha, dan stakeholder terkait diperlukan untuk mengetahui apakah pengelolaan limbah wisata alam Gunung Dempo sudah terealisasi dengan baik atau belum dengan membandingkan aturan yang terdapat pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.81 Tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, panduan Departemen Kehutanan mengenai pengelolaan sampah, serta sistem pengelolaan limbah yang sudah dilakukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Key person interview dilakukan sebagai alat wawancara untuk mengetahui sistem pengelolaan limbah yang sudah dilakukan di Gunung Dempo. Hal ini penting untuk diketahui agar kegiatan wisata alam Gunung Dempo dapat dijalankan


(48)

dengan berkelanjutan. Tabel 6 menjelaskan aturan dan kebijakan terhadap sampah, program mengenai sampah, serta alokasi biaya sampah oleh pengelola wisata.

Tabel 6 Aturan, kebijakan, program terkait sampah, serta alokasi biaya sampah No Indikator Keterangan

1 Aturan atau kebijakan terhadap sampah

Aturan yang mengatur pelaku usaha dan pengunjung mengenai limbah

2 Program terkait sampah

Program sampah yang dilakukan pihak yang terlibat serta siapa saja stakeholder yang berperan dalam pengelolaan limbah

3 Alokasi biaya

Biaya yang diperlukan untuk pengelolaan limbah Gunung Dempo serta biaya untuk mendukung program pengelolaan limbah wisata agar berjalan.


(49)

V GAMBARAN UMUM

5.1 Karakteristik Objek Wisata Alam Gunung Dempo

Kota Pagar Alam sesuai dengan namanya dikelilingi oleh Pegununungan Bukit Barisan dan yang tertinggi dari barisan tersebut adalah Gunung Dempo. Gunung dempo memiliki ketinggian 3 159 m dpl yang merupakan salah satu wisata alam yang berada di Kecamatan Pagar Alam Selatan, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan. Status kawasan hutan di Gunung Dempo adalah hutan lindung. Pengunjung yang datang ke lokasi wisata dapat melakukan aktivitas pendakian atau menikmati keindahan pemandangan. Pengelolaan kawasan wisata alam Gunung Dempo ini dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pagar Alam (Disbudpar 2013).

Wisata alam Gunung Dempo menawarkan keindahan sumberdaya alam dan lingkungannya. Selain dikelilingi oleh kebun teh seluas 1 500 Hektar milik PTPN VII dan dilengkapi tempat peristirahatan yang nyaman, juga terdapat wisata alam air terjun, wisata alam hutan bambu, wisata agro seperti perkebunan kopi dan perkebunan salak, wisata minat khusus seperti mountain bike, paralayang di Tugu Rimau, offroad di Hutan Bambu dan Keban Agung, arung jeram, serta outbound. Gunung Dempo juga menawarkan wisata buatan seperti objek wisata tangga 2001, objek wisata Tugu Rimau, dan wisata megalitikum berupa batu-batu peninggalan purba. Apabila berada di Puncak Dempo terdapat sebuah kawah yang menakjubkan dimana air kawah tersebut dapat berubah-ubah, kadang berwarna putih, biru, abu-abu, dan warna hijau. Hal lain yang menambah keindahan puncak Gunung Dempo adalah hamparan pohon “Panjang Umur” yang seolah ditata dan tersusun rapi (Disbudpar 2013). Berikut adalah penjelasan mengenai keindahan sumberdaya alam yang terdapat di wisata alam Gunung Dempo (Disbudpar 2013).

- Wisata alam Air Terjun

Terdapat tiga wisata alam air terjun di sekitar kawasan Gunung Dempo, yaitu Air Terjun Mangkok yang memiliki ketinggian 35 meter, Air Terjun Embun, dan Air Terjun Tujuh Kenangan yang memiliki ketinggian 50 meter. Akses untuk menuju lokasi ini mudah dan terdapat kios makanan serta toilet disekitar kawasan tersebut.


(50)

- Wisata alam Hutan Bambu

Wisata ini terletak di kawasan Gunung Dempo dan berjarak kurang lebih 500 meter dari Air Terjun Embun. Pengunjung bisa menikmati keindahan dan kesejukan dari hutan bambu yang lebat serta terdapat sumber mata air yang mengalir dengan jernihnya. Kawasan ini biasa digunakan sebagai areal outbound yang sudah dilengkapi dengan sarana permaianan seperti flying fox. Akses kawasan ini cukup mudah karena bisa diakses oleh kendaraan roda dua maupun roda empat.

- Wisata Agro

Wisata agro yang terdapat di kawasan Gunung Dempo adalah wisata perkebunan kopi dan salak. Kopi Pagar Alam sudah terkenal sampai ke mancanegara khususnya Eropa. Pengunjung dapat melihat secara langsung proses memetik buah kopi ataupun menikmati segelas kopi yang dihidangkan para petani pada saat berada di pondok mereka. Demikian pula halnya dengan wisata perkebunan salak, pengunjung dapat membeli atau memetik langsung buah salak yang akan dibeli. Salak di kaki Gunung Dempo ini merupakan varietas unggul salak pondoh yang sudah dikembangkan pemerintah Kota Pagar Alam. Saat ini salak sudah merupakan salah satu oleh-oleh khas Pagar Alam.

- Wisata Minat Khusus

Adapun wisata minat khusus yang dapat dilakukan di Gunung Dempo adalah Mountain Bike. Kegiatan ini dapat dilakukan di kawasan kebun teh Gunung Dempo dan memiliki jalur track internasional. Begitu pula dengan kegiatan Paralayang yang memiliki standar internasional dan pernah dipakai pada kegiatan PON XVI tahun 2004. Keindahan Kota Pagar Alam dapat dinikmati dengan melakukan kegiatan Paralayang. Kegiatan ini sudah dilengkapi dengan fasilitas kios makanan, toilet, dan mushola.


(51)

- Wisata Buatan

Wisata Tangga 2001 merupakan wisata buatan yang menawarkan keindahan pemandangan Gunung Dempo dari kejauhan serta keindahan kebun teh yang menghijau. Keindahan pemandangan serta udara segar yang diperoleh merupakan suatu pengalaman tersendiri yang tidak mungkin bisa didapatkan di tempat lain. Wisata buatan lainnya adalah wisata Tugu Rimau. Kawasan ini merupakan kawasan tertinggi di Gunung Dempo yang bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat. Pengunjung bisa menikmati keindahan kebun teh dan Kota Pagar Alam dari kejauhan. Kawasan rimau sudah merupakan kawasan hutan lindung Gunung Dempo.

Wisata alam Gunung Dempo merupakan salah satu objek wisata dengan tingkat kunjungan yang mengalami peningkatan tiga tahun terakhir ini (Tabel 1). Hal ini disebabkan oleh keindahan alam dan akses yang mudah dicapai dengan kondisi jalan yang baik. Bahkan jalan menuju batas pendakian pertama dapat dilalui oleh kendaraan seperti motor dan mobil. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pagar Alam No 09 Tahun 2011, harga tiket masuk kawasan wisata alam Gunung Dempo sebesar Rp 1 500 per orang. Wisata alam Gunung Dempo juga menyediakan lahan parkir yang cukup luas dengan harga tiket parkir Rp 3 000 per motor dan Rp 5 000 per mobil. Pengunjung yang datang umumnya menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor, namun ada juga beberapa pengunjung yang datang dengan menggunakan kendaraan umum. Objek wisata ini lebih ramai dikunjungi saat akhir pekan atau libur nasional terutama saat libur natal dan tahun baru.


(1)

77

Ket Res A C1 C2 C3 C4 C5 C6 B K

Toilet 1 780000 0 0 50000 70000 50000 0 170000 610000

Jumlah (8) 1 780000 0 0 50000 70000 50000 0 170000 610000

Rata-rata (8) 780000 0 0 50000 70000 50000 0 170000 610000

Total 1+2+3+4+5+6+7+8 177080000 52000000 22800000 12800000 5320000 4665000 8150000 97515000 79565000

Total rata-rata

1+2+3+4+5+6+7+8 127563333,33 48675000 9017361,11 12427777,78 3652777,78 1143333,33 8055555,56 82352222,22 45211111,11 Rata-rata total pengeluaran 18223333,33 6953571,43 1288194,44 1775396,83 521825,40 163333,33 1150793,65 11764603,17 6458730,16

Keterangan :

A : Total Penerimaan C1 : Upah karyawan C3 :Pemeliharaan alat dan tempat C5 : Transportasi lokal K : Total pendapatan

K : A-B

B : Total Pengeluaran C2 : Pembelian bahan baku C4 : Listrik

C6 : Retribusi

B : C1+C2+C3+C4+C5+C6


(2)

Lampiran 11 Rata-Rata Pendapatan Tenaga Kerja per Bulan (dalam Rupiah)

Pekerjaan Pendapatan Perbulan

(Rp)

Rata-Rata Pendapatan (Rp)

Penjaga Tiket 1000000

Penjaga Tiket 1000000

Penjaga Tiket 1000000

Penjaga Tiket 1000000

Penjaga Tiket 1000000 1000000

Parkir 700000

Parkir 750000 725000

Petugas Kebersihan 1200000

Petugas Kebersihan 1200000

Petugas Kebersihan 1200000 1200000

Unit Usaha Rumah Makan 400000

Unit Usaha Rumah Makan 600000

Unit Usaha Rumah Makan 800000 600000

Unit Usaha Cenderamata 500000

Unit Usaha Cenderamata 400000

Unit Usaha Cenderamata 400000

Unit Usaha Cenderamata 400000

Unit Usaha Cenderamata 400000

Unit Usaha Cenderamata 400000 416666,67

Unit Usaha Penginapan (Manager) 2000000

Unit Usaha Penginapan (Accounting) 1500000

Unit Usaha Penginapan (Supervisor) 1500000

Unit Usaha Penginapan (Kitchen) 1500000

Unit Usaha Penginapan (Cook helper) 950000

Unit Usaha Penginapan (Cook helper) 700000

Unit Usaha Penginapan (Room boy) 850000

Unit Usaha Penginapan (Room boy) 700000

Unit Usaha Penginapan (Room boy) 650000

Unit Usaha Penginapan (tk kebun) 450000

Unit Usaha Penginapan (loundry ) 450000

Unit Usha Penginapan (Pelayan wanita) 500000

Unit Usaha Penginapan (Pelayan Lk) 500000

Unit Usaha Penginapan (Receptionist) 650000


(3)

Lampiran 12 Pengeluaran Tenaga Kerja (dalam Rupiah)

Tenaga Kerja Biaya Pangan/ Bulan (Rp) (a) Biaya Transportasi/ Bulan (Rp) (b)

Biaya Sekolah Anak/ Bulan (Rp) (c)

Biaya listrik/ Bulan (Rp) (d) TOTAL (Rp) (e=a+b+c+d)

Penjaga Tiket 450000 26000 0 75000 551000

Penjaga Tiket 300000 97500 0 0 397500

Penjaga Tiket 450000 100000 0 0 550000

Penjaga Tiket 400000 85000 0 70000 555000

Penjaga Tiket 400000 100000 0 0 500000

Rata-rata 400000 81700 0 29000 510700

Proporsi (%) 78,32 16,00 0,00 5,68 100,00

Parkir 450000 50000 150000 0 650000

Parkir 450000 40000 150000 70000 710000

Rata-rata 450000 45000 150000 35000 680000

Proporsi (%) 66,18 6,62 22,06 5,15 100,00

Petugas Kebersihan 500000 125000 200000 70000 895000

Petugas Kebersihan 450000 140000 250000 70000 910000

Petugas Kebersihan 470000 150000 0 85000 705000

Rata-rata 473333 138333,33 150000 75000 836666,7

Proporsi (%) 56,57 16,53 17,93 8,96 100,00

Unit Usaha Rumah Makan 300000 0 200000 0 500000

Unit Usaha Rumah Makan 350000 50000 0 75000 475000

Unit Usaha Rumah Makan 300000 70000 0 70000 440000

Rata-rata 316667 40000 66666,7 48333,3 471666,7

Proporsi (%) 67,14 8,48 14,13 10,35 100,00

Unit Usaha Cenderamata 300000 100000 0 70000 470000

Unit Usaha Cenderamata 400000 0 0 0 400000

Unit Usaha Cenderamata 350000 0 0 0 350000

Unit Usaha Cenderamata 300000 100000 0 75000 475000

Unit Usaha Cenderamata 300000 0 0 0 300000

Unit Usaha Cenderamata 300000 75000 0 70000 445000

Rata-rata 325000 45833,33 0 35833,30 406666,70

Proporsi (%) 79,92 11,27 0,00 8,81 100,00

Unit Usaha Penginapan (Manager) 750000 750000 0 150000 1650000

Unit Usaha Penginapan (Accounting) 750000 750000 0 120000 1620000

Unit Usaha Penginapan (Supervisor) 600000 300000 0 120000 1020000

Unit Usaha Penginapan (Kitchen) 600000 300000 300000 100000 1300000

Unit Usaha Penginapan (Cook helper) 500000 200000 250000 85000 1035000

Unit Usaha Penginapan (Cook helper) 500000 169000 0 85000 754000

Unit Usaha Penginapan (Room boy) 450000 200000 0 75000 725000

Unit Usaha Penginapan (Room boy) 450000 175000 0 70000 695000

Unit Usaha Penginapan (Room boy) 450000 169000 0 70000 689000

Unit Usaha Penginapan (tk kebun) 300000 0 0 0 300000

Unit Usaha Penginapan (loundry ) 300000 0 0 70000 370000

Unit Usha Penginapan (Pelayan

wanita) 450000 520000 0 70000 1040000

Unit Usaha Penginapan (Pelayan Lk) 450000 520000 0 70000 1040000

Unit Usaha Penginapan (Receptionist) 450000 520000 0 70000 1040000

Unit Usaha Penginapan(Pelayanan

aksesoris) 450000 520000 0 70000 1040000

Rata –rata 496667 339533,33 36666,7 81666,7 954533,3


(4)

Lampiran 13 Perhitungan Efek Pengganda

E

= Rp 410 182 923.4

D

= Rp 81 295 000

N

= Rp 100 646 683

U

= Rp 58 016 468

Total pengeluaran di lokasi (a)

= Rp 141 393.631= Rp 141 394 (Tabel 13)

Rata-rata total kunjungan per bulan (b) = Rata-rata kunjungan per tahun = 34 810

12

12

= 2 901

Total pengeluaran (E)

= a x b = Rp 410 182 923.4

Keynesian Income Multiplier

= D+N+U

= 0.5

E

Ratio Income Multiplier Tipe I

= D+N

= 2.2

D

Ratio Income Multiplier Tipe II

= D+N+U

= 2.9


(5)

Lampiran 14 Dokumentasi

1.

Keindahan Wisata Alam Gunung Dempo

Pemandangan Gunung Dempo

Kebun Teh di Gunung Dempo

2.

Unit Usaha dan Tenaga Kerja di Gunung Dempo

Unit Usaha Warung dan Pengunjung

Tenaga Kerja di Unit Usaha Penginapan

3.

Limbah Wisata Alam Gunung Dempo

Limbah Wisata Alam Gunung Dempo

Truk yang Mengangkut Limbah di Gunung

Dempo


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Palembang, Sumatera Selatan sebagai anak

pertama dari keluarga Muhammad Zakir dan Nurlena pada tanggal 25 Desember

1992. Pendidikan dasar penulis ditempuh di SD Muhammadiyah I Palembang,

kemudian dilanjutkan ke SMPN 19 Palembang. Setelah lulus, penulis melanjutkan

pendidikan di SMA Muhammadiyah 1 Palembang. Penulis ingin mendalami ilmu

terkait kelestarian lingkungan, sehingga mengambil studi di Departemen Ekonomi

Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor pada tahun 2010.

Selama menempuh pendidikan tinggi, penulis aktif dalam berbagai

organisasi. Penulis pernah tergabung dalam organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM)

Gentra Kaheman sebagai anggota Divisi Kajian Budaya serta aktif

diberbagai kepanitiaan yang diadakan oleh Himpunan Program Studi (Himpro)

Resource and Environmental Economics Students Association

(

REESA

) sebagai

staf Humas, staf Konsumsi, dan staf Acara serta aktif di kepanitiaan yang

diadakan oleh UKM Seni Sunda Gentra Kaheman sebagai Ketua Divisi

Konsumsi. Penulis juga pernah berpartisipasi dalam kegiatan sosial

kemasyarakatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan dibiayai DIKTI,

pementasan teater/drama, dan kegiatan pelestarian lingkungan. Saat ini, penulis

menjadi penerima beasiswa PPA sejak tahun 2012.