Feasibility Study and Strategy Development of “Kredit Usaha Rakyat” at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk)

(1)

DI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK

HERRY JUHAERI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Tugas Akhir saya yang berjudul:

KAJIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT

DI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK

Merupakan gagasan dan hasil penelitian laporan akhir saya sendiri, dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan rujukannya. Tugas akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain.

Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, 15 Agustus 2011

Herry Juhaeri P 054094105


(3)

Rakyat” at PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk). Supervised by H. MUSA HUBEIS, as Chairman and ANGGRAINI SUKMAWATI as a Member.

Small and Medium Enterprises Sector (SMEs) are considered to have contributed quite dominant in supporting economic growth in Indonesia, but the portion of credit to SMEs is still considered low, the average is 34.20% in the last three years. Especially for BNI KUR (Kredit Usaha Rakyat), per share of 9.86% in October 2010 when compared with other implementing banks. Related to the low absorptive capacity of SMEs to bank credit implies still many problems in the financing of SMEs who need to look for the threads. The purpose of this study is to analyze the behavior characteristics and SMEs as well as compliance with credit schemes/patterns of the most appropriate financing, analyzing the obstacles and constraints in the distribution of KUR BNI to the perpetrators of SMEs and to develop effective strategies to increase the share of BNI KUR.

Data was collected through questionnaires distributed to the debtor at some branches of KUR BNI debtor as many as 100 people in 10 (ten) cities in Indonesia by using the services of third parties. Sampling techniques used in research is purposive sampling methods, ie deliberately selecting the studied samples as a respondent. While the secondary data sourced from documents and literature relating to the distribution pattern of KUR. The method of analysis in this study were (1) Qualitative Descriptive Analysis, (2) Chi square (�2), 3)

Analysis of Strength, Weakness, Opportunity and Threat (SWOT), and (4) Boston Consulting Group (BCG) Matrix.

In accordance with characteristic and behaviors of SMEs are still experiencing limitations in administrative and managerial skills because the educational background that is still relatively low, the pattern of KUR is considered to be in accordance with SMEs. Until now the distribution of KUR BNI still encountering many obstacles, including lack of uniform understanding among relevant parties so that the impact on KUR absorption by SMEs. BNI specifically, the spotlight is still a lack of outlets so that the prospective debtor credit processors (especially in the area) is relatively difficult to reach the outlet of BNI. The other main obstacle is the lack of promotion of BNI in disseminating and promoting the officers in addition to processing credit KUR that still need to be added. The observations show that KUR accordance with SMEs is 84% and the states agree there is still a constraint of 79%. Both of these conditions is reinforced by Chi square test that produces a real level.

Based on the SWOT analysis, which is the strength (Strength) BNI KUR are (1) Corporate Image BNI position is strong, (2) Office Network BNI widespread and adequate capital support. The weakness (Weakness) is the lack of credit processing outlets, lack of promotion and lack of processing power KUR Credit. The opportunities (Opportunities) is a market share of financing KUR, the regional autonomy policy, and government policies towards SMEs. While that is a threat (threats) is a widespread BRI outlets to the country, local government support to the BPD and the aggressiveness of BPR. Based on the above conditions, then the IE matrix which refers to the total value amounting to 3.15 matris IFE and EFE matrix value of 3.21, the position of BNI KUR financing for SMEs lies in cell, is “growth”. Appropriate strategies to be applied to these cells is intensive strategies such as market_penetration

Key words: External and Internal Factors, Feasibility, People's Business Credit, Small and Medium Enterprises


(4)

Rakyat di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk . Dibimbing oleh H. Musa Hubeis sebagai Ketua dan Anggraini Sukmawati, sebagai Anggota.

Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) dinilai memiliki kontribusi cukup dominan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang tahun 2009, berkontribusi 53,32% dan sisanya ditunjang oleh sektor-sektor usaha besar. Dalam hal kredit, porsi kredit UKM dinilai masih rendah, dalam tahun 2006-2010, kredit Perbankan untuk sektor UMKM terhadap total kredit yang disalurkan adalah 34,20%, dengan sebagian besar lainnya berupa kredit untuk segmen korporasi. Khusus untuk BNI KUR (Kredit Usaha Rakyat), per Oktober 2010 pangsanya 9,86% bila dibandingkan dengan bank pelaksana lainnya. Untuk mampu bersaing dan mengoptimalkan pendapatan bunga dari sektor lending (pinjaman), bank dituntut mampu meningkatkan portofolio pinjaman, khususnya kredit mass product

seperti BNI KUR

Tujuan penelitian ini: (1) Menganalisa karakteristik dan perilaku UKM, serta kesesuaiannya dengan skim kredit/pola pembiayaan yang paling tepat; (2) Menganalisa hambatan dan kendala dalam penyaluran BNI KUR kepada para pelaku UKM; (3) Menyusun strategi efektif untuk meningkatkan pangsa BNI KUR.

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner kepada 100 orang debitur BNI KUR di beberapa cabang BNI di 10 (sepuluh) kota di Indonesia dengan menggunakan jasa pihak ketiga. Teknik pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian adalah metode purposive sampling. Metode ini digunakan dengan dasar pertimbangan responden menguasai permasalahan dan cukup mewakili aspirasi dari pihak-pihak yang terkait. Data sekunder bersumber dari dokumen dan literatur-literatur yang berkaitan dengan pola penyaluran KUR. Metode analisis dalam kajian ini adalah (1) Analisis Deskriptif Kualitatif,(2) Khi Kuadrat, 3) Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threat (SWOT). Dan (4) Matriks Boston Consulting Group (BCG).

Sesuai dengan karakteristik dan perilaku UKM yang masih mengalami keterbatasan dalam administrasi dan manajerial karena latar belakang pendidikan yang masih relatif rendah, pola KUR dinilai sudah sesuai dengan UKM. Sampai saat ini penyaluran BNI KUR masih menemui kendala, diantaranya belum adanya pemahaman yang merata diantara pihak terkait KUR sehingga berdampak pada daya serap KUR oleh UKM. Khusus BNI, yang menjadi sorotan adalah masih kurangnya outlet pemroses kredit sehingga calon Debitur (terutama di daerah) relatif kesulitan menjangkau outlet BNI. Kendala utama lainya adalah kurangnya promosi BNI dalam mensosialisasikan dan mempromosikan KUR disamping petugas pemroses kreditnya yang masih perlu ditambah. Hasil observasi menunjukan bahwa KUR sesuai dengan UKM adalah 84% dan yang menyatakan setuju masih ada kendala 79%. Kedua kondisi demikian diperkuat oleh uji Khi Kuadrat.

Berdasarkan analisa SWOT, yang menjadi kekuatan (Strength) BNI KUR adalah (1) Posisi Coorporate Image BNI yang kuat, (2) Jaringan Kantor BNI yang tersebar luas dan dukungan modal yang memadai. Yang menjadi kelemahan

(Weakness) adalah kurangnya outlet pemroses kredit, kurangnya promosi KUR dan kurangnya tenaga pemroses kredit. Yang menjadi peluang (Opportunities)

adalah pangsa pasar pembiayaan KUR, kebijakan otonomi daerah, dan kebijakan Pemerintah terhadap UKM. Sedangkan yang menjadi ancaman

(threats) adalah outlet BRI yang tersebar luas sampai pelosok, dukungan Pemda terhadap BPD dan agresivitas BPR. Berdasarkan kondisi diatas, maka matriks IE


(5)

(penetrasi pasar).

Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan penyaluran BNI KUR sesuai rekomendasi strategi penetrasi pasar dapat berupa: (1) Meningkatkan ekspansi kredit lebih intensif dan prudent melalui penambahan outlet pemroses kredit, meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM Perkreditan serta program promosi yang lebih terarah; (2) Perbaikan fitur BNI KUR berupa penerapan suku bunga bersaing dan jaminan yang lebih fleksibel; (3) Menjalin kemitraan dengan BPR-BPR serta melakukan studi banding kepada Bank pelaksana KUR lainnya; (4) Mengalokasi sumber daya yang ada berpedoman pada pemetaan pangsa pasar relatif hasil mariks BCG yaitu di daerah dengan kinerja penyaluran BNI KUR optimal dan berada di daerah dengan potensi bisnis prospektif.


(6)

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(7)

DI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK.

HERRY JUHAERI

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional pada

Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(8)

Nama Mahasiswa : HERRY JUHAERI Nomor Pokok : P054094105

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM. Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana,

Industri Kecil Menengah,

Prof. Dr. Ir.H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr


(9)

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tugas akhir yang berjudul Kajian Kelayakan dan strategi pengembangannya Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. berhasil diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil dan Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor .

Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof.Dr.Ir.H, Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan dorongan, bimbingan, dan pengarahan selama kegiatan kajian dan penulisan tugas akhir ini.

2. Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan tugas akhir ini.

3. Prof. Dr. W.H Limbong, M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan yang sangat berarti guna kesempurnaan tugas akhir ini.

4. Bapak Hairuddin Kaharu, SE, MM, sebagai Wakil Pemimpin Sentra Kedit Kecil BNI yang telah memberi masukan.

5. Seluruh staf Program Studi Industri Kecil dan Menengah pada Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor yang telah banyak membantu selama perkuliahan dan penyusunan tugas akhir.

6. Keluarga tercinta atas segala pengertian dan dukungan moril yang telah diberikan selama ini.

7. Teman-teman MPI angkatan 13 dan semua pihak, atas kerjasama dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Semoga kajian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan Usaha Kecil dan Menengah dan kemajuan Bank BNI. Saran dan kritik atas kajian ini sangat diharapkan guna penyempurnaan di masa mendatang.

Bogor, Agustus 2011

Penulis v


(10)

Penulis lahir di Indramayu pada tanggal 31 Mei 1974, sebagai anak ke lima dari lima bersaudara dari Bapak Dahyat (Alm) dan Ibu Anih. Pendidikan Sarjana ditempuh di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) YPKP Bandung pada Jurusan Manajemen Perbankan, lulus tahun 1997. Tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis menikah pada bulan Maret 2000 dengan Ervin Herdiani, SE dan dikaruniai 2 (dua) orang anak bernama Aldera Shidqi dan Athariq Razka. Penulis Bekerja di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sejak tahun 1997 sampai dengan sekarang menempati beberapa posisi, diantaranya analis kredit dan pengelola jaringan distribusi.


(11)

DAFTAR TABEL ………. x

DAFTAR GAMBAR ………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………...

B. Perumusan Masalah ……….

C. Tujuan ……….

1 5 5

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkereditan………...

B. Fungsi Kredit / Pembiayaan ……….. C. Kredit Usaha Rakyat (BNI KUR) ………..

D. Proses Penyaluran BNI KUR ………

E. Konsep SWOT dan Matriks BCG ………. F. Penelitian terdahulu yang relevan ……….

6 7 9 21 24 30

BAB III. METODE KAJIAN

A. Kerangka Pemikiran Kajian………...

B. Lokasi dan Jadwal Penelitian………

C. Pengumpulan Data………

D. Penglohana dan Analisa Data……….

32 33 33 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Perusahaan………

B. Hal-hal yang dikaji……….

1. Karakteristik UKM………

2. Perilaku UKM………..

3. Sistem Pembiayaan UKM………...

4. Analisa Khi Kuadrat……….

5. Analisa SWOT………...………..

6. Analisa Matrik IFE dan EFE ………...

7. Analisa Matriks BCG………..

44 47 47 49 50 58 61 62 66


(12)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………...

B. Saran………..

DAFTAR PUSTAKA………...

LAMPIRAN………

76 77 78 80


(13)

1. Realisasi penyaluran KUR bank pelaksana per 20 April 2010…………...

2. Daftar kota tempat responden ………

3. Matriks SWOT ………..

4. Faktor strategik eksternal ………

5. Faktor strategik internal ………

6. Matrik penilaian BNI KUR ………... 7. Matrik penilaian potensi bisnis regional ……… 8. Bobot kriteria penilaian BNI KUR ………. 9. Bobot kriteria penilaian potensi bisnis regional ……… 10. Hasil isian kuesioner mengenai penyaluran KUR……….. 11. Hasil isian kuesioner mengenai hambatan dalam penyaluran BNI

KUR………

12. Perhitungan Khi Kuadrat kesesuaian KUR dengan UKM………... 13. Perhitungan Khi Kuadrat kendala dalam penyaluran KUR Kepada

UKM... 14. Analisa faktor strategik internal... 15. Analisa faktor strategik eksternal...

16. Matriks SWOT BNI……….

17. Kabupaten/Kota Kuadran I Matriks BCG………. 18. Kabupaten/Kota Kuadran II Matriks BCG ……… 19. Kabupaten/Kota Kuadran III Matriks BCG ……….. 20. Kabupaten/Kota Kuadran IV Matriks BCG ……….

4 35 36 37 38 44 44 45 45 51

55 59 60 63 64 66 68 69 70 71


(14)

1. Chart perkembangan kredit perbankan dan UKM ……….…………. 2. Chart komposisi kredit BNI tahun 2010…..………...

3. Proses penyaluran BNI KUR………..

4. Konsep Matriks BCG ………

5. Kerangka pemikiran kajian………..

6. Konsep Matriks IE……….

7. BNI KUR dan potensi bisnis regional berdasarkan Matriks BCG ……...

8. Matriks IE BNI………

9. Hasil pemetaan dengan Matriks BCG………...

2 3 23 28 33 39 40 65 67


(15)

1. Kuesioner penelitian ……….……….…………. 2. Rating potensi bisnis regional …..………...

3. Rating kinerja penyaluran BNI KUR ………..

81 87 98


(16)

A. Latar Belakang

Daya saing bangsa dan negara ditunjukan oleh kemampuan perekonomian dalam menghasilkan barang dan jasa, di samping mampu bersaing di pasar di dalam dan di luar negeri. Untuk itu, agar proses kemajuan tersebut diraih, maka perlu diciptakan kesempatan bagi semua jenis kegiatan dan skala usaha dari para pelakunya, di antaranya pemberdayaan usaha kecil dan pembentukan/pemupukan wirausahawan dalam meningkatkan produktivitas usahanya bagi pertumbuhan ekonomi atau pembentukan modal yang memberi manfaat bagi orang banyak.

(Hubeis, 2009)

Secara umum sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) dinilai memiliki kontribusi cukup dominan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia, salah satu alasan dan yang menjadi kelebihannya adalah, sektor UKM mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan/padat karya (lapangan usaha dan lapangan kerja) berorientasi ekspor dan substitusi impor (perkokoh struktur industri dan perolehan devisa). Kontribusi UKM terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) yang menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang tahun 2009, berkontribusi 53,32% dan sisanya ditunjang oleh sektor-sektor usaha besar.

Kondisi demikian menyiratkan terdapat potensi besar atas kekuatan domestik, jika dikelola dan dikembangkan dengan baik, maka UKM akan dapat tumbuh dan menjadi usaha menengah yang tangguh. Di sisi yang lain, UKM masih dihadapkan pada masalah mendasar (Hubeis, 2009)

seperti :

1. Masih sulitnya akses ke pasar untuk produk-produk yang dihasilkan pelaku UKM.

2. Masih lemahnya SDM dalam kewirausahaan dan manajerial.

3. Keterbatasan keuangan dan akses terhadap sumber-sumber pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan formal, khususnya dari perbankan.


(17)

Sejalan dengan semakin kondusifnya perubahan paradigma perbankan dalam memandang UKM dalam beberapa tahun terakhir, maka terlihat adanya kecenderungan perubahan perilaku bisnis perbankan yang lebih mengarah pada segmen UKM. Kondisi ini sangat berbeda dengan era masa lalu, dimana orientasi penyaluran kredit perbankan terlalu dipusatkan pada korporasi atau usaha besar yang dianggap lebih memberikan keuntungan lebih besar secara ekonomis.

Namun demikian, tetap saja porsi kredit untuk UKM dinilai masih rendah. Dalam tahun 2006 – 2010, rataan pangsa kredit UKM 34,20%, terhadap total kredit Perbankan yang disalurkan, sebagian besar berupa kredit untuk segmen besar atau korporasi (Gambar 1).

Keterangan : Tidak Termasuk Kredit Konsumtif (dalam Milyar Rupiah)

(

Bank Indonesia, 2011)

Gambar 1. Perkembangan kredit perbankan dan kredit UMKM

Tugas pokok suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat yang memerlukannya, khususnya kredit sebagai sumber pendapatan paling diandalkan. Dengan pendapatan tersebut, bank dapat menutup berbagai biaya, baik biaya operasional maupun non operasional dalam tahun akuntansi bersangkutan (Reksoprayitno, 1992). Terkait masih rendahnya daya serap UKM terhadap kredit perbankan menyiratkan masih banyaknya

565,958 719,458

940,572 1.000,94

1.228,73

208,265 249,343

301,651

343,026

437,808

2006 2007 2008 2009 2010

TOTAL KRD KREDIT UMKM

36,80%

34,66%

32,07%

34,27%

35,63%


(18)

permasalahan dalam pembiayaan UKM yang perlu dicarikan benang merahnya.

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, sebagai salah satu Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu institusi perbankan yang mempunyai keseriusan dalam membantu pemerintah dalam memberdayakan usaha kecil sekaligus untuk meningkatkan porsi kredit BNI untuk segmen UKM. Pada Desember 2007, penyaluran kredit kecil BNI mencapai Rp 17,7 triliun dan pada Desember 2010 mencapai Rp 29,32 triliun, dengan porsi 21% dari total kredit yang disalurkan (Gambar 2).

(dalam milyar rupiah)

Gambar 2. Komposisi kredit BNI tahun 2010 ( BNI, 2011)

Dalam menyalurkan kredit kecil untuk para pelaku UKM sampai dengan Rp 500 juta, BNI memfokuskan pada Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ditujukan untuk pengusaha layak namun belum bankable, yaitu Usaha Mikro, Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK) yang belum dapat memenuhi persyaratan perkreditan dari bank, antara lain penyediaan agunan dan pemenuhan persyaratan perkreditan sesuai dengan ketentuan bank pelaksana.

Pada tahun 2009, baki debet BNI KUR Rp 1.532 Trilyun dengan jumlah debitur 11.567 orang dan pada akhir Desember 2010 mencapai Rp 3.01 trilyun dengan jumlah debitur sebanyak 26.020 orang, atau terjadi peningkatan baki debet 97% dan debitur meningkat 124%. Selain BNI KUR, BNI juga memiliki produk kredit lainnya yang ditujukan para usaha kecil, yaitu kredit BNI Wirausaha, kredit BNI Usaha Berkembang dan kredit


(19)

BNI Usaha Maju yang merupakan skim kredit lanjutan untuk Debitur BNI KUR yang berhasil meningkatkan volume usahnya dan membutuhkan kredit di atas Rp. 500 juta.

Dalam penyaluran kredit UKM, BNI telah didukung dengan jaringan yang cukup besar di pelosok tanah air, yaitu 51 Sentra Kredit Kecil (SKC), 106 Unit Kredit Kecil (UKC), 20 Sentra Kredit Menengah (SKM), 74 Kantor Cabang Stand Alone (SA), dan didukung 1.150 outlet layanan. Untuk meningkatkan layanan kepada debitur usaha kecil, BNI telah mengimplementasikan teknologi secara online, sehingga memungkinkan proses aplikasi kredit usaha kecil menjadi lebih cepat dan mudah

BNI bukan satu-satunya bank yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai bank pelaksana penyalur KUR, berdasarkan Inpres Presiden No. 6 tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, KUR di salurkan oleh 6 bank pelaksana yaitu, Bank BNI, Mandiri, BRI, Bukopin, BTN dan Bank Syariah Mandiri (BSM). Pada tahun 2010 bank pelaksana bertambah 3 (tiga) bank yaitu Bank Jabar Banten, Bank Jateng dan Bank Jatim, sehingga pelaksana KUR menjadi 9 (sembilan) bank.

Tabel. 1. Realisasi penyaluran KUR bank pelaksana per April 2010.

Sumber Departemen Koperasi dan UKM, 2010

Walaupun telah mengalami pertumbuhan yang nyata, BNI KUR memiliki pangsa 9.86% bila dibandingkan dengan bank pelaksana lainnya

Plafon Outstanding Rataan

Kredit/Debitur

Rp. (juta) Rp. (juta) Rp. (juta) %

BNI 1,608,560 788,671 11,990 134.16 9.86

BRI KUR Ritel 3,556,579 2,507,899 28,859 123.24 31.36

BRI KUR Mikro 10,658,848 2,842,973 2,583,763 4.13 35.55

Mandiri 1,581,581 828,400 37,102 42.63 10.36

BTN 678,006 271,533 3,089 219.49 3.40

Bukopin 726,238 381,485 3,654 198.75 4.77

BSM 432,533 337,695 4,436 97.51 4.22

Bank Jabar Banten 24,469 24,214 262 93.39 0.30 Bank Jateng 10,735 10,735 167 64.28 0.13 Bank Jatim 3,189 3,189 41 77.78 0.04

JUMLAH 19,280,738 7,996,794 2,673,363 7.21 100.00 REALISASI PENYALURAN KUR

Pangsa Outstanding BANK


(20)

(Tabel 1). Untuk mampu bersaing dan mengoptimalkan pendapatan bunga dari sektor lending (pinjaman), bank dituntut mampu meningkatkan portofolio pinjaman, khususnya kredit mass product seperti BNI KUR yang berpotensi menjadi usaha besar dan menjadi nasabah loyal dikemudian hari, tetapi dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian (prudent). Perencanaan dan pemilihan desain strategi efektif merupakan faktor kunci yang harus mendapat porsi perhatian lebih.

B. Perumusan Masalah

Sektor UKM seyogyanya terus dikembangkan agar tumbuh menjadi usaha besar yang mampu berkontribusi optimal terhadap perekonomian Indonesia, maka perlu didukung oleh semua pihak agar kelemahan yang ada selama ini dapat diminimalisir. Terkait masih kecilnya porsi kredit perbankan untuk UKM dan pangsa BNI KUR diantara bank pelaksana KUR yang relatif kecil, maka perlu dikaji lebih jauh dan dicarikan benang merahnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam kajian ini adalah :

1. Skim kredit atau jenis pembiayaan apakah yang paling sesuai dengan UKM ?

2. Hambatan dan kendala apa saja yang dihadapi dalam penyaluran BNI KUR kepada para pelaku UKM ?

3. Strategi apakah yang harus dilakukan BNI untuk meningkatkan pangsa BNI KUR diantara bank pelaksana KUR ?

C. Tujuan

Tujuan kajian ini adalah :

1.

Menganalisa karakeristik dan perilaku UKM serta kesesuaiannya dengan skim kredit/pola pembiayaan yang paling tepat.

2.

Menganalisa hambatan dan kendala dalam penyaluran BNI KUR kepada para pelaku UKM.


(21)

A. Perkreditan

Bank adalah bisnis yang berdagang dalam kredit dan uang, maka bisnis utamanya suatu kepercayaan (trust), sehingga dapat dikatakan bahwa bank merupakan lembaga kepercayaan (Rivai dan Permata, 2006). Sebagaimana diketahui bahwa usaha bank yang paling besar dalam memberikan kontribusi terbesar sebagai sumber penghasilan bank berasal dari penyaluran kredit kepada masyarakat, mengingat bahwa :

1. Bank harus dapat memelihara dan mengembangkan kepercayaan timbal balik

2. Pos pinjaman yang diberikan merupakan pos aktiva terbesar dalam neraca bank

3. Perkreditan memberikan kontribusi penghasilan terbesar bagi sebagian besar bank

4. Bank merupakan lembaga perantara (intermediary) antara masyarakat suplus dana dengan pihak lain yang kekurangan dana.

Debitur merupakan orang yang meminjam sejumlah dana dengan jangka waktu tertentu kepada bank yang diikat secara hukum melalui suatu perjanjian kredit. Debitur harus tunduk kepada seperangkat standar dan aturan bank, tanpa melihat jumlah dan jenis kredit yang diberikan, bertujuan untuk melindungi bank dari risiko kerugian yang ditimbulkan dikemudian hari (Compton, 1991).

Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) tahun 2000, kredit adalah peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchased Agreement (NPA).

Dengan demikian, dalam prakteknya kredit merupakan penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan mendapatkan


(22)

kembali suatu nilai ekonomi yang sama dikemudian hari, suatu tindakan atas dasar perjanjian, dimana dalam perjanjian tersebut terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu, suatu hak yang dengan hak tersebut seorang dapat mempergunakannya untuk tujuan tertentu dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan tertentu pula.

Beberapa keuntungan pemenuhan sumber-sumber dana dari sektor perkreditan menurut Muljono (2001) adalah :

1. Relatif mudah diperoleh kalau memang usahanya layak.

2. Telah ada lembaga yang kuat di masyarakat perbankan yang menawarkan jasanya di bidang penyediaan dana (kredit).

3. Biaya untuk memperoleh kredit (bunga, biaya administrasi) dapat diperkirakan dengan tepat, sehingga memudahkan para pengusaha dalam menyusun rencana kerjanya untuk masa-masa mendatang. B. Fungsi Kredit/Pembiayaan.

Di dalam kehidupan perekonomian, perdagangan dan keuangan pada umumnya, maka garis besar fungsi kredit/pembiayaan adalah :

1. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu modal atau uang.

Melalui kredit, dana yang mengendap (idle funds) di dalam kas bank akan dimanfaatkan oleh para debitur untuk memperbesar usaha produksi maupun perdagangan.

2. Meningkatkan daya guna (utility) dari suatu barang.

Tanpa adanya bantuan fasilitas kredit dari bank, kemampuan para pengusaha di dalam berproduksi dan mendistribusikan hasil produksinya masih terbatas. Namun dengan adanya fasilitas kredit, para pengusaha dapat memproduksi bahan mentah menjadi barang jadi dan pendistribusiannya akan meningkat. Dengan demikian, pemanfaatan atas barang tersebut meningkat pula.

3. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Kredit yang disalurkan melalui rekening pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet giro dan sebagainya. Peredaran uang kartal dan giral akan lebih berkembang, karena kredit menciptakan suatu kegairahan berusaha, sehingga


(23)

penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini sejalan dengan pengertian bank selaku money creator. 4. Menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.

Manusia adalah mahluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi, yaitu selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat, tetapi peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuan, terutama kemampuan finansial. Fasilitas kredit yang diterima pengusaha dari bank inilah yang kemudian digunakan untuk memperbesar volume usaha dan produktivitasnya.

5. Kredit sebagai alat stabilisasi ekonomi,

Untuk menekan arus inflasi dan terlebih-lebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi, kredit bank memegang peranan yang sangat penting. Arah kredit harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif, yaitu pengarahan ke sektor-sektor produktif dan sektor-sektor prioritas secara langsung berpengaruh terhadap hajat hidup masyarakat. 6. Sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional.

Pengusaha yang memperoleh fasilitas kredit akan berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan keuntungan. Seiring dengan peningkatan produksinya tersebut, orientasi pengusaha tidak hanya untuk memenuhi pasar domestik, juga merambah pasar ekspor. Dengan demikian, kegairahan pengusaha untuk melakukan ekspor menjadi meningkat, yang nantinya mendatangkan devisa bagi negara.

7. Sebagai alat hubungan ekonomi intemasional.

Negara-negara kaya atau yang kuat perekonomiannya, demi persahabatan antara negara banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang, atau sedang membangun. Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan kredit dengan syarat ringan, yaitu bunga relatif murah dan jangka waktu penyelesaiannya yang panjang. Hal ini tercermin melalui bantuan antar

negara yang disebut “G to G” (Govemment to Govemment). Hubungan

antar negara pemberi dan penerima kredit akan bertambah erat, terutama yang menyangkut hubungan perekonomian dan perdagangan.


(24)

C. Kredit Usaha Rakyat (BNI KUR) 1) Latar Belakang : (BNI, 2010)

a. Inpres Presiden No. 6 tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

b. Nota Kesepahaman Bersama (Memorandum of Understanding) antara Departemen Keuangan Republik Indonesia, Departemen Pertanian Republik Indonesia, Departemen Kehutanan Republik Indonesia, Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Departemen Perindustrian Republik Indonesia, Kementrian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, dengan Perusahaan Umum (Perum) Sarana Pengembangan Usaha, PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT. Bank Tabungan Negara Indonesia (Persero), PT. Bank Bukopin Tbk, PT. Bank Syariah Mandiri tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha Mikro, Kecil, Menegah dan Koperasi Nomor : Mou-756/MK/2007, 241/KU.310/M/10/2007,

SKB.3/MENHUT-V/2007, 03/MEN-KP/KB/X/ 2007,

927/M.IND/10/2007, 03/NK/M.KUKM /X/2007, 23/Sarana/X/2007, 17/MOU/X/Askrindo/2007, B.543/DIR/PRG/X/ 2007 BRI, DIR/042/X/2007, DIR.MOU/024/2007, 06/MoU/DIR-BTN/2007, MOU-214/DIR/DMKK/X/ 2007, 9/014-MOU/DIR BU tanggal 09 Oktober 2007.

c. PKS antara Perusahaan Umum (Perum) Sarana Pengembangan Usaha dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk No. 26/Sarana/X/2007 dan DIR/045 tanggal 22 Oktober 2007 tentang Penjamian Kredit/Pembiayaan atas Kredit Mikro Produktif bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dalam rangka pelaksanaan Instruksi Presiden No. 6 tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, sera PKS antara BNI dengan PT. (Persero) Asuransi Kredit Indonesia No. PPK/PKS/21/X/2007, Nomor DIR/044 tanggal 22 Oktober 2007 tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi.


(25)

d. Radisi tanggal 10 Oktober 2007 telah menyetujui skim penjaminan kredit dengan nama BNI Tunas Usaha (dhi. Kredit Usaha Rakyat/KUR)

e. Addendum I Nota Kesepahaman Bersama antara Pelaksana Teknis Program, Perusahaan Penjamin dan Bank Pemberi Kredit tanggal 14 Mei 2008 tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi.

f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 135/PMK.05/2008 tanggal 24 September 2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 10/PMK.05/2009 tanggal 02

Februari 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat.

h. Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksanaan Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Nomor KEP-14/D.I.M.EKON/04/ 2009 tanggal 28 April 2009.

i. Addendum II Nota Kesepahaman Bersama antara Pelaksana Teknis Program, Perusahaan Penjamin dan Bank Pemberi Kredit tanggal 12 Januari 2010 tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menegah dan Koperasi.

j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 22/PMK.05/2010 tanggal 24 Januari 2010 Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat. k. Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan

Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Tim Pelaksanaan Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Nomor KEP-01D.I.M.EKON/01/ 2010 tanggal 25 Januari 2010.

2. Definisi

a. Belum Bankable adalah UMKMK (Usaha Mikro, Kecil Menengah dan Koperasi) yang belum dapat memenuhi persyaratan perkreditan dari bank pemberi kredit antara lain penyediaan agunan dan pemenuhan persyaratan perkreditan yang sesuai dengan ketentuan bank.


(26)

b. Bank Pelaksana adalah Bank yang ikut menandatangani Nota Kesepahaman Bersama Penjaminan Kredit kepada UMKMK yaitu Bank BRI, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Bukopin dan Bank Syariah Mandiri, serta bank lainnya yang secara sukarela mengikatkan diri dan tunduk kepada Nota Kesepahaman Bersama tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan kepada.

c. Penjaminan adalah Kegiatan pemberian jaminan atas pemenuhan kewajiban finansial debitur KUR dengan maksimal penjaminan oleh Perusahaan Penjamin 70% dari plafond kredit.

d. Debitur Baru adalah debitur-debitur yang tidak sedang menerima kredit modal kerja dan/atau investasi dari perbankan dan/atau yang tidak sedang menerima Kredit Program dari Pemerintah, yang wajib dibuktikan dengan sistem Informasi Debitur Bank Indonesia pada saat permohonan kredit/pembiayaan diajukan.

e. Calon Debitur KUR adalah UMKMK, kelompok usaha dan Lembaga

Linkage.

f. Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

g. Kelompok Usaha adalah kumpulan orang perorang atau badan usaha (UMKMK) yang melakukan kegiatan produktif dan dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan atau kesamaan kondisi lingkungan untuk meningkatkan usaha anggotanya.

h. Kementerian yang menurut Nota Kesepahaman bersama tentang Penjaminan Kredit kepada UMKM merupakan Pelaksanaan Teknis Program, yaitu Kementrean Keuangan, Kementerian Pertanian, Kementrian Kehutanan, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Kementrian Perindustrian, Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

i. Kredit adalah Penyediaan Uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, yang didasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang


(27)

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga

j. Kredit baru adalah Fasilitas Kredit baru yang diberikan kepada calon debitur dalam rangka pelaksanaan KUR.

k. KUR Mikro adalah kredit dengan skema KUR dengan Plafond sampai dengan Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dengan suku bunga kredit maksimal 22% efektif per tahun.

l. KUR Ritel adalah kredit dengan skema KUR dengan Plafond di atas Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) s/d Rp. 500.000.000,- (limaratus juta rupiah) dengan suku bunga kredit maksimal 14% efektif per tahun.

m. Lembaga Linkage

Lembaga yang menerus-pinjamkan KUR dari Bank Pelaksana kepada UMKMK, yaitu Koperasi Sekunder, Koperasi Primer (Koperasi Simpan Pinjam, Unit Simpan Pinjam Koperasi), Badan Kredit Desa (BKD),

Baitul Mal Wa Tanwil (BMT), Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Lembaga Keuangan Non Bank, Kelompok Usaha, Lembaga Keuangan Mikro.

n. Lembaga Keuangan Mikro adalah badan usaha keuangan yang menyediakan layanan jasa keuangan mikro, seperti Badan Kredit Desa (BKD), Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan Lembaga Dana Kredit Pedesaan (LDKP) yang bukan bank dan bukan Koperasi, o. Perusahaan Penjamin adalah PT Asuransi Kredit Indonesia

(Askrindo) dan Perusahaan Umum (Perum) Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) yang melakukan dan memberikan sebagian penjaminan kredit secara otomatis (automatic cover) kepada Bank Pelaksana p. Pola Penyaluran Langsung adalah kredit yang langsung diberikan

Bank Pemberi Kredit langsung kepada UMKMK dimana kewajiban pengembalian kredit tersebut menjadi tanggungjawab UMKMK selaku penerima kredit.

q. Pola Penyaluran Tidak Langsung adalah kredit yang diberikan bank pemberi kredit kepada UMKMK melalui Lembaga Linkage dengan pola channeling atau polaexecuting


(28)

r. Pola Channeling adalah KUR yang diberikan oleh Bank Pelaksana kepada UMKMK melalui lembaga linkage. Kewajiban pengembalian KUR menjadi tanggungjawab dari UMKMK selaku penerima KUR. s. Pola Executing adalah KUR yang diberikan oleh Bank Pelaksana

kepada Lembaga Linkage untuk diterus pinjamankan kepada UMKMK. Kewajiban pengembalian KUR menjadi tanggungjawab dari lembaga linkage selaku penerima KUR .

t. Usaha Mikro adalah Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro yaitu : 1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,- tidak

termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,- u. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

dilakukan oleh orang perorangan, atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil, yaitu :

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000, sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,-

v. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria Usaha Menengah, yaitu :

1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,-


(29)

w. Usaha Produktif adalah usaha untuk menghasilkan barang dan/atau jasa untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan bagi pelaku usaha .

x. Usaha Layak adalah usaha calon debitur yang menguntungkan/memberikan laba, sehingga mampu membayar bunga dan mengembalikan seluruh hutang/kewajiban pokok kredit/pembiayaan dalam jangka waktu yang disepakati Bank Pelaksana dengan debitur dan memberikan sisa keuntungan untuk mengembangkan usahanya.

y. Aflopend adalah sistem pembayaran kredit yang dilakukan dengan mencicil angsuran pokok dan bunga dalam jangka waktu tertentu sesuai yang telah disepakati.

z. Clean-up adalah salah satu cara pengembalian kredit dengan melunasi seluruh kewajiban pokok kredit sekaligus pada saat jatuh tempo (untuk kredit yang sumber pengembaliannya berdasarkan hasil panen/penjualan komoditi yang dibiayai). Take over adalah proses pemberian kredit kepada pihak ketiga dengan cara pengambilalihan kewajibannya di bank lain.

3. Tujuan

a. Meningkatkan peranan Bank dalam Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKMK.

b. Meningkatkan pelayanan pemberian kredit dengan prosedur yang lebih sederhana, dengan tanpa menghilangkan prinsip kehati-hatian. 4. Sumber Pendanaan

Pendanaan KUR berasal dari dana komersial BNI 5. Pola penyaluran

a. Langsung ke UMKMK :

i. Bank melakukan penilaian secara individu terhadap calon debitur. Apabila dinilai layak dan disetujui oleh Bank selanjutnya debitur menandatangani Perjanjian Kredit (PK).

ii. Bank mengajukan permohonan penjaminan kepada Perusahaan Penjamin. Maksimal penjaminan 70% dari plafond kredit yang


(30)

diberikan dan selanjutnya perusahaan penjaminan menerbitkan sertifikat penjaminan.

b. Tidak langsung . 1) Pola Executing

Keterangan :

i Lembaga linkage mengajukan permohonan

kredit/pembiayaan kepada Bank.

ii Bank melakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur dan melakukan analisa kelayakan. Apabila dinyatakan layak, maka bank memberikan persetujuan kredit dengan menandatangani Perjanjian Kredit dengan Lembaga

Linkage.

iii Bank mengajukan permohonan penjaminan kepada perusahaan penjamin. Perusahaan penjamin menerbitkan Sertifikat Penjaminan kepada Lembaga Linkage.

iv Lembaga Linkage menyalurkan kredit yang diterima bank kepada debitur UMKM .

v Debitur UMKMK melakukan pembayaran kewajiban kredit kepada Lembaga Linkage.

BNI

UMKMK i

Perusahaan Penjamin ii

BNI

Lembaga Linkage UMKMK

Perusahaan Penjamin iii

i ii


(31)

2) Pola Channelling

Keterangan :

i. Dalam rangka mendapatkan kredit dari bank, UMKMK memberikan kuasa kepada pengurus Lembaga Linkage

yang berfungsi sebagai agen (Channel) untuk : i) Mengajukan kredit kepada bank

ii) Menjaminkan agunan pokok kepada bank .

ii. Lembaga Linkage mewakili UMKMK mengajukan permohonan kredit kepada Bank

iii. Bank melakukan pengecekan Sistem Informasi Debitur (SID) terhadap Lembaga Linkage dan melakukan analisa. Berdasarkan analisa tersebut Bank memberikan kuasa kepada Lembaga Linkage untuk melakukan analisa dan memutus kredit yang diajukan oleh UMKMK. Dalam hal UMKM dinyatakan layak, maka bank memberikan persetujuan kredit dengan mekanisme berikut :

i) Berdasarkan kuasa dari Bank, maka lembaga linkage

menandatangani Perjanjian Kredit dengan UMKMK atau ii) Berdasarkan kuasa dari UMKMK, maka Lembaga

Linkage menandatangani Perjanjian Kredit dengan Bank.

iv. Bank mengajukan permohonan penjaminan kepada perusahaan penjamin. Perusahaan penjamin menerbitkan Sertifikat Penjaminan untuk masing-masing UMKMK.

v. Lembaga Linkage menerus pinjamkan kredit yang diterima dari Bank kepada debitur UMKMK. Debitur UMKMK melakukuan pembayaran kewajiban kepada Bank melalui Lembaga Linkage.

BNI

Lembaga Linkage

iv

Perusahaan Penjamin

i UMKMK

ii

v iii


(32)

6. Persyaratan Calon Debitur a. Persyaratan Umum

1) Kriteria debitur yang dapat dibiayai KUR adalah UMKMK yang tidak sedang menerima Kredit Modal Kerja (KMK) dan/atau Kredit Investasi dari perbankan dan/atau tidak sedang menerima Kredit Program dari Pemerintah, yang wajib dibuktikan dengan SID Bank Indonesia (BI) pada saat permohonan kredit diajukan .

2) Dapat sedang menerima kredit konsumtif (Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Kendaraan Bermotor, Kartu Kredit dan kredit konsumtif lainnya) dengan total fasilitas (KUR dan Kredit Konsumtif) maksimal Rp. 500.000.000,-

3) Jika debitur sedang menerima kredit konsumtif, maka kinerja kredit konsumtif pada saat diberikan berada dalam golongan lancar (1)

4) Dalam hal UMKMK masih memiliki baki debet yang tercatat pada SID BI, tetapi yang bersangkutan sudah melunasi pinjaman, maka diperlukan Surat Keterangan Lunas/Roya dengan melampirkan cetakan rekening dari Bank sebelumnya.

5) UMKMK yang mengajukan KUR Mikro, baik yang disalurkan secara langsung atau tidak langsung, tidak diwajibkan untuk dilakukan pengecekan SID BI

6) Sektor yang dapat dibiayai seluruh sektor ekonomi. 7) KUR tidak diperbolehkan untuk :

i. Debitur yang telah bankable

ii. Take Over fasilitas kredit dari debitur yang telah memperoleh kredit non KUR dari bank.

iii. Perpanjangan/tambahan fasilitas kredit dari debitur yang telah memperoleh kredit non KUR dari bank.

iv. Debitur yang sedang memperoleh kredit dengan subsidi bunga atau atau fasilitas kredit program atau fasilitas lain dari pemerintah.

b. Persyaratan Khusus 1) Debitur Perorangan

i. Persyaratan legalitas (perijinan usaha) minimal mendapatkan surat keterangan berusaha dari Kelurahan/Kecamatan.


(33)

ii. Identitas diri minimal berupa Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga atau identitas lainnya bila ada. iii. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pemohon kredit untuk

kredit di atas Rp, 50.000.000,-

iv. Pengalaman dibidang usaha mininal 1 (satu) tahun.

v. Tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia dan tidak tercatat sebagai debitur macet/bermasalah.

vi. Menyampaikan fotocopy rekening bank selama 6 (enam) bulan terakhir (bila ada).

vii. Menyampaikan fotocopy bukti kepemilikan rumah tinggal/tempat usaha/kontrakan (bila ada).

2) Debitur Kelompok

i. Syarat debitur Kelompok

i) Lokasi dan Jenis Usaha sama/mengelompok

ii) Kegiatan usaha kelompok dapat dilakukan secara mandiri atau bekerjasama dengan mitra usaha yang dibuat secara tertulis dalam bentuk perjanjian;

iii) Kelompok tani telah terdaftar pada dinas teknis setempat; iv) Mempunyai anggota yang melakukan usaha produktif v) Mempunyai organisasi dengan pengurus aktif, minimal

ketua, sekretaris, dan bendahara

vi) Mempunyai aturan kelompok yang disepakati oleh seluruh anggota.

vii) Mempunyai pembukuan yang sederhana. viii) Membuat surat pernyataan tanggung renteng ii. Tugas dan tanggungjawab Ketua Kelompok

i) Menyeleksi anggota kelompok

ii) Menyusun kebutuhan kredit anggota kelompok

iii) Menerima surat kuasa dari anggota kelompok untuk mengajukan permohonan kredit, menanda tangani Perjanjian Kredit (PK), dan menerima kredit atas nama Kelompok

iv) Mengajukan permohonan kredit ke BNI an. Kelompok v) Menerima dan menyalurkan kredit kepada anggota


(34)

vi) Melakukan administrasi kredit

vii) Melakukan penagihan ke anggota kelompok sebesar kewajiban masing-masing anggota dan menyetorkan ke BNI

7. Kebijaksanaan Kredit a. Maksimum Kredit

1) KUR Mikro : Maksimum s.d Rp. 5.000.000,-

2) KUR Ritel : Maksimum diatas Rp. 5.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,-

3) KUR kepada Lembaga Linkage dengan pola Executing maksimal sebesar Rp. 1.000.000.000,-

4) Penyaluran KUR Mikro secara langsung telah disepakati Bank Rakyat Indonesia (BRI) sebagai Bank Pelaksana.

5) Besarnya kredit yang diberikan kepada calon debitur disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan dan kemampuan debitur dalam mengembalikan kewajiban ke Bank.

6) Penetapan besarnya maksimum kredit ditentukan atas dasar besarnya angsuran (pokok dan bunga) setiap bulan maksimal 50 % dari Laba bersih atau EAT (Earning After Tax)

b. Tujuan penggunaan Kredit

Untuk Usaha produktif yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang yang berlaku.

c. Jenis Kredit

1) Kredit Modal Kerja (KMK) i. KMK Aflopend

ii. KMK Transaksional 2) Kredit Investasi (KI) d. Sifat/bentuk kredit

1) KMK Aflopend dan Investasi adalah Aflopend menurun

2) KMK Transaksional adalah clean-up yaitu lunas sekaligus pada saat jatuh tempo (kredit yang sumber pengembaliannya berdasarkan hasil panen/penjualan komoditi yang dibiayai)


(35)

e. Suku Bunga

1) KUR Mikro : 22 % (duapuluh dua per seratus) efektif per tahun 2) KUR Ritel : 14 % (empat belas per seratus) efektif per tahun 3) Sistem Perhitungan bunga adalah :

i. Efektif annuitas untuk KMK Aflopend

ii. Efektif Murni untuk KMK Transaksional dan KI

4) Suku bunga KUR mikro berlaku untuk penyaluran tidak langsung. f. Fee kepada Lembaga Linkage dengan pola penyaluran Channelling :

Maksimal 8 % g. Jangka Waktu

1) KMK : maksimal 3 (tiga) tahun 2) KI : maksimal 5 (lima) tahun

3) Dalam hal diperlukan perpanjangan, suplesi dan restrukturisasi maka jangka waktu sebagaimana disebutkan di atas dapat diperpanjang menjadi 6 (enam) tahun untuk modal kerja dan 10 (sepuluh) tahun untuk investasi terhitung sejak tanggal PK awal. h. Grace Period

1) Grace period dapat diberikan untuk usaha yang dibiayai sampai dengan usaha tersebut berproduksi (menghasilkan).

2) Lamanya Grace Period sampai dengan usaha tersebut berproduksi maksimal 12 (dua belas) bulan.

i. Self Financing

Self Financing atau dana sendiri untuk Kredit Investasi di atas Rp. 50.000.000 minimal sebesar 10%.

j. Propisi dan Commitment Fee

Biaya propisi dan Commitment Fee tidak dikenakan. k. Biaya Administrasi

Biaya Administrasi tidak dikenakan. l. Denda tunggakan

Terhadap tunggakan dikenakan denda sebesar 5% p.a. (lima persen per tahun) atas saldo tertunggak.


(36)

m. Asuransi Kerugian

Agunan pokok dan atau tambahan yang insurable harus diasuransikan pada Perusahaan Asuransi yang ditunjuk BNI, dengan

bankers clause BNI, premi atas beban penerima kredit/debitur n. Penjaminan Kredit

2) Atas kredit yang diberikan dijamin oleh Perusahaan Penjaminan (PT. Asuransi Kredit Indonesia (Akrindo) atau Perusahaan Umum (Perum) Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo).

3) Premi Penjaminan (Imbal Jasa Penjaminan) menjadi beban Pemerintah dan ditagihkan oleh Perusahaan Penjamin.

o. Agunan

1). Agunan Pokok

i. Kelayakan usaha dan obyek yang dibiayai oleh debitur. ii. Pengikatan : sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2) Agunan Tambahan

i. Besarnya nilai agunan tambahan minimal 30% dari maksimum kredit.

ii. Pengikatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3) Ketentuan agunan tambahan tidak dipersyaratkan untuk KUR Mikro.

D. Proses Penyaluran BNI KUR

Berikut ini adalah proses analisa pemberian BNI KUR di unit bisnis yang berlaku saat ini (Gambar 3) :

1. Sales Agent (SA) akan memasarkan produk dengan cara mengunjungi tempat calon debitur yang usahanya layak untuk diberikan kredit sesuai dengan skim BNI KUR. Bila data debitur telah dinyatakan layak, maka data calon debitur tersebut dikumpulkan sesuai dengan persyaratan minimal yang harus dipenuhi dan dibuatkan Neraca keuangan. Bila data sudah lengkap, SA melakukan pengecekan calon debitur tersebut melalui fasilitas on line SID BI yang menunjukkan status calon debitur apakah telah memiliki fasilitas kredit di tempat lain beserta kolektibilitasnya. Selain itu perlu dilakukan pengecekan pada Daftar Hitam Nasional (DHN).


(37)

Jika calon debitur mempunyai riwayat pembayaran dengan koletibilitas satu maka proses selanjutnya akan dilakukan data entry.

2. Dokumen-dokumen tersebut diberikan kepada Penyelia Kredit Standard (PKS). PKS kemudian melakukan checking kelengkapan data dan memeriksa kelayakan dari data-data yang telah dikumpulkan SA. Apabila masih terdapat data yang kurang lengkap maka PKS berhak menugaskan kembali SA untuk melengkapi kekurangannya.

3. Sales Agent membuat Surat Permohonan Penilaian Jaminan kepada

Appraisal Independent (AI)/Analis Kredit Standard (RO/AKS) Silang untuk dilakukan proses taksasi nilai agunan. Data entry juga menginput data milik calon debitur ke dalam sistem eLO (Electronic Loan Origination),

serta melakukan verifikasi ulang atas info BI milik calon debitur beserta seluruh pengurusnya melalui fasilitas SID BI dan dimintakan DHN ke PNC Cabang.

4. PKS melakukan validasi terhadap data yang telah diinput oleh Data Entry

pada sistem eLO dan meneruskan hasil validasi tersebut kepada Penyelia Analis Kredit Standar (PAKS) untuk dilakukan verifikasi dan assignment

ke Analis Kredit Standard (RO/AKS).

5. Analis Kredit Standard (RO/AKS) akan memverifikasi kelengkapan dan keabsahan data dari tim Sales Agent (SA) dan memeriksa hasil input dari

Data Entry (DE) sesuai dengan persyaratan dalam proses verifikasi data. 6. Penyelia Analis Kredit Standar (PAKS) bersama dengan RO/AKS (Analis

Kredit Standar) melakukan pengecekan atas berkas permohonan milik calon debitur dengan cara melakukan On The Spot (OTS) untuk memverifikasi atau memeriksa kebenaran data dan kondisi usahanya. Hasil verifikasi ini harus memuat informasi mengenai aspek umum, aspek manajemen, aspek legalitas, aspek usaha, aspek pemasaran, aspek teknis/produksinya, dan juga aspek keuangan usahanya serta kelayakan jaminan yang diberikan. Hasil dari OTS tersebut dituangkan dalam Formulir Analisa Keuangan, Formulir Kunjungan Setempat (FKS) dan Call Memo. Selain itu jaminan yang telah selesai ditaksasi oleh Appraisal Independent juga dijadikan acuan, apakah jaminan yang menjadi second way out tersebut dapat atau tidak mencakup besarnya maksimum kredit yang diajukan calon debitur.


(38)

Gambar 3. Proses penyaluran BNI KUR (BNI, 2010)

7. Analis Kredit Standard (RO/AKS) menyusun Formulir Analisa Keuangan (FAK), melakukan analisa penyusunan proyeksi arus kas dalam skenario yang wajar untuk menentukan kebutuhan modal kerja, menyusun

schedule penarikan atau pelunasan kredit dan jangka waktu kredit, menyusun FKS Formulir Kunjungan Setempat, Berita Acara taksasi Agunan (BATA), dan Plotting jaminan. RO/AKS juga melakukan input proses Appraisal, proses Analisa Kredit, Call Memo dan Proses scoring

terhadap data-data calon debitur tersebut pada sistem eLO. Sistem eLO akan secara otomatis menilai (scoring) apakah calon debitur tersebut dikategorikan layak atau tidak layak dalam pemberian kredit. Selain itu, Sales Inputter PKS PAKS AKS Wakil Pemimpin

Cari calon debitur dan terima permohonan

kredit

Baik / buruk

Info BI Checking

Input Data ELO ke menu Penyelia Kredit Standar

Input data reject

Surat penolakan ke calon debitur Data nasabah

Terima permohonan kredit calon debitur beserta kelengkapan data calon debitur

Terima delegasi dari PAKS

OTS

Buat analisa awal “

- kelayakan usaha - karakter debitur - kemampuan bayar - kecukupan agunan

Tambah Data Nasabah Hasil Pre-screening dan validasi buruk baik Penunjukan appraisal

Appraisal (RO Silang) - cetak BATA dan

plotting

Periksa hasil taksasi

- analisa kredit - scoring data - FRP - call memo

Hasil scoring

Buat MPK

Checklist kepatuhan -Validasi MPK

-pendapat PAKS keputusan kredit

Hasil Cetak SKK Cetak surat penolakan terima tolak pass reject Tidak memenuhi memenuhi

Input data eLo - info nasabah - info BI - laporan keuangan - agunan

Persetujuan hasil taksasi

Penunjukan AKS


(39)

RO/AKS juga mengisi checklist kepatuhan terhadap prosedur pemberian dan analisa kredit di sistem eLO.

8. Jika sistem eLO menilai permohonan calon debitur tersebut dikategorikan layak maka hasil analisa dan scoring tersebut akan dituangkan kedalam dalam MPK (Memorandum Pengusulan Kredit). Jika hasil scoring ternyata

reject (ditolak), maka RO/AKS membuat Surat Penolakan yang kemudian disampaikan melalui Sales Agent (SA) kepada calon debitur.

9. Analis Kredit Standard (RO/AKS) akan menyusun semua berkas permohonan kredit, analisa kredit dan dokumen calon debitur sebagai advis untuk dimintakan persetujuan kepada Pejabat Pemutus Kredit (PPK). Bila dalam tahap validasi, verifikasi, analisa serta pengambilan keputusan dimana data-data calon debitur tersebut dinyatakan tidak layak oleh PPK, maka RO/AKS membuat Surat Penolakan yang kemudian disampaikan melalui SA kepada calon debitur.

10. Bila dinyatakan layak, (RO/AKS) membuat dan mencetak Surat Keputusan Kredit (SKK) untuk diminta persetujuannya kepada Wakil Pemimpin SKC dan diteruskan kepada unit ADC untuk dilanjutkan ke tahap pembuatan Perjanjian Kredit (PK), pembukaan rekening pinjaman serta order asuransi jiwa dan kebakaran. Sebelum PK dicetak, calon debitur harus menyerahkan surat-surat asli (file asli) barang-barang yang dijadikan jaminan serta menyiapkan biaya provisi dan administrasi.

11. PK ditandatangani oleh calon debitur dihadapan Notaris/PPAT dan pegawai Bank. Bila telah selesai ditandatangani dan syarat-syarat disposisi telah dipenuhi, maka dilakukan pencairan kredit dan penutupan asuransi jiwa dan kebakaran.

12. RO/AKS harus selalu memantau pembayaran angsuran dan pembayaran bunga dari kredit yang diberikan kepada debitur. RO/AKS harus memelihara tingkat kolektibilitas debitur agar selalu berada di performing loan (kolektibiliti 1 dan 2). (BNI, 2010)

E. Konsep SWOT dan Matrix BCG

1. Matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman (SWOT)

SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para Manajer mengembangkan 4 (empat) jenis strategi, yaitu


(40)

Strategi SO (kekuatan-peluang), strategi WO (kelemahan-peluang), strategi WO (kelemahan-ancaman), strategi WT (kelemahan-ancaman). 1) Strategi SO (kekuatan-peluang), memanfaatkan kekuatan internal

perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Semua manajer tentunya menginginkan organisasinya berada dalam posisi dimana kekuatan internal dapat dipergunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai trend dan kejadian eksternal. Secara umum, organisasi akan menjalankan strategi WO, ST atau WT untuk mencapai situasi dimana dapat menjalankan strategi SO. Jika perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang dan mengubahnya menjadi kekuatan. Tatkala sebuah organisasi dihadapkan pada sebuah ancaman yang besar, maka perusahaan akan berusaha untuk menghindarinya dan berkonsentrasi pada peluang.

2) Strategi WO (kelemahan-peluang), bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang peluang-peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut. Sebagai contoh ada permintaan yang tinggi terhadap peralatan elektronik, untuk mengendalikan jumlah dan waktu injeksi bahan bakar ke mobil (peluang), namun suatu produsen onderdil mobil tidak memiliki teknologi yang dibutuhkan untuk menghasilkan peralatan tersebut (kelemahan). Salah satu strategi WO yang ditempuh adalah mengakuisisi teknologi ini melalui usaha patungan (joint venture) dengan sebuah perusahaan lain yang memiliki kompetensi di bidang ini. Alternatif lainnya dari strategi WO adalah dengan merekrut dan melatih orang agar memiliki kapabilitas teknis yang diperlukan.

3) Strategi ST (ST Strategic), menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa suatu oganisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung didalam lingkungan eksternal. Salah satu contoh strategi ST adalah ketika Texas instruments menggunakan lembaga hukum yang sangat bagus (kekuatan) untuk memperoleh ganti rugi dan royalti hampir $ 700 juta


(1)

PDRB KONSTAN

CAGR

KONSTAN DPK

CAGR

DPK KREDIT

CAGR KREDIT

RATING TERBOBOT 248 Kota Ambon 1.690 6,08 4,04 14,87 2 23,53 1 3 2 5 1 5 2,30 249 Kab. Ciamis 7.071 4,66 1,24 20,39 2 13,36 2 2 1 5 1 5 2,20 250 Kota Kupang 2.122 6,77 2,63 7,45 2 20,74 1 3 2 3 1 5 2,10 251 Kab. Ogan Komering Ilir + Kab.

Ogan Ilir 4.752 5,50 0,56 7,97 3 14,82 1 3 1 4 2 5 2,20 252 Kab. Grobogan 3.097 4,69 1,34 20,94 2 14,34 1 2 1 5 1 5 1,95 253 Kota Tebing Tinggi 1.099 5,52 1,87 9,22 1 22,35 1 3 1 4 1 5 2,00 254 Kab. Bone 2.986 6,20 0,59 1,89 1 24,89 1 3 1 1 1 5 1,70 255 Kab. Luwu 7.283 4,06 0,62 3,41 1 22,45 2 2 1 2 1 5 1,90 256 Kab. Lombok Tengah 2.104 5,66 0,25 4,00 1 20,89 1 3 1 2 1 5 1,80 257 Kab. Gorontalo 1.262 6,83 0,33 1,70 1 20,91 1 3 1 1 1 5 1,70 258 Kab. Toba Samosir 2.671 4,94 0,53 8,64 0 23,16 1 2 1 4 1 5 1,85 259 Kota Pagar Alam 578 3,70 0,38 13,62 0 24,28 1 2 1 5 1 5 1,95 260 Kab. Tanggamus 3.522 5,92 0,60 8,16 1 20,21 1 3 1 4 1 5 2,00 261 Kab. Lampung Barat 1.428 4,92 0,15 4,30 1 22,43 1 2 1 2 1 5 1,65 262 Kab. Belitung + Kab. Belitung

Timur 2.004 5,02 1,01 9,79 1 21,34 1 3 1 4 1 5 2,00 263 Kab. Sampang 2.495 4,29 0,59 14,88 0 23,70 1 2 1 5 1 5 1,95 264 Kab. Fak-Fak + Kab. Kaimana 946 6,89 0,68 10,33 0 23,61 1 3 1 5 1 5 2,10 265 Kab. Wajo 2.216 6,99 0,77 11,68 1 23,91 1 3 1 5 1 5 2,10 266 Kab. Selayar 429 6,24 0,21 13,92 0 23,03 1 3 1 5 1 5 2,10 267 Kab. Klungkung 1.241 5,20 0,62 14,48 1 23,08 1 3 1 5 1 5 2,10 268 Kab. Timor Tengah Utara 450 3,71 0,25 10,15 0 23,29 1 2 1 5 1 5 1,95 269 Kab. Jombang 5.972 5,68 2,51 17,64 2 16,19 2 3 2 5 1 5 2,55 270 Kota Sukabumi 1.810 6,18 3,10 16,29 2 19,02 1 3 2 5 1 5 2,30 271 Kab. Lampung Tengah 5.883 5,76 1,02 18,59 2 16,26 2 3 1 5 1 5 2,35 272 Kab. Majalengka 4.154 4,62 1,15 19,16 2 19,88 1 2 1 5 1 5 1,95 273 Kab. Tabanan 2.343 5,53 1,60 17,24 2 19,60 1 3 1 5 1 5 2,10 274 Kab. Kuningan 3.778 4,22 1,42 19,31 2 17,50 1 2 1 5 1 5 1,95 275 Kab. Brebes 5.248 4,82 1,38 19,01 2 16,18 2 2 1 5 1 5 2,20 276 Kab. Purworejo 2.873 5,35 1,51 18,60 1 16,71 1 3 1 5 1 5 2,10 277 Kab. Demak 2.901 4,05 0,89 19,96 2 17,75 1 2 1 5 1 5 1,95 278 Kab. Purbalingga 2.384 5,26 1,07 15,81 1 16,24 1 3 1 5 1 5 2,10 279 Kab. Batang 2.251 3,24 0,79 18,80 1 15,49 1 2 1 5 1 5 1,95 280 Kab. Situbondo 3.330 5,29 1,05 16,71 1 19,54 1 3 1 5 1 5 2,10 281 Kab. Madiun 2.577 4,97 0,92 16,65 1 16,15 1 2 1 5 1 5 1,95

KREDIT Thn. 2010 (Rp. Milyar)

CAGR KREDIT Thn.

2005-2010 (%)

RATING

NO. DATI II

PDRB KONSTAN

Thn. 2009 (Rp. Milyar)

CAGR KONSTAN

Thn.2004-2009 (%)

DPK Thn. 2010 (Rp. Milyar)

CAGR DPK Thn.

2005-2010 (%)

L

a

n

ju

ta

n

L

a

mp

ir

a

n

2

.


(2)

KONSTAN KONSTAN DPK KREDIT TERBOBOT

313 Kab. Sorong + Kab. Sorong

Selatan + Kab. Raja Ampat 1.156 6,14 0,61 7,51 0 13,42 1 3 1 4 1 5 2,00 314 Kota Jakarta Timur 62.904 5,72 52,36 14,68 38 11,08 5 3 5 5 5 5 4,70 315 Kab. Kudus 12.126 3,52 4,94 16,79 8 11,47 3 2 2 5 3 5 3,05 316 Kab. Cirebon 7.746 5,11 2,38 22,57 4 11,39 3 3 1 5 2 5 2,80 317 Kab. Indragiri Hulu 3.769 7,39 1,76 16,37 3 11,99 1 3 1 5 2 5 2,30 318 Kab. Sanggau + Kab. Sekadau 3.208 5,39 1,31 28,16 2 12,24 1 3 1 5 1 5 2,10 319 Kab. Bulongan, incld. Kab.

Tana Tidung 1.130 6,83 1,82 25,23 1 11,69 1 3 1 5 1 5 2,10 320 Kab. Indragiri Hilir 6.264 7,58 1,39 12,75 2 10,21 2 4 1 5 1 5 2,50 321 Kab. Temanggung 2.310 3,79 1,61 16,89 1 11,10 1 2 1 5 1 5 1,95 322 Kab. Tasikmalaya 5.291 4,84 0,58 6,71 2 11,59 2 2 1 3 1 5 2,00 323 Kab. Tegal 3.467 5,26 1,25 12,29 2 11,57 1 3 1 5 1 5 2,10 324 Kab. Langkat 6.351 4,95 0,58 6,29 2 10,22 2 2 1 3 1 5 2,00 325 Kab. Kediri 6.245 4,48 3,63 27,47 3 8,07 2 2 2 5 2 4 2,50 326 Kab. Bintan + Kab Lingga 3.511 5,46 0,88 61,26 1 6,67 1 3 1 5 1 3 1,90 327 Kab. Nunukan 1.194 12,05 0,66 6,58 0 2,16 1 5 1 3 1 1 1,80 328 Kab. Pontianak + Kab. Kubu

Raya 5.841 4,63 2,58 (16,58) 3 2,71 2 2 2 1 2 2 1,90 329 Kab. Maros 1.077 4,77 0,53 23,51 1 6,03 1 2 1 5 1 3 1,75 330 Kab. Parigi Moutong 5.867 7,83 0,50 5,64 1 2,38 2 4 1 3 1 1 1,90 331 Kota Pasuruan 1.057 5,47 1,64 16,74 1 6,47 1 3 1 5 1 3 1,90 332 Kab. Pelalawan 2.907 7,22 0,88 10,05 2 4,42 1 3 1 5 1 2 1,80 333 Kab. Musi Rawas 2.334 6,81 0,07 2,32 1 3,46 1 3 1 1 1 2 1,40 334 Kab. Way Kanan 1.338 4,63 0,06 3,84 0 4,92 1 2 1 2 1 2 1,35 335 Kab. Batang Hari 1.067 5,98 0,11 (4,68) 1 6,79 1 3 1 1 1 3 1,50 336 Kab. Halmahera Barat 1.530 (0,67) 0,29 11,51 0 6,78 1 1 1 5 1 3 1,60 337 Kota Kediri 22.718 3,92 5,84 8,12 4 0,56 5 2 3 4 2 1 3,05 338 Kab. Lampung Utara 3.194 5,68 1,30 20,94 1 0,21 1 3 1 5 1 1 1,70 339 Kab. Kotawaringin Barat 3.577 6,17 1,59 15,73 0 (49,05) 1 3 1 5 1 1 1,70 340 Kab. Kotawaringin Timur 4.972 5,56 0,58 (9,47) 1 (5,49) 1 3 1 1 1 1 1,30 341 Kab. Lembata/Lawoleba 148 4,63 - - - - 1 2 1 1 1 1 1,15 342 Kota Gorontalo 560 7,23 0,01 (56,19) 0 (55,93) 1 3 1 1 1 1 1,30 343 Kab.Boalemo+Kab.Pohuwato 796 7,06 0,00 (56,30) 0 (56,51) 1 3 1 1 1 1 1,30 344 Kota Gorontalo 560 7,23 0,01 (56,19) 0 (55,93) 1 3 1 1 1 1 1,30 345 Kab. Barito Kuala 1.885 (1,94) 0,13 6,66 - - 1 1 1 3 1 1 1,20

(Rp. Milyar) 2009 (%) (Rp. Milyar) 2010 (%) (Rp. Milyar) (%)

ta

n

L

a

mp

ir

a

n

2

.


(3)

Lampiran 3. Rating Kinerja Penyaluran BNI KUR

1

Baki Debet BNI

KUR

Growth Baki Debet

BNI KUR

Jumlah Rekg. BNI

KUR

1 KOTA BANDAR LAMPUNG 67,32 21 675 5 3 5 4,60 2 KOTA MEDAN 86,51 14 904 5 2 5 4,40 3 KOTA JAKARTA TIMUR 62,93 11 742 5 2 5 4,40 4 KOTA SEMARANG 63,32 14 887 5 2 5 4,40 5 KOTA BANDUNG 87,46 16 596 5 3 5 4,60 6 KOTA PALEMBANG 64,75 23 507 5 3 5 4,60 7 KAB. GRESIK 61,37 16 456 5 3 5 4,60 8 KAB. INDRAGIRI HULU 53,82 12 539 5 2 5 4,40 9 KOTA BEKASI 71,10 17 363 5 3 4 4,30 10 KOTA PEKAN BARU 69,57 16 384 5 3 4 4,30 11 KOTA JAKARTA SELATAN 63,40 25 396 5 3 4 4,30 12 KAB. DEMAK 32,16 18 441 5 3 5 4,60 13 KAB. TANGGAMUS 30,20 20 470 5 3 5 4,60 14 KOTA BALIKPAPAN 37,05 22 409 5 3 5 4,60 15 KOTA METRO 38,66 16 434 5 3 5 4,60 16 KOTA PARE-PARE 42,42 19 333 5 3 4 4,30 17 KAB. PAMEKASAN 44,12 24 269 5 3 4 4,30 18 KOTA PROBOLINGGO 40,63 24 395 5 3 4 4,30 19 KAB. LAMPUNG TENGAH 32,71 16 366 5 3 4 4,30 20 KOTA JAMBI 39,68 16 206 5 3 4 4,30 21 KOTA MAGELANG 39,21 18 207 5 3 4 4,30 22 KOTA SURABAYA 38,35 16 245 5 3 4 4,30 23 KOTA SURAKARTA 49,53 14 365 5 2 4 4,10 24 KAB. KUDUS 36,43 11 266 5 2 4 4,10 25 KAB. SUBANG 48,74 14 232 5 2 4 4,10 26 KOTA YOGYAKARTA 36,74 14 210 5 2 4 4,10 27 KAB. SEMARANG 26,39 15 240 5 2 4 4,10 28 KOTA PONTIANAK 35,57 23 179 5 3 3 4,00 29 KOTA SUKABUMI 40,23 19 199 5 3 3 4,00 30 KOTA CIREBON 35,77 18 173 5 3 3 4,00 31 KAB. KARAWANG 40,25 16 196 5 3 3 4,00 32 KOTA PADANG 40,12 16 172 5 3 3 4,00 33 KAB. MADIUN 38,64 16 184 5 3 3 4,00 34 KOTA TANGERANG 28,53 24 162 5 3 3 4,00 35 KOTA SAMARINDA 35,81 21 122 5 3 3 4,00 36 KAB. PATI 34,72 17 143 5 3 3 4,00 37 KOTA MANADO 34,66 24 132 5 3 3 4,00 38 KOTA BANJARMASIN 34,40 19 128 5 3 3 4,00 39 KAB. WAJO 34,05 24 121 5 3 3 4,00 40 KAB. TASIKMALAYA 27,65 12 159 5 2 3 3,80 41 KOTA JAKARTA PUSAT 46,44 14 148 5 2 3 3,80 42 KAB. MUSI BANYUASIN 16,54 16 209 5 3 4 4,30 43 KAB. BOGOR 18,77 21 250 5 3 4 4,30 44 KOTA BUKITTINGGI 21,40 25 159 5 4 3 4,20 45 KAB. HALMAHERA BARAT 33,72 7 135 5 1 3 3,60 46 KOTA MAKASSAR 9,89 18 593 4 3 5 4,10 47 KOTA SERANG 21,82 16 167 5 3 3 4,00 48 KAB. LUWU 12,85 22 151 5 3 3 4,00 49 KOTA BOGOR 21,75 17 181 5 3 3 4,00 50 KAB. BANDUNG 12,66 16 157 5 3 3 4,00 51 KAB. SUMEDANG 20,71 16 166 5 3 3 4,00 52 KOTA DENPASAR 23,56 20 109 5 3 3 4,00 53 KOTA PAYAKUMBUH 11,50 20 104 5 3 3 4,00 54 KAB. JEMBER 10,29 20 114 5 3 3 4,00 55 KOTA AMBON 11,46 24 103 5 3 3 4,00 56 KOTA SINGKAWANG 11,06 24 127 5 3 3 4,00 RATING

TER BOBOT

NO. DATI II

Baki Debet BNI KUR (Rp. Milyar)

Growth Baki Debet

BNI KUR (%)

Jumlah Rekg. BNI KUR

Rating


(4)

Lanjutan Lampiran 3.

1

Baki Debet BNI

KUR

Growth Baki Debet

BNI KUR

Jumlah Rekg. BNI

KUR

57 KAB. TANJUNG JABUNG BARAT 10,99 23 103 5 3 3 4,00 58 KOTA BAUBAU 10,29 22 133 5 3 3 4,00 59 KAB. TEGAL 33,62 12 91 5 2 2 3,50 60 KOTA PEKALONGAN 12,33 14 122 5 2 3 3,80 61 KAB. KERINCI 10,29 14 126 5 2 3 3,80 62 KAB. MALANG 10,43 13 104 5 2 3 3,80 63 KAB. SUMENEP 13,79 15 107 5 2 3 3,80 64 KAB. PASURUAN 11,16 16 86 5 3 2 3,70 65 KOTA SIBOLGA 10,35 19 60 5 3 2 3,70 66 KOTA PADANG SIDEMPUAN 10,05 24 67 5 3 2 3,70 67 KOTA JAKARTA UTARA 10,48 16 88 5 3 2 3,70 68 KAB. KENDAL 10,77 16 77 5 3 2 3,70 69 KAB. NUNUKAN 10,59 2 106 5 1 3 3,60 70 KAB. BANGGAI 6,75 22 156 3 3 3 3,00 71 KAB. BOJONEGORO 9,61 16 136 4 3 3 3,50 72 KAB. KARO 9,73 22 110 4 3 3 3,50 73 KAB. PONOROGO 8,16 23 109 4 3 3 3,50 74 KOTA PEMATANG SIANTAR 7,71 22 141 4 3 3 3,50 75 KAB. BANYUMAS 7,04 21 114 3 3 3 3,00 76 KAB. BANTUL 7,05 18 101 3 3 3 3,00 76 KAB. MERANGIN 5,26 18 102 3 3 3 3,00 77 KOTA BINJAI 6,11 17 181 3 3 3 3,00 78 KOTA BANJAR 10,72 14 71 5 2 2 3,50 79 KOTA LHOKSEUMAWE 10,75 13 71 5 2 2 3,50 80 KAB. SINJAI 8,34 25 62 4 4 2 3,40 81 KAB. BULUKUMBA 9,41 15 178 4 2 3 3,30 82 KAB. KEDIRI 10,32 8 70 5 1 2 3,30 83 KAB. TAPANULI SELATAN 9,74 15 100 4 2 3 3,30 84 KAB. INDRAGIRI HILIR 7,87 10 102 4 2 3 3,30 85 KOTA BANJAR BARU 8,60 19 94 4 3 2 3,20 86 KAB. SOLOK 8,12 23 76 4 3 2 3,20 87 KOTA BLITAR 9,47 17 76 4 3 2 3,20 88 KOTA KOTAMOBAGU 8,64 15 69 4 3 2 3,20 89 KOTA TERNATE 8,05 22 75 4 3 2 3,20 90 KAB. TAPANULI TENGAH 8,93 15 61 4 3 2 3,20 91 KAB. TUBAN 7,67 15 89 4 3 2 3,20 92 KAB. KETAPANG 6,09 17 61 3 3 2 2,70 93 KOTA BATAM 9,93 18 87 4 3 2 3,20 94 KAB. BIMA 9,35 20 95 4 3 2 3,20 95 KOTA LANGSA 7,77 23 72 4 3 2 3,20 96 KAB. BULELENG 7,34 19 69 3 3 2 2,70 97 KAB. KOTA BARU 7,32 19 93 3 3 2 2,70 98 KAB. MOJOKERTO 6,98 19 87 3 3 2 2,70 99 KAB. NIAS 6,97 15 62 3 3 2 2,70 100 KAB. ACEH UTARA 6,55 19 76 3 3 2 2,70 101 KAB. OGAN KOMERING ULU 6,47 23 81 3 3 2 2,70 102 KAB. ASAHAN 6,40 21 98 3 3 2 2,70 103 KAB. BIAK NUMFOR 6,03 20 53 3 3 2 2,70 104 KOTA MATARAM 9,15 21 89 4 3 2 3,20 105 KOTA PALOPO 7,48 23 93 3 3 2 2,70 106 KAB. KLATEN 5,91 17 62 3 3 2 2,70 107 KAB. LAMONGAN 9,44 25 75 4 3 2 3,20 108 KAB. CIANJUR 8,02 23 92 4 3 2 3,20 109 KAB. WONOGIRI 8,05 23 65 4 3 2 3,20 110 KAB. BONE 9,99 25 87 4 3 2 3,20 111 KAB. PURWOREJO 8,23 17 90 4 3 2 3,20 112 KAB. KUNINGAN 9,55 17 94 4 3 2 3,20 113 KOTA SALATIGA 7,67 18 67 4 3 2 3,20 114 KAB. LUMAJANG 7,67 19 59 4 3 2 3,20 RATING

TER BOBOT

NO. DATI II

Baki Debet BNI KUR (Rp. Milyar)

Growth Baki Debet

BNI KUR (%)

Jumlah Rekg. BNI KUR


(5)

Lanjutan Lampiran 3.

1

Baki Debet BNI

KUR

Growth Baki Debet

BNI KUR

Jumlah Rekg. BNI

KUR

115 KAB. SIKKA 5,95 16 67 3 3 2 2,70 116 KAB. ACEH BARAT 5,05 17 62 3 3 2 2,70 117 KAB. GARUT 5,85 17 59 3 3 2 2,70 118 KAB. KEPULAUAN SANGIHE 5,83 16 89 3 3 2 2,70 119 KOTA KENDARI 5,73 18 53 3 3 2 2,70 120 KAB. ENDE 5,36 19 72 3 3 2 2,70 121 KAB. KARIMUN 5,26 21 54 3 3 2 2,70 122 KAB. TOBA SAMOSIR 5,22 23 59 3 3 2 2,70 123 KAB. SIDOARJO 5,09 16 83 3 3 2 2,70 124 KAB. LABUHAN BATU 5,07 17 54 3 3 2 2,70 125 KAB. POLEWALI MANDAR 8,11 16 55 4 3 2 3,20 126 KAB. BLITAR 6,00 18 45 3 3 1 2,40 127 KOTA DUMAI 5,63 24 48 3 3 1 2,40 128 KAB. PURBALINGGA 5,64 16 57 3 3 2 2,70 129 KAB. SRAGEN 6,67 23 52 3 3 2 2,70 130 KAB. REMBANG 5,94 15 50 3 3 2 2,70 131 KAB. INDRAMAYU 7,27 18 59 3 3 2 2,70 132 KAB. LEBAK 5,57 17 40 3 3 1 2,40 133 KAB. SUKOHARJO 6,09 17 72 3 3 2 2,70 134 KOTA BITUNG 5,15 23 43 3 3 1 2,40 135 KAB. WONOSOBO 5,80 21 51 3 3 2 2,70 136 KAB. NGANJUK 7,09 20 42 3 3 1 2,40 137 KAB. SITUBONDO 5,77 20 40 3 3 1 2,40 138 KAB. DELI SERDANG 4,02 17 127 2 3 3 2,50 139 KAB. LOMBOK BARAT 6,53 14 88 3 2 2 2,50 140 KOTA BANDA ACEH 6,14 15 69 3 2 2 2,50 141 KAB. BLORA 6,97 15 88 3 2 2 2,50 142 KAB. MANOKWARI 6,60 14 63 3 2 2 2,50 143 KOTA TEGAL 9,78 14 80 4 2 2 3,00 144 KAB. TEMANGGUNG 6,62 11 60 3 2 2 2,50 145 KAB. MUSI RAWAS 7,67 3 83 4 1 2 2,80 146 KAB. LAMPUNG UTARA 6,05 0 75 3 1 2 2,30 147 KOTA BONTANG 3,80 21 50 2 3 2 2,20 148 KOTA PALANGKARAYA 3,16 18 51 2 3 2 2,20 149 KOTA BENGKULU 3,77 15 70 2 3 2 2,20 150 KAB. BUNGO 4,95 20 51 2 3 2 2,20 151 KOTA PANGKAL PINANG 4,32 18 84 2 3 2 2,20 152 KAB. CILACAP 4,11 15 67 2 3 2 2,20 153 KAB. KUPANG 4,10 23 74 2 3 2 2,20 154 KOTA SORONG 4,07 23 50 2 3 2 2,20 155 KOTA TANJUNG BALAI 4,07 18 75 2 3 2 2,20 156 KOTA PRABUMULIH 4,00 23 63 2 3 2 2,20 157 KAB. GORONTALO 3,72 21 67 2 3 2 2,20 158 KAB. TULUNGAGUNG 3,63 17 55 2 3 2 2,20 159 KOTA TANJUNG PINANG 3,44 23 50 2 3 2 2,20 160 KAB. BANYUWANGI 3,36 16 51 2 3 2 2,20 161 KOTA TEBING TINGGI 2,82 22 52 2 3 2 2,20 162 KOTA JAYAPURA 2,73 19 31 2 3 1 1,90 163 KAB. PIDIE 3,00 16 31 2 3 1 1,90 164 KAB. MAMUJU 2,41 20 41 1 3 1 1,40 165 KAB. KEBUMEN 2,17 25 28 1 3 1 1,40 166 KAB. HULU SUNGAI TENGAH 3,72 17 46 2 3 1 1,90 167 KAB. SINTANG 3,10 19 38 2 3 1 1,90 168 KAB. BOLAANG MONGONDO 2,71 15 24 2 3 1 1,90 169 KOTA DEPOK 2,87 16 22 2 3 1 1,90 170 KAB. BIREUEN 3,03 19 26 2 3 1 1,90 171 KAB. SUMBAWA 2,58 23 28 2 3 1 1,90 172 KAB. JOMBANG 2,05 16 20 1 3 1 1,40 173 KOTA JAKARTA BARAT 1,93 22 23 1 3 1 1,40 RATING

TER BOBOT

NO. DATI II

Baki Debet BNI KUR (Rp. Milyar)

Growth Baki Debet

BNI KUR (%)

Jumlah Rekg. BNI KUR

Rating


(6)

Lampiran 3. Rating Kinerja Penyaluran BNI KUR

1

Baki Debet BNI

KUR

Growth Baki Debet

BNI KUR

Jumlah Rekg. BNI

KUR

174 KAB. SUKABUMI 3,52 22 35 2 3 1 1,90 175 KAB. BOYOLALI 4,33 19 65 2 3 2 2,20 176 KAB. BONDOWOSO 4,39 18 61 2 3 2 2,20 177 KAB. MAJALENGKA 4,10 20 34 2 3 1 1,90 178 KAB. MERAUKE 3,67 15 56 2 2 2 2,00 179 KOTA PALU 2,38 14 50 1 2 2 1,50 180 KAB. BERAU 3,60 14 51 2 2 2 2,00 181 KAB. TOLI-TOLI 3,59 14 59 2 2 2 2,00 182 KAB. BARITO UTARA 3,40 10 53 2 2 2 2,00 183 KAB. BENGKALIS 2,45 14 37 1 2 1 1,20 184 KOTA TARAKAN 2,40 14 24 1 2 1 1,20 185 KAB. JEPARA 1,83 14 20 1 2 1 1,20 186 KAB. CIAMIS 4,09 13 35 2 2 1 1,70 187 KAB. PURWAKARTA 4,29 13 36 2 2 1 1,70 188 KAB. KOTAWARINGIN BARAT 4,36 (49) 50 2 1 2 1,80 189 KAB. PARIGI MOUTONG 4,05 2 86 2 1 2 1,80 190 KAB. KOTAWARINGIN TIMUR 3,56 5 26 2 1 1 1,50 191 KAB. MAROS 3,82 6 34 2 1 1 1,50 RATING

TER BOBOT

NO. DATI II

Baki Debet BNI KUR (Rp. Milyar)

Growth Baki Debet

BNI KUR (%)

Jumlah Rekg. BNI KUR