I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Daya saing bangsa dan negara ditunjukan oleh kemampuan perekonomian dalam menghasilkan barang dan jasa, di samping mampu
bersaing di pasar di dalam dan di luar negeri. Untuk itu, agar proses kemajuan tersebut diraih, maka perlu diciptakan kesempatan bagi semua
jenis kegiatan dan skala usaha dari para pelakunya, di antaranya pemberdayaan usaha kecil dan pembentukanpemupukan wirausahawan
dalam meningkatkan produktivitas usahanya bagi pertumbuhan ekonomi atau pembentukan modal yang memberi manfaat bagi orang banyak.
Hubeis, 2009 Secara umum sektor Usaha Kecil Menengah UKM dinilai memiliki
kontribusi cukup dominan dalam menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia, salah satu alasan dan yang menjadi kelebihannya adalah,
sektor UKM mampu meningkatkan ekonomi kerakyatanpadat karya lapangan usaha dan lapangan kerja berorientasi ekspor dan substitusi
impor perkokoh struktur industri dan perolehan devisa. Kontribusi UKM terhadap pembentukan produk domestik bruto PDB yang menurut catatan
Badan Pusat Statistik BPS sepanjang tahun 2009, berkontribusi 53,32 dan sisanya ditunjang oleh sektor-sektor usaha besar.
Kondisi demikian menyiratkan terdapat potensi besar atas kekuatan domestik, jika dikelola dan dikembangkan dengan baik, maka UKM akan
dapat tumbuh dan menjadi usaha menengah yang tangguh. Di sisi yang lain, UKM masih dihadapkan pada masalah mendasar Hubeis, 2009
seperti : 1.
Masih sulitnya akses ke pasar untuk produk-produk yang dihasilkan pelaku UKM.
2. Masih lemahnya SDM dalam kewirausahaan dan manajerial.
3. Keterbatasan keuangan dan akses terhadap sumber-sumber
pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan formal, khususnya dari perbankan.
Sejalan dengan semakin kondusifnya perubahan paradigma perbankan dalam memandang UKM dalam beberapa tahun terakhir, maka
terlihat adanya kecenderungan perubahan perilaku bisnis perbankan yang lebih mengarah pada segmen UKM. Kondisi ini sangat berbeda dengan era
masa lalu, dimana orientasi penyaluran kredit perbankan terlalu dipusatkan pada korporasi atau usaha besar yang dianggap lebih memberikan
keuntungan lebih besar secara ekonomis. Namun demikian, tetap saja porsi kredit untuk UKM dinilai masih
rendah. Dalam tahun 2006 – 2010, rataan pangsa kredit UKM 34,20,
terhadap total kredit Perbankan yang disalurkan, sebagian besar berupa kredit untuk segmen besar atau korporasi Gambar 1.
Keterangan : Tidak Termasuk Kredit Konsumtif dalam Milyar Rupiah
Bank Indonesia, 2011 Gambar 1. Perkembangan kredit perbankan dan kredit UMKM
Tugas pokok suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut kepada masyarakat yang
memerlukannya, khususnya kredit sebagai sumber pendapatan paling diandalkan. Dengan pendapatan tersebut, bank dapat menutup berbagai
biaya, baik biaya operasional maupun non operasional dalam tahun akuntansi bersangkutan Reksoprayitno, 1992. Terkait masih rendahnya
daya serap UKM terhadap kredit perbankan menyiratkan masih banyaknya
565,958 719,458
940,572 1.000,94
1.228,73
208,265 249,343
301,651 343,026
437,808
2006 2007
2008 2009
2010 TOTAL KRD
KREDIT UMKM
36,80 34,66
32,07 34,27
35,63
TOTAL KREDIT
permasalahan dalam pembiayaan UKM yang perlu dicarikan benang merahnya.
PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk, sebagai salah satu Bank Badan Usaha Milik Negara BUMN merupakan salah satu institusi
perbankan yang mempunyai keseriusan dalam membantu pemerintah dalam memberdayakan usaha kecil sekaligus untuk meningkatkan porsi
kredit BNI untuk segmen UKM. Pada Desember 2007, penyaluran kredit kecil BNI mencapai Rp 17,7 triliun dan pada Desember 2010 mencapai
Rp 29,32 triliun, dengan porsi 21 dari total kredit yang disalurkan
Gambar 2.
dalam milyar rupiah
Gambar 2. Komposisi kredit BNI tahun 2010
BNI, 2011
Dalam menyalurkan kredit kecil untuk para pelaku UKM sampai dengan Rp 500 juta, BNI memfokuskan pada Kredit Usaha Rakyat KUR
yang ditujukan untuk pengusaha layak namun belum bankable, yaitu Usaha Mikro, Kecil Menengah dan Koperasi UMKMK yang belum dapat
memenuhi persyaratan perkreditan dari bank, antara lain penyediaan agunan dan pemenuhan persyaratan perkreditan sesuai dengan ketentuan
bank pelaksana. Pada tahun 2009, baki debet BNI KUR Rp 1.532 Trilyun dengan
jumlah debitur 11.567 orang dan pada akhir Desember 2010 mencapai Rp 3.01 trilyun dengan jumlah debitur sebanyak 26.020 orang, atau terjadi
peningkatan baki debet 97 dan debitur meningkat 124. Selain BNI KUR, BNI juga memiliki produk kredit lainnya yang ditujukan para usaha
kecil, yaitu kredit BNI Wirausaha, kredit BNI Usaha Berkembang dan kredit
BNI Usaha Maju yang merupakan skim kredit lanjutan untuk Debitur BNI KUR yang berhasil meningkatkan volume usahnya dan membutuhkan
kredit di atas Rp. 500 juta. Dalam penyaluran kredit UKM, BNI telah didukung dengan jaringan
yang cukup besar di pelosok tanah air, yaitu 51 Sentra Kredit Kecil SKC, 106 Unit Kredit Kecil UKC, 20 Sentra Kredit Menengah SKM, 74 Kantor
Cabang Stand Alone SA, dan didukung 1.150 outlet layanan. Untuk meningkatkan layanan kepada debitur usaha kecil, BNI telah
mengimplementasikan teknologi secara online, sehingga memungkinkan proses aplikasi kredit usaha kecil menjadi lebih cepat dan mudah
BNI bukan satu-satunya bank yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai bank pelaksana penyalur KUR, berdasarkan Inpres Presiden No. 6 tahun
2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, KUR di salurkan oleh 6
bank pelaksana yaitu, Bank BNI, Mandiri, BRI, Bukopin, BTN dan Bank Syariah Mandiri BSM. Pada tahun 2010 bank pelaksana bertambah 3
tiga bank yaitu Bank Jabar Banten, Bank Jateng dan Bank Jatim, sehingga pelaksana KUR menjadi 9 sembilan bank.
Tabel. 1. Realisasi penyaluran KUR bank pelaksana per April 2010.
Sumber Departemen Koperasi dan UKM, 2010 Walaupun telah mengalami pertumbuhan yang nyata, BNI KUR
memiliki pangsa 9.86 bila dibandingkan dengan bank pelaksana lainnya
Plafon Outstanding
Rataan KreditDebitur
Rp. juta Rp. juta
Rp. juta
BNI 1,608,560
788,671 11,990
134.16 9.86
BRI KUR Ritel 3,556,579
2,507,899 28,859
123.24 31.36
BRI KUR Mikro 10,658,848
2,842,973 2,583,763
4.13 35.55
Mandiri 1,581,581
828,400 37,102
42.63 10.36
BTN 678,006
271,533 3,089
219.49 3.40
Bukopin 726,238
381,485 3,654
198.75 4.77
BSM 432,533
337,695 4,436
97.51 4.22
Bank Jabar Banten 24,469
24,214 262
93.39 0.30
Bank Jateng 10,735
10,735 167
64.28 0.13
Bank Jatim 3,189
3,189 41
77.78 0.04
JUMLAH 19,280,738
7,996,794 2,673,363
7.21 100.00
REALISASI PENYALURAN KUR Pangsa
Outstanding BANK
Debitur
Tabel 1. Untuk mampu bersaing dan mengoptimalkan pendapatan bunga dari sektor lending pinjaman, bank dituntut mampu meningkatkan
portofolio pinjaman, khususnya kredit mass product seperti BNI KUR yang berpotensi menjadi usaha besar dan menjadi nasabah loyal dikemudian
hari, tetapi dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian prudent. Perencanaan dan pemilihan desain strategi efektif merupakan faktor kunci
yang harus mendapat porsi perhatian lebih.
B. Perumusan Masalah
Sektor UKM seyogyanya terus dikembangkan agar tumbuh menjadi usaha besar yang mampu berkontribusi optimal terhadap perekonomian
Indonesia, maka perlu didukung oleh semua pihak agar kelemahan yang ada selama ini dapat diminimalisir. Terkait masih kecilnya porsi kredit
perbankan untuk UKM dan pangsa BNI KUR diantara bank pelaksana KUR yang relatif kecil, maka perlu dikaji lebih jauh dan dicarikan benang
merahnya. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan
masalah dalam kajian ini adalah : 1. Skim kredit atau jenis pembiayaan apakah yang paling sesuai dengan
UKM ? 2. Hambatan dan kendala apa saja yang dihadapi dalam penyaluran BNI
KUR kepada para pelaku UKM ? 3. Strategi apakah yang harus dilakukan BNI untuk meningkatkan pangsa
BNI KUR diantara bank pelaksana KUR ?
C. Tujuan
Tujuan kajian ini adalah :
1.
Menganalisa karakeristik dan perilaku UKM serta kesesuaiannya dengan skim kreditpola pembiayaan yang paling tepat.
2.
Menganalisa hambatan dan kendala dalam penyaluran BNI KUR kepada para pelaku UKM.
3.
Menyusun strategi efektif untuk meningkatkan pangsa BNI KUR.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perkreditan