METODE KAJIAN A. Kerangka Pemikiran Kajian

III. METODE KAJIAN A. Kerangka Pemikiran Kajian

Sektor UKM memiliki peran dan fungsi sangat strategis dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia, tetapi kredit perbankan untuk sektor ini dinilai masih rendah, rataanya 34.20 selama tiga tahun terakhir. Dalam menyalurkan kredit untuk UKM, salah satu produk pembiayaan BNI adalah KUR. Sampai tahun 2010, pangsa BNI KUR 9.89 diantara bank pelaksanapenyalur KUR dinilai belum optimal. Salah satu kunci keberhasilan pengembangan kredit skala usaha kecil adalah akurasi pemahaman karakteristik UKM yang seragam sesuai dengan status ekonominya. Dengan pemahaman karakteristik UKM yang baik akan membantu perbankan dalam menyalurkan kredit untuk pelaku UKM melalui kemasan produk pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik tersebut. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan analisa kelayakan untuk mengukur apakah skimfitur BNI KUR telah sesuai dengan karakteristik dan perilaku UKM serta hal-hal apa saja yang menjadi kendala dalam penyaluran BNI KUR, sehingga data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai bahan dalam menyempurnakan skimfitur produk untuk meningkatkan pangsa penyaluran BNI KUR. Tahap selanjutnya adalah menentukan alternatif strategi pengembangan produk pembiayaan BNI melalui analisa Internal Faktor Evaluation IFE dan External Faktor Evaluation EFE penyaluran BNI KUR untuk menentukan faktor-faktor dalam SWOT. Rekomendasi strategi yang hasilkan dalam analisa SWOT kemudian dilengkapi dengan menggunakan matriks BCG untuk mengoptimalkan pangsa pasar relatif melalui data kinerja penyaluran BNI KUR dikaitkan dengan potensi bisnis dimasing-masing daerah. Tahapan dan alur kerangka pemikiran diilustrasikan dalam Gambar 5. Gambar 5. Kerangka pemikiran kajian.

B. Lokasi dan Waktu

Kajian dilakukan di sepuluh kota di Indonesia dengan kegiatan meliputi pengumpulan data sekunder, kajian pustaka, pengambilan data primer di lapangan, analisa data dan penulisan laporan. Waktu pelaksanaan penelitian selama +- 2 dua bulan, dimulai bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2011.

C. Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Untuk keperluan analisis dalam membahas Skim kreditjenis pembiayaan apakah yang paling sesuai dengan UKM, hambatan dan kendala apakah yang dihadapi dalam pemberian BNI KUR kepada para pelaku UKM, dilakukan pencarian dan pengumpulan data yang relevan dengan tujuan penulisan dan studi kepustakaan yang menyangkut teori- Penyaluran KUR di BNI Analisa Karakteristik Perilaku UKM Analisa SWOT Produk Pembiayaan BNI BNI KUR Analisa IFE Analisa EFE Analisa Matriks BCG Analisa Hambatan Penyaluran BNI KUR Strategi Meningkatkan Penyaluran BNI KUR teori tentang pengembangan produk-produk perbankan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. a. Data Primer Data ini Merupakan data utama yang digunakan dalam kajian ini berupa hasil kuesioner Lampiran 1 yang disebarkan kepada para debitur BNI KUR di beberapa cabang BNI sebanyak 100 orang debitur BNI di 10 sepuluh kota di Indonesia dengan menggunakan jasa pihak ketiga. b. Data sekunder Data ini merupakan data tambahan dan digunakan untuk menunjang analisis, yaitu data BNI KUR yang sudah disalurkan, data perkembangan KUR BNI dan KUR perbankan dan pangsa pasarnya, data DPK Dana Pihak Ketiga, data Kredit Perbankan dan data PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Data lain secara kualitatif diperoleh dari majalahsurat kabar, literatur-literatur yang berkaitan dengan pola penyaluran kredit dan ulasan-ulasan para pakar ekonomi yang dipublikasikan dalam buletin, jurnal-jurnal ilmiah atau melalui sarana internet.

2. Tehnik Pengambilan Contoh

Tekhnik pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian adalah metode purposive sampling, yaitu memilih secara sengaja contoh yang diteliti sebagai responden. Metode ini digunakan dengan dasar pertimbangan responden menguasai permasalahan dan cukup mewakili aspirasi dari pihak-pihak yang terkait. Selain data hasil kuesioner, data primer diperoleh dengan metode wawancara dengan pegawai Divisi Usaha Kecil USK, Cabang, Sentra Kredit dan Nasabah. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survei dan memperoleh informasi dengan realibilitas dan validitas setinggi mungkin Singarimbun dan Effendi, 1987. Responden yang dipilih adalah 100 orang debitur di 10 cabang dan sentra kredit BNI di kota-kota pada Tabel 2. Tabel 2. Daftar kota tempat responden. No. Kota Jumlah Responden Kategori Kota 1 Jabodetabek 10 Kota Metropolitan dan Penyangga 2 Makassar 10 Ibu Kota Provinsi 3 Kendari 10 Ibu Kota Provinsi 4 Ambon 10 Ibu Kota Provinsi 5 Kupang 10 Ibu Kota Provinsi 6 Merauke 10 Kabupaten Kota 7 Probolinggo 10 Kabupaten Kota 8 Barabai 10 Kabupaten Kota 9 Bireun 10 Kabupaten Kota 10 Batam 10 Kabupaten Kota Jumlah 100

D. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terkumpul diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode analisis berikut :

1. Khi Kuadrat

χ² Khi Kuadrat χ² , merupakan teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri atas 2 dua atau lebih klas, data berbentuk nominal dan contohnya besar. Yang dimaksud hipotesis deskriptif disini merupakan estimasidugaan terhadap ada tidaknya perbedaan frekuensi antara kategori satu dan kategori lain dalam sebuah contoh tentang sesuatu hal. Uji Khi Kuadrat dapat digunakan untuk menguji perbedaan nyata antara banyak data yang diamati dan obyek atau jawaban yang masuk dalam masing- masing kategori dengan banyak yang diharapkan berdasarkan hipotesis nol Sugiyono, 2002. Rumus Khi Kuadrat adalah : k  ² =  fo - fh ² fh i = 1 Keteragan : ² = Khi Kuadrat fo = Frekuensi yang diobservasi fh = Frekuensi yang diharapkan

2. Deskriptif Kualitatif

Metode untuk menganalisa kajian adalah menggunakan gabungan dari sumber data primer dan sekunder, sehingga data yang diperoleh lengkap dan aktual. Dalam hal ini digunakan analisa deskriptif kualitatif. Untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi Sugiyono, 2002. Dalam hal ini digunakan untuk memaparkan atau deskripsi statistik peubah-peubah ukuran analisis yang meliputi karakteristik, perilaku dan sistem pembiayaan. Dalam hal ini digunakan analisis SWOT sebagaimana dimuat pada T abel 3. Tabel 3. Matriks SWOT IFAS EFAS Strength S Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Weaknesses W Tentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal Opportunities O Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal Strategi S – O Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Strategi W – O Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threats T Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal Strategi S – T Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Strategi W – T Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Rangkuti, 2006 Keterangan : IFAS : Internal Strategic Factors Analysis Summary EFAS : External Strategic Factors Analysis Summary a. Kekuatan Strenghts dalam menerobos pasar. Hal ini dapat diukur dari jumlah cabang sebagai sales force yang dimiliki, jumlah dana yang siap dipasarkan, nasabah-nasabah debitur maupun nasabah giro yang telah dikuasai, dan sebagainya. b. Kelemahan Weaknesses yang dilihat dari kekurangan administrasi dan sistem prosedurnya, serta keterbatasan fitur kredit yang dimiliki. c. Peluang usaha Opportunities yang dimanfaatkan dalam rangka menerobos pasar dana kredit. d. Ancaman Threats yang ada, seperti besarnya market share dari pesaing. Evaluasi faktor strategi eksternal menggunakan matriks faktor strategi eksternal dan dilakukan dengan langkah-langkah sebagaimana dimuat pada Tabel 4. Tabel 4. Faktor strategik eksternal Opportunities dan Threats Faktor Strategik Eksternal Bobot a Rating b Skor c = a x b Opportunities 1. 2. 3. Threats 1. 2. 3. Jumlah 1,00 Sumber : Rangkuti, 2006 i. Menyusun EFAS. ii. Melakukan pembobotan terhadap EFAS dengan skala mulai 1,00 paling penting sampai 0,00 tidak penting berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategik perusahaan. iii. Melakukan rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sebagai prioritas tertinggi sampai dengan 1 sebagai prioritas terendah berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan bersangkutan. iv. Melakukan penilaian dengan mengalikan bobot dengan rating. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor. v. Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total skor pembobotan ini menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategik eksternal. Evaluasi faktor strategik internal menggunakan matriks faktor strategik internal dan dilakukan dengan langkah-langkah seperti dimuat pada Tabel 5. Tabel 5. Faktor strategik internal Strengths dan Weaknesses Faktor Strategik Internal Bobot a Rating b Skor c = a x b Strengths 1 2 3 Threats 1 2 3 Jumlah 1,00 1 Sumber : Rangkuti, 2006 i. Menyusun IFAS. ii. Melakukan pembobotan terhadap IFAS dengan skala mulai 1,00 paling penting sampai 0,00 tidak penting berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategik perusahaan. iii. Melakukan rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 sebagai prioritas tertinggi sampai dengan 1 sebagai prioritas terendah berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan bersangkutan. iv. Melakukan penilaian dengan mengalikan bobot dengan rating. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor. v. Menjumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total skor pembobotan ini menunjukkan bagaimana perusahaan bereaksi terhadap faktor-faktor strategik internal. Total skor faktor strategik eksternal dan internal menghasilkan Matriks Internal-Eksternal IE yang mengindikasikan sembilan sel strategi Tabel 5, tetapi secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama Rangkuti, 2006, yaitu : i. Strategi Pertumbuhan Growth Strategy yang merupakan pertumbuhan perusahaan itu sendiri sel 1, 2, dan 5 atau upaya diversifikasi sel 7 dan 8. ii. Strategi Stabilitas Stability Strategy adalah strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah strategi yang telah ditetapkan sel 4 dan 5. iii. Strategi Penciutan Retrenchment Strategy adalah usaha memperkecil atau mengurangi usaha yang dilakukan perusahaan sel 3, 6, dan 9. Sumber : Rangkuti, 2006. Gambar 6. Konsep Matriks IE

3. Matriks BCG

Analisa BCG adalah salah satu analisis strategi yang lebih mengutamakan data penjualan. Analisa ini banyak dipergunakan dalam bidang penjualan. Matriks BCG mempunyai 4 empat kuadran yang didasarkan pada pangsa pasar relatif untuk sumbu horizontal dan pertumbuhan pasar untuk sumbu vertikal. Dalam menganalisa potensi binis di suatu daerah dan mendapatkan sektor-sektor unggulan sebagai acuan untuk menetapkan kebijakan strategik dalam meningkatkan BNI KUR, dilakukan dengan Rataan membuat matriks yang menghubungkan potensi bisnis regional sumbu X dengan kinerja penyaluran kredit BNI KUR sumbu Y, yaitu gambaran suatu kondisi tertentu untuk menetapkan rekomendasi efektif bagi upaya meningkatkan BNI KUR. Gambar 7. BNI KUR dan potensi bisnis regional berdasarkan Matriks BCG a. Faktor yang digunakan 1 Faktor Internal, yaitu kinerja penyaluran BNI KUR dengan indikator-indikator berikut : i. Baki Debet Pinjaman. Ukuran bisnis, salah satunya diwakili oleh kemampuan menyalurkan kredit, semakin tinggi nilai kreditjumlah baki debet pinjaman BNI KUR maka kinerja dinilai makin baik high is better. ii. Tingkat Pertumbuhan BNI KUR Mencerminkan kemampuan dalam melakukan penetrasi dan cerminan dari suatu prospek. Nilai yang menjadi acuan adalah growth tahun 2009 - 2010. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan Kuadran Kuadran KUADRAN II KUADRAN I KUADRAN III KUADRAN IV kredit yang diberikan, maka kinerja dinilai semakin baik high is better. iii. Jumlah rekening BNI KUR Customer base dapat diukur dengan melihat jumlah rekeningdebitur disuatu daerah, semakin tinggi nilai jumlah rekeningdebitur BNI KUR, maka portefel dinilai makin baik high is better. 2 Faktor Eksternal berupa potensi bisnis regional indikator-indikator yang digunakan : i. Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Angka ini m erupakan „besarnya‟ ukuran ekonomi economic size di suatu daerah secara keseluruhan, yaitu nilai agregat dari seluruh output kegiatan ekonomi yang dilakukan. Acuannya bila semakin tinggi niliai PDRB suatu daerah, maka potensinya dinilai semakin baik high is better ii. CAGR Compount Annual Growth rate PDRB. Pertumbuhan ekonomi daerah menunjukkan prospek ekonomi secara umum yang pada akhirnya berpengaruh pada prospek perbankan. CAGR atau peningkatan rataan pertahun PDRB atas dasar harga konstan merupakan ukuran paling mewakili „prospek ekonomi daerah‟. Acuannya bila semakin tinggi angka CAGR PDRB suatu daerah, maka potensi juga dinilai semakin baik high is better. iii. Baki Debet BD Kredit Perbankan Ukuran besarnya industri perbankan di suatu daerah dapat diukur pula dengan parameter “Kredit tersalurkan”, yaitu gambaran umum tingkat pemanfaatan perbankan oleh penduduk di suatu daerah. Acuannya semakin tinggi kredit perbankan suatu daerah maka potensi secara ekonomi dinilai semakin baik high is better. iv. CAGR BD Kredit Perbankan. Pertumbuhan kredit perbankan menunjukan prospek pembiayaan secara umum. CAGR kredit Perbankan merupakan ukuran paling mewakili „prospek pembiayaan‟. Acuannya bila semakin tinggi angka CAGR kredit suatu daerah, maka potensi dinilai semakin baik high is better. v. Dana Pihak Ketiga DPK Perbankan Penghimpunan DPK mewakili kondisi bisnis perbankan suatu daerah. Acuannya semakin tinggi angka dana masyarakat suatu daerah, maka potensi bisnis dinilai semakin baik high is better. vi. CAGR Dana Pihak Ketiga DPK Perbankan. Pertumbuhan DPK perbankan menunjukan prospek bisnis secara umum. CAGR DPK Perbankan merupakan ukuran paling mewakili „prospek bisnis‟. Acuannya, semakin tinggi angka CAGR DPK Perbankan suatu daerah, maka potensi juga dinilai semakin baik high is better. c. Batasan Pemetaan 1 Obyek yang dipetakan Pemetaan dilakukan terhadap BNI KUR dan indikator-indikator potensi bisnis di seluruh KabupatenKota. 2 Periode pengukuran i Data BNI KUR adalah data per tahun 2009 - 2010, ii Data PDRB dan Pertumbuhan PDRB adalah data tahun 2005 sd 2009 sesuai dengan ketersediaan data di BPS iii Data DPK dan Kredit Perbankan adalah data tahun 2005 sd 2010. 3 Area yang dianalisis i Data indikator potensi bisnis regional yang dijadikan bahan pemetaan adalah data di area KabupatenKota dinilai sudah cukup untuk mewakili potensi bisnis di suatu daerah. ii KabupatenKota yang dianalisis adalah KabupatenKota yang terbantuk sd periode 2009, sehingga pemekaran KabupatenKota di tahun 2010 belum diperhitungakan. iii Data Perbankan berasal dari data Bank Indonesia, dengan aacuan pada KabupatenKota sebelum pemekaran. d. Metode Penilaian. Indikator Faktor internal kinerja BNI KUR dikelompokan dalam 4 empat klasifikasi penilaian skala 1-4, begitu juga indikator faktor eksternal potensi bisnis regional dikelompokan dalam 4 empat klasifikasi penilaian dengan skala A-D. 1 Penilaian kinerja BNI KUR dirinci sebagai berikut : i 1 = untuk nilai portefel kredit di atas atau sama dengan 4. ii 2 = untuk nilai portefel kredit di atas atau sama dengan 3, tetapi di bawah 4. iii 3 = untuk nilai portefel kredit di atas atau sama dengan 2, tetapi di bawah 3. iv 4 = untuk total nilai di bawah 2. 2 Penilan potensi bisnis regional dirinci sebagai berikut : i A = untuk nilai potensi bisnis regional di atas atau sama dengan 4. ii B = untuk nilai potensi bisnis regional di atas atau sama dengan 3, tetapi di bawah 4. iii C = untuk nilai potensi bisnis regional di atas atau sama dengan 2, tetapi dibawah 3. iv D = untuk total nilai di bawah 2. 2 Matriks Penilaian Hasil pengukuran setiap peubah dinilai dengan matriks penilaian seperti dimuat pada Tabel 7 dan 8. Besarnya masing-masing nilai indikator Tabel 6 dan 7 dikelompokan berdasarkan data dengan pendekatan-pendekatan statistik Mean, Median dan Modus . Tabel. 6. Matriks penilaian BNI KUR NILAI BAKI DEBET BNI KUR GROWTH BAKI DEBET BNI KUR JUMLAH REKENING BNI KUR 1 ≥ 2 ≥ ≥ ≥ 3 ≥ ≥ ≥ 4 ≥ ≥ ≥ 5 ≥ ≥ Tabel. 7. Matriks penilaian potensi bisnis regioanal NILAI PDRB Harga Konstan CAGR PDRB Harga Konstan DPK PERBANKAN 1 2 ≥ ≥ ≥ 3 ≥ ≥ ≥ 4 ≥ ≥ ≥ 5 ≥ ≥ ≥ NILAI CAGR DPK PERBANKAN KREDIT PERBANKAN CAGR KREDIT PERBANKAN 1 2 ≥ ≥ ≥ 3 ≥ ≥ ≥ 4 ≥ ≥ ≥ 5 ≥ ≥ ≥ e. Bobot Kriteria Penilain Untuk mendapatkan total nilai dari masing-masing faktor di setiap kriteria, dilakukan pembobotan A untuk setiap indikator yang dikalikan dengan nilai berdasarkan matriks B. Hasilnya berupa nilai terbobot C yang merupakan nilai akhir berupa rating kineraja penyaluran BNI KUR dan potensi bisnis di KabupatenKota bersangkutan. Tabel 8. Bobot kriteria penilaian BNI KUR INDIKATOR BOBOT NILAI NILAI TERBOBOT A B C A X B Baki Debet BNI KUR Pertumbuhan BNI KUR Jumlah Debitur BNI KUR Besarnya bobot masing-masing indikator ditetapkan berdasarkan tingkat kepentingan atau skala pengaruh terhadap masing-masing faktor pemetaan. Tabel 9. Bobot kriteria penilaian Potensi bisnis regional. INDIKATOR BOBOT NILAI NILAI TERBOBOT A B C A X B PDRB Harga Konstan CAGR PDRB Harga Konstan Kredit Perbankan CAGR Kredit Perbankan DPK Perbankan CAGR DPK Perbankan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan umum Perusahaan